Kelompok 15 Ikan Makarel
Kelompok 15 Ikan Makarel
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Oleh :
Kelompok 15/Perikanan C
Shefia Marchelin 230110200154
Robby Alfiansyah 230110200176
Haikal Dapa Heryadi 230110200205
Sopyan 230110200206
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2021
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Biologi Perikanan
Disusun Oleh :
Kelompok 15/Perikanan C
Shefia Marchelin 230110200154
Robby Alfiansyah 230110200176
Haikal Dapa Heryadi 230110200205
Sopyan 230110200206
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2021
Menyetujui:
Asisten Laboratorium
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan laporan akhir
praktikum Biologi Perikanan yang berjudul “Analisis Aspek Biologi Ikan Makarel
(Scomber scombrus)”.
Tujuan dan pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai kegiatan praktikum Biologi Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran dan memberikan ilmu pengetahuan mengenai
analisis aspek biologi ikan makarel (Scomber scombrus).
Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tim dosen mata kuliah Biologi Perikanan
2. Tim asisten laboratorium mata kuliah Biologi Perikanan
Semoga laporan ini dapat menuntun ke arah yang lebih baik lagi dan mampu
menambah kemampuan penulis dalam meningkatkan ketelitian. Kritik dan saran demi
laporan ini selanjutnya sangat dinantikan.
Kelompok 15
BAB Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI…..............................................................................................iii
DAFTAR TABEL..........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR....................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................viii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................1
1.3 Manfaat...................................................................................................2
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan.............................................................................................3
2.1.1 Taksonomi................................................................................................4
2.1.2 Morfologi.................................................................................................4
2.1.3 Habitat......................................................................................................5
2.1.4 Pertumbuhan............................................................................................5
2.1.5 Reproduksi..............................................................................................6
2.1.6 Kebiasaan Makanan.................................................................................7
2.2 Pertumbuhan...........................................................................................8
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan....................................8
2.2.2 Pola Pertumbuhan...................................................................................9
2.2.3 Faktor Kondisi.........................................................................................9
2.3 Reproduksi............................................................................................11
2.3.1 Rasio Kelamin........................................................................................11
2.3.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)......................................................12
2.3.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG).........................................................15
2.3.4 Hepato Somatik Indeks (HSI)................................................................15
2.3.5 Fekunditas..............................................................................................16
2.3.6 Diameter Telur.......................................................................................17
LAMPIRAN...................................................................................................51
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui informasi dan aspek-aspek
penting biologi ikan makarel yang bermanfaat untuk memberikan pemahaman dan
kemampuan menganalisis baik itu pertumbuhan, perkembangbiakan maupun
kebiasaan makan ikan makarel, yang dapat diterapkan untuk melakukan budidaya
dalam sektor perikanan, agar didapatkan hasil yang memenuhi standar kualitas.
2.1.1 Taksonomi
Menurut Linnaeus (1758) Klasifikasi Ikan Atlantik Makarel (Scomber
scrombus), adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Scombridae
Genus : Scomber
Spesies : Scomber scrombus
2.1.2 Morfologi
Tubuh ikan makarel memanjang dan berbentuk fusiform, moncongnya
panjang dan runcing. Tubuhnya berwarna biru baja dengan garis hitam bergelombang
yang tegak lurus dengan panjang ikan. Sebagian tubuhnya berwarna putih keperakan
hingga kuning dan mungkin memiliki bercak yang lebih gelap (Collette dan Nauen,
1983). Matanya besar dan tertutup kelopak mata adiposa, sedangkan giginya kecil,
tajam, dan berbentuk kerucut. Sisiknya juga kecil, dengan pengecualian yang tepat
berada di posterior kepala dan di sekitar sirip dada.
Ikan ini memiliki dua sirip punggung berduri, yang jaraknya berjauhan, dua
sirip dada, dan sirip ekor kecil dan sirip dubur, juga berjarak berjauhan. 4-6 sirip
punggung dan 5 sirip dubur yang berasal sedikit di belakang sirip punggung kedua,
memiliki ukuran dan bentuk yang mirip dengannya. Tubuh ikan mengecil menjadi
batang ekor yang ramping, ujung ikan dipasang sirip ekor yang pendek tapi lebar
(GMRI, 2006).
Umumnya makarel jauh lebih kecil dan lebih ramping dari tuna. Makarel
adalah pemakan yang rakus, dan cepat dan bermanuver perenang handal, mampu
merampingkan diri dengan sirip mereka ke dalam lekukan pada tubuh mereka.
Ukuran maksimum pada ikan jantan yaitu 60,0 cm FL (Muus and J.G. Nielsen, 1999).
Sedangkan menurut Colette et al (1983) pada umumnya panjang maksimum pada
ikan makarel (Scomber scrombus) adalah 30 cm FL Jantan (Frimodt 1995). Untuk
2.1.3 Habitat
Ikan makarel hidup pada perairan laut dan payau. Ikan ini termasuk dalam
golongan Oceanodromos,yaitu ikan yang menetas atau terlahir di perairan tawar lalu
ketika menginjak fase juvenil ia akan bermigrasi ke Laut (Riede . K 2004). Ikan
makarel biasa hidup pada kisaran kedalaman 0-1000 m (FAO 2005), juga dapat
ditemukan pada kedalaman 0-200 m. Suhu air yang disukai adalah di atas 8°C (46°
F), tetapi ikan makarel umum ditemukan di perairan sedingin 7°C (45 ° F) dan telah
ditemukan, meskipun jarang, pada suhu 4,5°C (40,1° F) perairan (Sette, 1943).
Kisaran kedalaman umum ikan makarel meluas dari permukaan hingga 200 m (660
kaki), tetapi individu dapat ditemukan sedalam 1.000 m (3.300 kaki) (Froese dan
Pauly, 2017).
2.1.4 Pertumbuhan
Ikan makarel (Scomber scombrus) Linnaeus, 1758 merupakan spesies pelagis
yang membentuk kawanan dengan kemampuan berenang yang cepat dan meluas di
wilayah Samudera Atlantik yang luas (Whitehead et al., 1984; Sette, 1943; Anderson,
1976). Dilaporkan bahwa panjang mereka mencapai 26 cm dua tahun terakhir dan 33
cm pada lima puluh tahun terakhir (Anderson, 1973; Isakov, 1973; Stobo & Hunt,
1974). Hubungan panjang-berat dan faktor kondisi adalah pondasi yang penting untuk
perikanan, ekologi, fisiologi, dan manajemen perikanan (Gonçalves et al., 1997).
Tingkat pertumbuhan juga membantu lingkungan tempat spesies tersedia, serta
membantu memantau siklus vital (Binohlan & Pauly, 1998; Radkhah & Eagderi,
2015).
Menurut Mudjiman (2000), pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan
ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu.
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
merupakan faktor- faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur, dan
sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan
makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang
berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia
air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas.
2.1.5 Reproduksi
Ikan makarel tergolong ke dalam ikan laut yang menyukai daerah laut
dangkal. Perairan yang memiliki salinitas rendah dan kekeruhan (turbidity) tinggi
juga disukai oleh ikan makarel. Karena ikan atlantik makarel (Scomber scrombus)
termasuk golongan Oceanodromus, ikan makarel memiliki kebiasaan yaitu bermigrasi
yang jauh. Pola migrasi pada ikan atlantik makarel sangat khas, karena mereka
bergantung pada temperatur air laut dan musim bertelur (spawning season). Jatuhnya
musim bertelur ini sangat bervariasi di setiap habitat yang ditinggali. (Muhammad
2011).
Reproduksi ikan makarel tergantung pada suhu, musim pemijahan lebih atau
kurang Panjang. Di Perairan Australia, setiap betina memijah beberapa kali selama
musim ini, sekitar 2-6 hari terpisah tergantung lokalitas (Novri 2006). Pemijahan ikan
makarel juga terjadi di sekitar perairan pantai yang agak ke tengah dan biasanya
mencapai daerah spawning yang agak terlindung (Perairan Karang). Seluruh siklus
hidup ikan makarel berada di perairan pantai (Coastal water) (Mantova 2012).
Ikan makarel berkembang biak secara ovipar (eksternal), yaitu pembuahan
terjadi di luar tubuh. Artinya, spermatozoa membuahi telur di luar tubuh. (Chinabut et
al. 1991). Musim pemijahan ikan makarel berkisar antara Mei-Agustus (Colton
1969). Sedangkan menurut FAO pada populasi timur pemijahan dilakukan saat
Maret-April di Mediterania; dari Mei-Juni di Lepas Pantai Selatan Inggris, Perancis
Utara dan Laut Utara; dan dari Juni-Juli di Kattegat dan Skagerrak.
Fekunditas relatif ikan atlantik makarel berkisar antara 255.000butir/kg pada
ikan yang berukuran 34 cm. Dan pada ikan yang berukuran 45 cm akan menghasilkan
telur sekitar 1.025.000 butir telur/kg dengan siklus pemijahan 1 kali dalam setahun.
Adapula ditemukan hasil a= 0,040 dan b= 4,480. Sedangkan menurut Studholme et al
(1999), pada ikan yang berukuran 31 cm (FL) dihasilkan telur sebanyak 285.000 butir
telur, dan pada ikan yang berukuran 44 cm (FL) yaitu sebanyak 1.980.000 dengan
siklus pemijahan 1 kali dalam setahun.
Menurut FAO, pada ikan atlantik makarel betina berukuran sedang,
berfluktuasi antara 200.000 dan 450.000 telur per musim dan meningkat seiring
dengan ukurannya. Pemijahan terjadi secara berkelompok. Usia kedewasaan dicapai
pada usia 2 atau 3 tahun. Ukuran diameter telur ikan atlantik (Scomber scrombus)
sekitar 1,40 mm (Fishbase, 2006). Pada telur ikan atlantik makarel ini memiliki
bentuk bulat (sipherical) (Lockwood 1978).
