Anda di halaman 1dari 8

https://youtu.

be/-l1pv9DWQZc
POLITIK DAN KEKUASAAN DALAM ORGANISASI

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah
PERILAKU ORGANISASI

Oleh :

M. Acep Gina Anggara (202010200196)


M. Abdi Redani Zaenha (202010200274)
M. Nuzulatur Rayhan (202010200288)
M. Iqbal Al Amin (202010200234)

Kelas : Manajemen 5 / B3

Dosen Pengampu
Vera Firdaus, S.Psi., MM.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS BISNIS,HUKUM DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

2022
BAB I

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
tentang “POLITIK DAN KEKUASAAN DALAM ORGANISASI”

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan – masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Politik dan organisasi ialah sesuatu yang ada dan dialami dalam lingkungan
organisasi, politik dan organisasi sedikit sulit untuk mengukurnya tetapi akan sangat
dibutuhkan dalam perilaku keorganisasian. Karena keberadaan nya sangat
berpengaruh terhadap perilaku organisasi.
Politik dan organisasi tidak terjadi hanya dalam pemerintahan saja tetapijuga
terjadi dalam suatu badan usaha, organisasi formal, organisasi keagaman, bahkan
pada unit keluarga. Politik adalah suatu jaringan interaksi antarmanusia dengan
kekuasaan diperoleh, ditransfer, dan digunakan. Politik dijalankan untuk
menyeimbangkan kepentingan individu karyawan dan kepentingan manajer, serta
kepentingan organisasi. Ketika keseimbangan tersebut tercapai, kepentingan individu
akan mendorong pencapaian kepentingan organisasi.1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan politik?
2. Apa yang dimaksud kekuasaan dalam organisasi?
3. Apa hubungan antara politik dan kekuasaan dalam organisasi?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hakekat dari definisi politik di dalam organisasi dan umum.
2. Mengetahui apa itu kekuasaan dalam organisasi.
3. Mengetahui dampak dan keterkaitan antara politik dan kekuasaan dalam
organisasi.

1
Patricia Dhiana Paramita, KETERKAITAN ANTARA POLITIK DAN KEKUASAAN DALAM
ORGANISASI
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN POLITIK
Hingga saat ini, kita telah melakukan konsep kekuasaan (power) dalam
organisasi. Tibalah saatnya bagi kita untuk meimplementasikan politik di dalam
organisasi. Politik di dalam organisasi adalah sesuatu yang sulit untuk dihindarkan
karena tatkala organisasi terdiri dari 2 orang atau lebih maka akan ada banyak
kepentingan di dalam organisasi, langkanya sumber daya serta adanya tarik menarik
gagasan. Sehingga membuat politik di dalam organisasi menjadi aktifitas logis
didalam organisasi.

Bagi Robert Morgan organisasi serupa dengan system politik.2 Politik di


dalam organisasi lebih memfokuskan pada pada tiga konsep yaitu interest
(kepentingan), konflik, dan kekuasaan (power). Interest (kepentingan) adalah
kecenderungan meraih sasaran, nilai, kehendak, harapan, dan kecenderungan lainnya
yang membuat orang bertindak dengan satu cara ketimbang lainnya.

Politik tidak sama dengan kekuasaan dan pengaruh (influence). Ketiganya adalah
konsep yang berbeda dan berdiri sendiri. Power atau kekuasaan mengekspresikan
kapasitas individu untuk secara sengaja menimbulkan dampak pada orang lain.
Pengaruh (influence) adalah kemampuan membuat orang menuruti kehendak pemberi
pengaruh. Politik mendasarkan diri pada kekuasaan (kekuasaan), dan kekuasaan ini
tidak terdistribusi secara merata di dalam organisasi. Oleh sebab itu, siapa pun yang
menggenggam kekuasaan di dalam organisasi akan menggunakannya guna
mempengaruhi (to influence) orang lain. Dengan kata lain, kekuasaan adalah sumber
daya sosial yang ditujukan demi melancarkan pengaruh, yaitu proses sosial, dan
keduanya merupakan sokoguru politik.

Politik dapat didefinisikan sebagai kegiatan dimana individu atau kelompok


terlibat sedemikian rupa guna memperoleh dan menggunakan kekuasaan untuk
mencapai kepentingannya sendiri.3 Kendati politik punya kans merusak, politik
sesungguhnya tidaklah buruk. Faktanya, dengan begitu para manajer dan pekerja
kerap menolak bahwa politik mempengaruhi kegiatan organisasi, sebuah riset
mengindikasikan bahwa politik kantor muncul dan ia punya dampak terukur dalam
perilaku organisasi.

Definisi lain politik diajukan oleh Richard L. Daft, yang menurutnya adalah
“... penggunaan kekuasaan guna mempengaruhi keputusan dalam rangka memperoleh
hasil yang diharapkan”.4 Penggunaan kekuasaan dan pengaruh membawa pada 2 cara
mendefinisikan politik. Pertama, selaku perilaku melayani diri sendiri. Kedua,
sebagai proses pembuatan keputusan organisasi yang sifatnya alamiah.

