Laboratorium Tambang
M - II
KOMINUSI (SECONDARY CRUSHING)
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah yang telah memberikan nikmat dan
hidayah-Nya kepada kita. Sholawat serta salam tidak lupa kita panjatkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan
terima kasih kepada staff dan jajaran Laboratorium Tambang yang telah
membimbing selama kegiatan praktikum ini.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada orang tua dan
teman – teman yang telah memberikan dukungan serta semangat sehingga
penulis dapat menyusun Laporan awal . Tidak banyak kata yang penulis
sampaikan, apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan resume ini, penulis
memohon maaf yang sebesar- besarnya karena penulis telah berusaha
semaksimal mungkin. Semoga apa yang penulis tulis di dalam laporan awal ini
bisa bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga kepada orang yang membaca.
i
II-ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
M-II KOMINUSI (SECONDARY CRUSHING)..........................................II-1
2.1 Tujuan................................................................................................II-1
2.2. Teori Dasar........................................................................................II-1
2.3 Double Roll Crusher............................................................................II-3
2.3.1 Cone Crusher.............................................................................II-3
2.3.2 Impact Crusher...........................................................................II-4
2.4 Alat dan Bahan....................................................................................II-6
2.4.1 Alat.............................................................................................II-6
2.4.2 Bahan.........................................................................................II-6
2.5 Prosedur Percobaan...........................................................................II-6
2.6 Rumus yang Digunakan......................................................................II-6
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................II-8
ii
II-1
M-II
KOMINUSI (SECONDARY CRUSHING)
2.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian secondary crushing
2. Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan pada secondaty crushing
3. Untuk mengetahui alasan kenapa harus dilakukan secondary crushing
2.2. Teori Dasar
Kominusi merupakan salah satu proses atau tahapan yang ada termasuk
ke dalam kegiatan pengolahan bahan galian baik pada bahan galian mineral
ataupun bijih. Komunisi itu mempunyai prinsip yang terjadi pada suatu bahan
galian atau bisa juga di bahan tambang yang diambil pada saat dilapangan yang
mempunyai bentuk bongkahan dengan ukuran yang cukup besar, kemudian
dilakukannya uji di laboratorium dengan menggunakan cara kominusi. Setelah
melakukan proses kominusi akan memperoleh bahan galian dengan ukuran yang
lebih kecil dari sebelumnya ukurannya besar menjadi ukuran yang lebih kecil
atau bajkan bisa sampai ukurannya sangat kecil.
Dimana bahan galian yang diambil secara langsung pada saat dilapangan
itu jarang sekali menemukan bahan galian dengan ukuran yang kecil, biasanya
bahan galian yang diambil langsung dari lapangan memilki ukuran seperti
bokahan atau bisa dibilang ukurannya itu lumayan besar, dengan adanya
kominusi maka akan mempermudah merubah ukuran dari bahan galian yang
sebelumnya bahan galiannya berukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil
lagi supaya lebih mudah untuk lanjut ke proses atau tahapan selanjutnya.
Bahan galian yang diambil langsung dari lapangan itu akan mempunyai
kadar yang rendah,dikarenakan masih banyaknya pengotor atau biasa disebut
dengan talling yang menggangu, maka dari itu dilakukannya kominusi supaya
dapat memisahkan antara konsentrat mineral berharga dengan mineral tidak
berharga atau mineral yang tidak dibutuhkan dimana mineral tersebut tidak
mempunyai nilai jual yang menguntungkan.
Sehingga nanti setelah melalui proses pemisahan mineral berharga
dengan mineral yang tidak berharga maka bisa dilanjutkan ke tahap proses
I-1
II-2
Sumber : Elbar.2021
Gambar 2.1
Proses Secondary Crusher
Sumber : Jia.2019
II-3
Gambar 2.1
Cone Crusher
2.3 Double Roll Crusher
Double roll crusher memiliki dua roll crusher dimana diameter antara
kedua roll crusher tersebut sama,berputar di sumbu yang sejajar dengan arah
putarannya itu berlawanan. Bahan utama dari kedua roll tersebut adalah baja,
terbuat dari baja itu sebagai penghancur dan apabali roll tersebut sudah haus
dapat diganti dengan roll yang baru. Roll tersebut dapat diatur jaraknya sesuai
dengan tingkat kehalusan yang diinginkan.
