Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHUALUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan sebuah lembaga tidak lepas dari manajemen pengelolaan

yang diterapkan oleh lembaga pendidikan itu sendiri, sehingga menjadi nilai dasar

pada suatu lembaga. Manajemen dalam suatu lembaga merupakan suatu hal yang

sangat penting dalam pengelolaan lembaga tersebut.

Manajemen secara umum adalah sebagai kegiatan mengurusi atau

kemampuan dalam mengatur, mengontrol dan menjalan suatu urusan.1 Stoner

menyatakan yang bahwa manajemen adalah proses yang terdiri dari perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian sebagai upaya anggota organisasi

menggunakan semua sumberdaya manusia dalam organisasi untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.2 Sedangkan George R. Terry menyatakan

manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari beberapa tindakan yaitu

planning, organizing, actuating dan controling.3

Sekarang jelas bahwa manajemen menurut George R. Terry ada empat

macam yaitu, planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating

(pelaksanaan) dan controling (pengwasan).

Dari uraian paparan teori diatas dapat dipahami bahwa manajemen yaitu

terdiri dari plaining, organizing, aktuating dan controling (POAC), atau dalam
1
Fitzedward Hall, Kamus Oxford Ennglish, (Oxford: 2005), h. 81.
2
James A.F. Stoner dkk, Manajemen Jilid 1, (Jakrta: Intermedia, 1992), h 39
3
Erwin Firdaus, dkk, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: yayasan Kita Menulis,
2021), h. 4.
1
2

bahasa indonesia adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

pengawasan.

Ketua Majelis Pendidikan Aceh (MPA), dalam menjalankan kegiatan

kepemimpinannya berjalan melalui tahapan kegiatan yaitu sebagai berikut:

Pertama, perencanaan (planning). Pada dasarnya perencanaan adalah menjawab

pertanyaan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, dan dimana

dilakukannya, oleh siapa dan kapan dilakukannya, Kedua, pengorganisasian

(organizing). Ketua Majelis Pendidikan Aceh (MPA) sebagai pemimpin yang

bertugas untuk menjadikan kegiatan-kegiatan lembaga formal maupun lembaga

informal agar berjalan lancar, sehingga tujuan lembaga formal maupun lembaga

informal dapat tercapai. Ketiga, pelaksanaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh

seorang ketua Majelis Pendidikan Aceh (MPA) untuk mengawali dan melanjutkan

kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar

tujuan-tujuan dapat tercapai. Keempat , pengawasan (controlling) adalah tindakan

atau kegiatan usaha agar pelaksanaan pekerjaan serta hasil kerja dapat sesuai

dengan rencana, perintah, petunjuk atau kekuatan lainnya yang telah ditetapkan.

Dalam buku manajemen organisasi pendidikan disebutkan bahwa fungsi

manajemen meliputi: perencanaan (planning) dalam pengambilan keputusan.

Pengorganisasian (organizing), pengaturan (directing), koordinasi (coordinating),


3

kepemimpinan (leadership), komunikasi (communicating), dan pengawasan

(controling).4

Berdasarkan uraian diatas dapat penulis mengambil kata kunci bahwa

segala pekerjaan akan terorganisir apabila pekerjaan tersebut dilakukan dengan

baik. Penerapan manajemen disebuah lembaga atau pada sebuah instansi, baik itu

intansi formal maupun non formal seorang manajer sebagai pemimpin dalam

suatu lembaga harus mampu mempengaruhi dan memotifasi dalam meningkatkan

partisipasi karyawan atau para bawahannya dalam bekerja. Sejatinya pimpinan

mengentahui seni tentang kepemimpin, mengiuasai penerapan ilmu manajemen,

serta mampu membangun solidaritas dengan kreatifitas komunikasi dan konslidasi

kepada lembaga yang dipimpinnya.

