Hasil :
1. Karakteristik tetangga dan komunitas : lingkungan, tetanggas
2. Dokumentasi komposisi keluarga : ortu, anak sesuai usia tertua, prt
3. Harapan keluarga terhadap perawat : harapan terhadap masalah
kesehatan dan petugas kesehatan yang ada
4. APD : penggunaan masker dll
5. Lingkungan fisik : temapt kotor
6. Pengkajian psikologis : tidak kenal temen sekantor
7. Kapasitas kerja :
Diagnosa 1. Perilaku cenderung beresiko : perilaku maladaptif namun belum
keperawatan terjadi masalah, adanya hambatan kemampuan dalam memperbaiki
prilaku kesehatan
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan : masalah sudah terjadi,
populasi kurang pengetahuan
3. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan : motivasi populasi
untuk melakukan perubahan prilaku, individu/keluarga dalam kategori
sehat
4. Ketidakefektifan manajemen kesehatan : populasi mengetahui tapi
tidak dijalankan, klien telah menjalani pengobatan namun tidak ada
yang mengantar (proses program pengobatan gagal), tdk dibawa ke
pkm
5. Defisiensi kesehatan komunitas : 1 atau lebih masalah
kesehatan/faktor yang mengganggu kesejahteraan/peningkatan resiko
masalah kesehatan
6. Ketidakefektifan koping komunitas : penyelesaian masalah yang tidak
memuaskan bagi komunitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
7. Penurunan derajat kesehatan lansia : data penyakit meningkat,
sebagian tidak ke posbindu
8. Beban kerja tidak sesuai : sakit karena tidak sempat istirahat saat
bekerja
Intervensi 1. Intervensi :
keperawatan a. Primer : promkes (penkes)
b. Sekunder : deteksi dini, tindakan keperawatan khusus (skrining,
konsultasi, konseling, manajemen kasus, kunjungan rumah)
c. Tersier : rehabilitasi (follow up, peningkatan sistem kesehatan
masyarakat)
2. Upaya pelayanan kesehatan :
a. Promotif : peningkatan kesehatan (penkes)
b. Preventif : mencegah terjadi penyakit (imunisasi)
c. Kuratif : mencegah komplikasi
d. Rehabilitatif : pemulihan
3. Strategi intervensi :
a. Pemberdayaan masyarakat : dukungan, dorongan, pengetahuan
agar terlibat dalam masalah kesehatan, untuk mencegah masalah
kesehatan
b. Penkes : meningkatkan derajat kesehatan
c. Proses kelompok – bina suasana : mengatasi masalah kesehatan
dengan menggunakan potensi yang dimiliki oleh kelompok yang
memiliki karakteristik sama
d. Kerjasama/kemitraan : melalui lintas sektoral
e. Intervensi profesional : melalui penerapan kompetensi yang
dilakukan dan dimiliki perawat.
Implementasi 1. Restrukturisasi budaya : tindakan yang dilakukan bila budaya
keperawatan masyarakat merugikan anggota masyarakat
2. Akomodasi - Negoisasu budaya : untuk membantu masyarakat dengan
budaya baru yang menguntungkan
3. Maintenance/pemeliharaan budaya : budaya tidak bertentangan
dengan kesehatan
4. Tindakan utama diare, penyakit kulit karena minum, mandi, bab di
sungai : advokasi dalam pengelolaan air bersih
5. Kelompok taruna belum mendapat pendidikan seksual : berikan
pendidkan kelompok sebaya
6. Belum punya kegiatan untuk mencegah penyebaran cikungunya :
bentuk tim jumantik dari kader dan semua RT
Evaluasi 1. Formatif : proses evaluasi setiap tindakan
keperawatan 2. Sumatif : hasil evaluasi seluruh tindakan
3. Psikomotor : observasi secara langsung apa yang telah disampaikan
4. Kognitif : mengetahui kemampuan klien dalam mengingat materi
yang disampaikan
5. Afektif : respon perasaan
6. Penkes dbd : masyarakat mampu melakukan p3m plus
Model 1. Model self care menurut Dorothy Orem
keperawatan a. Empat Konsep Sentral dalam Falsafah Keperawatan
1) Manusia sebagai kesatuan yang utuh
2) Kesehatan
b. Model Orem menjelaskan ada tiga jenis kebutuhan self care
(mandiri)
1) Universal self care dibutuhkan oleh semua manusia, seperti
udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas dan istirahat, serta
interaksi sosial.
2) Developmental self care, adalah kebutuhan yang mencakup
proses kehidupan untuk menjadi lebih dewasa.
3) Health deviation self care, adalah kebutuhan komunitas
untuk bertahan karena adanya penyakit Keperawatan
c. Keperawatan
d. Tipe sistem keperawatan
1) Wholly Compensatory Nursing System : mengambil seluruh
kegiatan self care untuk memenuhi kebutuhan komunitas secara
total
2) Partly Compensatory Nursing System : Perawat komunitas dan
masyarakat bersama-sama memenuhi kebutuhan
3) Supportive Educative System : mampu melakukan pemenuhan
kebutuhan self care, tetapi harus dengan bimbingan dan
dukungan dari perawat
e. Lingkungan
2. Model Health Care System menurut Betty Neuman
a. Manusia
b. Kesehatan
c. Lingkungan
1) Lingkungan intrapersonal, yaitu lingkungan yang ada dalam
sistem klien.
2) Lingkungan interpersonal yang terjadi pada satu individu
atau keluarga atau lebih yang memiliki pengaruh pada
sistem.
3) Lingkungan extrapersonal, yaitu di luar lingkup sistem,
individu atau keluarga, tetapi ikut memengaruhi sistem
komunitas.
d. Keperawatan
3. Model Keperawatan Komunitas sebagai Mitra (community as partner)
menurut Anderson & Mc Farlane
a. Memberikan pelayanan kesehatan dasar dengan teknologi tepat
guna
b. Menjalin kerja sama lintas sektoral
c. Meningkatkan peran serta masyarakat.