Secondary crushing,merupakan suatu proses penghancuran yang
dilakukan terhadap bahan tambang oleh kedua roll yang digerakan dengan motor
penggerak. Proses awal dari peremukan pada double crusher itu bermula dari
umpan (feed) yang dimasukkan ke dalam (feeder), yang terjepit diantara dua roll
yang saling berputar hingga hancur.
Sumber : Himashu.2014
Gambar 2.2
Double Roll Crusher
2.3.1 Cone Crusher
Cone Crusher merupakan salah satu jenis dari alat penghancur yang
biasanya digunakan atau dipakai pada beberapa kegiatan seperti pada kegiatan
pertambangan,kontruksi pembangunan pada industri dan jalanan. Selain
digunakan dalam beberapa kegiatan diatas cone crusher biasa digunakan untuk
menghancurkan mineral yang sifatnya keras dan menengah,kuarsa,bijih
tembaga,batugamping,batupasir,dan lain – lain
Cone crusher terdiri dari beberapa bagian, diantaranya yaitu ada
bingkai,pengkat transmisi,hollow eccentric haft,bearing yang mempunyai bentuk
seperti bunga,penghancur yang menyerupai kerucut,dan tempat pengatur
tekanan hidrolik untuk mengatur discharging opening.
II-4
Sumber : Andri.2019
Gambar 2.3
Impact Crusher
Dimana bahan galian yang diambil secara langsung pada saat dilapangan
itu jarang sekali menemukan bahan galian dengan ukuran yang kecil, biasanya
bahan galian yang diambil langsung dari lapangan memilki ukuran seperti
bokahan atau bisa dibilang ukurannya itu lumayan besar, dengan adanya
kominusi maka akan mempermudah merubah ukuran dari bahan galian yang
sebelumnya bahan galiannya berukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil
lagi supaya lebih mudah untuk lanjut ke proses atau tahapan selanjutnya.
Bahan galian yang diambil langsung dari lapangan itu akan mempunyai
kadar yang rendah,dikarenakan masih banyaknya pengotor atau biasa disebut
II-5
dengan talling yang menggangu, maka dari itu dilakukannya kominusi supaya
dapat memisahkan antara konsentrat mineral berharga dengan mineral tidak
berharga atau mineral yang tidak dibutuhkan dimana mineral tersebut tidak
mempunyai nilai jual yang menguntungkan.
Sehingga nanti setelah melalui proses pemisahan mineral berharga
dengan mineral yang tidak berharga maka bisa dilanjutkan ke tahap proses
selanjutnya, karena bahan galian tersebut sudah memiliki konsentrat mineral
berharga yang tinggi.
1. Secondary Crushing
Secondary Crushing merupakan tahapan yang kedua, di proses ini
material yang sudah berukuran 4 inci diperkecil lagi ukurannya menjadi
0,4 inci. Alat yang digunakan yaitu : Jaw crusher,gyratory crusher,dan
cone crusher.
Sumber : Elsevier.2016
Gambar 1.4
Gyratory Crusher
Gyratory Crusher mempunyai kapasitas yang tergantung dengan :
a. Sifat alamiah material yang dihancurkan
b. Permukaan dari concave dan crushing head yang dapat
mempengaruhi gesekan material
c. Kandungan air,putaran, dan dape
2. Fine Crushing
Fine Crushing merupakan tahap terakhir untuk mencapai ukuran
maksimal, yang awalnya material berukuran bongkah menjadi ukuran
beberapa inci
II-6
Sumber : Dedi.2019
Gambar 1.5
Coner Crusher
.....................................(2.1)
II-7
2. Physical Availability
..................................
(2.2)
3. Use Of Availability
........................................
(2.3)
4. Effective Utilization
..................................(2.4)
5. Limit Reduction Ratio
............................................................(2.5)
DAFTAR PUSTAKA
II-8