Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

MONITORING, SURVERILENSI, DAN PERAMALAN

“PENDUGAAN POPULASI”

Disusun oleh:
Radhitya Hari Wardhana
19/445888/PN/16403

LABORATORIUM HAMA TANAMAN


BAGIAN VERTEBRATA HAMA
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
TUJUAN
1. Mengetahui alasan dilakukannya sampling
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan beberapa metode sampling
3. Mengetahui metode sampling terbaik untuk pendugaan populasi

HASIL
Tabel 1. Hasil sampling pada 4 varietas

Sensus/rerata Acak
varietas populasi Acak Sederhana Sistematik Terpilih
A 1 1 2 4
B 2 1 2 8
C 2 2 2 3
D 2 2 2 8

PEMBAHASAN
Pengambilan sampel merupakan teknik atau prosedur yang digunakan oleh seorang
peneliti untuk memilih objek dalam jumlah kecil atau individu yang mewakili (subset) dari
populasi yang telah ditentukan untuk dijadikan sebagai sumber data observasi sesuai tujuan
peneliti (Sharma, 2017). Dalam penelitian apapun, diperlukan strategi terbaik dalam
merumuskan masalah pada suatu populasi. Pengambilan sampel menjadi kegiatan yang biasa
dilakukan peneliti dalam menguji objek penelitian pada suatu populasi. Pengambilan sampel
sangat penting dilakukan karena secara praktis, kumpulan suatu populasi tidak mungkin untuk
dipelajari secara keseluruhan sehingga dibutuhkan pengambilan sampel yang dapat mewakili
populasi tersebut. Selain itu, dengan melakukan sampling peneliti dapat menghemat waktu,
biaya, dan tenaga dalam melakukan penelitian (Acharya et al., 2013).
Pada kegiatan praktikum ini, pengambilan sampel dilakukan dengan tiga metode, yaitu
pengambilan sampel acak sederhana, pengambilan sampel acak sistematik, dan pengambilan
sampel terpilih. Setiap metode sampling tersebut memiliki aspek kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Pada pengambilan sampling acak sederhana setiap anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Seluruh proses pengambilan sampel
dilakukan dalam satu langkah dengan setiap subjek dipilih secara independen dari anggota
populasi lainnya (Sharma, 2017). Metode ini digunakan jika seluruh populasi dapat diakses
dan peneliti memiliki daftar semua subjek target populasi. Kelebihan dari sampling acak
sederhana adalah proses pengambilan sampelnya mudah dilakukan dan dinilai seimbang atau
adil (Bernadt, 2020). Hal tersebut dikarenakan setiap individu memiliki peluang yang sama
untuk dijadikan sampel. Adapun kekurangan dari metode ini adalah diperlukan daftar lengkap
semua anggota populasi. Metode ini akan sulit digunakan pada populasi besar dan disarankan
untuk menggunakan metode pengambilan sampel lainnya (Sharma, 2017).
Metode pengambilan sampel yang kedua adalah pengambilan sampel acak sistematis.
Pemilihan subjek pertama pada metode ini dilakukan secara acak kemudian subjek berikutnya
dipilih dengan proses periodik (Sharma, 2017). Pada metode acak sistematik ini, peneliti
memilih subjek yang akan dijadikan sampel berdasarkan aturan yang sistematis, yaitu
menggunakan interval (Elfil dan Negida, 2017). Penggunaan metode ini juga dinilai lebih
mudah, murah dan nyaman digunakan dalam kasus populasi yang lebih besar (Etikan dan Bala,
2017). Adapun kelebihan lainnya adalah tingkat keterwakilan yang lebih tinggi dan penerapan
yang lebih mudah daripada pengambilan sampel acak sederhana serta kerangka pengambilan
sampel yang tidak selalu diperlukan (Taherdoost, 2016). Kekurangan dari metode ini adalah
proses seleksi dapat berinteraksi dengan sifat periodik yang tersembunyi di dalam populasi.
Apabila teknik pengambilan sampel bertepatan dengan periodisitas, maka tingkat
keterwakilannya akan menurun (Sharma, 2017).
Metode yang ketiga adalah metode sampling terpilih atau disebut juga purposif
sampling. Pengambilan sampel terpilih merupakan teknik pengambilan sampel yang
bergantung pada penilaian peneliti dalam memilih unit yang akan dipelajari (Sharma, 2017).
Kelebihan dari metode ini adalah biaya yang dikeluarkan rendah, tidak memakan banyak
waktu, dan ideal untuk mengeksplorasi desain penelitian (Taherdoost, 2016). Di samping
kelebihan tersebut metode ini juga memiliki kekurangan, yaitu rentan terhadap bias.
Pengambilan sampel berdasarkan gagasan langsung dari peneliti sangat rentan terhadap bias
jika dibandingkan dengan pengambilan sampel secara acak. Sifat bias ini akan kemungkinan
terjadi apabila peneliti tidak menentukan kriteria yang jelas sebelum melakukan sampling
(Sharma, 2017). Selain itu, metode pengambilan sampel terpilih juga sulit untuk meyakinkan
pembaca bahwa sampel yang diambil sudah tepat. Oleh karena itu, akan sulit meyakinkan
pembaca hingga mencapai generalisasi teoritis, analitis, dan logis.
Pada praktikum ini, dilakukan pengambilan sampel menggunakan tiga metode berbeda
yang diterapkan pada tiga lahan dengan varietas tanaman berbeda. Pengambilan sampel pada
praktikum ini diasumsikan melakukan sampling pada tanaman yang terserang hama. Setiap
populasi varietas tanaman pada lahan yang berbeda, memiliki jumlah populasi yang sama, yaitu
240 tanaman. Berdasarkan hasil pengambilan sampel menggunakan tiga metode dan lahan
dengan varietas tanaman berbeda memiliki hasil yang berbeda-beda. Metode sampling dinilai
paling representatif jika mendekati rerata populasinya.
Tanaman varietas A memiliki rerata populasi 1 dengan sampling acak sederhana 1, acak
sistematik 2, dan terpilih 4. Metode sampling acak sederhana memilki nilai sama dengan rerata
populasi, sedangkan metode sampling acak sistematik memiliki selisih 1 serta metode sampling
terpilih memiliki selisih 3. Hasil tersebut menunjukkan bahwa metode sampling acak
sederhana memiliki nilai paling representatif, diikuti sampling acak sistematis, dan sampling
terpilih.
Tanaman varietas B memiliki rerata populasi 2 dengan sampling acak sederhana 1, acak
sistematik 2, dan terpilih 8. Pada metode sampling tanaman tersebut sampling acak sederhana
memiliki selisih 1 dengan rerata populasinya, sedangkan sampling acak sistematik sama
dengan rerata populasi, dan sampling terpilih memiliki selisih 6. Berdasarkan hasil tersebut,
maka metode sampling acak sistematik memiliki nilai paling representatif diikuti sampling
acak sederhana, dan sampling terpilih.
Rerata populasi pada tanaman varietas C sebesar 2 dengan sampling acak sederhana 2,
acak sistematik 2, dan terpilih 3. Metode sampling acak sederhana dan acak sistematik
memiliki nilai sama dengan rerata populasi, sedangkan metode terpilih memiliki selisih 1
dengan rerata populasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode sampling acak sederhana dan
acak sistematik memiliki nilai yang paling representatif dibandingkan sampling terpilih.
Adapun tanaman varietas D memiliki rerata populasi 2 dengan sampling acak sederhana
2, acak sistematik 2, dan terpilih 8. Metode sampling acak sederhana dan acak sistematik
memiliki nilai yang sama dengan rerata populasi tanaman varietas D, sedangkan sampling
terpilih memiliki selisih 6. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampling acak sederhana dan
acak sistematik memiliki nilai paling representatif dibandingkan sampling terpilih.
Secara keseluruhan sampling acak sistematis memiliki jumlah nilai representatif
terbanyak, yaitu 3 kali masing-masing pada varietas B, C, dan D. Sampling acak sederhana
memiliki jumlah nilai representatif terbanyak kedua, yaitu 2 kali masing-masing pada varietas
C dan D. Adapun sampling terpilih memiliki nilai representatif terendah karena hasil
pengambilan sampelnya tidak ada yang sama dengan nilai populasinya. Sampling acak
sistematis memiliki nilai paling representatif karena pada sampling ini pengambilan sampel
dilakukan secara sistematis menggunakan interval. Hal tersebut menyebabkan nilai
keterwakilan yang lebih tinggi daripada sampling acak sederhana terutama pada sampling
dengan jumlah populasi yang besar (Taherdoost, 2016).
Adapun sampling acak sederhana dilakukan berdasarkan penomoroan yang diambil
secara acak. Metode sampling seperti ini dalam jumlah populasi yang besar dapat menurunkan
tingkat keterwakilan karena pemilihan pengambilan nomor secara acak memungkinkan
pendugaan yang salah dalam memilih sampel sehingga bersifat kurang representatif.
Taherdoost (2016) menyatakan bahwa pada sampling ini membutuhkan kerangka lengkap
(daftar unit populasi), presisi yang rendah, kemungkinan kesalahan penduga tinggi, dan tidak
ada jaminan keterwakilan.
Metode sampling terpilih juga memiliki tingkat keterwakilan yang rendah. Hal tersebut
dikarenakan pengambilan sampel berdasarkan gagasan dari peneliti sangat rentan terhadap bias
sehingga sampel yang diperoleh tidak representatif (Sharma, 2017). Pengambilan sampel
terpilih ini berdasarkan penilaian peneliti yang memungkinkan kurang terjangkaunya populasi
dalam pengambilan sampel sehingga sampel yang diperoleh kurang representatif jika
dibandingkan sampling secara acak. Oleh karena itu, metode sampling ini memiliki tingkat
representatif yang paling rendah dibandingkan dengan dua metode lainnya.
Berdasarkan hasil pengambilan sampel dengan tiga metode berbeda menunjukkan
bahwa metode sampling acak sistematik merupakan metode pengambilan sampel terbaik jika
dibanding dua metode lainnya. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai sampling yang sama
dengan atau mendekati rerata populasi pada setiap varietas tanaman. Sampling acak sistematis
memiliki nilai paling representatif karena pada sampling ini pengambilan sampel dilakukan
secara sistematis menggunakan interval. Pengambilan sampel secara sistematik ini
menyebabkan keterwakilan yang lebih tinggi daripada sampling acak sederhana terutama pada
sampling dengan jumlah populasi yang besar (Taherdoost, 2016). Pengambilan sampel serupa
pada populasi yang sama, sampel akan lebih terwakili pada sampling acak sistematik daripada
secara acak sederhana sehingga sampling sistematik bersifat lebih presisi (Elsayir, 2016).
Adapun jika dibandingkan dengan sampling terpilih, sampling acak sistematik akan memiliki
tingkat keterwakilan yang jauh lebih tinggi. Kerentanan terhadap bias pada sampling terpilih
membuat sampling ini masih jauh kurang representatif jika dibandingkan dengan sampling
acak sistematik.

KESIMPULAN
Sampling dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam mendapatkan sampel yang
representatif pada suatu populasi tanpa harus mempelajari satu per satu individu pada populasi
tersebut. Kegiatan sampling yang digunakan pada praktikum ini meliputi, sampling acak
sederhana, sampling acak sistematik, dan sampling terpilih. Penggunaan sampling acak
sistematik memiliki tingkat representatif paling tinggi diikuti sampling acak sederhana dan
sampling acak terpilih. Sampling acak sistematik menjadi metode sampling terbaik dalam
pengambilan sampel pada populasi tanaman varietas A, varietas B, varietas C, dan varietas D.
DAFTAR PUSTAKA

Acharya, A.S., A. Prakash, P. Saxena, dan A. Nigam. 2013. Sampling: why and how of it.
Indian Journal of Medical Specialities 4(2): 330-333.
Bernadt, A.E. 2020. Sampling methods. Journal Human Location 36(2): 224-226.
Elfil, M., dan A. Negida. 2017. Sampling methods in clinical research; an educational review.
Emergency 5(1): 1-3.
Elsayir, H.A. 2014. Comparison of precision of systematic sampling with some other
probability samplings. American Journal of Theoretical and Applied Statistics 3(4):
111-116.
Etikan, I., dan K. Bala. 2017. Sampling and sampling methods. Biometrics & Biostatistics
International Journal 5(7): 215‒217.
Sharma, G. 2017. Pros and cons of different sampling techniques. International Journal of
Applied Research 3(7): 749-752.
Taherdoost, H. 2016. Sampling methods in research methodology; how to choose a sampling
technique for research. International Journal of Academic Research in Management
(IJARM) 5(2): 18-27.
LAMPIRAN

Nama anggota kelompok:

Anna Krisna Nareswari (19/439295/PN/15957)


Permadi (19/445887/PN/16402)
Radhitya Hari Wardhana (19/445888/PN/16403)
Salma Lutfiana (19/445889/PN/16404)

Sensus/rerata Acak
varietas populasi Acak Sederhana Sistematik Terpilih
A 1 1 2 4
B 2 1 2 8
C 2 2 2 3
D 2 2 2 8

Anda mungkin juga menyukai