Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN STUDI KASUS KESULITAN MENULIS

(DISGRAFIA)

Diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester,


Mata Kuliah : Praktikum Studi Kasus dan Diagnosis Kesulitan Belajar
Dosen Pengampu : Muhamad Reza Septian, M.Pd.

Disusun oleh:

Nina Rosalina NIIM 19010379

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI

CIMAHI

2021
A. IDENTITAS PROFIL

Nama (inisial ) : RA
Kelas : VIII
Usia : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki

B. INSTRUMEN

a. Instrumen Wawancara

No Jenis komponen Ya Tidak


1. Saya tidak bisa memegang pinsil v
dengan benar
2. Saya bisa menulis garis horizontall V
dan vertical
3. Saya bisa menulis garis tegak lurus V
4 Saya bisa menulis garis zigzag V
5 Saya bisa bisa menulis garis V
gelombang
6. Saya bisa menyambungkan titik titik V
pada gambar
7. Saya bisa menulis huruf capital V
8. saya dapat menebalkan huruf pada V
tulisan
9. Saya bisa menulis angka dengan baik V
10. Saya bisa menuliskan sebuah kalimat V
11. Saya bisa menjiplak huruf, angka V
dan kalimat
12. Saya bisa menyalin angka huruf dan V
kalimat dari LKS ke buku
13. Saya dapat menulis nama lengkap V
dengan benar
14. Saya dapat merapihkan tulisan V
15 Saya tidak pernah selesai dalam V
menulis
16. Saya bingung Ketika belajar menulis V
17. Saya sulit membedakan bentuk huruf V
18. Saya sulit mengingat bentuk huruf V
19. Saya masih bingung arah dalam V
menulis
20. Saya merasa kesal Ketika guru V
menyuruhku menulis
21 saya tidak suka saat guru saya V
memberikan tugas menebalkan huruf
22. Saya suka menulis huruf capital V
23. Saya sering menulis huruf secara V
terbalik
24. Saya suka menulis sambil bersandar V
ke meja
25. Saya suka menulis dengan badan V
yang tegak
26. Saya menulis dengan tangan kiri V
27. Saya merasa bosan jika menulis V
28. Saya lebih suka menebalkan gambar V
daripada daripada menulis
29. Saya suka mencontoh tulisan dengan V
menyalin
30. Saya tidak suka menyalin huruf V
31. Saya sangat menyukai menulis V
32. Saya senang melengkapi kalimat V
33. Saya suka menulis sambil tiduran di V
lantai
34. Saya kesulitan dalam melengkapi V
kalimat
35. Saya bosan ketika menulis di dalam V
kelas
36. Saya tidak bisa menulis jika teman V
saya mengganggu
37. Saya menulis dibuku dari halaman V
belakang
38. Saya tidak bisa menulis jika buku V
terlalu jauh
39. Saya suka menulis jika mata dan V
buku saya sangat dekat
40. Saya kesulitan membedakan huruf d V
dan p
C. Instrumen Observasi
No Komponen yang diamati Tepat Kurang Tidak keterangan
tepat tepat
1 Memegang pinsil dengan benar V
2 Arah menulis (dari kirike kanan) V
3 Posisi kertas/buku V
4 Posisi duduk siswa V Sering menelungkup
diatas meja
5 Jarak mata dengan kertas/buku V
6 Kondisi siswa saat menulis (Tegang, V Terlihat tegang
prustasi, emosiona)
7 Sikap yang ditunjukan siswa (negative, V Sering terlihat bosan
danmengantuk
bosan mengganggu)
8 Menebalkan huruf V
9 Mencontoh tulisan huruf dengan V Ada beberapa huruf yang
menyalin terbalik seperti b dan d
10 Mencontoh tulisan kata dengan V Ada beberapa huruf yang
menyalin hilang atau terbalik
11 Mencontoh kalimat V Ada beberapa kata yang
hurufnya tidak lengkap
12 Melengkapi kata V Ada sebagian kata yang
tidak lengkap
13 Melengkapi kalimat V Ada sebagian kata dalam
kalimat yang tidak
lengkap
14 Menebalkan gambar V