Sasaran 1. Primer : individu, anggota masyarakat, kelompok masyarakat dan
promkes masyarakat keseluruhan
2. Sekunder : para pemuka masyarakat atau tokoh masyarakat, tokoh
agama, kader, petugas kesehatan
3. Tersier : kades, ketua RT/RW
KELUARGA
Jenis :
1. Umum : menyeluruh
2. Khusus : detail
Tindakan 1. Independen : mandiri
keperawatan 2. Dependen : tindakan medis
3. Interdependen : kolaborasi
4. Keluarga mampu melakukan perawatan anggota keluarga yang sakit :
mengawasi keluarga dalam merawat anggota yang sakit
5. Modifiksdi lingkungan : penkes lingkungan rumah
6. Keluarga sakit : bawa ke pkm
7. Kelurga ingin pengobatan alternatif : hormati keputusan keluarga
GERONTIK
Jenis terapi 1. Terapi okupasi : untuk memanfaatkan waktu luang dan untuk
meningkatkan produktivitas dengan menghasilkan karya dengan
bahan yang disediakan
2. Terapi musik : untuk menghibur
3. TAK : untuk meningkatkan kebersamaam
4. Terapi berkebun : untuk memanfaatkan waktu luang, untuk melatih
kesabaran
KATZ Indeks A. Mandiri (mandi, berpakaian, toileting, berpindah, BAB/BAK, makan)
B. 5 mandiri, 1 tidak mandiri
C. 4 mandiri, 2 tidak mandiri
D. 3 mandiri, 3 tidak mandiri
E. 2 mandiri, 4 tidak mandiri
F. 1 mandiri, 5 tidak mandiri
G. Ketergantungan penuh
Barthel Indeks 1. Makan :
a. Bantuan : 5
b. Mandiri : 10
2. Aktivitas toilet
c. Bantuan : 5
d. Mandiri : 10
3. Berpindah : ke kursi roda, tempat tidur, duduk
a. Bantuan : 5-10
b. Mandiri : 15
4. Kebersihan diri : mencuci muka, menyisir rambut, menggosok gigi
a. Bantuan : 0
b. Mandiri : 5
5. Mandi
a. Bantuan : 0
b. Mandiri : 5
6. Berjalan di permukaan datar
a. Bantuan : 10
b. Mandiri : 15
7. Naik turun tangga
a. Bantuan : 5
b. Mandiri : 10
8. Berpakaian
a. Bantuan : 5
b. Mandiri : 10
9. Mengontrol defekasi
a. Bantuan : 5
b. Mandiri : 10
10. Mengontrol berkemih
a. Bantuan : 5
b. Mandiri : 10
Keterangan :
0-20 : ketergantungan
21-61 : ketergantungan berat/sangat tergantung
62-90 : ketergantungan berat
91-99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri
SPSMQ 1. Tanggal
2. Hari
3. Nama tempat ini
4. Nama alamat asli
5. Berapa alamat
6. Kapan lahir
7. Presiden sekarang
8. Presiden sebelumnya
9. Nama ibu
10. 20-3, 1-3, dst
Keterangan :
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : kerusakan ringan
Salah 6-8 : kerusakan sedang
Salah 9-10 : kerusakan berat
MMSE 1. Orientasi : 5
2. Orientasi registrasi : 8
3. Perhatian dan kalkulasi : 5
4. Mengingat : 3
5. Bahasa : 9
Keterangan :
Normal : 24-30
Masalah 1. Demensia : mondar-mandir, lupa
2. Stress psikososial : bosan dengan kehidupan panti
3. Klien mengurung diri, marah : kaji tingkat depresi dengan geriatric
depression scale (GPS)
4. Strategi koping fungsional : bertindak mengurangi stres
Diagnosa 1. Resiko jatuh : kekakuan
keperawatan 2. Sindrom stress relokasi : bingung, cemas, paranoid, gelisah, mudah
tersinggung, marah, tidak konsen, sulit memecahkan masalah,
mengalami kemunduran merasakan rasa makanan
3. Gangguan memori : lupa
4. Pengabaian diri : tidak adekuat personal hygiene
Intervensi 2. Bibir kering, bau mulut : berkumur dengan mothwash
keperawatan 3. Sesak setelah beraktivitas : anjurkan istirahat
4. Demensia (pengobatan) : beri nomor obat sesuai tanggal dan waktu
minum
5. Mual muntah, makan ¼ porsi : kaji jenis dan pola makan
6. Sedih, khawatir, gangguan tidur karena tidak bisa melakukan
pekerjaan dan tidak dapat berkonsentrasi : kaji status psikologi
7. Tidak menghabiskan makanan : berikan variasi makan
8. BB turun, tidak nafsu makan, data TB : manajemen nutrisi
9. Jangka pendek : klien mampu memahami
10. Tindakan tepat kesemutan dan luka pada kaki : ajarkan cara merawat
dan senam kaki
11. Sering pusing, hipertensi, jarang periksa ke pkm karena biaya : pantau
secara rutin dengan kunjungan rumah
12. Discharge planning post stroke : kemandirian ADL
13. Sering ngompol malam hari dan tidak pernah ke kamar mandi karena
takut jatuh : berikan kesempatan toileting
JIWA
Ansietas 1. Tanda : khawatir, cemas, peningkatan nadi, RR, TD, suhu, sering
BAB/BAK, kulit dingin dan lembab serta perubahan pola tidur
2. Intervensi :
a. Ajarkan teknik relaksasi
b. Distraksi
c. Spiritual
d. Hipnotis 5 jari
3. Evaluasi : mampu mengontrol prilaku
Tidak berdaya 1. Tanda : data yang diungkapkan berulang-ulang, perasaan kehilangan
2. Intervensi :
a. Bantu mengekspresikan perasaan
b. Diskusi masalah yang dihadapi
c. Identifikasi pemikiran negativ
d. Bantu untuk meningkatkan pemikiran positiv
3. Evaluasi : mampu mengendalikan situasi
Kehilangan 1. Tanda :
a. Denial : meningingkari, tidak percaya
b. Anger : marah
c. Bargaining : berusaha kembali ke masa lalu “andai saja”
d. Depresion : menolak, putus asa
e. Acceptance : menerima
2. Intervensi :
a. Identifikasi proses terjadinya berduka
b. Memahami kondisi kesehatan dan kehidupannya
c. Motivasi harapan dan keyakinan melanjutkan kehidupan.