2.2. Pertumbuhan
Menurut Effendie (1997), pertumbuhan adalah penambahan ukuran panjang
atau berat ikan dalam kurun waktu tertentu yang dipengaruhi oleh pakan, umur dan
ukuran ikan. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor
luar sulit dikontrol yang meliputi keturunan, sex, umur, parasit, dan penyakit. Faktor
luar utama yang mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan
(Effendi 2002).
jenis ikan bersifat allometrik positif, terlihat dari nilai b yang lebih besar dari 3 (b >
3). Sifat pertumbuhan allometrik positif menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang
lebih lambat dibandingkan pertumbuhan bobot ikan. Pertumbuhan allometrik negatif
cenderung pertumbuhan bobotnya lebih lambat dibandingkan pertumbuhan panjang,
sedangkan untuk pertumbuhan isometrik menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang
sebanding dengan pertumbuhan bobotnya. Perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh
perbedaan kelompok ukuran yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan
(Syahrir 2013).
2.3 Reproduksi
Aspek reproduksi yang akan dibahas meliputi pengertian reproduksi rasio
kelamin, faktor-faktor yang mempengaruhi pemijahan tingkat kematangan gonad,
indeks kematangan gonad, hepatosomatik indeks, fekunditas, diameter telur, tingkat
kematangan telur dan reproduksi ikan. Reproduksi adalah kemampuan individu untuk
menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau
kelompoknya. Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan
betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang selanjutnya
berkembang menjadi generasi baru (Effendie, 2002).
adalah suhu, arus, adanya individu yang berbeda jenis kelamin dan tempat berpijah
yang sesuai.
Sedangkan menurut Rizal (2009), Tingkat kematangan gonad adalah tahap-
tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Penentuan
tingkat kematangan gonad antara lain dengan mengamati perkembangan gonad.
Dalam proses reproduksi, perkembangan gonad yang semakin matang merupakan
bagian dari proses produksi ikan sebelum pemijahan. Selama itu, sebagian besar hasil
metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Berat gonad akan maksimal pada
waktu ikan akan memijah, kemudian akan menurun secara cepat dengan
berlangsungnya musim pemijahan hingga selesai
Pengamatan kematangan gonad ini dilakukan dengan dua cara, pertama cara
histologi yang dilakukan di laboratorium dan kedua dapat dilakukan di Laboratorium
atau di lapangan. Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad
dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan
perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan betina lebih
banyak diperhatikan dari pada ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang
terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat daripada sperma yang terdapat di dalam
testis (Effendi 1997).
Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan telur
pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya mempunyai
sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah (Sukiya 2005: 20). Ikan
memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan
habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran kecil
sebagai konsekuensi dari kelangsungan hidup yang rendah. Sebaliknya, ikan yang
memiliki jumlah telur sedikit, ukuran butirnya besar, dan kadang-kadang memerlukan
perawatan dari induknya, misal ikan Tilapia (Yushinta Fujaya 2004: 151).
Keterangan tentang kematangan gonad ikan diperlukan untuk mengetahui
perbandingan ikan yang matang gonad dan yang belum matang dari suatu stok ikan,
ukuran atau umur ikan pertama kali memijah, apakah ikan sudah memijah atau
belum,
kapan terjadi pemijahan, berapa lama saat pemijahan, berapa kali memijah dalam satu
tahun dan sebagainya. Perubahan gonad ikan berupa meningkatnya ukuran gonad dan
diameter telur dinyatakan dengan tingkat kematangan gonad (TKG) (Kordi 2010).
Mengetahui tingkat kematangan ovarium ikan secara makroskopik menurut
Nikolsky (Moch. Ikhsan Effendie 1997) dibagi menjadi 7 tingkat yaitu:
Tabel 1. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) menurut Moch. Ikhsan Effendie 1997
V - Ovari berkerut, dinding tebal, butir - Testes bagian belakang kepis dan
telur sisa terdapat didekat pelepasan di bagian dekat pelepasan masih
- Banyak telur seperti pada tingkat II berisi
kan kematangan gonad berdasarkan berat gonad. Secara ilmiah hal ini berhubungan
dengan ukuran dan berat tubuh ikan keseluruhannya atau tanpa berat gonad.
Perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh (Effendie 1997).
Perbedaan nilai IKG dapat disebabkan perubahan tingkat metabolisme pada
suhu yang berbeda. Dimana perbedaan suhu akan mempengaruhi tingkat metabolisme
suatu organisme budidaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa tingkat
metabolisme berhubungan dengan suhu air, sehingga tingkat metabolism akan
mengalami perubahan jika dipelihara pada suhu yang berbeda (Effendie 1997).
Ikan yang mempunyai berat tubuh lebih berat maka secara otomatis ia akan
memiliki berat gonad yang jauh lebih berat, hal ini berkaitan langsung dengan ukuran
telur yang dihasilkan. Menurut Effendie (1997), umumnya sudah dapat diduga bahwa
semakin meningkat tingkat kematangan, garis tengah telur yang ada dalam ovarium
semakin besar pula. Berat tubuh pertama matang gonad pada ikan mas adalah 500
gram/ekor, sedangkan pada ikan betina adalah 2.500 gram/ekor (Badan Standar
Nasional Indonesia 1999).
2.3.5 Fekunditas
Fekunditas merupakan jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu
ikan memijah. Fekunditas merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk
mengukur potensi produksi pada ikan karena relatif mudah dihitung. Fekunditas lebih
sering dihubungkan dengan panjang daripada dengan bobot, karena panjang
penyusutannya relatif kecil tidak seperti bobot yang dapat berkurang dengan mudah
(Effendie 2002).
Nilai fekunditas suatu individu ikan bervariasi karena dipengaruhi oleh jenis
atau spesies, umur, ukuran individu ikan, makanan, faktor fisiologi tubuh, sifat ikan,
kepadatan populasi dan lingkungan hidup dimana individu ikan itu berada (Yildirim
et al 2006). Jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan laut dikatakan tinggi bila
mencapai
1.0.0 butir telur dalam sekali memijah. Ikan yang tua dan besar umumnya
memiliki fekunditas relatif lebih kecil dan fekunditas relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada ikan-
ikan yang masih muda (Effendie 2002). Dalam ovari biasanya ada dua macam ukuran
telur, yang besar dan yang kecil. Telur yang besar akan dikeluarkan pada tahun itu
dan yang kecil akan dikeluarkan pada tahun berikutnya. Metode perhitungan
fekunditas dapat dilakukan dengan cara berikut:
a) Menghitung langsung satu persatu telur ikan
b) Metode volumetrik yaitu dengan pengenceran telur
c) Metode gravimetrik
Perhitungan fekunditas telur dengan metode gravimetrik dilakukan dengan
cara mengukur berat seluruh telur yang dipijahkan dengan teknik pemindahan air.
Selanjutnya telur diambil sebagian kecil diukur beratnya dan jumlah telur dihitung.
Besar-kecilnya fekunditas dipengaruhi oleh makanan, ukuran ikan, dan
kondisi lingkungan. Fekunditas dapat juga dipengaruhi oleh diameter telur.
Fekunditas atau jumlah telur ikan makarel 85.000-125.000 butir dan diameternya
kurang lebih 0,3- 1,5mm. Induk ikan makarel jantan akan matang kelamin pertama
pada umur 8 bulan, sedangkan yang betina pada umur 18 bulan. Nikolsky (1969)
menyatakan bahwa fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu
yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Di dalam ovarium biasanya ada dua macam
ukuran telur, yaitu besar dan kecil.
sudah diketahui bahwa fungsi utama vitamin E adalah sebagai antioksidan yang dapat
mencegah terjadinya oksidasi lemak (Darwisito et al., 2006).
23
3) Jenis kelamin ditentukan oleh hati, jantan tidak memiliki hati dan betina
sebaliknya. Untuk lebih pastinya,cacah gonad kemudian dilarutkan dan
diambil satu tetes untuk diamati di mikroskop. Jantan berbentuk serabut dan
betina berbentuk bulat.
4) Ikan betina terdapat hati, kemudian diambil dan dipisahkan untuk ditimbang.
5) Dihitung IKG, lalu HSI jika ikan tersebut betina. Fekunditas dihitung ketika
TKG yang dicapai III dan IV untuk ikan betina.
b
W=a.L
Keterangan:
W = Bobot Ikan (gr)
L = Panjang Total (mm)
a = Intercept
b = Slope
𝐾𝑛 = 𝑊𝑏
𝑎𝐿
Keterangan:
K = Faktor Kondisi
W = Bobot Ikan
(gram) L = Panjang
total (mm) a =
Intercept
b = Slope
X=J:B
Keterangan :
X = Nisbah kelamin
J = Jumlah ikan jantan (ekor)
B = Jumlah ikan betina (ekor)
IKG = Bg × 100%
Bt
Keterangan :
IKG = Indeks kematangan gonad (%)
Bg = Bobot gonad dalam gram
Bt = Bobot tubuh dalam gram
3.4.6 Fekunditas
Fekunditas ikan ditentukan dengan menggunakan metode gavimetrik dengan
rumus :
F = Bg × Fs
Bs
Keterangan :
F = Jumlah seluruh
telur(butir)
Fs = Jumlah telur pada sebagian gonad (butir)
Bg = Bobot seluruh gonad (gram)
Keterangan :
Ds = Diameter telur sebenarnya (mm)
D = Diameter telur terbesar (mm)
D = Diameter telur terkecil (mm)
𝑉𝑖 𝑥 𝑂𝑖
Ii = X 100%
𝑛
∑
𝑖=1 𝑉𝑖 𝑥 𝑂𝑖
Keterangan :
Ii = Indeks bagian Terbesar (Index of Preponderance)
Vi = Persentase volume satu macam makanan
Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
Σ(Vi xOi)= Jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan
𝑟𝑖 − 𝑝𝑖
𝐸 = 𝑟𝑖 + 𝑝𝑖
Keterangan :
E = Indeks Ivlev (Index of Electivity)
ri = Jumlah relatif macam-macam organisme yang dimanfaatkan
pi = Jumlah relatif macam-macam organisme dalam perairan
𝑡 = | 3−𝑏|
𝑆𝑏
Keterangan :
T = Nilai t hitung
b = Slope
Sb = Standar deviasi
Keterangan :
x² = Nilai chi kuadrat
Oi = Frekuensi observasi yaitu jumlah ikan jantan atau betina hasil pengamatan
Ei = Frekuensi harapan yaitu jumlah ikan jantan atau betina secara teoritis (1:1)
Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : Nisbah ikan jantan dan betina seimbang (1:1)
H1 : Nisbah jantan dan ikan betina tidak seimbang
Kriteria pengambilan keputusan :
- Apabila nilai X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak artinya nisbah kelamin tidak
seimbang.
- Apabila nilai X2 hitung ≤ X2 tabel, maka Ho diterima artinya nisbah kelamin
seimbang.
Berdasarkan grafik (gambar 2), dapat diketahui bahwa panjang total tertinggi
adalah 395 mm, sedangkan panjang total terendah adalah 315 mm. Berdasarkan
grafik persentase distribusi panjang ikan makarel tertinggi terdapat pada interval
374,5-385,4 mm sebesar 30,77% dengan frekuensi 16 ekor, sedangkan persentase
terendah terdapat pada interval 386,4-397,3 mm sebesar 1,92% dengan frekuensi 1
ekor. Menurut Froese, R dan D. Pauly (2019), ukuran panjang tubuh ikan makarel
untuk FL jantan dapat mencapai 60 cm. Oleh karena itu, hasil ukuran panjang ikan
31
makarel yang diamati belum mencapai panjang total seperti yang dinyatakan oleh
Froese, R dan D. Pauly (2019).
Berdasarkan bentuk grafik (gambar 3), dapat diketahui bahwa bobot maksimal
berada pada angka 395,74 gr, sedangkan bobot minimum terdapat pada angka 292,36
gr. Pada grafik persentase distribusi bobot ikan makarel tertinggi terdapat pada
interval 292,36-306,76 gr sebesar 46,15% dengan frekuensi 24 ekor. Sedangkan
persentase terendah terdapat pada interval 384,46-399,16 gr sebesar 1,92% dengan
frekuensi 1 ekor.
Makanan dengan kandungan nutrisi yang baik akan mendukung pertumbuhan
dari ikan tersebut, sedangkan suhu akan mempengaruhi proses kimiawi tubuh
hubungan panjang total dan bobot tubuh serta faktor kondisi suatu ikan bergantung
kepada makanan, umur, jenis sex dan kematangan gonad (Effendie, 1997).
Pertumbuhan bobot ikan dipengaruhi oleh faktor dalam maupun faktor luar. Faktor
dalam umumnya sulit dikontrol yang meliputi keturunan, jenis kelamin, dan umur
ikan. Sementara faktor luar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan adalah
ketersediaan makanan, suhu lingkungan perairan, parasit, dan penyakit (Effendie
2002).
pertambahan panjang dan bobot ikan, perbedaan umur dan perubahan pola makan
selama proses pertumbuhan.
nilai x² tabel dengan nilai x² hitung sebesar 38,44 sedangkan nilai x² tabel sebesar
0,0039 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis Ho dapat ditolak. Hasil
penelitian ini berbeda dengan hasil MacKay (1979), rasio kelamin ikan makarel pada
Laut Utara pantai ditemukan perbandingan (1.0: 1.06). Sedangkan menurut Moores
dkk. (1975) di daerah Newfoundland ditemukan rasiokelamin ikan makarel (1.0:
1.25). Menurut Beevi dan Ramachandran (2005), perbedaan rasio kelamin
disebabkan oleh meningkatnya suhu dan kecepatan arus air, kerentanan betina
terhadap predator dan bahaya alami lainnya, fase migrasi dalam populasi induk
adalah beberapa penyebab untuk perubahan rasio seks pada ikan. Banyaknya betina
di sebagian besar bulan dipengaruhi oleh kerentanan betina (Bhatnagar, 1972).
Berdasarkan hasil pengamatan dari data di atas, didapatkan data TKG ikan
makarel jantan tertinggi yaitu pada tahap tingkat kematangan gonad ke III. Jika
ditinjau dari tabel di atas TKG III pada ikan makarel jantan sangat mendominasi,
jumlah total
keseluruhan ada 4 ekor. Selain itu data jumlah TKG ikan makarel terendah yaitu TKG
I berjumlah 2 ekor, TKG II berjumlah 4 ekor, TKG IV dan TKG V tidak ada
jumlahnya.
Berdasarkan hasil pengamatan dari data di atas, didapatkan data TKG ikan
makarel betina tertinggi yaitu pada tahap tingkat kematangan gonad ke III. Jika
ditinjau dari tabel di atas TKG III pada ikan makarel betina sangat mendominasi,
jumlah total keseluruhan ada 26 ekor. Selain itu data jumlah TKG ikan makarel
terendah yaitu TKG I berjumlah 1 ekor, TKG IV berjumlah 15 ekor, TKG II dan
TKG V tidak ada jumlahnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
populasi ikan makarel sedang berada di posisi belum siap melakukan pemijahan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Attia dan Kariman (2020) dalam penelitiannya yang
mengatakan bahwa gonad pada ikan Scomber scombrus pada bulan September,
Oktober, dan November masih belum siap melakukan pemijahan.
4.2.5 Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur matang yang akan dikeluarkan. Fekunditas
dapat dipengaruhi oleh jenis ikan, usia, ukuran, makanan, dan lainnya. Nilai
fekunditas hanya dapat dihitung pada ikan betina, karena hanya ikan betina yang
memiliki ovari untuk reproduksi, sementara ikan jantan memiliki testes (Bagenal,
1978).
