Anda di halaman 1dari 3

Tugas 1 Ilmu Negara

Nama : I Kadek Surya Adi Pranata


Nim : 045184644

Jawaban Soal 1:

Ilmu negara dan ilmu politik saling terkait erat. Ilmu negara mempelajari tentang unsur-unsur
negara, prinsip-prinsip hukum, hak asasi manusia, dan pemerintahan. Sedangkan, ilmu politik
mempelajari tentang proses politik, partai politik, demokrasi, pemilu, dan kebijakan publik. Dalam
konteks Indonesia, ilmu politik terkait dengan pemilihan umum, partai politik, dan calon presiden.
Sedangkan, ilmu negara terkait dengan konstitusi, hukum dan pemerintahan. Keterkaitan keduanya
sangat penting dalam memahami proses politik di Indonesia, khususnya dalam pemilihan umum
dan pengambilan keputusan publik.

Ilmu politik dan ilmu politik sangat terkait karena keduanya mempelajari sistem pemerintahan,
politik, dan interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam suatu negara. Ilmu politik lebih
berfokus pada aspek formal dari sistem pemerintahan, seperti konstitusi, hukum, dan struktur
pemerintah, sementara ilmu politik lebih memperhatikan aspek informal seperti kekuasaan,
kebijakan publik, dan partisipasi politik.
Dalam konteks Indonesia, keterkaitan antara ilmu negara dan ilmu politik dapat dilihat dari
pembentukan sistem pemerintahan yang berbentuk republik dan menganut prinsip kedaulatan
rakyat. Ilmu politik mempelajari konstitusi dan hukum dasar yang mengatur sistem pemerintahan
dan hak-hak warga, sementara ilmu politik mengkaji bagaimana partisipasi politik dan pemilihan
umum mempengaruhi kekuasaan dan pengambilan kebijakan.
Partai politik juga menjadi kendaraan bagi warga negara yang ingin mencalonkan diri sebagai wakil
rakyat. Dalam hal ini, ilmu politik mempelajari tentang struktur dan dinamika partai-partai politik,
sementara ilmu negara belajar tentang aturan dan peraturan yang mengatur pemilihan umum dan
partai politik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ilmu negara dan ilmu politik memiliki hubungan yang
erat dalam mempelajari tentang sistem pemerintahan, politik, dan interaksi antara pemerintah dan
masyarakat dalam suatu negara, termasuk dalam konteks Indonesia

Jawaban Soal 2:

Konsep unsur negara klasik dapat digunakan untuk menganalisis situasi di Natuna. Menurut konsep
ini, unsur-unsur negara adalah wilayah, rakyat, dan kekuasaan. Indonesia memiliki kedaulatan
wilayah di Natuna, yang menjadi penentu dari keberdaulatan negara. Pelanggaran yang dilakukan
oleh kapal nelayan China dan kapal patroli keamanan China merupakan bentuk pelanggaran
terhadap kedaulatan wilayah Indonesia. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia telah bertindak untuk
memperkuat kedaulatan wilayahnya di Natuna dengan melakukan patroli dan menangkap kapal
nelayan China yang melakukan pelanggaran.
Konsep yuridis dapat digunakan untuk menganalisis situasi di Natuna dari sudut pandang hukum
internasional. Perselisihan antara Indonesia dan China di Laut China Selatan berkaitan dengan
penafsiran terhadap hukum laut internasional (UNCLOS) dan klaim atas wilayah tersebut.
Indonesia telah memperkuat posisinya dengan mengacu pada UNCLOS, yang secara jelas
menetapkan bahwa perairan Natuna berada di dalam wilayah kedaulatan Indonesia. Sebagai negara
yang memiliki kedaulatan wilayah di Natuna, Indonesia berhak untuk menjaga keamanan dan
mempertahankan wilayahnya sesuai dengan hukum internasional.

Konsep sosiologis dapat digunakan untuk menganalisis dampak pelanggaran terhadap kedaulatan
wilayah Indonesia di Natuna. Pelanggaran ini tidak hanya berdampak pada aspek hukum dan
keamanan, tetapi juga pada aspek sosial dan ekonomi. Kehadiran kapal-kapal China yang
melanggar batas wilayah negara dapat mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan. Selain itu,
pelanggaran tersebut juga dapat merusak ekonomi lokal dan mengancam penghidupan masyarakat
nelayan yang bergantung pada perairan Natuna. Oleh karena itu, penegakan kedaulatan wilayah di
Natuna sangat penting untuk menjaga stabilitas sosial dan ekonomi di wilayah tersebut.

Jawaban soal 3

Contoh kasus yang bertolak belakang dengan kasus pada soal Nomor 2 adalah perdebatan antara
China dan Jepang mengenai kepulauan Senkaku/Diaoyu. Kedua negara memiliki klaim atas
kepulauan tersebut dan konflik seringkali terjadi di wilayah tersebut.

Dalam kasus ini, unsur-unsur asal mula negara menjadi faktor penting dalam konflik. China
mengklaim bahwa mereka memiliki hak atas kepulauan tersebut berdasarkan sejarah, sedangkan
Jepang berpendapat bahwa mereka telah menguasai kepulauan tersebut sejak tahun 1895.

Sejarah menjadi unsur penting dalam kasus ini karena China mengklaim bahwa kepulauan
Senkaku/Diaoyu menjadi bagian dari wilayah China sejak zaman kuno. Mereka merujuk pada
sejarah Dinasti Ming yang berkuasa pada abad ke-14 hingga ke-17 sebagai bukti klaim mereka atas
kepulauan tersebut.

Namun, Jepang juga memiliki alasan sejarah untuk klaim kepulauan tersebut. Pada tahun 1895,
Jepang memenangkan Perang Tiongkok-Jepang Pertama dan mendapatkan kendali atas Taiwan dan
beberapa wilayah lainnya termasuk kepulauan Senkaku/Diaoyu. Jepang kemudian memerintah
kepulauan tersebut hingga kekalahan mereka dalam Perang Dunia II.

Dalam kedua kasus ini, sejarah menjadi faktor penting dalam klaim terhadap wilayah dan
kedaulatan negara. Namun, interpretasi dan pengakuan sejarah oleh masing-masing negara menjadi
sumber konflik dan kesulitan dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Contoh kasus yang bertentangan dengan kasus ini adalah klaim atas Kepulauan Falkland (atau
Malvinas) yang dilakukan oleh Argentina dan Inggris. Argentina mengklaim kedaulatan atas
pulau-pulau tersebut karena berada dekat dengan wilayahnya, sementara Inggris menganggapnya
karena memiliki sejarah pendudukan dan keberadaan penduduk yang mayoritas berbahasa Inggris.
Tinjauan elemen asal negara dalam kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Sejarah pendudukan: Inggris telah menduduki Kepulauan Falkland sejak tahun 1833, sementara
Argentina baru mengklaim kemerdekaan dari Spanyol pada tahun 1816.
2. Mayoritas penduduk Kepulauan Falkland berbahasa Inggris dan mengidentifikasi diri sebagai
warga Inggris, sementara Argentina tidak memiliki penduduk asli di pulau-pulau tersebut.
3. Jarak geografis: Kepulauan Falkland terletak sekitar 400 km dari Argentina dan 12.700 km dari
Inggris.

Dibandingkan dengan kasus di atas, elemen asal negara dalam klaim atas Laut China Selatan
adalah sebagai berikut:
1. Negara-negara seperti Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, dan Malaysia mengklaim wilayah
di Laut China Selatan karena berdasarkan sejarah dan budaya, wilayah tersebut telah menjadi
bagian dari negara mereka sejak lama. Sementara itu klaim China didasarkan pada sejarah
kekaisaran dan eksplorasi maritim di masa lalu.
2. Keberadaan penduduk: Tidak ada penduduk asli di Laut China Selatan yang menjadi faktor
penting dalam klaim wilayah tersebut.
3. Jarak geografis: Laut China Selatan terletak di wilayah Asia Tenggara yang berbatasan dengan
beberapa negara seperti Indonesia, Filipina, dan Vietnam, serta jauh dari wilayah China.
Dari tinjauan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kasus klaim atas Kepulauan Falkland dan Laut
China Selatan memiliki perbedaan dalam asal-usul negara yang menjadi faktor penting dalam
klaim kedaulatan wilayah. Sedangkan persamaan adalah adanya klaim atas wilayah yang sama
yang menimbulkan ketegangan dan konflik antara negara-negara yang terlibat.

Anda mungkin juga menyukai