d. Tingkatan kegiatan spiritual
e. Beradaptasi dengan keadaan
3. Evaluasi : mampu menerima
Gangguan citra 1. Tanda : perubahan struktur, bentuk dan fungsi tubuh
tubuh 2. Intervensi:
a. Identifikasi perubahan dan harapan terhadap citra tubuhnya
b. Motivasi untuk melihat bagian tubuh yang hilang
c. Bantu menyentuh bagian tubuh tersebut.
d. Observasi respon erhadap perubahan bagian tubuh.
e. Bantu meningkatkan fungsi bagian tubuh yang sehat.
f. Ajarkan melakukan afirmasi dan melatih bagian tubuh yang sehat.
g. Beri pujian yang realistis atas kemampuan.
h. Ajarkan untuk meningkatkan citra tubuh dan melatih bagian tubuh
yang terganggu.
3. Evaluasi : mampu menerima perubahan bentuk tubuh
Putus asa 1. Tanda : stres panjang, penurunan fisiologis, penyakit kronis,
kehilangan kepercayaan pada spiritual, nilai. pembatasan aktivitas dan
isolasi sosial. Mengungkapkan “Saya tidak bisa”, bingung, pasif,
sedih
2. Intervensi :
a. Identifikasi harapan
b. Identifikasi hubungan dan dukungan sosial yang dimiliki
c. Latih cara merawat dirinya.
d. Latih cara melakukan aktivitas positif.
e. Latih cara partisipasi aktif
f. Latih cara tindakan koping dengan spiritual
3. Evaluasi : mampu memiliki harapan
Halusinasi 1. Bantu mengenal halusinasi (Isi, Waktu, Frekuensi, pencetus, perasaan
saat terjadi halusinasi), latih menghardik (jelaskan, peragakan, minta
pasien memperagakan ulang , pantau, beri penguatan), masukan
jadwal
2. Evaluasi SP1, Latih berbicara/bercakap, masukan jadwal
3. Evaluasi SP 1 dan 2, latih kegiatan (jelaskan pentingnya aktivitas,
diskusikan, latih melakukan aktivitas, susun jadwal aktivitas, pantau,
berikan penguatan positiv)
4. Evaluasi SP 1, 2 dan 3, tanyakan program pengobatan (jelaskan
pentingnya obat, akibat bila tidak digunakan/putus obat, cara
mendapatkan, prosedur 5B, latih minum obat), masukan jadwal
Jenis :
1. Taktil : adanya sensasi
2. Kinestik : merasa bergerak padahal tidak
3. Pengecap : merasa pahit padahal manis
Waham 1. Identifikasi kebutuhan klien, bicara konteks realita (latih memenuhi
kebutuhan), masukan jadwal
2. Evaluasi SP1, identifikasi kemampuan yang dimiliki, latih, masukan
jadwal
3. Evaluasi SP1 dan SP2, pilih kemampuan yang dapat dilakukan, pilih
dan latih kemampuan lain yang dimiliki, masukan jadwal
Proses :
1. Fase lack of human need
2. Fase lack of esteem
3. Fase control internal dan eksternal
4. Fase environmental support
5. Fase comforting
6. Fase improving
Jenis :
1. Waham kebesaran : meyakini bahwa memiliki kebesaran
2. Waham curiga : meyakini ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/mencederai dirinya
3. Waham agama memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara
berlebihan
4. Waham somatic adalah bagian tubuh merasakan/meyakini adanya
penyakit padahal dari hasil pemeriksan yang mendukung kepada
masalah yang dirasakan tidak ada apa-apa/normal.
5. Waham nihilistic meyakini dirinya sudah tidak di dunia atau sudah
meninggal.
RPK/PK 1. Identifikasi (gejala, penyebab, akibat), latih cara fisik 1 (nafas dalam),
masukan jadwal
2. Evaluasi SP1, latih cara fisik 2 (pukul bantal), masukan jadwal
3. Evaluasi SP1 dan SP2, latih cara verbal (menolak, meminta,
mengungkapkan dengan baik), masukan jadwal
4. Evaluasi SP1, SP2 dan SP3, latih cara spiritual (berdoa, shalat),
masukan jadwal
5. Evaluasi SP1, SP2, SP3 dan SP4, latih patuh obat (minum obat teratur
5B, susun jadwal minum obat), masukan jadwal
Jenis :
RPK : riwayat PK, tanda PK masih busa di kontrol
PK : sedang melakukan PK
Tahapan PK :
1. Asertif adalah menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan
merasa lega
2. Pasif adalah diam saja, tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
sedang dialami
3. Frustasi adalah merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena
tujuan yang tidak realistis
4. Agresif memperlihatkan bermusuhan, keras dan menuntut, mendekati
orang lain dengan ancaman, melontarkan kata-kata ancaman tanpa
niat melukai, pasien masih mampu mengontrol perilaku untuk tidak
melukai orang lain
5. Amuk ditandai dengan menyentuh org lain secara menakutkan, kata-
katanya mengancam dan melukai orang lain.
HDR 1. Identifikasi kemampuan positiv (diskusi kemampuan, beri pujian),
(situasional nilai kemampuan yang dimiliki (diskusi, bantu menyebutikan,
dan kronik) dengarkan), pilih kemampuan (diskusi, bantu menetapkan aktivitas,
beri contoh, susun aktivitas), nilai kemampuan pertama yang dipilih
(diskusi, peragakan, dukung, beri pujian) masukan jadwal
2. Evaluasi SP1, pilih kemampuan kedua (latih), masukan jadwal
3. Evaluasi SP1 dan SP2, pilih kemampuan ketiga, masukan jadwal
Isos 1. Identifikasi penyebab (yang serumah, yang dekat dan tidak dekat),
tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi (tanya kebiasaan
berinteraksi, penyebab, diskusi keuntungan dan kerugian, jelaskan
pengaruh terhadap kesehatan jika tidak berinteraksi), latih berkenalan
(jelaskan, beri contoh, bantu mulai, tingkatkan, beri pujian, dengarkan
perasaan klien), masukan jadwal
2. Evaluasi SP1, latih berhubungan sosial secara bertahap, masukan
jadwal
3. Evaluasi SP1 dan SP2, latih berkenalan dengan 2 orang atau lebih,
masukan jadwal
Proses terjadinya :
1. Pattern of parenting
2. Inefective koping
3. Lack of development task
4. Stressor internal dan eksternal
DPD 1. Identifikasi (kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK), jelaskan
penting kebersihan diri, jelaskan alat dan cara kebersihan diri,
masukan jadwal
2. Evaluasi SP1, jelaskan penting berdandan, latih cara berdandan (Lk:
pakaian, sisir, cukur. Pr: pakaian, sisir, hias), masukan jadwal
3. Evaluasi SP1 dan SP2, jelaskan cara dan alat makan (mempersiapkan,
merapihkan, praktek makan), latih kegiatan makan, masukan jadwal
4. Evaluasi SP1, SP2 dan SP3, latih cara BAB/BAK (jelaskan tempat
dan setelah BAB/BAK)
RBD 1. Identifikasi benda berbahaya, amankan benda, lakukan kontrak
treatment, ajarkan dan latih cara mengendalikan
2. Identifikasi aspek positiv klien, dorong untuk berfikir positiv dan
menghargai diri
3. Identifikasi pola koping, nilai pola koping yang biasa dilakukan,
identifikasi pola koping yang konstruktiv, dorong untuk memilih dan
anjurkan untuk menerapkan pola koping yang konstruktiv
4. Diskusi masalah (buat rencana masa depan), identifikasi cara
mencapai masa depan, dorong lakukan kegiatan untuk meraih rencana
Jenis TAK 1. Stimulasi persepsi : RPK/PK dan halu
2. Sosialisasi : isos
3. Realita : waham
4. Stimulasi sensori : isos dan HDR
5. DPD : DPD
Fase komter 1. Pra interaksi : identifikasi kebutuhan klien
2. Orientasi : perkenalan, kontrak (waktu, tempat, topik),
mengekspresikan perasaan klien, menjelaskan tujuan
3. Kerja : SP1 dst
4. Terminasi : evaluasi, RTL
Penyebab 1. Faktor presipitasi : < 6 bulan
2. Faktor predisposisi : > 6 bulan
Gangguan 1. Kehilangan asosiasi : tidak nyambung
proses fikir 2. Blocking : pembicaraan henti tiba-tiba
3. Tangensial : berbelit-belit, tidak sampai pada tujuan
4. Sirkumtasial : berbelit-belit, sampai pada tujuan
5. Perseverativ : berulang-ulang
Obat 1. Antidepresan : thymoleptics, psyhic energizers, antidepresan
ECT 1. Observasi ttv
2. Berada di dekat klien agar aman nyaman
3. Dilakukan 6-12 s.d 20x, dosis 2-3x/minggu
NAPZA 1. Respon koping :
a. Eksperimental : mencoba-coba
b. Rekreasional : hiburan
c. Situasional
d. Penyalahgunaan
e. Ketergantungan
Fase komter 1. Persiapan
a. Ingatkan kontrak
b. Siapkan alat dan tempat pertemuan
2. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi : tanyakan perasaan px
c. Jelaskan tujuan kegiatan dan aturan main kegiatan
3. Fase kerja
4. Fase terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan dan perasaan px
b. Memberi reinforcement positiv
c. Meminta px memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan harian
d. RTL dan kontrak yang akan datang
e. Akhiri kegiatan dengan salam
Teknik 1. Identifikasi masalah yang dialami
komunikasi 2. Berbagi persepsi d untuk memverifikasi pemahaman perawat yang
sedang dipikirkan atau dirasakan oleh klien.
3. Klarifikasi atau meminta klien untuk menjelaskan apa yang
dimaksudkan.
4. Fokus
5. Refleksi mengarahkan klien ke belakang ide, perasaan, pertanyaan
atau isi.
GADAR
Indikasi : SP02
1. >95% : monitoring SA02
2. 91-94% : nasal kanul
3. 85-90% : simple mask/NRM
4. <85% : bag valve mask, intubasi
GCS a. Eye
E:4 1. Tidak respon
M:6 2. Rangsangan suara
V:5 3. Rangsangan nyeri
4. Spontan membuka mata
b. Motorik
1. Tidak respon
2. Ektensi abnormal/decebrate
3. Fleksi abnormal/decorticate
4. Menghindari nyeri
5. Melokalisir/melindungi nyeri
6. Sesuai perintah
c. Verbal
1. Tidak bersuara
2. Menggeram
3. Bicara tidak jelas tanpa mengandung arti
4. Bingung/bicara kacau/tidak nyambung
5. Nyambung
Tingkat kesadaran :
1. Cm : 14-14
2. Apatis : 12-13
3. Samnolen (mengantuk terus, bisa dibangunkan, bisa menjawab tapi
tidur lagi) : 10-11
4. Delirium : 7-9
5. Stupor (kehilangan kesadaran, jika diberi rangsangan nyeri baru
bereaksi) : 4-6
6. Koma : 0-3
Luka bakar 1. Luas luka bakar : rule of nine
a. Kepala dan leher : 9 (depan 4.5, belakang 4.5)
b. Dada : 9
c. Abdomen : 9
d. Punggung : 18
e. Ekstremitas atas kanan : 9
f. Ekstremitas atas kiri : 9
g. Ektremitas bawah kanan : 18
h. Ekstremitas bawah kiri : 18
i. Parineum/vital : 1
2. Derajat luka bakar
a. Derajat I : mengenai luar epidermis, kemerahan
b. Derajat II : mengenai epidermis dan sebagian dermis, adanya bulae
c. Derajat II B/ Derajat III : mengenai seluruh dermis, kehitaman
d. Derajat III / Derajat IV : terlihat tulang
3. Pemberian cairan luka bakar : baxter
Rumus :
4 𝑚𝑙 𝑋 𝑘𝑔𝐵𝐵 𝑋 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝐵
4. Pembagian waktu cairan LB :
a. 8 jam ke-1 50%
b. 8 jam ke-2 25%
c. 8 jam ke-3 25%
Klasifikasi 1. Kehilangan darah <15% (<750 cc), takikardi <100x/mnt
syok hypo 2. Kehilangan darah 15-30% (750-1500 cc), takikardi 100-120x/mnt,
takipneu 20-30x/mnt, penurunan urin 20-30 cc/jam = ganti dengan
cairan kristaloid, monitor ttv, pasang dc
3. Kehilangan 30-40% (1500-2000 cc), takikardi >120x/mnt, takipneu
30-40x/mnt, penurunan urin 5-15 cc/jam, bingung = ganti dengan
cairan kristaloid 2 line, koloid, darah
4. Kehilangan darah >40% (>2000 cc), takikardi >140x/mnt, urin (-),
bingung bahkan tidak sadar = ganti dengan cairan kristaloid 2 line,
koloid, darah
Stage :
1. Initial stage : penurunan map, td normal/turun, pucat dingin keringat
di wajah dan ekstremitas, haus
2. Compensatory stage : td turun, pucat dingin keringat di wajah dan
ekstremitas, turgor turun, diaporesis, bu turun, pols cepat, rr ningkat,
urin turun, haus, cemas, kelelahan
3. Progressive stage : map turun, vasokontriksi, gagal mompa Na-K,
asidosis, difusi protein plasma, stimulasi sss, anoksia seluler general,
iskemia, asidosis, hiperkalemia
4. Irreversibel stage : anoxia jaringan, nekrotik, henti jantung, hipotensi,
pols cepat lemah ireguler, nafas cepat dangkal, krekles, wheezing,
sianosis, disorientasi, letargi, koma, areflexia, anuresis
Klasifikasi 1. Ringan : kehilangan cairan 5%, mukosa kering, nadi normal/tinggi,
dehidrasi ganti dengan cairan kristaloid (NaCl atau RL)
2. Sedang : kehilangan cairan 10%, mukosa kering, lesu, nadi cepat, TD
menurun, oliguria, ganti dengan cairan kristaloid (NaCl atau RL)
3. Berat : kehilangan cairan >15%, mukosa pecah, tidak sadar, TD
menurun, anuria, ganti dengan cairan kristaloid (NaCl atau RL)
RJP 1. Syarat :
a. Kecepatan 100-120x/mnt
b. Kedalaman (dewasa 5-6 cm, anak dan bayi 1/3 diameter dada)
c. Berikan jeda antara 1 kompresi dengan kompresi selanjutnya
d. Meminimalkan jeda
e. Berikan ventilasi (dewasa 30 : 2 (1 atau 2 penolong), anak dan bayi
30 : 2 (1 penolong) 15 : 2 (2 penolong))
Terapi jalan 1. Non weight bearing : kaki tidak boleh nyentuh lantai, 3 minggu post
(weight op
bearing) 2. Touch down weight bearing : berat kaki tidak lebih dari 5% beban
tubuh
3. Partial weight bearing : 30-50% dari beban tubuh, 3-6 minggu post op
4. Weight bearing as toleraten : 50-100% beban tubuh
5. Full weight bearing : 100% beban tubuh, 8-9 bulan post op
Persiapan ETT S : scope (laringoskop, stetoscope)
T : tube ETT (dewasa 6,8,5) (anak <6)
A : airway (suction, OPA, NPA, forcep, mc.gill
T : tape,plester
I : intraducer, mandrain, stylet
S : connetor ETT
C : spuit : 10 cc, silicain gel
BHD 1. 3a (aman penolong, pasien, lingkungan)
2. Cek respon
3. Call for help
4. Atur posisi
5. Curculation : cek nadi (tidak ada nadi RJP) (ada nadi cek jalan nafas)
6. Airway
7. Breathing
8. Dissability
9. Jika blm sadar : recovery posisi
Prinsip bidai 1. Perhatikan proteksi diri
2. Jangan lepas stabilisasi manual pada tulang yang cedera sampai
melakukan bidai
3. Jangan mereposisi/menekan fragmen tulang yang keluar kembali ke
tempat semula
4. Buka pakaian yang menutupi tulang yang patah sebelum memasang
bidai
5. Lakukan balut tekan pada fraktur terbuka
6. Bidai harus melewati sendi proksimal dan distal dari tulang yang
patah
7. Pada sendi yang cedera lakukan mobilisasi pada tulang proksimal dan
distal dari sendir tsb
8. Beri bantalan/padding untuk mencegah penekanan pada bagian tulang
yang menonjol di bawah kulit
9. Ssebelum dan sesudah bidai kaji pulsasi, sensori, motorik (PSM)
pada distal yang fraktur/cedera
Perhitungan 1. Rumus :
obat 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑋 𝐵𝐵 𝑋 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Pengencer : aquabides : 50 cc
2. Dobutamin : menaikan TD
1 𝑎𝑚𝑝 = 250 𝑚𝑔
250 𝑚𝑔 = 250.000 𝑚𝑐𝑔
250.000
= 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑜𝑏𝑢 𝑚𝑐𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑐𝑐
𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
3. Dopamin : manaikan TD
1 𝑎𝑚𝑝 = 200 𝑚𝑔
200 𝑚𝑔 = 200.000 𝑚𝑐𝑔
200.000
= 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑜𝑝𝑎 𝑚𝑐𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑐𝑐
𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
4. Vascon/nonepineprin
1 𝑎𝑚𝑝 = 4 𝑚𝑔
4 𝑚𝑔 = 4.000 𝑚𝑐𝑔
4.000
= 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑣𝑎𝑠𝑐𝑜𝑛 𝑚𝑐𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑐𝑐
𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
5. Anti iskemik : beta blocker, nitrat, calcium-channel blocker
6. Anti platelet : aspirin
7. Anti koagulan : heparin
Killip jantung 1. Tanda gagal jantung
2. S3 gallop, ronchi basal paru
3. Edema paru akut
4. Syok kardiogenik
Traksi Hal yang harus diperhatikan?