Dalam definisi pertama, politik melibatkan kecurangan dan ketidakjujuran


yang ditujukan demi kepentingan diri sendiri dan memicu konflik dan
ketidakharmonisan di dalam lingkungan kerja. Pandangan suram atas politik ini
2
Robert Morgan, Imagen ..., Op.Cit. P. 156.
3
John A. Wagner II And John R. Hollenbeck, Organizational ..., Op.Cit. P. 233.
4
Richard L. Daft, Organization ..., op.cit p. 510.
umum dianut masyarakat awam. Suatu riset yang pernah diadakan dalam masalah ini
menyuguhkan fakta bahwa pekerja yang menganggap kegiatan politik dalam jenis ini
di perusahaan kerap dihubungkan dengan perasaan gelisah dan ketidakpuasan kerja.5.

Dalam definisi kedua, politik dilihat sebagai proses organisasi yang alamiah
demi menyelesaikan perbedaan di antara kelompok kepentingan di dalam organisasi.
Politik adalah proses tawar-menawar dan negosiasi yang digunakan untuk mengatasi
konflik dan perbedaan pendapat. Dalam cara pandang ini, politik sama dengan
pembangunan koalisi dalam proses-proses pembuatan keputusan. Politik bersifat
netral dan tidak perlu membahayakan organisasi.

B. PENGERTIAN KEKUASAAN DALAM ORGANISASI

Kekuasaan adalah gagasan politik yang berkisar pada sejumlah karakteristik.


Karakteristik tersebut mengelaborasi kekuasaan selaku alat yang digunakan
seseorang, yaitu pemimpin (juga pengikut) gunakan dalam hubungan
interpersonalnya. Gilbert W. Fairholm juga mendefinisikan kekuasaan sebagai “...
kemampuan individu untuk mencapai tujuannya saat berhubungan dengan orang lain,
bahkan ketika dihadapkan pada penolakan mereka.”6. lalu menurut Gareth Morgan
dalam karya penelitiannya Images of Organization, mendefinisikan kekuasaan
sebagai “... medium lewat mana konflik kepentingan diselesaikan ... kekuasaan
mempengaruhi siapa dapat apa, kapan dan bagaimana ... kekuasaan melibatkan
kemampuan mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita
kehendaki.”7. lalu ada juga pendapat menurut Stephen P. Robbins mendefinisikan
kekuasaan sebagai “... kapasitas bahwa A harus mempengaruhi perilaku B sehingga B
bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh A. 8 Definisi Robbins menyebut
suatu “potensi” sehingga kekuasaan bisa jadi ada tetapi tidak dipergunakan. Sebab
itu, kekuasaan disebut sebagai “kapasitas” atau “potensi”.

Seseorang bisa saja punya kekuasaan tetapi tidak menerapkannya. Kekuasaan


mempunyai fungsi bergantung. Semakin besar ketergantungan B atas A, semakin
besar kekuasaan A dalam hubungan mereka. Ketergantungan, pada hakekatnya,
didasarkan pada alternatif yang ada pada B dan pentingnya alternatif tersebut bagi B
dalam memandang kendali A.

Dalam konteks perilaku organisasi, John R. Schemerhorn et.al.


mendefinisikan kekuasaan sebagai “ ... kemampuan yang mampu membuat orang
melakukan apa yang kita ingin atau kemampuan untuk membuat hal menjadi
kenyataan menurut cara yang kita inginkan.”9 Esensi kekuasaan adalah kendali atas
perilaku orang lain. Kekuasaan adalah kekuatan yang kita gunakan agar sesuatu hal
terjadi dengan cara disengaja, di mana influence (pengaruh) adalah apa yang kita
gunakan saat kita menggunakan kekuasaan. Seorang manajer membiakkan kekuasaan
dari aneka sumber, baik dari organisasi yang disebut sebagai “power position”
ataupun dari personalitasnya sendiri yang disebut “personal power.” Baik politik
maupun pengaruh (influence) adalah merupakan proses, tindakan, perilaku, di mana

5
Ibid.
6
Gilbert W. Fairholm, Organizational Power Politics: Tactics In Organizational Leadership, 2nd
Edition (Santa Barbara: Praeger, 2009) , P.5.
7
Gareth Morgan, Images of Organization (Thousand Oaks, California: Sage Publications, 2006) p.166
8
Stephen P. Robbins, Organisational Behaviour: Global and Southern African Perspectives, 2nd
Edition (Cape Town: Pearson Education South Africa (Pty) Ltd., 2009) p.15
9
John R. Schemerhorn, James G. Hunt, Richard N. Osborn, Organizational Behavior, 7th Edition
(Phoenix : John Wiley & Sons, 2002) p.173.
kekuasaan yang bersifat potensial ini memiliki media untuk digunakan,
direalisasikan.

Dari definisi-definisi kekuasaan yang telah disebutkan diatas, kendati definisi


itu sendiri tidak ada yang mencukupi menurut March mengindikasikan pentingnya
posisi kekuasaan dalam suatu organisasi. Tanpa kekuasaan, individu akan anarkis,
pemimpin tidak bergigi, sanksi tidak dipatuhi, dan oleh sebab itu ketiadaan kekuasaan
kerap dianggap situasi chaos (kekacauan). Ketiadaan kekuasaan dalam organisasi
membuat organisasi kehilangan konsep pengendalian dan berujung pada
ketidaktercapaian tujuan organisasi, bahkan chaos dalam organisasi tersebut.

C. HUBUNGAN POLITIK DAN KEKUASAAN DALAM ORGANISASI


Sejauh penelusuran tentang studi keterkaitan antara politik dan kekuasaan
dalam organisasi memilik pendapat yang berbeda-beda. Pada saat setiap individu
melakukan interaksi satu sama lain yang muncul dari interaksi tersebut adalah
kekuasaan. Heryawan Ahmad (2009), menyebutkan bahwa kekuasaan merupakan
konsep yang berkaitan dengan perilaku. Dari konsep di atas, kekuasaan politik dapat
dirumuskan sebagai kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh untuk
mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik sehingga
keputusan itu menguntungkan dirinya, kelompoknya ataupun masyarakat pada
umumnya. Bila seseorang suatu organisasi, atau suatu partai politik bisa
mengorganisasi sehingga berbagai badan negara yang relevan misalnya membuat
aturan yang melarang atau mewajibkan suatu hal atau perkara, maka mereka
mempunyai kekuasaan politik.

Hasrat untuk memiliki kekuasaan merupakan keadaan alamiah manusia, persis


seperti yang dimaksudkan oleh Sartre dan Nietsche. Bagi Sartre, kebutuhan dasar
manusia adalah dianggap penting dan dihargai. Sementara bagi Nietsche, manusia
pada dasarnya selalu didorong oleh hasrat untuk menjadi manusia super, manusia
yang berkuasa. Dalam konteks kedudukan politik, boleh jadi hasrat manusia alamiah
inilah yang mendorong seseorang mengejar kekuasaan politik. Menurut Lord Acton
(dalam Greenberg dan Baron, 2000) kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan
absolut pasti korup. Hal itu sudah diketahui banyak orang, khususnya yang
memperhatikan praktik kekuasaan atau politik, baik di pemerintahan, korporasi,
maupun organisasi kemasyarakatan.
BAB III
PENUTUP

Pada hakekatnya, kekuasaan merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang


untuk mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku orang lain sesuai dengan yang
diinginkannya. Kekuasaan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber yang
dibedakan menjadi kekuasaan formal dan kekuasaan personal. Kekuasaan biasanya
identik dengan politik. Politik sendiri diartikan sebagai upaya untuk ikut berperan
serta dalam mengurus dan mengendalikan urusan masyarakat. Penyalahgunaan
kekuasaan pada dunia politik yang kerap dilakukan oleh pelaku politik menimbulkan
pandangan bahwa tujuan utama berpartisipasi politik hanyalah untuk mendapatkan
kekuasaan. Padahal, pada hakekatnya penggunaan kekuasaan dalam politik bertujuan
untuk mengatur kepentingan masyarakat seluruhnya, bukan untuk kepentingan
pribadi ataupun kelompok. Untuk itu, adanya pembatasan kekuasaan sangat
diperlukan agar tumbuh kepercayaan masyarakat terhadap pemegang kekuasaan dan
terciptanya keadilan serta kenyamanan dalam kehidupan. Politik dan kekuasaan
dijalankan untuk menyeimbangkan kepentingan individu karyawan dan kepentingan
manajer, serta kepentingan organisasi
DAFTAR PUSTAKA

Paramita Patricia Dhiana. KETERKAITAN ANTARA POLITIK DAN KEKUASAAN


DALAM ORGANISASI

Morgan Robert. Imagen. Op.Cit. P. 156

Wagner John A. II And John R. Hollenbeck. Organizational. Op.Cit. P. 233

Daft Richard L. Organization. Op.cit p. 510

Ibid

Fairholm Gilbert W. Organizational Power Politics: Tactics In Organizational


Leadership 2nd Edition. Santa Barbara: Praeger. 2009. P.5

Morgan Gareth. Images of Organization. Thousand Oaks California: Sage


Publications. 2006. p.166

Robbins Stephen P. Organisational Behaviour: Global and Southern African


Perspectives 2nd Edition. Cape Town: Pearson Education South Africa Pty
Ltd. 2009. p.15

Schemerhorn John R., James G. Hunt, Richard N. Osborn. Organizational Behavior,


7th Edition. Phoenix : John Wiley & Sons. 2002. p.173.

Anda mungkin juga menyukai