Ajaran Islam, memandang manajemen sebagai perwujudan amal saleh

yang bertitik tolak dari niat baik. Dari niat baik tersebut muncullah motivasi

sebagai aktifitas untuk mencapai hasil optimal demi kesejahteraan bersama. 5

Dalam mengembangkan manajemen menurut pandangan Islam ada empat macam

yaitu kejujuran, keterbukaan, kebenaran, dan keahlian.6 Seorang pemimpin

sebagai manager dalam sebuah lembaga harus memiliki keempat sifat utama

tersebut agar manajemen yang dijalankannya dapat tercapai dengan hasil yang

maksimal.

4
Syafaruddin, Manajemen Organisasi Pendidikan, Perspektif Sains dalam Islam, Cet. 3
(Medan: Perdana Publishing, 2017), h. 67-108
5
Saifullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 41
6
Ibid.
4

Berikut ini diantara lembaga-lembaga pendidikan yang ada di provinsi

Aceh, yaitu adanya suatu lembaga Majelis Pendidikan Aceh (MPA). Majelis

Pendidikan Aceh (MPA) berfungsi untuk mengevaluasi dan menilai pelaksanaan

kebijakan dan program pendidikan baik pendidikan yang formal maupun yang

informal.

Majelis Pendidikan Aceh (MPA) dibentuk pada tanggal 22 Februari 2019,

pembentukan tersebut bertujuan untuk pelaksanaan sesuai dengan ketentuan pasal

218 ayat 1 tentang undang-undang Nomor 11 tahun 2006 tentang pemerintah

Aceh dan dalam Undang-undang RI Nomor 95 Tahun 2016 tentang perangkat

daerah Aceh perlu dilakukan pengaturan kembali tentang susunan organisasi dan

tata kerja Majelis Pendidikan daerah atau (MPD)7. Sehubungan dengan terjadinya

perubahan nomenklatur Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Kabupaten Aceh

Timur menjadi Majelis Pendidikan Aceh (MPA) Kabupaten Aceh Timur yang

berdasarkan peraturan menteri dalam negeri Republik Indonesia Nomor 95 Tahun

2016 tentang perangkat daerah dan qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 3 Tahun

2017 tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah istimewa dan

khususnya Kabupaten Aceh Timur, sehingga perlu dilakukan pencabutan dan

pengaturan kembali terhadap peraturan qanun Kabuapaten Aceh Timur No 4

Tahun 2014 mengenai susunan organisasi dan tentang tata pelaksanaan kerja

Majelis Pendidikan daerah atau MPD Kabupaten Aceh Timur.8

7
Qanun Pemerintah Aceh Timur No 1 Tahun 2019, (Online) diakses 28 Agustus 2017.
8
Ibid.
5

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, MPA Kabupaten Aceh Timur

belum melaksanakannya dengan maksimal. Hasil observasi awal peneliti pada

tanggal 20 Agustus 2020 di Majelis Pendidikan Aceh (MPA) Kabupaten Aceh

Timur terdapat pegawai yang bekerja dan bertugas pada lembaga MPA Kabupaten

Aceh Timur masih kurang disiplin dalam bekerja sesuai dengan jadwal, tugas dan

fungsinya masing-masing.9 Hal ini terlihat dari beberapa temuan di lapangan,

berupa; adanya karyawan/pegawai MPA Kabupaten Aceh Timur yang telat masuk

kerja, keluar jam kerja hanya sekedar duduk-duduk di kantin sekitar, ataupun

cepat pulang kerja dari jadwal yang ditetapkan. Tentunya fakta seperti ini tidak

bisa dibiarkan berlarut-larut.

Majelis Pendidikan Aceh (MPA) juga harus memperkuat kerjasama

dengan seluruh pegawainya yang bekerja pada lembaga Majelis Pendidikan Aceh

(MPA). Begitu pula dalam hal kedisplinan kerja pegawainya, seorang ketua MPA

harus tegas dan harus bersifat objektif. Manajemen ketua Majelis Pendidikan

Aceh (MPA) menjadi suatu persoalan penting dalam sistem pengelolaan lembaga

MPA, karena maju tidaknya lembaga MPA sangat tergantung kepada tata kelola

dan sistem manajemennya. Disiplin kerja pegawai juga punya kaitan erat dengan

standar kerja yang telah ditentukan oleh lembaga MPA, artinya disiplin kerja

pegawai menunjukkan keadaan tertentu dimana adanya kepatuhan pegawai MPA

terhadap peraturan yang ada pada Majelis Pendidikan Aceh (MPA) tersebut.

9
Observasi awal peneliti pada tanggal 20 Agustus 2020.
6

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, untuk dapat mengetahui lebih

lanjut, lebih dekat dan lebih mendalam maka peneliti perlu mengadakan penelitian

yang berjudul “Manajemen Ketua Mejelis Pendidikan Aceh (MPA) dalam

Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai (Studi Kasus Pada Majelis

Pendidikan Aceh Kabupaten Aceh Timur)”.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

yang menjadi masalah pokok penelitian adalah “Bagaimana Manajemen Ketua

MPA dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai”.

Sejalan dengan masalah penelitian tersebut, maka secara operasional

masalah tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan ketua MPA dalam meningkatkan displin kerja

pegawai?

2. Bagaimana pengorganisasian ketua MPA dalam meningkatkan disiplin

kerja pegawai?

3. Bagaimana pelaksanaan ketua MPA dalam meningkatkan disiplin kerja

pegawai?

4. Bagaimana pengawasan dan evaluasi kerja ketua MPA dalam

meningkatkan disiplin kerja pegawai?

C. Tujuan Penelitian
7

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan

umum dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan manajemen ketua MPA

dalam meningkatkan disiplin kerja Pegawai MPA Kabupaten Aceh Timur.

Sejalan dengan tujuan umum penelitian ini yang telah dikemukakan di

atas, maka secara operasional tujuan penelitian tersebut dapat dijabarkan sebaga

berikut:

1. Untuk mendeskripsikan perencanaan ketua MPA dalam meningkatkan

disiplin kerja pegawai.

2. Untuk mendiskripsikan pengorganisasian ketua MPA dalam meningkatkan

disiplin kerja pegawai.

3. Untuk mendiskripsikan pelaksanaan ketua MPA dalam meningkatkan

disiplin kerja pegawai.

4. Untuk mendiskripsikan pengawasan dan evaluasi kerja ketua MPA dalam

meningkatkan disiplin kerja pegawai?

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoritis dan secara praktis:

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:


8

1) Bagi ketua Majelis Pendidikan Aceh Timur, penelitian ini diharapkan

dapat digunakan sebagai informasi atau masukan tantang tata cara

penerapan disiplin kerja pegawai pada MPA Kabupaten Aceh Timur.

2) Bagi pegawai, khususnya pegawai MPA Kabupaten Aceh Timur, hasil

penelitian ini dapat bermanfaat terhadap disiplin kerjanya pada MPA

Kabupaten Aceh Timur.

b. Manfaat Praktis

Adapun manfaat secara praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini

adalah:

1) Bagi peneliti, penelitin ini dapat dijadikan sebagai informasi tantang

manajemen ketua MPA dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai

pada lembaga MPA Kabupaten Aceh Timur.

2) Penilitian ini dapat ditindak lanjuti oleh ketua MPA Kabupaten Aceh

Timur dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai di lingkungan MPA

Kabupaten Aceh Timur, sehingga dapat memperbaiki kedisiplinannya

dalam bekerja pada masa yang akan datang.

3) Dapat menambah khazanah keilmuan di bidang manajemen ketua

MPA dalam meningkatkan disiplin kerja pegawainya pada MPA

Kabupaten Aceh Timur dan menjadi referensi bagi peneliti

selanjutnya.
9

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian yang berjudul “(Manajemen Ketua Majelis

Pendidikan Aceh (MPA) dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai antara lain

sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis

1) Diharapkan dapat memperluaskan wawasan khazanah ilmu

pengetahuan mengenai problematika manajemen ketua MPA dalam

meningkatkan displin kerja pegawai.

2) Dapat menambah khazanah keilmuan manajemen pendidikan Islam

yang dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.

b. Kegunaan Secara Praktis

1) Bagi Ketua MPA, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai

kontribusi positif dalam meningkatkan disiplin kerja pegawainya

dikabupaten Aceh Timur.