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui nilai fekunditas tertinggi sebanyak
136080 butir/ekor pada TKG III dengan nilai IKG 2%. Sedangkan nilai fekunditas
terendah sebanyak 2800 butir/ekor pada TKG IV dengan nilai IKG 2%. Hal tersebut
bisa dikatakan telur dalam proses belum siap untuk memijah dikarenakan nilai Indeks
Kematangan Gonad belum mencapai 10% dan pada TKG V biasanya ikan tsb baru
memijah. Sedangkan fekunditas ikan makarel sekitar 40.000-150.000 butir telur/kg
bobot induk (Egwui 2007) hal tersebut dapat dikarenakan ketersediaan pakan, bobot
ikan, panjang tubuh ikan, diameter telur, ataupun faktor lingkungan seperti pendapat
Suzuki (2000).
Menurut jurnal “Reproductive biology of the Atlantic mackerel Scomber
scombrus Linnaeus, 1758 in Mediterranean coast of Sinai, Egypt” menyatakan bahwa
fekunditas tertinggi terdapat pada ikan dengan ukuran panjang 30,2 cm dan bobot
tubuh 212 gr dengan jumlah telur 229500 butir.
Dari data yang diperoleh, dapat kita lihat bahwa persentase tingkat konsumsi
jenis makanan terbanyak dari seluruh ikan makarel yang diamati adalah detritus yakni
sebesar 3%, fraksi hewan 63%, zooplankton 3%, fitoplankton 3%, tumbuhan 0%,
cacing 0%, benthos 0%, dan ikan 29%. Yang berarti pakan utama dari ikan makarel
adalah Fraksi hewan karna bernilai lebih dari 60%, Pakan kedua adalah ikan, dan
pakan lainnya adalah zooplankton, fitoplankton, tumbuhan, cacing, benthos, dan
mollusca. Menurut Kordi (2010), ikan makarel termasuk ikan pemakan segala bahan
makanan (omnivora), baik bahan hewani maupun nabati. Pakan alami makarel adalah
ikan kecil dan cacing.
lebih dari 60%, Pakan kedua adalah ikan, dan pakan lainnya adalah zooplankton,
fitoplankton, tumbuhan, cacing, benthos, dan Mollusca.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum analisis biologis ikan makarel
mengenai pertumbuhan, reproduksi, dan kebiasaan makan adalah sebagai berikut:
1. Hubungan panjang total dan bobot pada ikan makarel diketahui bahwa b =
0,0701 atau sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ikan makarel pada
praktikum ini bersifat allometrik negatif. Allometrik negatif adalah pertumbuhan
bobot lebih lambat daripada pertumbuhan panjang menunjukan ikan yang kurus
dimana pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan bobotnya. Nilai faktor
kondisi tertinggi sebesar 1,26. Sedangkan nilai faktor kondisi terendah sebesar
0,97. Hal tersebut menyatakan bahwa kondisi ikan makarel lebih dari 1 atau k > 1
yang artinya ikan makarel tersebut memiliki bentuk badan yang kurang pipih
atau tergolong gemuk.
2. Ikan betina memiliki rasio yang mendominasi pada praktikum ini yaitu kelamin
jantan dengan rasio sebesar 19% (10 ekor) dan betina sebesar 81% (42 ekor) dari
total 52 ekor. Sehingga dapat dikatakan bahwa rasio kelamin dari seluruh sampel
angkatan adalah jenis kelamin betina lebih mendominasi daripada kelamin jantan
yang biasa disebut dengan poliandri. Nilai TKG pada ikan jantan didominasi oleh
TKG II dan TKG III jumlah total keseluruhan masing-masing 4 ekor, TKG III
pada ikan makarel betina sangat mendominasi jumlah total keseluruhan ada 24
ekor. Nilai IKG tertinggi pada betina sebesar 1,45% pada TKG III. Sedangkan
pada ikan makarel jantan IKG yang tinggi pada TKG I dengan persentase 1,35%.
Nilai HSI tertinggi terdapat pada ikan TKG III dengan persentase 1,10%, Nilai
fekunditas tertinggi sebanyak 136080 butir/ekor pada TKG III dengan nilai IKG
2%. Sedangkan nilai fekunditas terendah sebanyak 2800 butir/ekor pada TKG IV
dengan nilai IKG 2%.
44
3. Nilai untuk tingkat trofik ikan makarel sebesar 2,97 yang berarti ikan makarel
yang diamati angkatan termasuk ikan yang bersifat omnivore cenderung
herbivora. Persentase tingkat konsumsi jenis makanan terbanyak dari seluruh
ikan makarel yang diamati adalah detritus yakni sebesar 3%, fraksi hewan 63%,
zooplankton 3%, fitoplankton 3%, tumbuhan 0%, cacing 0%, benthos 0%, dan
ikan 29%. Yang berarti pakan utama dari ikan lele sangkuriang adalah Fraksi
hewan karna bernilai lebih dari 60%, Pakan kedua adalah ikan, dan pakan lainnya
adalah zooplankton, fitoplankton, tumbuhan, cacing, benthos, dan Mollusca. Ikan
makarel termasuk ikan pemakan segala bahan makanan (omnivora), baik bahan
hewani maupun nabati. Pakan alami ikan makarel adalah ikan kecil dan cacing
5.2 Saran
Adapun saran dalam selama kegiatan praktikum biologi perikanan
berlangsung yaitu harus lebih meningkatkan ketelitian dalam mengamati seluruh
aspek biologi ikan dan penghitungan data, sehingga data yang diperoleh merupakan
data akurat yang dapat dibuktikan kebenarannya. Praktikan harus memperhatikan lagi
prosedur kerja dan pemahaman serta materi dasar yang menunjang jalannya
praktikum ini agar tidak ada lagi kesalahan data dan mendapatkan hasil yang
diinginkan.
Adrim, M dan Fahmi. 2010. Panduan Untuk Penelitian Ikan Laut. Jakarta: Pusat
Penelitian Oseanografi-LIPI.
Anderson, E.D. and A.J. Paciorkowski. 1980. A review of the Northwest
Atlanticmackerel fishery. Rapp. P.-V. Reun. CIEM. 177:175-211.
Attia A. O. El-Aiatt dan Kariman A. Sh. Shalloof. 2020. Reproductive biology of the
Atlantic mackerel Scomber scombrus Linnaeus, 1758 in Mediterranean coast
of Sinai, Egypt. Egyptian Journal of Aquatic Biology and Fisheries. Zoology
Departement, Faculty of Science, Ain Shams University, Cairo,Egypt.
Badan standar nasional indonesia. http://www.djpb.kkp.go.id/benih/peraturan/31_01-
6130-1999.pdf diakses pada 11 Maret 2015.
Beevi, J. K. S. and Ramachandran, A. 2005. Sex ratio in Puntius vittatus (Day) in the
fresh water bodies of Ernakulam district, Kerala. Zoos' Print J. 20(9):1989-
1990.
Bhatnagar, G.K. 1972. Maturity, fecundity, spawning season and certain related
aspects of Labeo fimbriata (Bloch) of river Narmada near Hoshangabad
(M.P.), Journal of Inland Fish Society of India; 4: 26-37.
Binohlan, C. and D. Pauly, 1998. The PopGrowth Table. In R. Froese and D. Pauly
(eds.), FishBase 98: concepts and design data sources. ICLARM, Manila, pp.
124-129.
Caddy, J. F. & G. D. Sharp. 1986. An Ecological Framework for Marine Fishery
Investigations. FAO Fish. Tech. Pap. 283. 152 p.
Chinabut S., Limsuwan, dan P Kiswatat. 1991. Histology of Walking Catfish.
Canada:IDEC.
Collette, B.B. and C.E. Nauen, 1983. FAO Species Catalogue. Vol. 2. Scombrids Of
the world. An annotated and illustrated catalogue of tunas,
mackerels,bonitos and related species known to date. Rome: FAO. FAO
Fish. Synop.125(2):137 p.
46
Colton, J.B. Jr and R.R. Marak. 1969. Guide for Identifying the common planktonic
fish eggs and larvae of continental shelf waters, Cape Sable to Bloc Island.
US. Bur. Commer. Fish Bio Lab. Ref. 69-9. 43p.
Darwisito, S., M.Z. Junior., D.S. Sjafei., W. Manalu, dan A.O. Sudrajat. 2006. Kajian
Performans reproduksi perbaikan pada kualitas telur dan larva ikan nila
(Oreochromis niloticus) yang di beri vitamin E dan minyak ikan berbeda
dalam pakan. Prosiding Seminar Nasional Ikan IV. Fakultas Perikanan dan
ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Jatiluhur.
Dean, N., 1989. Data base report of the stomach sampling project. 1981. Cooperative
Research Report. No. 164, International Council for the Exploration of the
Sea Palaegarde 2-4, 1261 Copenhagen K. Denmark.
Ed. Ranier Froese and Daniel Pauly. 2006. Scomber. N.p.: FishBase, 2006.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Cetakan
I. Bogor. 112 pp.
Effendie, M.I. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
FAO-FIGIS.2005. A World overview of species of interest to fisheries. Chapter :
Scomber scombrus. Retrieved on 5 May 2005. daikses 29 Oktober 2020 pukul
23.11 di www.fao.org/figis/servlet/species?fid=2473.
Fishbase. 2006. Nomorhamphus megarrhamphus (Brembach, 1982).
http://fishbase.sinica.edu.tw/summary/ SpeciesSummary.php?id=6270
Fortier, L and A. Villeneuve. 1996. Cannibalism and predation on fish larvae of
Atlantic Mackerel, Scomber scombrus : tropydinamics and potential impact
on recruitment. Fish. Bull. 94:268-281
Frimodt, C., 1995. Multilingual illustrated guide to the world's commercial coldwater
fish. Fishing News Books, Osney Mead, Oxford, England. 215 p.
Froese, R. dan D.Pauly (Eds). 2019. Fish Base. World Wide Web electronic
publication. www.fishbase.org, version (12/19).
Natarajan, A.V. & Jhingran, A.G. l96l. lndex of preponderance-A method of grading
the food elements in the stomach analysis of fishes. Indian J. Fish. 8 (l ): 5a
59.
Nikolsky, G. V. 1969. Theory of Fish Population Dynamic, as the Biological
Bacground of rational Exploitation and the management of Fishery
Resources. Academic Press.
Nikolsky,G.V.1980. Theory of fish population dynamics. Bishen Sigh Mahendra Pal
Singh, India and Ottokoeltz Science Publisher (W. Germany). 317 pp.
Novri, F. 2006. Analisis hasil tangkapan dan pola musim penangkapan ikan tenggiri
(Scomberomorus sp.) di perairan Laut Jawa bagian barat berdasarkan hasil
tangkapan yang didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara. Skripsi
(Tidak Dipublikasikan). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Institut Pertanian Bogor, hal.103.
Radkhah A., Eagderi S. (2015). Length-weight and length-length relationships and
condition factor of six cyprinid fish species of Zarrineh River (Urmia Lake
basin, Iran). Iranian Journal of Ichthyology, 2(1): 61-64.
Riede, K., 2004. Global register of migratory species - from global to regional
scales. Final Report of the R&D-Projekt 808 05 081. Federal Agency for
Nature Conservation, Bonn, Germany. 329 p.
Saputra II. 2013. Analisis Isi Lambung Ikan Selais Danau (Ompok
hypophthalmus,Bleeker 1846) Di Sungai Tapung Hilir Provinsi Riau.
Pekanbaru. FMIPA Universitas Riau.
Sette, Oscar Elton. 1943. Biology of the Atlantic Mackerel (Scomber scombrus) of
North America: Part I:Early life history, including the growth, drift, and
mortality of the egg and larval populations. Fishery Bulletin of the Fish and
Wildlife Service. 50: 149–237.
Stergiou KI, Moutopoulus DK, Casal HJA, Erzini K. 2007. Trophic Signatures of
Small-Scale Fishing Gears: Implications for Conservation and
Management. Marine Ecology Progress Series. No. 333: 117-128.
Stobo, W. and J. Hunt. 1974. Mackerel biology and history of the fishery in subarea
4.
ICNAF Fish. Res. Doc. 74/9.
Studholme, A.L., D.B. Packer,. P.L.Berrien, D.L. Johnson, C.A. Zetlin and W.W
Morse. 1999. Atlantic Mackarel, Scomber scombrus, life history and habitat
characteristics. NUAA Tech. Memo. NMFS-NE-141,35p.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sukiya, 2005. Biologi Vertebrata. Universitas Negeri Malang. Malang.
Suyanto, R. R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya, Jakarta.
Syahrir, M., 2013. Kajian Aspek Pertumbuhan Ikan di Perairan Pedalaman
Kabupaten Kutai Timur. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. 18 (2) : 8 – 13.
WHITEHEAD, A.G., TITE, D.J., FRASER, J.E. & NICHOLLS, A.J.F. 1984.
Dierential control of potato cyst nematodes, Globodera rostochiensis and G.
pallida by oxamyl and the yields of resistant and susceptible potatoes in
treated and untreated soils. Annals of Applied Biology 105: 231-244.
Yaron Z. and Levavi-Sivan B. 2011. Endocrine Reguation of Fish Reproduction.
Encyclopedia Regulation of Fish Physiology: From Genome to Environment.
Yildirim, A.H.I., Haliloglu, O. Erdogan, &M. Turkmen. 2006. Somereproduction
characteristics of Chalcalburnus mossulini (Heckel,1843) Inhabiting the
Karasau River(Erzurum, Turkey). Tubitak. Turk J.Zool., 31(27): 193-200.
https://journals.tubitak.gov.tr/zoology/issues/zoo-07-31-2/zoo-31-2-15-0603-
2.pdf.
Yulfiperius. 2001. Pengaruh Kadar Vitamin E Dalam Pakan Terhadap KualitasTelur
Ikan Patin (Pangasius hypoptthalmus). Tesis. Ilmu Periaran,Program
Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 40hal.
51
Ikan Makarel
Pertumbuhan
No. Panjang (mm) Bobot (gr)
SL FL TL
1 290 310 334 319,00
2 300 322 348 335
3 245 247 333 304,65
4 253 266 324 300,68
5 245 265 320 308,49
6 235 255 365 309,91
7 246 258 369 305,21
8 248 260 380 303,25
9 245 260 340 302,91
10 250 260 385 303,19
11 234 264 331 308,44
12 255 275 365 336,79
13 255 265 330 310,45
14 245 265 330 310,24
15 240 255 340 304,42
16 255 265 375 309,03
17 250 258 371 313,76
18 240 255 335 297,93
19 250 255 375 395,74
20 255 270 335 325,48
Perhitungan:
fo fh fo-fh (fo-fh)² (fo-fh)²/fh
19 50 -31 961 19,22
81 50 31 961 19,22
χ²hitung 38,44
Diketahui:
α=0,05
DF= (r-1)x(b-1)
Perhitungan:
χ²tabel (0,05;1) = 0,00393214
Berdasarkan hasil perhitungan, χ² hitung > χ² tabel maka ditolak Ho artinya ikan
jantan dan ikan betina tidak seimbang.
49 5% 50% 45%
50 1% 87% 12%
51 15% 50% 35%
52 5% 25% 5% 65%