PROGRAM STUDI
FALKUTAS TARBIYAH
2022
KATA PENGANTAR
i
Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat ilahi rabbi atas rahman dan rahimnya
sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Prinsip-prinsp etis konselor”
sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan pada nabi Muhammad SAW yang
telah berhasil membawa manusia dari jaman jahiliyah menuju zaman yang teran bendeang
(islam).
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang
sedalam dalamnya kepada ibu Dawiyatun,M.pd. selaku dosen pembimbing serta teman
teman yang ikut membantu sehingga menulis makalah ini bias selesai.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,untuk itu penulis
mengharapkan masukan yg bersifat membangun dari pembaca agar makalah ini menjadi
lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………..i
KATA PENGANTAR……………………………………………………...ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………..iii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan…………………………………………………………………. 9
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika adalah sebuah kata yang cukup akrab di telinga kita dewasa ini. Dimanapun kita
berada,senantiasa ada etika yang mengikat kita , sehingga prilaku yang sesuai dengan
etika(etis) menjadi sebuah tuntutan. Kata etika juga sering dikaitkan dengan beberapa kata
lainnya yaitu etiket, moral, dan kode etik. Dalam memahami etika profesi, tentu penting bagi
kita untuk memahami masing-masing istilah tersebut sehigga dapat memperoleh pemahaman
secara meyeluruh mengenai etika profesi.
Dan dalam setiap profesi para anggotanya menyadari bahwa pekerjaan mereka
berbunga erat dengan etika.karenah dalam hal ini istilah “etika” dipaka dalam arti yang
menyangkut nilai, norma, dan kewajiban moral, dapat dikatakan juga bawa anggota profesi
selalu menyadari bahwa pekerjaan mereka memliki implikasi moral.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian etika dan profesi ?
2. Apa penegrtian prinsip-prinsp bimbingan konseling?
3. Bagaimana asas-asas bimbingan dan konseling?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka didapatkan tujuan penulisan sebagai berikut:
1
BAB II
PEMBAHASAN
Prinsip-Prinsip yang berasal dari asal kata “ PRINSIPRA” yang artinya permulaan
dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang keberadaanya tergantung dari
pemula itu, prinsip ini merupakan hasil erpaduan antara kajian teoritikdan teori
lapangan yang terarah yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan yan
dimaksudkan.
Prayitno mengatakan: “bahwa prinsip merupakan hasil kajian teoritik dan telah
lapangan yang dgunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan”jadi
dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
2
merupakan pemaduan hasil-hasil eori dan praktek yang dirumuskan dan dijadikan
pedoman sekaligus dasar bagi penyelenggaraan pelayanan.
3
d. Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua anak amat menentukan
hasil pelayanan bimbingan.
e. Pengembangan program pelayanan BK ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari
hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan
program bimbingan dan konseling itu sendiri.
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu baik secara
perorangan aupun kelompok yang menjadi sasaran pelayanan pada umumnya adalah
perkembangan dan perikehidupan individu, namun secara lebih nyata dan langsung adalah
sikap dan tingkah lakunya yang dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian dan kondisi
sendiri, serta kondisi lingkungannya, sikap dan tingkah laku dalam perkembangan dan
kehidupannya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
sebagai berikut:
a. BK melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status
sosial ekonomi.
b. BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
c. BK memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai apek perkembangan individu.
d. BK memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok
pelayanannya.
Adapun prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelayanan layanan BK itu adalah
sebgaai berikut:
a. BK merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan dan pengembangan, oleh karena itu
BK harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan
peserta didik.
b. Program BK harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi
lembaga.
c. Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan
terendah sampai tertinggi.
. Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan
Pelaksanaan pelayanan BK baik yang bersifat insidental maupun terprogram, dimulai
dengan pemahaman tentang tujuan layanan, dan tujuan ini akan diwujudkan melalui proses
tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselor profesional.
4
C. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
Dalam kamus besar bahasa Indonesia asas berarti “Dasar”. Tetapi asas dalam
pengertian disini adalah bukan dasar tetapi “Rukun”. Jadi asas bimbingan dan konseling
berarti “Rukun yang harus dipegang teguh dan dikuasai oleh seorang guru pembimbing atau
konselor dalam menjalankan pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling”. Setiap
kegiatan kadang-kadang ada asas yang dijadikan pegangan dalam melaksanakan kegiatan
tersebut. Demikian pula dalam layanan/ kegiatan bimbingan dan konseling, ada asas yang
dijadikan pegangan dalam menjalankan kegiatan itu. Menurut Prayitno ada dua belas asas
yang harus menjadi dasar pertimbangan dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan koseling.
Asas-asas bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut.
1. Asas Kerahasiaan
Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan dan koseling, kadang-
kadang konseli harus menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi/ rahasia kepada konselor.
Oleh karena itu konselor harus menjaga kerahasiaan data yang diperolehnya dari konselinya.
Sebagai konselor berkewajiban untuk menjaga rahasia data tersebut, baik data yang diperoleh
dari hasil wawancara atau konseling, karena hubungan menolong dalam bimbingan dan
konseling hanya dapat berlangsung dengan baik jika data atau informasi yang dipercayakan
kepada konselor atau guru pembimbing dapat dijamin kerahasiaannya. Asas ini bisa
dikatakan sebagai “Asas Kunci” dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling, karena
dengan adanya asas kerahasiaan ini dapat menimbulkan rasa aman dalam diri konseli.
2. Asas Kesukarelaan
Telah dikemukakan bahwa bimbingan merupakan proses membantu individu.
Perkataan membantu disini mengandung arti bahwa bimbingan bukan merupakan suatu
paksaan, akan tetapi merupakan suatu binaan. Oleh karena itu dalam kegiatan bimbingan dan
konseling diperlukan adanya kerjasama yang demokratis antara konselor/ guru pembimbing
dengan konselinya. Kerjasama akan terjalin bilamana konseli dapat dengan suka rela
menceritakan serta menjelaskan masalah yang dialaminya kepada konselor.
3. Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan merupakan asas yang sangat penting bagi konselor/ guru
pembimbing, karena hubungan tatap muka antara konselor dan konseli merupakan pertemuan
bathin tanpa tedeng aling-aling. Dengan adanya keterbukaan ini dapat ditumbuhkan
kecenderungan pada konseli untuk membuka dirinya, untuk membuka kedok hidupnya yang
menjadi.
5
penghalang bagi perkembangan psikisnya. Konselor yang sukses adalah konselor
yang bisa memudahkan konseli untuk membuka dirinya dan berusaha memahami lebih jauh
tentang dirinya sendiri. Asas ini menghendaki agar konseli bersifat terbuka dan tidak berpura-
pura dalam memberikan keterangan maupun informasi. Dalam hal ini konselor/ guru
pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli. Agar konseli dapat terbuka,
guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Hal
demikian akan mendorong konseli mengekspresikan pengalaman pribadinya.
4. Asas Kekinian
Pada umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari masalah yang
dirasakan konseli saat kini atau sekarang, namun pada dasarnya pelayanan bimbingan dan
konseling itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu masa lalu, sekarang,
dan masa yang akan datang. Permasalahan yang dihadapi oleh konseli sering bersumber dari
rasa penyesalannya terhadap apa yang terjadi pada masa lalu, dan kekhawatiran dalam
menghadapi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, sehingga ia lupa dengan apa
yang harus dan dapat dikerjakannya pada saat ini.
5. Asas Kemandirian
Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah agar konselor
berusaha menghidupkan kemandirian di dalam diri konseli. Ciri-ciri kemandirian tersebut
yaitu mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu
mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi
berkembangnya kemandirian konseli. Agar dapat tumbuh sikap kemandirian tersebut, maka
konselor harus memberikan respon yang cermat terhadap konseli atas keluhan-keluhan yang
diungkapkan.
6. Asas Kegiatan
Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadang konselor
memberikan beberapa tugas dan kegiatan pada konslinya. Dalam hal ini konseli harus mampu
melaksanakan sendiri kegiatan-kegiatan tersebut dalam rangka mencapai tujuan bimbingan
dan konseling yang telah ditetapkan. Asas ini menghendaki agar konseli bisa berpartisipasi
secara aktif atas kegiatan yang diselenggarakan oleh konselor. Di pihak lain konselor harus
berusaha/ mendorong agar konseli mampu melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan
tersebut.
7. Asas Kedinamisan
6
Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai dengan terjadinya
perubahan sikap dan tingkah laku konseli ke arah yang lebih baik. Untuk mewujudkan
terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku itu membutuhkan proses dan waktu tertentu
sesuai dengan kedalaman dan kerumitan masalah yang dihadapi konseli. Isi layanan
bimbingan dan konseling dari asas ini adalah selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari
waktu ke waktu. Konselor dan pihak-pihak lain diminta untuk memberikan kerjasama
sepenuhnya agar pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat dengan cepat
menimbulkan perubahan dalam sikap dan tingkah laku konseli.
8. Asas Keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin keterpaduan berbagai aspek
dari individu yang dibimbing. Untuk itu konselor perlu bekerja sama dengan orang-orang
yang diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah yang dihadapi konseli. Dalam hal
ini peranan guru, orang tua, dan siswa-siswa yang lain sering kali sangat menentukan.
Konselor harus pandai menjalin kerja sama yang saling mengerti dan saling membantu demi
terbantunya konseli yang mengalami masalah.
9. Asas Kenormatifan
Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan hendaknya tidak bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat dkegiatan bimbingan dan konseling,
konselor tentu akan menyertakan norma-norma yang dianutnya ke dalam hubungan
konseling, baik secara langsung atau tidak langsung. Tetapi harus diingat bahwa konselor
tidak boleh memaksakan nilai atau norma yang dianutnya itu kepada konselinya. Seluruh
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling ini adalah didasarkan pada norma-norma yang
berlaku yaitu norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, layanan/ kegiatan bimbingan dan
konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan siswa/ konseli dalam memahami,
menghayati, dan mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian
Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para petugas harus
mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai. Pengetahuan, keterampilan, sikap dan
kepribadian yang ditampilkan oleh konselor/ guru pembimbing akan menunjang hasil
konseling. Pendek kata bahwa para pelaksana layanan bimbingan dan konseling ini harus
benar-benar ahli dibidang bimbingan dan konseling, atau dalam istilah lain adalah
profesional.
7
11. Asas Alih Tangan
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang menangani masalah-
masalah yang cukup pelik. Berhubung hakekat masalah yang dihadapi konseli adalah unik
(kedalamannya, keluasannya, dan kedinamisannya), disamping pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh konselor adalah terbatas, maka ada kemungkinan suatu
masalah belum dapat diatasi setelah proses konseling berlangsung.
12. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagaimana yang telah dipahami dalam pengertian bimbingan dan konseling bahwa
bimbingan dan konseling itu merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis, sengaja,
berencana, terus menerus, dan terarah kepada suatu tujuan. Oleh karena itu kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan adanya pada saat konseli
mengalami masalah dan menghadapkannya kepada konselor/ guru pembimbing saja.
Kegiatan bimbingan dan konseling harus senantiasa diikuti secara terus menerus dan aktif
sampai sejauh mana konseli telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Asas ini
menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat
menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan,
dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada
konseli untuk maju.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bimbingan dan konseling merupakan suatu wadah yang bertujuan untuk
membantu dan membimbing seseorang dalam memecahkan setiap
masalahnya atau juga bisa mengembangkan potensi dirinya yang
dilakukan oleh konselor.
B. SARAN
Kami selaku penulis menyadari seutuhnya bahwa makalah yang saya buat
ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami selaku
penulis berharap agar para pembaca bisa membarikan saran serta
kritikannya agar kami dapat memperbaikinya dikemudian hari.
9
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin Saleh,2021.Etika profesi komunikasi, Jalan taman kencana No.3,Bogor 16128
Ya’kub.Hamzah,Etika Islam,Bandung CV.Diponegoro,1983,h
,13.
Agus Purwanta,Gramedia Pustaka Utama 2020,Etika Profesi,Jalan palmerah barat No.29-37
10
11
DAFTAR PUSTAKA
12
13
DAFTAR PUSTAKA
14