C. HASIL DIAGNOSTIK KESIMPULAN BELAJAR


Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru yang mengajar di SMP
Yudistira ditemukan bahwa terdapat satu orang siswa yang memiliki kesulitan belajar
menulis (disgrafia), siswa tersebut adalah RA berusia 13 tahun dan duduk di kelas VIII
B. Menurut pernyataan wali kelasnya, RA tergolong siswa yang pendiam dan sulit
berkomunikasi dengan teman sekelasnya. Selain itu, RA juga kurang berkonsentrasi
dalam menyimak pelajaran dan pemalu.
Kemampuan dalam menulis tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling
berhubungan dengan kemampuan lain, yaitu membaca, berbicara, dan menyimak. Baik
menulis maupun keterampilan lainnya memiliki fungsi yang sama dalam
mengkomunikasikan pesan melalui media bahasa. Pesan yang menjadi isi sebuah tulisan
dapat berupa ide, kemauan, keinginan, perasaan, maupun informasi mengenai sesuatu
hal atau kejadian. Pada dasarnya setiap orang memiliki potensi yang sama untuk
menulis, namun tidak setiap orang dapat menyampaikan pesan melalui tulisan dengan
baik. Misalnya, siswa yang dijadikan objek pada kasus ini mendapat kesulitan dalam
keterampilan menulis.
Berdasarkan hasil tulisan siswa yang telah di identifikasi, ternyata siswa tersebut
mempunyai kesulitan-kesulitan dalam memproduksi tulisan grafemis sebagai berikut:
1. Ada tulisan grafemis yang tertukar seperti d menjadi b atau sebaliknya; m menjadi
n atau sebaliknya;
2. Adanya pengurangan tulisan grafemis ketika guru mendiktekan tulisan ng, ny,
menjadi g dan y misalnya pada kata dengan degan, misalnya misalya;
3. Adanya penambahan tulisan grafemis h, y, misalnya saya sayah, ia iya
Kesulitan-kesulitan tersebut terjadi ketika siswa menulis dengan cara di dikte,
maupun ketika siswa tersebut menulis dengan melihat tulisan di papan tulis.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, terdapat beberapa faktor penyebab
kesulitan menulis yang dialami siswa tersebut diantaranya adlaah:
1. Kemiripan tulisan grafemis seperti d menjadi b atau sebaliknya, m menjadi n atau
sebaliknya;
2. Secara psikologis kurang konsentrasi dalam menyimak,
3. Kurang memahami suatu bacaan yang telah dibacanya.
4. Dalam penyusunan ide kurang diksi yang dikuasainya.
5. Minimnya fasilitas belajar di rumah.
6. Serta faktor lain yang tidak kalah penting ialah minimnya perhatian orang tua
terhadap siswa sehingga motivasi belajar mereka kurang baik.

D. REKOMENDASI LAYANAN INTERVENSI


Masalah-masalah kesulitan belajar menulis (disgrafia) yang dialami siswa masih
mungkin untuk diatasi. Penulis sudah merangkum beberapa laternatif pemecahan
masalah kesulitan belajar menulis dari beberapa jurnal pendidikan yang memungkin
untuk dilaksanakan di Sekolah yaitu sebagai berikut:
a. Analisis Kesulitan Belajar Menulis Pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 1
Rantau Selamat Kec. Rantau Selamat Kab. Aceh Timur
Dalam hasil analisis yang ditulis oleh Irmayani Putri di kemukakan beberapa solusi
pemecahan masalah dalam menanggulangi kesulitan belajar menulis pada anak,
yaitu :1) Siswa harus sering diberi motivasi belajar baik oleh guru maupun orang
tuanya dengan bersabar 2) Siswa diberi buku bacaan yang menarik dan di dalam
buku tersebut terdapat frekuensi yang sering memunculkan huruf-huruf yang jarang
ditemui seperti F, f, Q, q, X, x, Z, z. 3) Diberi motivasi gemar membaca karena
dengan banyak membaca akan bertambah penguasaan hurufnya. 4) Guru maupun
orang tuanya harus memberi stimulus agar siswa dapat berani berbicara dan
mendapatkan jati dirinya. 5) Siswa harus banyak latihan menulis. Solusi yang
diberikan kepada siswa dengan cara memberikan perlakuan yaitu dengan cara
remedial. Adapun jenis pengajaran remedial menulis permulaan adalah berikut ini.
1) Pembelajaran dalam proses menulis. a. Memberi kesempatan kepada anak untuk
banyak menulis. Anak berkesulitan belajar yang menulis rata-rata hanya selama 10
menit dalam sehari. Dari ratarata menulis seperti itu hendaknya ditingkatkan sedikit
demi sedikit, sehingga menjadi 50 menit setiap hari, empat hari dalam seminggu. b.
Menempatkan anak dalam suasana kehidupan yang gemar menulis. Guru hendaknya
menciptakan suasana kelas yang menggemari menulis melalui interaksi koperatif
dalam menyelesaikan pekerjaanpekerjaan menulis. Berbagai bahan dan buku
hendaknya ditempatkan di suatu tempat yang memudahkan anak untuk
menggunakannya sehingga menulis tidak lagi merupakan suatu tugas tetapi sudah
menjadi kebutuhan anakanak. c. Biarkan anak memilih topik tulisannnya sendiri.
Belajar menulis akan sangat berhasil jika anak diberi kebebasan untuk memilih topik
yang hendak ditulis. Jika anak membutuhkan lebih banyak informasi tentang apa
yang hendak ditulis, guru hendaknya menyediakan sumber informasi yang cukup.
d. Model penulisan dan berpikir strategis. Guru memberikan model proses kognitif
yang terlibat dalam penulisan. e. Mengembangkan berpikir reflektif. Anak disuruh
menulis sesuai dengan standar kebenaran guru. Pengajaran dapat perluas dengan
memberikan kepada anak kebebasan untuk mengemukakan pikiran dan
perasaannya, yang mungkin berbeda dari standar kebenaran guru. f. Transfer
kepemilikan dan kontrol penulisan siswa. Tujuan proses penulisan adalah transfer
kepemilikan dan mengontrol siswa. Pada saat siswa belajar untuk
menginternalisasikan yang diajarkan oleh guru, mereka harus secara sedikit demi
sedikit mengambil tanggung jawab atas tulisan mereka sendiri dan harus mampu
bekerja tanpa pengarahan guru. 2) Memberikan motivasi secara bertingkat. Agar
siswa berani mengekspresikan pikiran dan perasaannya dalam bentuk tulisan
penulisan hendaknya diberikan secara bertingkat. Penilaian diarahkan pada ide dan
teknik penulisannya. Bagi anak yang masih banyak melakukan kesalahan, penilaian
diarahkan pada salah satu keterampilan, misalnya pemakaian huruf kapital atau
penggunaan tanda baca saja. 3) Tulisan pribadi dan tulisan fungsional. Tulisan
pribadi bertujuan untuk mengembangkan ide dan mengekspresikannya ke dalam
bentuk tulisan. Dalam tulisan fungsional tujuannya adalah agar orang lain
memahami isi tulisan, dan karena itu teknik penulisannya harus sempurna. 4)
Memberikan masukan sebanyakbanyaknya. Siswa dapat menulis dengan baik,
mereka memerlukan bahan untuk ditulis. Pembicaraan guru dengan siswa tentang
pengalaman mereka dapat meningkatkan siswa untuk menulis permulaan. 5)
Melengkapi kalimat. Tugas melengkapi kalimat merupakan suatu metode menulis
yang bermanfaat. Guru menyediakan kalimat yang tidak lengkap dan siswa diminta
untuk melengkapi kalimat tersebut. 6) Menggabungkan berbagai kalimat. Menulis
beberapa kalimat yang terpisah-pisah tetapi kalimat-kalimat tersebut dapat disusun
menjadi suatu cerita. Selanjutnya anak diminta untuk menyusun kalimat- kalimat
tersebut menjadi suatu cerita yang logis dan sistematis.
b. Pembelajaran Menulis Untuk Anak Disgrafia di Sekolah Dasar
Anak disgrafia tidak bisa dibiarkan belajar menulis sendiri. Mereka perlu bimbingan
secara khusus. Terdapat beberapa cara mengatasi kesulitan belajar menulis yang
berkaitan dengan pengajaran menulis permulaan atau handwriting antara lain yang
dikemukaan Abdurrahman (1998) bahwa terdapat 15 jenis kegiatan yang berfungsi
untuk remedial menulis untuk anak disgrafia, yaitu (1) aktivitas menggunakan papan
tulis, (2) bahan lain untuk latihan gerakan menulis, (3) posisi, (4) kertas, (5) cara
memegang pensil, (6) kertas stensil atau karbon, (7) menjiplak, (8) menggambar di
antara dua garis, (9) titik-titik, (10) menjiplak dengan semakin dikurangi, (11) buku
bergaris tiga, (12) kertas dengan garis pembatas, (13) memperhatikan tingkat
kesulitan penulisan huruf, (14) bantuan verbal, dan (15) kata dan kalimat. Cara-cara
mengatasi gangguan disgrafia seperti di atas dapat dilakukan secara bersamaan.
Mula-mula guru mempersiapkan alat-alat dan media seperti papan tulis, pensi
segitiga, kertas (stensil, karbon, atau kertas HVS biasa), dan buku bergaris.
Aktivitasnya dapat berbarengan, misalnya ketika anak dilatif untuk menjiplak, guru
telah menyediakan tulisan balok untuk dijiplak, posisi duduk, cara memegang pensil
dan cara menggores ketika menjiplak atau menggambar tulisan dapat dilakukan
dalan satu kegiatan. Kesabaran, ketelitian, dan ketepatan dalam membimbing
menjadi bagian penting yang harus dimiliki guru.
Keterampilan dasar yang perlu dikembangkan sebelum anak memulai belajar
menulis untuk keperluan memperkenalkan huruf pada anak adalah: 1. Pengendalian
otot, keterampilan ini dikembangkan melalui aktivitas manipulasi gerakan,
misalnya: memotong dengan gunting, menggambar dengan ujung jari, menelusuri
dan mewarnai. 2. Koordinasi mata dan tangan, keterampilan ini dilakukan melalui
kegitan menggambar lingkaran dan bentuk geometri lainnya. 3. Diskriminasi visual,
keterampilan ini dilakukan dengan latihan membedakan bentuk, ukuran dan warna.
Anak-anak disgrafia umumnya diketahui guru di SD kelas-kelas awal (kelas I dan
II). Pada pembelajaran menulis permulaan di kelas I, anak-anak penderita disgrafia
sudah menjunjukkan ketidakmampuannya dalam menulis. Salah satu atau beberapa
ciri ketidak mampuan menulis yang dikekumukakan Yusuf, dkk, (2003)
Transformatika, Volume 12 , Nomer 1, Maret 2016 ISSN 0854-8412 115 muncul.
Hal tersebut pertanda bahwa anak menderita disgrafia. Guru perlu mengidentifikasi
jenis hambatan mana diantara ciri-ciri anak disgrafia yang muncul. Selanjutnya guru
mencari dan memilih strategi yang cocok untuk membantu anak dalam belajar
menulis. Strategi-strategi berikut dapat dipilih guru untuk membantu anak disgrafia.
Menurut Yusuf, dkk (2003) strategi-strategi tersebut adalah: 1. Strategi kegiatan pra
menulis, kegiatan ini dilakukan dengan berlatih menggunakan alat tulis, misalnya
dengan berlatih memegang pensil, posisi duduk, dan jarak mata dengan buku. Pensil
yang cocok digunakan adalah pensil segitiga atau pencil grip (trigonal pencil).
Dengan pensil ini anak berlatih menulis dengan kegiatan awal berupa mencorat coret
buku. Disamping menggunakan pensil, anak juga bisa menggunakan spidol, kapur
tulis dan lainnya untuk menggambar dan mencorat-coret dengan bentuk lainnya
seperti membuat garis, dan lingkaran. Anak juga dapat dilatih menulis di udara, dan
menulis di atas media yang bertekstur. (fingerpainting). 2. Menjiplak huruf.
Kegiatan ini diawali dengan kegiatan menarik garis, membuat bentuk-bentuk
bangun datar, menyambung titik, menelusuri garis (tracing) dan menjiplak bentuk
huruf. Kegiatan ini perlu dilakukan secara terus menurus sampai anak berhasil
dalam menulis huruf. 3. Menulis Huruf Balok , Salah satu cara membantu anak
disgrafia dalam belajar menulis adalah dengan menulis dengan huruf balok.
Aktiviatas pembelajaran ini dilakukan dengan melatih berbagi indra (multisensori),
anak-anak melihat cara menulis, sekaligus mendengar penjelasan guru tantang cara
menulis, dan sekaligus menelusuri contoh huruf. Tahap mengajarnya, guru
menunjukkan huruf kemudian menyebutkan nama sambil memperagakan cara
menulis. Lalu anak menelusuri huruf dengan pensil dan menyalin di kertas.
Berikutnya secara berangsur-anggsur huruf disajikan dengan tulisan tebal kemudian
ketebalan secara berangsur dikurangi, yaitu dengan mula-mula huruf ditulis secara
tebal, kemudian ditipiskan dengan bentuk titik-titik atau garis putus-putus, atau
huruf dengan titik pada bagian sudut saja. Pada pengajaran menulis dengan huruf
balok, jenis huruf yang terdiri dari garis lurus vertikal dan horisontal diajarkan
terlebih dahulu (E,F,H,L,I). Kesalahan yang sering dijumpai pada penulisan huruf
balok adalah sebagai berikut. 1. ukuran tidak tepat pada huruf yang berkaki
(p,q,y,g,j) atau (P,Q,Y,G,J) Transformatika, Volume 12 , Nomer 1, Maret 2016
ISSN 0854-8412 116 2. posisi huruf terbalik, proporsi huruf tidak tepat 3. bagian
huruf hilang atau tidak tampak 4. bentuk huruf keliru 4. Menulis bersambung, tidak
selamanya anak-anak hanya dibiasakan menulis dengan huruf balok. Secara
bertahap anak-anak diajarkan juga dengan menulis bersambung. Namun demikian
anak-anak tidak langsung menulis huruf bersambung, tetapi melalui tahap transisi.
Tahap ini adalah masa transisi dari tulisan balok ke tulisan bersambung. Ada
beberapa tahap yang dapat ditempuh guru pada tahap transisi ini, yaitu dengan mula-
mula, kata-kata ditulis dalam huruf balok, kemudian huruf balok tersebut
dihubungkan dengan garis putus dengan pensil warna, kemudian anak menelusuri
huruf balok dan garis penghubung. Kegiatan ini diawali dengan huruf yang
sederhana. Setelah anak lancar dengan cara ini dilanjutkan dengan menulis
bersambung yang sebenarnya.
Guru/orang tua dan anak sering dibuat frustasi oleh anak disgrafia. Hal ini terjadi
karena guru/orang tua belum memahami bagaimana seharuasnya bersikap terhadap
anak-anak disgrafia. Ketidak pahaman ini dapat membuat guru , orang tua, bahkan
anak itu sendiri mengalami frustasi. Berkaitan dengan hal ini Astuti (2003)
memberikan saran bagaimana menghadapi anak yang menderita disgrafia. Sara-
saran tersebut adalah: 1. Pahami keadaan anak, yaitu bahwa anak disgrafia memang
memiliki kesulitan dalam menulis, guru dan orang tua sebaiknya tidak
membandingkan anak seperti disgrafia dengan anak-anak lainnya. Sikap suka
membandingkan anak disgrafia dengan anak lain yang normal hanya akan membuat
kedua belah pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres.
Untuk anak disgrafia berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Tes untuk anak
disgrafia sebaiknya diberikan secara lisan dan bukan tertulis. 2. Berikan kesempatan
anak disgrafia menulis dalam bentuk tulisan cetak. Izinkan anak-anak disgrafia
untuk menggunakan mesin ketik atau komputer dalam belajar Transformatika,
Volume 12 , Nomer 1, Maret 2016 ISSN 0854-8412 117 menuangkan ide dan
konsepnya. Berikan anak-anak disgrafia untuk menggunakan alat-alat agar dapat
mengatasi hambatannya, misalnya dengan menggunakan komputer, agar anak bisa
memanfaatkan sarana korektor untuk memperbaiki kesalahannya. 3. Berikan anak
motivasi untuk membangun rasa percaya diri, berikan pujian wajar pada setiap usaha
yang dilakukan anak, jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal
itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran guru dan orang
tua akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap usaha yang
sedang dilakukannya. 4. Berikan latihan menulis secara rutin, Libatkan anak secara
bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya untuk mengerjakan
tugas menulis. Berikanlah tugas yang menarik dan yang diminatinya, seperti
menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk
orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak
disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata
dalam bentuk tulisan konkret.
c. Pembelajaran Berbantuan Komputer Untuk Anak Kesulitan Menulis (Disgrafia)
Dalam jurnal ini dikemukakan satu strategi dalam mengatasi kesulitan belajar
menulis yaitu penggunaan media TIK dalam membantu anak/peserta didik. Setelah
berhasil mengidentifikasi spesifikasi kebutuhan dan membuat desain/perancangan
system pada media pembelajaran (gadget/komputer), langkah selanjutnya adalah
melakukan implementasi. Tahap ini merupakan tahap untuk mentranslasikan hasil
analisis dan perancangan ke suatu bentuk machine-readable. Pada media ini tersedia
konten pembelajaran menulis huruf dan kata, juga disediakan konten pembelajaran
angka yang menarik. Penulisan Angka Untuk mengevaluasi kemampuan anak,
disediakan menu latihan yang langsung bisa digunakan secara interaktif. Latihan
Menulis Konsep pembelajaran interaktif yang ditawarkan tidak sebatas pada latihan,
namun juga disertai beragam game menulis.
d. Strategi Menangani Kesulitan Menulis (Disgrafia) Melalui Pembelajaran
Partisipatif Di Sekolah.
Dalam pembelajaran partisipatif di Sekolah Rimbo Pintar, membutuhkan sebuah
penanganan atau strategi dalam menanggapi kesulitan dalam menulis. Strategi
sangat penting digunakan dalam pembelajaran menulis. Strategi menangani
kesulitan menulis (disgrafia) melalui pembelajaran partisipatif di sekolah yaitu
pertama berikan motivasi kepada siswa Suku Anak Dalam. Kedua, gunakan
media pembelajaran yang menarik dalam pembelajaran menulis seperti media
gambar dan media alam. Ketiga gunakan metode pembelajaran yang tepat
untuk mengatasi kesulitan dalam hal menulis seperti metode abjad dan
multisensori. Terakhir yaitu menggunakan sumber belajar yang tepat.
e. Meningkatkan Kemampuan Menulis Kata Difgraf Melalui
Metode Multisensori Pada Anak Disgraphia
sSalah satu alternatif metode mengajar yang akan diberikan kepada anak adalah
dengan menggunakan metode Multisensori yaitu membantu anak untuk belajar
melalui lebih dari satu indera seperti penglihatan, perabaan, pendengaran, dan
gerakan. Metode multisensori adalah suatu metode yang menggunakan lebih dari
satu indera. Kelebihan metode multisensori menurut Fernald dalam Samuel A Kirk
(1998:48) adalah sebagai berikut: a) Mengarahkan perhatian siswa pada pengajaran
kata-kata, b) memerlukan ingatan motor yang meningkatkan ingatan terhadap kata
dan huruf, c) meningkatkandeskriminasi visual hsk keterampilan pengenalan visual,
d) meningkatkan kapasitas ingatan visual terhadap kata, e) membantu dalam
pengajaran visual-verbal yang bergabung dengan asosiasi dalam membantu siswa
mengasosiasikan kata secara lisan dan tertulis, f) memperbaiki ingatan verbal dalam
bentuk-bentuk visual. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah: a) dalam
pelaksanaannya membutuhkan waktu yang lumayan lama. b) dalam pelaksanaannya
membutuhkan tenaga dan konstruksi. c) metode ini jika tidak dilakukan secara
bervariasi akan menimbulkan kebosanan

E. REFERENSI
1. Siti, N., Tjutju, S., & Sunaryo, S. INSTRUMEN ASESMEN MENULIS PERMULAAN
PADA ANAK DENGAN HAMBATAN KECERDASAN RINGAN. JASSI
ANAKKU, 19(2), 32-38.
2. Soendari, T. (2016). Asesmen Keterampilan Menulis dalam Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus. JASSI ANAKKU, 9(1), 97-106.
3. Putri, Irmayanti. 2012. ANALISIS KESULITAN BELAJAR MENULIS PADA SISWA
KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 1 RANTAU SELAMAT KEC. RANTAU
SELAMAT KAB. ACEH TIMUR. Tersedia pada https://unimed.ac.id
4. Suhartono.2016. Pembelajaran Menulis Untuk Anak Disgrafia di Sekolah Dasar. Tersedia
pada https://untidar.ac.id
5. Dwi Prasetya. 2012. Pembelajaran Berbantuan Komputer Untuk Anak Kesulitan Menulis
(Disgrafia). Tersedia pada https://journal.um.ac.id
6. Rio Hendri Dinata, Dra. Hj. Yarmis Hasan M.Pd, Elsa Efrina, M.Pd. 2017.
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KATA DIFGRAF MELALUI
METODE MULTISENSORI PADA ANAK DISGRAPHIA. Tersedia pada
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu

Anda mungkin juga menyukai