1. CRT, warna kulit
2. Sianosis, kebas/kesemutan
3. Bengkak
4. Gerak sendi
Diagnosa 1. Cidera servikal : jejas klavikula, multiple trauma
keperawatan 2. Cidera basis kranii : perdarahan lubang hidung/telinga, racon eyes,
beatle sign, brill hematoma
3. Penuruna kapasitas adaptif intrakranial : nyeri kepala, penurunan
kesadaran, muntah proyektil, edema palpebra hematoma sinistra
Intervensi 1. Asistol : cek nadi, pasang LED
2. Neck collar : trauma servikal, kapitis, multiple trauma
3. Masalah utama perdarahan : devisit volume cairan
4. Penurunan kesadaran : head up 15-30o, cairan elektrolit 2 line
5. Perdarahan : tekanan langsung pada luka/deep luka, resusitasi cairan 2
jalur
6. Hematemesis : resusitasi 2 line, guyur NaCl fisiologi hangat
7. Perdarahan mulut : atasi jalan nafas dengan servikal control
8. Perdarahan pada lengan yang putus : hentikan perdarahan dengan
memasang torniquet disekitar daerah yyang cidera
9. STEMI : PTCA, trombolistik (<12 jam), heparin (>12 jam)
10. Angioplasti coroner + revaskularisasi : PCI/bedah pintas jantung
11. Menurunkan TTIK : posisi supine dengan kepala ditengah
12. Kenaikan CPV gagal jantung : periksa letak zero point/level
13. Pembekuan darah : vit k
14. Jejas : log roll bersama 3 petugas
15. VT : RJP 30 : 2
16. Nyeri kaki, bengkak, panas, pus, rencana bone scan dan aspirasi :
pertahankan mobilisasi (back slab)
17. Kepercayaan klien pantang makan ikan : jelaskan siet penyembuhan
luka
18. Penurunan kesadaran, tidak mampu menggerkan anggota tubuh : ganti
posisi tiap 2 jam
19. Tindakan prioritas kll, penurunan kesadaran, fraktur terbuka di femur,
perdarahan masif : pastikan jalan nafas dan pasang neck kollar
20. Tindakan tepat penurunan kesadaran, kadar gula turun : beri cairan
dex. 40% bolus 2 flakon
21. Tindakan tepat monitor intake output (urin) : pasang DC/kateter
22. Tindakan tepat verban wsd rembes, bau/cairan serosa numpuk :
lakukan milking/memijit selang yang tersumbat selang wsd
23. Ada tahanan di OPA : membuka OPA
Respon 1. Denial : menyangkal
psikologis 2. Anger : marah
3. Anxiety : cemas
4. Pasif
5. Regresi : kemunduran tingkat perkembangan
ANAK
Keterangan :
Tidak asfiksia : 7-10
Asfiksia ringan – sedang : 4-6
Asfiksia berat : 0-3
PCS (pediatric a. Eye :
coma scale) 1. Tidak ada respon
2. Dengan nyeri
3. Dengan suara
4. Spontan
b. Verbal :
1. Tidak ada respon
2. Menggerang dengan nyeri
3. Menangis dengan nyeri
4. Iritabel, menangis
5. Baik, mengoceh
c. Motoric :
1. Tidak ada respon
2. Ekstensi
3. Fleksi abnormal
4. Fleksi terhadap nyeri
5. Dapat melokalisir nyeri
6. Menurut perintah
TTV 1. Nadi :
a. Prematur : 120-70
b. 0-3 bulan : 100-150
c. 3-6 bulan : 90-120
d. 6-12 bulan : 80-120
e. 1-3 tahun : 70-110
f. 3-6 tahun : 65-110
g. 6-12 tahun : 60-95
h. 12 tahun : 55-85
2. TD
a. Prematur : 55-75/35-45
b. 0-3 bulan : 65-85/45-55
c. 3-6 bulan : 70-90/50-65
d. 6-12 bulan : 80-100/55-65
e. 1-3 tahun : 90-105/55-70
f. 3-6 tahun : 95-110/60-75
g. 6-12 tahun : 100-120/60-75
h. 12 tahun : 110-135/65-85
3. RR
a. Prematur : 40-70
b. 0-3 bulan : 35-55
c. 3-6 bulan : 30-45
d. 6-12 bulan : 25-40
e. 1-3 tahun : 20-30
f. 3-6 tahun : 20-25
g. 6-12 tahun : 14-22
h. 12 tahun : 12.-18
Diagnosa 1. Mual muntah b.d distensi gaster : malformasi anorektal (muntah hijau,
keperawatan distensi abdomen, tidak bab)
2. Nyeri : post op pada bayi
3. Perubahan pola eliminasi urin : massa di skortum, bengkak, nyeri
tekan, jika tidak ditangani
4. Ikterus neonatus : kuning
5. Gangguan pemberian asi : trhentinya kontinuitas penyediaan ASI
6. Menyusui tidak efektif : tidak menetes, bayi jarang/tidak mau
menyusu, payudara abses dll
7. Gangguan tumbuh kembang : keterlambatan perkembangan
8. Gangguan perfusi jaringan serebral : hidrosefalus
Implementasi 1. TOF (tetralogi of fallot) : jika blue spell/tet spell/kebiruan : posisikan
bayi pada abdomen dengan postur lutut ditekuk ke dada (knee-chest)
2. Dbd : syok, gelisah, muntah darah, BAB hitam, perdarahn gusi,
ptekie, uji torniquet (+) : rehidrasi
3. Resiko integritas kulit karena kekuningan fototerapi : atur posisi
setiap 2 jam
4. Thalasemia (mongoloid) : transfusi darah
5. Tindakan utama sesak : berikan posisi semi fowler atau fowler
6. Ibu bingung merawat bayi : penkes perawatan bayi
7. Kurang pengetahuan prosedur post op : penkes pengobatan, dosis dan
efek samping
8. Perdarahan : transfusi
9. Tndakan utama Labiopalatoschizis, sulit menyusu : gunakan alat
minum khusus
10. Sesak, onchi : nebu
11. Prematur, reflwk rooting (-), hisap (-) : pasang OGT
12. Preputium anak tidak dapat ditarik ke belakang, menutupi uretra,
nyeri pipis : sirkumsisistoma
13. Pengeluaran fe berlebih : terapi kelasi besi
14. Tidak mencuci tangan dan suka membeli jajanan diluar sekolah :
ajarkan tentang PHBS
15. Tindakan yang tepat bayi rematur, sianosis, pucat : melakukan metode
kangguru
16. Tindakan tepat post sirkumsisi : ajarkan anak bermain meniup baling-
baling
17. Penurunan kesadaran, ortu tidak sanggup membiayai : Menjelaskan
pada keluarga bahwa anak harus tetap menjalani perawatan
Evaluasi 1. Demam, RDT (-) : suhu tubuh kembali normal
Skor FLACC a. Face/wajah :
0. Tidak ada ekspresi khusus, senyum
1. Meringis/menarik diri
2. Menggertakan dagu dan mengatupkan rahang
b. Leg/kaki :
0. Normal, rileks
1. Gelisah, tegang
2. Menendang, kaki tertekuk, melengkungkan punggung
c. Aktivity/aktivitas :
0. Berbaring tenang, posisi normal, mudah bergerak
1. Menggeliat, tidak bisa diam, kaku mengerang
2. Kaku atau menghentak
d. Cry/menangis :
0. Tidak menangis
1. Merintih, merengek, mengeluh
2. Terus menangis, berteriak, sering mengeluh
e. Consability/konstabiliti :
0. Rileks
1. Dapat ditenangkan dengan sentuhan, pelukan, bujukan, dapat
dialihkan
2. Sulit dibujuk
Interpretasi :
Tanpa rasa sakit : 0
Nyeri ringan : 1-3
Nyeri sedang : 4-6
Nyeri berat : 7-10
Imunisasi 1. Wajib :
a. 0-24 jam/1-7 hari : HB0 atau hepatitis B
b. 1 bulan : BCG, Polio 1
c. 2 bulan : DPT-HB-HIB 1, Polio 2
d. 3 bulan : DPT-HB-HIB 2, Polio 3
e. 4 bulan : DPT-HB-HIB 3, Polio 4, IPV
f. 9 bulan : campak
2. Lanjutan :
a. 18 bulan : DPT-HB-HIB (12 bulan setelah DPT-HB-HIB 3)
b. 18 bulan : campak (6 bulan setelah campak pertama)
3. Sekolah :
a. 1 SD : campak, DT (agustus-november)
b. 2 SD : TD (november)
c. 5 SD : TD (november)
4. WUS :
a. TT 1 : kunjungan pertama
b. TT 2 : 4 minggu setelah TT 1
c. TT 3 : 6 bulan setelah TT 2
d. TT 4 : 1 tahun setelah TT 3
e. TT 5 : 1 tahun setelah TT 4
5. Lokasi :
a. BCG : di intrakutan (insertio musculus deltoideus/lengan kanan
atas), dosis 0.05 ml
b. DPT-HB-HIB : di intramuskular (anterolateral/paha atas), dosis 0.5
ml
c. Polio : OPV/oral (2 tetes), IPV/injek di intramuskular/subkutan
dalam (0.5 ml)
d. Campak : di subkutan (lengan kiri atas atau anterolateral/paha atas)
e. DT/difteri : di intramuskular/subkutan dalam, dosis 0.5 ml
f. TT : di intramuskular/subkutan dalam, dosis 0.5 ml
Usia koreksi 1. Rumus usia koreksi :
𝑈𝑠𝑖𝑎 𝑘𝑟𝑜𝑛𝑜𝑙𝑜𝑔𝑖𝑠 − 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
2. Rumus faktor koreksi :
40 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 − 𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑔𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
3. Rumus usia kronologis :
𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎𝑎𝑛 − 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟
4. 1 minggu = 7 hari
1 bulan = 30 hari
Taksiran berat 1. Rumus :
janin (𝑇𝐹𝑈 − 𝑁)𝑋 155
2. HI - N 13 : bila kepala belum melewati PAP = PAP
3. HII - N 12 : bila kepala berada diatas spina isciadika = melalui pinggir
bawah simpisi
4. HIII - N 11: bila kepala berada dibawah spina ssciadika
5. HIV : melalui ujing os coccyangis
Reflek bayi 1. Gallant : tengkurep, prone, sisi punggung tepi disentuh jari
membentuk garis dari atas kebawah, reflek berupa ayunan panggul
pada sisi yang sama, usapan dan sentuhan
2. Morro : kaget, respon bayi gerakan ayun merentangkan kaki
3. Ekstrusi : menekan lidah/di sentuh, respon bayi akan mendorongnya
keluar
4. Glabella : ketukan halus pada area dahi diantara dua alis mata, respon
bayi akan menutup mata dengan rapat
5. Rooting : menyentuh pipi bayi, respon bayi akan menoleh ke arah
tersebut dan membuka mulutnya
Denver II 1. Sektor :
a. Personal sosial : kemampuan anak untuk memenuhi kebutuhan dan
kemampuan anak bersosialisasi dengan lingkungan
b. Motorik halus : kemampuan koordinasi kedua organ, contoh mata
dengan tangan
c. Motorik kasar : kemampuan otot besar, contoh duduk, jalan,
melompat
d. Bahasa : kemampuan anak dalam berbicara
2. Interpretasi :
a. Normal : tidak delay, 1 caution
b. Suspect : >2 caution, >1 delay
c. Untestable : 1 refusi perkembangan, tidak dapat diuji
KPSP 1. 9-10 sesuai
2. 7-8 meragukan
3. <6 penyimpangan
Klasifikasi 1. Solitary play : independen/sendiri
terapi bermain 2. Paralel play : masing-masing memiliki permainan yang sama tapi
tidak ada interaksi
3. Assosiaty play : berkelompok, aktivitas sama tapi belum terorganisir
4. Cooperativ play : bersama, berkelompok sudah terorganisir
5. Oonloker play : melihat permainan tapi tidak ikut bermain
didalamnya
6. Therapeutik play : menggunakan alat
Jenis terapi 1. Usia 0-1 :
bermain a. Permainan kerincing
b. Sentuhan benda tekstur lembut : boneka
c. Mengamati mainan : benda bergerak
d. Meraih mainan
e. Bermain bunyi-bunyian
f. Mencari mainan
g. Menyusun donat plastik warna warni
h. Mengenal bagian tubuh
2. Usia 1-3 :
a. Arsitek menara : menyusun kubus
b. Tebak gambar
c. Menyusun puzzle
3. Usia 4-6 :
a. Bola keranjang
b. Dokter-dokteran/ peran
c. Bermain abjad
d. Boneka tangan
4. Usia 6-12 :
a. Melipat kertas origami
b. Mewarnai gambar
c. Menyusun puzzle
d. Menggambar bebas
e. Bercerita
f. Meniup balon
Pemeriksaan 1. Tanya :
dehidrasi a. Sudah berapa lama?
b. Adakah darah dalam tinja?
2. Inspeksi dan palpasi :
a. Keadaan umum : letargi, tidak sadar, gelisah, rewel
b. Mata cekung
c. Beri minum : tidak mau minum, haus
d. Cubit kulit perut untuk mengetahui turgor : lambat, sangat lambat
>2 dtk
Prinsip 1. Kateter masuk tidak kasar
atraumatic 2. Kateter sampai ujung karina dan ditarik 1-2 cm
3. Keluarkan dengan memutar
4. Tekanan suction :
a. Dewasa : 100-120 mmHg
b. Anak : 95-110 mmHg
c. Bayi : 80-100 mmHg
SOP 1. Inform konsen
memandikan 2. Tuangkan air ke bak mandi dan atur suhu menggunakan siku/bagian
dorsal lengan bawah
3. Lepas pakaian bayi
4. Pegang bayi dibawah lengan dengan kepala bayi berada pada telapak
tangan yang tidak dominan dan topang tubuh bayi menggunakan
lengan bawah dan siku
5. Tutup telinga bayi dengan ibu jari dan jari tangan yang tidak dominan
6. Basahi rambut dan usapkan sabun/sampo serta cuci kulit kepala
dengan lembut. Bilas dengan air dan keringkan rambut dengan
handuk
7. Lap mata mulai dari daerah kantus luar menggunakan kapas usap
basah. Bersihkan wajah dengan air dan tepuk –tepuk kering
8. Letakan bayi didalam bak air dengan bahu, leher dan kepala ditopang
oleh tangan yang tidak dominan dan badan serta tungkai serta tungkai
berada didalam air. Usapkan sabun dan bilas permukaan ventral
9. Putar bayi di tangan sedemikian rupa sehingga leher dan dada
tertopang. Usapkan sabun dan bilas permukaan dorsal dengan
perhatian lebih pada lipatan-lipatan kulit
10. Bentangkan handuk diatas permukaan datar. Letakan bayi diatasnya
dan keringkan
11. Bersihkan umbilikus dengan lidi usap
12. Pakaikan baju bayi
13. Serahkan bayi ke ibu untuk di susui
MATERNITAS
Note :
1. Djj/30 menit
2. PD/4 jam
Langkah 1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
persalinan a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran (desakan janin)
normal b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vaginanya
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan.
a. Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal
bahu bayi. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril
sekali pakai di dalam partus set steril atau DTT.
b. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih
3. Melepaskan semua perhiasan. Mencuci kedua tangan
4. Memakai sarung tangan steril untuk pd.
5. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik
6. Membersihkan vulva dan perineum
a. Jbersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi)
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi
7. Lakukan pemeriksaan dalam
a. Bila selaput ketuban belum pecah, dan pembukaan sudah lengkap,
maka lakukan amniotomi.
8. Dekontaminasi sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
9. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi
uterus
a. Mengambil tindakan jika DJJ tidak normal
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan pada partograf.
11. Beritahukan pembukaan sudah lengkap dan bantu posisikan ibu
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, pantau kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin serta dokumentasikan semua temuan
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk
mendukung untuk meneran secara benar.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa
ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
setengah duduk atau posisi nyaman).
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran.
a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
b. Dukung dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman (kecuali posisi berbaring
terlentang dalam waktu yang lama).
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e. Anjurkan keluarga memberi dukungan. Berikan asupan cairan per-
oral
f. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
g. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak segera lahir setelah 2 jam
meneran pada primigravida atau setelah 1 jam meneran pada
multigravida.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
60 menit.
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat &
bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu
untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat, dan potong diantara dua klem tersebut.
21. Tunggu kepala bayi melakukan paksi luar secara spontan
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental, anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul
di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri & memegang lengan dan siku sebelah
atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata
kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
25. Lakukan penilaian (selintas)
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif ? Jika bayi tidak menangis,
tidak bernafas atau mengap-mengap lakukan langkah resusitasi
26. Keringkan tubuh bayi
a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.
b. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan
bayi di atas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-
kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu)
dan jepit kembali tali pusat 2 cm bagian distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi
tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel
di dada/perut ibu. Usahakan kepala berada diantara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi.
34. Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis
untuk mendeteksi, sedangkan tangan lain memegang tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas
(dorso-kranial) secara hatihati (untuk mencegah inversio uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali
pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur di atas.
a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros
jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5- 10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
1) Berikan dosis ulangan oksitosin 10 unit IM.
2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4) Ulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau
bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin, kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan.
a. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-
jari tangan atau klem DTT untuk mengeluarkan bagian selaput
yang tertinggal.
39. Segera setelah plasenta & selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras).
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi pastikan
selaput ketuban lengkap & utuh. Masukkan plasenta ke dalam
kantung plastik atau tempat khusus.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan
yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
per vaginam.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini
dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung
sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
b. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes
mata antibiotik profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha
kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
a. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan. Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum
berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai
bayi berhasil menyusu.
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi & mencegah perdarahan pervaginam
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan d. Jika uterus
tidak berkontraksi dengan baik, maka lakukan asuhan yang sesuai
untuk menangani antonia uteri.
47. Ajarkan ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksa nadi ibu & keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama
jam kedua pasca persalinan.
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu setiap jam selama 2 jam pertama
pasca persalinan.
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5 0 C).
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%.
Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yg terkontaminasi ke tempat sampah
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih
dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit.
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV.