Anda di halaman 1dari 3

Nama : Hastari Rachmadani

NIM : 1704520016

Rangkuman Metlit
Perumusan Masalah Penelitian Bukanlah Pertanyaan Penelitian
Perumusan masalah penelitian (problem statement) adalah pernyataan bukan pernyataan.
Kesalahan pahaman ini mungkin terjadi disebabkan penggunaan beberapa literatur yang
menyarnkan perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan. Namun sayangnya pendapat ini
sangat lemah dikarenakan beberapa sebab, sebagai berikut:
1. Pendapat yang menyatakan bahwa problem statement dalam bentuk pertanyaan tidak
didukung oleh penulis buku metode penelitian lain, seperti Hair et.al. (2011) yang
menjelaskan bahwa problem statement adalah masalah utama dan bukan gejala dari
masalah. Masalah utama dapat diperoleh baik dari sisi praktik (seperti interview dengan
pihak yang terkait) maupun analisis gap yang ada pada literatur.
2. Perbedaan yang jelas antara perumusan masalah (research problem) dan pertanyaan
penelitian (research question) pada jurnal-jurnal ilmiah.
3. Dari sisi bahasam problem statement jelas diterjemahkan sebagai pernyataan masalah
bukan pertanyaan masalah. Statement berbeda dengan interrogative sentence (kalimat
tanya). Oleh karena itu, pendapat yang menyatakan problem statement dalam bentuk
pertanyaan adalah sangat lemah.

Paradigma Penelitian
Buku ini menggunakan perspektif multi pendekatan berupa pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan mixed method. Paradigma adalah suatu rangkaian generalisasi, keyakinan dan nilai yang
digunakan oleh suatu komunitas tertentu. Paradigma merupakan asumsi filosifis yang terdiri
dari serangkaian keyakinan yang digunakan peneliti sebagai panduan pencarian kebeneran.
Berikut penjelasan masing-masing worldview sebagai berikut:
1. Positivisme, bersifat top-down di mana peneliti beranjak dari keyakinan adanya
kebenaran yang tunggal (sigle) yang kemudian akan digunakan untuk memahami
fenomena yang terjadi. Metodologi yang digunakan ialah deduktif. Turunan dari
metodologi deduktif adalah lahirnya suatu pendekatan yang disebut pendekatan
kuantitatif.
2. Konstruktivisme, bersifat bottom-up yang meyakini kebenaran tidaklah tunggal, tetapi
jamak. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metodologi
induktif. Induktif berarti peneliti bergerak dari bawah, bersumber dari data lapangan,
kemudian dari data tersebut direduksi. Turunan dari metodologi induktif ini adalah
pendekatan kualitatif.
3. Partisipatoris, paradigma ini meyakini bahwa kebenaran dapat diperoleh dari
kesepakatan antara peneliti dengan pihak yang diteliti. Paradigm aini menggunakan
metodologi partisipasif di mana peneliti melibatkan pihak yang diteliti dalam seluruh
tahapan penelitiannya.
4. Pragmatisme, Creswell mengusulkan pragmatism sebagai paradigma yang menyakini
bahwa kebenaran bersifat tunggal sekaligus jamak. Paradigma ini menggunakan
metodologi penelitian kombinasi yang menggabungkan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif dan mengambil kesimpulan berdasarkan hasil kedua pendekatan tersebut.
Paradigm aini berfokus kepada praktik rill yang ada di lapangan denga berorientasi
pada pemecahan masalah yang ada.

Menulis Kesenjangan Penelitian Dalam Telaah Pustaka


Celah (gap) penelitian dituangkan di dalam telaah pustaka yang kemudian akan menjadi dasar
bagi penulis dalam merumuskan permasalahan penelitian dan membangun argumen penelitian.
Untuk itu, penting bagi seorang peneliti untuk mengetahui bagaimana menulis telaah pustaka
(literature review) yang baik dan benar, karena yang diinginkan adalah me-review bukan hanya
meringkas atau merangkum. Tiga tipe penulisan telaah pustaka menurut Kamler dan Thomson
(2014):
1. Laundry list/ presensi, penulis hanya merangkum referensi apa yang sudah dibaca,
siapa penulisnya, konsep (variable) apa yang dibahas, metode yang digunakan, dan
hasil yang ditemukan.
2. Sintesis, pada tipe ini penulis mencari persamaan dan perbedaan, kekuatan dan
kelemahan, kebaruan, apa yang sudah di bahas dan apa yang belum dibahas, apa yang
sudah ditemukan dan apa yang belum ditemukan antara satu referensi dengan referensi
lainnya. Dengan Teknik ini, peneliti dapat menyimpulkan apa saja gap yang masih ada
berdasarkan penelitian sebelumnya, dan gap yang mana yang akan diangkat peneliti
sebagai gap penelitian.
3. Posisi, setelah penulis membandingkan dan melakukan telaah kritis atas seluruh
referensi yang digunakan maka tiba saatnya bagi penulis untuk menentukan posisi yang
diambil penulis. Pemilihan posisi dalam penelitian inilah yang disebut sebagai
argument penelitian. Argumen peneliti adalah posisi yang diambil oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai