c. Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa ketika
mempelajari sesuatu, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai dasar memberikan tindak lanjut.
Tes ini dapat berupa sejumlah pertanyaan atau permintaan untuk melakukan sesuatu. Tes diagnostik
biasanya dilakukan sebelum tes sumatif. Hal ini dikarenakan tujuan diagnostik adalah melihat
kemajuan belajar siswa yang berkaitan dengan proses menemukan kelemahan siswa pada materi
tertentu. Pendekatan yang dilakukan guru dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa berbeda-beda,
tergantung kepada kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
Depdiknas (2002) menguraikan lima pendekatan untuk tes diagnosis yaitu: pendekatan profil materi,
pendekatan prasyarat pengetahuan, pendekatan pencapaian tujuan pembelajaran, pendekatan
identifikasi kesalahan, dan pendekatan pengetahuan berstruktur.
Fungsi dan Karakteristik Tes Diagnostik Tes diagnostik memiliki dua fungsi utama, yaitu:
1. Mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa
2. Merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai dengan masalah atau
kesulitan yang telah teridentifikasi.
Karakteristik tes diagnostik adalah sebagai berikut:
● Untuk mendeteksi kesulitan belajar
● Dikembangkan berdasarkan analisis terhadap sumber-sumber kesulitan
● Menggunakan bentuk soal supply response (uraian/jawaban singkat)
● Bila menggunakan bentuk soal selected response, disertai alasan pemilihan
● Disertai rancangan tindak lanjut, sesuai dengan kesulitan yang teridentifikasi
2. Dalam memberikan penilaian ada prinsip penilaian berkelanjutan. Jelaskan ciri-ciri prinsip
berkelanjutan dalam penilaian!
JAWABAN:
Penilaian berkelanjutan adalah penilaian yang melibatkan semua indikator melalui pengembangan soal
yang terkait hasilnya dianalisis untuk menentukan kemampuan dasar mana yang telah atau belum
dimiliki siswa serta kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Pada dasarnya ada enam macam ciri pokok penilaian berkelanjutan yaitu:
1) Berdasarkan asas tujuan instruksional yang hendak dicapai yang sudah ditentukan lebih dahulu.
Kegiatan penentuan tujuan instruksional yang hendak dicapai berangkat dari kurikulum yang telah
ada di masing-masing sekolah dengan menerjemahkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke
dalam tujuan instruksional sehingga jelas hal-hal yang harus dikuasai oleh
setiap peserta didik. Tujuan instruksional merupakan tujuan kegiatan pembelajaran yang harus
dikuasai oleh setiap peserta didik yang kemudian disajikan melalui kegiatan pembelajaran dengan
strategi dan metode yang tepat.
2) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik terutama dalam kemampuan dan kecepatan
belajarnya.
Sistem pembelajaran kelas tuntas berkelanjutan meyakini bahwa setiap peserta didik memiliki
kemampuan dan kecepatan yang berbeda-beda akan tetapi, filosofi dari sistem ini beranggapan
bahwa setiap peserta didik dapat belajar bila diberi waktu yang cukup untuk belajar dan kesempatan
yang memadai sehingga dampak dari perbedaan individu hampir tidak ada. Untuk meminimalisir
bahkan menghilangkan dampak dari perbedaan individu maka, dalam sistem ini dikenal program
pengayaan (enrichment) bagi kelompok peserta didik yang cepat dalam belajar dan program
perbaikan (remedial) bagi kelompok peserta didik yang lambat dalam belajar. Perbedaan individu
juga dapat diminimalisir dengan peran guru yang memperhatikan setiap kebutuhan peserta didik
secara individu dalam artian bahwa peserta didik yang membutuhkan perhatian/ bimbingan khusus,
guru hendaknya melayani kebutuhan tersebut.
3) Menggunakan prinsip belajar peserta didik aktif.
Filosofi dasar mengapa belajar itu harus berpusat pada anak didasarkan pada keyakinan bahwa anak-
anak akan tumbuh dengan baik jika mereka dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar mengajar.
Dalam sistem pembelajaran kelas tuntas dengan ciri belajar peserta didik aktif, lingkungan belajar
dirancang secara cermat yang mendorong peserta didik untuk bereksplorasi, mempelopori dan
menciptakan serta mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
4) Menggunakan satuan pelajaran yang kecil/ sistem modul.
Sistem pembelajaran tuntas berkelanjutan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat
menguasai kompetensi secara tuntas. Kompetensi tersebut hendaknya disajikan dalam satuan
pelajaran yang kecil dapat berupa modul-modul pelajaran yang berisi pelajaran yang hendak dicapai
sesuai dengan kompetensi yang ada. Dengan memecah pelajaran menjadi bagian-bagian kecil
memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik secara bertahap dapat menuntaskan kompetensi
yang ada sesuai dengan kemampuan belajar yang dimiliki. Selain itu, pemecahan satuan
pembelajaran ke dalam unit-unit kecil akan memudahkan peserta didik untuk menguasai semua
kompetensi secara bertahap sekaligus memacu peserta didik untuk berkompetisi menguasai setiap
kompetensi. Satuan pembelajaran yang kecil ini juga memungkinkan percepatan peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang ada karena adanya pembelajaran yang tidak terbatas hanya di ruang-
ruang kelas akan tetapi memungkinkan bagi peserta didik untuk belajar kapan saja dan dimana saja.
5) Menggunakan sistem evaluasi yang berkelanjutan berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang memiliki peran yang sangat penting dalam sistem kelas
tuntas berkelanjutan. Oleh karena itu, satuan pembelajaran yang dipecah ke dalam unit-unit yang
kecil hendaknya memiliki sistem evaluasi yang jelas dan tuntas untuk mengukur keberhasilan peserta
didik menguasai kompetensi yang ada. Standar yang digunakan sebagai acuan evaluasi yaitu adanya
kriteria ketuntasan minimal (KKM). Setelah dilakukan evaluasi yang tepat, peserta didik yang tidak
dapat melampaui KKM dinyatakan belum tuntas sehingga harus kembali mempelajari dan
menguasai bagian/ hal yang belum tuntas tersebut sesuai hasil evaluasi. Pengulangan ini dilakukan
melalui program perbaikan (remedial). Sedangkan peserta didik yang telah melampaui KKM
berdasarkan hasil evaluasi dapat diberikan program pengayaan (enrichment) atau diberikan
kesempatan untuk melanjutkan ke kompetensi selanjutnya. Hal ini tentu berdampak positif bagi
peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata (cepat dalam belajar) yang tidak terhambat
dalam belajarnya sehingga dapat menuntaskan pembelajaran sesuai dengan kemampuannya.
3. Sebelum kita memberikan butir soal tes kepada peserta didik anda harus melakukan analisis
butir soal, mengapa analisis butir soal perlu dilakukan ! Jelaskan!
JAWABAN:
Kegiatan menganalisis butir soal merupakan kegiatan yang wajib yang dilakukan guru untuk mengetahui
tingkat hasil belajar peserta didik dan untuk meningkatkan mutu soal yang telah disusun. Kegiatan ini
merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban peserta didik
untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian. Tujuan penelaahan adalah untuk mengkaji dan
menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum soal digunakan. Di samping itu,
tujuan analisis butir soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal
yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi diagnostik pada peserta didik apakah mereka
sudah/belum memahami materi yang telah diajarkan. Soal yang bermutu adalah soal yang dapat
memberikan informasi yang sesuai dengan tujuannya diantaranya dapat menentukan peserta didik mana
yang telah atau belum menguasai materi yang diajarkan guru. Dalam menganalisis butir soal terdapat
dua cara yang dapat digunakan yaitu menganalisis soal secara kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik ini
masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu teknik terbaik adalah
menggunakan keduanya (penggabungan).
Manfaat analisis butir soal adalah
1. Menentukan soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi dengan baik
2. Meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu tingkat kesukaran, daya pembeda, dan
pengecoh soal
3. Meningkatkan validitas soal dan reliabilitas
4. Merevisi soal yang tidak relevan dengan materi yang diajarkan, ditandai dengan banyaknya anak
yang tidak dapat menjawab butir soal tertentu.