2) Bagi pegawai, sebagai tenaga kerja atau staf yang bertugas pada MPA

Kabupaten Aceh Timur, dapat dijadikan barometer dalam menjalankan

tugasnya secara komprehensif dan berkualitas.


10

E. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari dari kesalahpahaman para pembaca dalam memahami

maksud tentang isi dan arah pembahasan karya ilmiah ini, maka penulis

melengkapi dengan penjelasan beberapa istilah yang terdapat dalam judul tesis ini

yaitu:

1. Manajemen Ketua MPA

Manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari suatu rangkaian

perencanaan, pengawasan, pengorganisasian, pengendalian atau pengawasan yang

dilakukan untuk menentukan dalam mencapai tujuan atau sasaran tertentu yang

telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya

lainnya.10

Pengertian ketua MPA, ketua adalah seorang pemimpin dalam sebuah

lembaga atau sebuah instansi terkait. Pemimpin dalam sebuah organisasi yang

memiliki peran penting dalam mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya.11

MPA adalah badan normatif yang berbasis masyarakat dan bersifat

independen yang dibentuk untuk memberikan pertimbangan pada pemerintah

daerah dalam menentukan kebijakan di bidang pendidikan.12

10
Mochtar Efendy, Manajemen Kepemimpinan dalam Organisasi, (online), Jurnal Ilmu
Akuntansi dan Bisnis Syariah Vol. 1. No. 2 Juli 2019, diakses 16 Novemeber 2020.
11
Usep Deden Suherman, Pentingnya Kepemimpinan dalam Organisasi, (online), Jurnal
Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah Vol. 1, No. 2, Juli 2019, diakses 16 November 2020.
12
Cut Meutia, Implementasi Tugas dan fungsi Mejelis Pendidikan Daerah..., (Online)
diakses 28 Agustus 2017.
11

Ketua MPA adalah seorang pemimpin dalam lembaga MPA yang

mempunyai peran penting dalam mengarahkan dan mempengaruhi para

bawahannya yang berkerja pada lembaga MPA tersebut.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa manajemen ketua MPA adalah

proses yang terdiri dari rangkaian perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,

pengorganisasian dan pegendalian, atau pengawasan yang dilakukan oleh ketua

MPA terhadap lembaga MPA itu sendiri.

2. Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai

Dalam rangka menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas

dibutuhkan penerapan disiplin kerja yang tinggi. Disiplin kerja adalah kerelaan

dan kesediaan pegawai untuk dapat mematuhi dan mentaati norma dan perturan

yang berlaku disekitarnya.13

Pagawai dan karyawan merupakan sumberdaya manusia atau penduduk

yang bekerja disuatu institusi baik pada institusi pemerintah maupun swasta.

Menurut Undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang perubahan Undang-

undang nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian, bahwa yang

dimaksud dengan pegawai adalah warga negara Republik Indonesia yang

mematuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan undang-undang yang

13
Agustin Sukses Dakhi, Kiat Sukses dalam Meningkatkan Disiplin Siswa, Cet. 1,
(Yogyakarta: Depublish , 2020), h. 6
12

berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas negara dalam

suatu jabatan serta digaji menurut peraturan undang-undang yang berlaku.14

Uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam meningkatkan displin kerja

pegawai, seorang pemimpin pada sebuah lembaga pendidikan harus mampu

menciptakan disiplin kerja kepada pegawainya, agar pegawainya dapat berusaha

mencegah terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan yang telah disetujui bersama

dalam melakukan kegiatan pada sebuah lembaga tempat ia bekerja.

3. Mejelis Pendidikan Aceh Kabupaten Aceh Timur

MPA merupakan badan normatif yang berbasis masyarakat dan bersifat

independen yang dibentuk untuk memberikan pertimbangan kepada pemerintah

daerah dalam menentukan sebuah kebijakan dibidang pendidikan.15

Majelis Pendidikan Daerah MPA Kabupaten Aceh Timur, beralamat di

pusat Pemerintahan Kabuapaten Aceh Timur, Gampong Titi Baro Kecamatan Idi

Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur.

F. Kajian Terdahulu

Tujuan untuk dapat melengkapi kajian pustaka pada penelitian ini, maka

disajikan lima hasil penelitian terdahulu yang relevan yaitu:

1. Abdul Aziz Al-Barqy, Strategi Kepemimpinan dalam Meningkatkan Kinerja

Pegawai di Kementerian Agama Kota Malang. Penelitian ini bertujuan untuk


14
Fadli Sandewa, Faktor-faktor yanng mempengruhi Kinerja Pegawai di Kabupaten
Bagai Kepulauan¸ (Online) Jurnal Ilmiah Clean Goverman Vol. 1. No. 2. Juni 2018, diakses pada
tgl 16 November 2020, h. 99
15
Cut Meutia, Implementasi Tugas dan fungsi Mejelis Pendidikan Daerah, (Online)
diakses 28 Agustus 2017.
13

mengetahui dan menganalisis hal-hal sebagai berikut: 1) Srategi

kepemimpinan kepala kementerian Agama Kota Malang; 2) Peran kepala

Kementerian Agama dalam mengelola sumberdaya manusia dikantor

kementerian Agama Kota Malang; 3) Untuk mengatahui dan menganalisis

kendala dan solusi atau keberhasilannya kepala Kementerian Agama Kota

Malang. Pada penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan jenis

fenomenalogis naturalistik. Adapun data yang dikumpulkan melelui metode

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan

dengan tiga jalur yaitu, penyajian data, reduksi data dan penarikan

kesimpulan. Hasil Penelitian menemukan bahwa strategi kepemimpinan dapat

meningkatkan kenerja pegawai pada kantor Kementerian Agama Kota

Malang, adapun hal ini ditunjukkan dengan data pegawai selalu disiplin, tepat

waktu dalam bekerja, aturan-aturan dari pimpinan yang sangat jelas dan

tegas, disisi lain bisa dikatakan pimpinan mempunyai sifat lemah lembut,

santun terhadap para pegawainya. Mengayomi, mengakrabi terhadap

bawahan, tidak pilih kasih sayang pada semua jabatan yang dianggap sama,

sering menyapa dan rasa kebersamaan menjadi menyatu dilingkungan

Kementerian Agama Kota Malang.16

2. Rahmayani, Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja Pegawai Terhadap

Produktifitas Kerja Pegawai Pada Bappeda Provinsi Sulawesi Barat.


16
Adul Aziz Al-Barqy, Strategi Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai
Kementrian Agama Kota Malang, (online), Tesis Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan
Islam Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2015, diakses 09 September 2020.
14

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh. a) motivasi

kerja terhadap produktivitas kerja; b) displin kerja terhadap produktivitas

kerja; dan c) motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap produktivitas

kerja. Pada penelitian ini digunakan metode survey dalam pengumpulan

data. Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji validitas, uji reabilitas,

analisis deskriptif, dan analisis linear berganda. Hasil dari penelitian ini

adalah menunjukkan bahwa a) motivasi kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap produktivitas kerja, b) disiplin kerja berpengaruh

positif yang signifikan terhadap produktifitas kerja, c) disiplin dan

motivasi kerja sangat berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produktifitas kerja. Seluruh hipotesis pada penelitian ini dinyatakan

diterima, ini manandakan bahwa peningkatan dari variable displin dan

motivasi kerja dapat meningkatkan produktivitas kerja.17

3. Hatty fitria Rahamawati, Peranan Pengawasan dalam Meningkatkan

Kedisiplinan Kerja Pegawai Pada Kantor Informasi Dan Komunikasi

Kabupaten Karangayer. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

dapat mengatahui; 1) Pelaksanaan pengawasan dikantor informasi,

komunikasi karangayer; 2) Peranan pengawasan dalam meningkatkan

disiplin kerja pegawai dikantor informasi dan komunikasi Kabuapaten

Karanganyer; 3) Faktor penghambat dalam pelaksanaan pengawasan


17
Rahmyani, Pengaruh Motivasi dan Disiplin Pegawai Terhadap Produktifitas kerja
pegawai pada bappeda provinsi sulawesi Barat, (online) Tesis program pascasarjana Universis
Terbuka Jakarta, 2016, diakses 09 September 2020.
15

terhadap para pegawai pada kantor komunikasi dan informasi Kabupaten

Karanganyer, 4) upaya mengatasi hambatan dalam pelaksanaan

pengawasan terhadap pegawai dikantor komunikasi dan informasi

Kabupaten Karanganyer. Penelitian ini digunakan bentuk penelitian

kualitatif, dengan metode deskriptif. Adapun hasil penelitian ini dapat

menunjukkan bahwa; 1) pengawasan dilakukan oleh kepala Kantor

Informasi dan Komunikasi Kabupaten Karanganyer; a) Pengawasan yang

diterapkan merupakan pengawasan yang dapat melekat pada pengawasan

funsional dan pengawasan oleh masyarakat, pengawasan langsung tidak

langsung beserta pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan, selama

kegiatan ataupun setelah kegiatan. 2) Peranan dalam pengawasan adalah

untuk meningkatkan kedisiplinan kerja kantor informasi dan komunikasi

Kabupaten Karangayer adalah untuk; a) untuk mencegah terjadinya

berbagai peyimpangan atau kesalahan, sehingga dapat diketahui lebih

awal berbagai bentuk penyimpangan dan kesalahan, b) Untuk dapat

mengusahakan dan menjamin pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat sebelumnya untuk mencapai tujuan, c)

untuk dapat memperbaiki setiap kesalahan atau penyimpangan yang

terjadi, d) untuk dapat mengetahui apa itu kedisplinan kerja pegawai

dalam melaksanakan setiap pekerjaan sesuai dengan tanggung jawab

miliknya. 3) hambatan dalam melaksanakan pengawasan pada Kantor


16

Informasi atau Komunikasi Kabupaten Karangayer adalah a) faktor dari

kepemimpinan atau budaya pekewuh, keterbatasan waktu, belum adanya

pemberian hukuman yang sesuai dengan aturan, b) pegawai yang berbeda

karakter,c) lokasi yang berbeda kantor. 4) Upaya dalam mengatasi

hambatan ataupun pelaksanan dikantor informasi dan Komunikasi

Kabuapaten Karanganyer adalah pimpinan yang bersikap tegas terhadap

pegawainya tanpa membedakan satu sama lain, c) pimpinan yang

meluangkan waktu luas dan khusus untuk pegawai, d) pimpinan yang

memberikan penghargaan dan hukuman kepada pegawainya, e) Pimpinan

yang mengetahui dan memahami perbedaan karakter dari setiap

pegawainya, f) KIK pihak yang mandesak Pemerintah Kabupaten

Karanganyer khususnya Bupati dan DPRD untuk segera merealisasikan

penyatuan lokasi kantor.18

4. Felix Semuan, kepemimpinan camat dalam meningkatkan disiplin kerja

pegawai di Kantor Camat Sungai Tebelian Kabupaten Sintang, adapun

tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui pengaruh dari

kepemimpinan Camat Sungai Tebelian Kabupaten Sintang. Pada

penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif

dengan menggunakan metode penelitian deskritif kualitatif yaitu dengan


18
Hatty Fitria Rahmawati, Peran Pengawasan dalam Meningkatkan Kedisiplinan Kerja
Pegawai di Kator Informasin dan Komunikasi Kabupaten Karanganyer, (online) Tesis Program
Pascasarja Universiatas Sebelas Maret 2007, diakses 09 September 2020.
17

menggunakan teknik penelitian pedoman wawancara, observasi dan

dokumentasi, dengan menggunakan teknik keabsahan data untuk dapat

mencapai derajat kepercayaan dan kepastian. Adapun hasil dari penelitian

ini terkait dengan persoalan kepemimpinan Camat terhadap peningkatan

disiplin kerja pegawai belum dapat terlaksana secara maksimal, antara

lain masih ditemukan pegawai yang melanggar displin mengenai jam

kerja, baik itu jam masuk kantor atau jam pulang kantor yang merupakan

sebuah bentuk peraturan yang sering dilanggar oleh pegawai sehingga

waktu kerjanya kurang efektif, sehingga terjadinya sebuah hambatan dan

keterlambatan dalam menyelesaikan tugas. Dan bentuk dari pelanggaran

disiplin kerja yang dilakukan pegawai terdiri dari 2 faktor penyebab.

Pertama yang sering disengaja oleh pegawai yaitu terlambat masuk kerja,

sering tidak hadir kerja, sering pulang kerja ketika waktu kerja, suka tidak

memakai seragam kerja, dan melalaikan intruksi dari atasannya; Kedua

faktor yang tidak sengaja seperti terjadinya kecelakaan. Tindakan yang

diberikan oleh pimpinan dalam hal ini Camat kepada bawahannya pada

kantor Camat Sungai Tebelian Kabupaten Sintang yaitu tidak mentaati

aturan yang sudah berlaku yang bahwa tindakan yang diberikan oleh

atasan kepada pegawainya yang telah melakukan pelanggaran terhadap

disiplin kerja tersebut dapat diukur dari berapa tingkatan kesalahan yang

dilakukan oleh pegawai. Peraturan tersebut sesuai dengan undang-undang


18

disiplin kerja pegawai yang berupa peringatan yang secara ringan,

peringatan yang diberikan yaitu peringatan berupa bentuk bimbingan,

motivasi dan pengarahan dengan maksud memberikan kesadaran kepada

pegawai agar mentaati semua peraturan tentang disiplin kerja supaya pada

pelaksanaan tugasnya dapat terwujud dengan baik dan profesional, dalam

hal ini ada juga karyawan yang tidak diberikan hukuman atau semacam

sanksi yang diberikan oleh Camat Sungai Tebilian berupa tertundanya

kenaikan pangkat dan pemotongan insentif pegawai dan sanksi yang

bertujuan untuk dapat menumbuhkan kesadaran disiplin kerja pegawai

karena mereka sebagai abdi negara.19

5. Amir Mahamud, Peran Kepemimpian dalam Meningkatkan Disiplin

Kerja Pegawai di Kantor Kecamatan Gadus Kota Pelembang, adapun

tujuan dari penelitian ini, adalah untuk dapat mengetahui kepemimpinan

dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai dan untuk mengetahui

hambatan dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai. Dalam penelitian

ini penulis mengunakan metode analis deskriptif, pada hasil ini

menunjukkan bahwa peran pemimpin berpengaruh pada peningkatan

disiplin kerja pegawai pada Kantor Kecamatan Gandus Kota Palembang

guna untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan tujuan instansi.20


19
Felix Semaun, Kepemimpinan Camat dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai di
Kantor Camat Sungai Tebelian Kabupaten Sintang, (online), Tesis Program Pascasarjana
Universitas Terbuka Jakarta 2015, diakses 10 September 2020.
20
Amir Mahmud, Peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai di
Kantor Kecamatan Gadus Kota Palembang, (online), Jurnal Ilmu Administrasi dan Studi
19

Hasil dari penelitian dan kajian terdalu tentang disiplin kerja pegawai

tergolong baik, pada penelitian ini terdapat hal yang sama dengan penelitian yang

dilakukan oleh Abdul Aziz Al-bargy, Strategi Kepemimpinan dalam

Meningkatkan Kinerja Pegawai pada Kementerian Agama Kota Malang.

Berdasarkan dari kajian terdahulu di atas dapat disimpulkan bahwa

disiplin kerja pegawai tergolong baik, pada hal ini ditunjukkan oleh pegawai yang

selalu disiplin, tepat waktu dalam bekerja dan aturan dari pemimpin juga sangat

tegas, pada sisi lain yang dikatakan pemimpin tentunya memiliki sifat lemah

lembut dan santun terhadap pegawainya dan tidak pilih kasih, semua jabatan

dianggap sama dan saling menyapa dan adanya rasa kebersamaan.

kebijakan, Volume 2, No. 2, Maret 2019, diakses 10 September 2020.

Anda mungkin juga menyukai