Otonomi moral
Otonomi ini sebenarnya memiliki arti manusia menaati kewajibannya karena
sesuatu hal yang bernilai dan menjadi bagian dari tanggung jawab manusia itu sendiri.
Hanya manusia yang berotonomi moral yang tentu taat dan patuh pada hukum.
Kaitannya dengan etika bisnis konstruksi ini ialah untuk memperkuat kesadaran para
pelaku bisnis konstruksi di Indonesia, ini adalah upaya untuk meningkatkan otonomi
moral pelaku bisnis tersebut.
Peningkatan otonomi moral dapat diperoleh dengan cara melatih dan menyempurnakan
kemampuan/kreativitas para pelaku bisnis tersebut.
Menurut Martin dan Schinzinger (1994), disebutkan bahwa ada beberapa keterampilan
yang memiliki hubungan dengan kemampuan/kreativitas, antara lain :
1. Memiliki kemahiran dalam mengenali suatu permasalahan serta isu-isu moral di
dalam bisnis konstruksi
2. Memiliki keterampilan memahami, menjelaskan secara kritis dan mengkaji
argumen yang berlawanan dari isu-isu moral
3. Memiliki kemampuan dalam membentuk sudut pandangan yang konsisten serta
komprehensif
4. Memiliki keadaan yang imajinatif tentang berbagai respon alternatif terhadap isu-
isu dan pemecahan kreatif atas kesulitan yang dihadapi
5. Memiliki kepekaan terhadap kesulitan yang terjadi
6. Peningkatan ketepatan dalam penggunaan bahasa etika yang lazim
7. Meningkatnya penghargaan baik terhadap kemungkinan dalam pemecahan
konflik moral serta perlunya toleransi perbedaan di kalangan orang-orang
8. Pentingnya integrasi antara profesional dengan keyakinan