Anda di halaman 1dari 6

Penerapan Manajemen Risiko Hukum

Di Bank BTN

Disusun oleh :
1. Agit Ismi R (3.42.20.1.02)
2. Iffadila Selvy ( 3.42.20.1.12)
3. Titania Adella ( 3.42.20.1.29)

Politeknik Negri Semarang


Jurusan akuntansi
Program Studi D3 Keuangan &Perbankan
2021/2022
1. Penerapan Manajemen Risiko Hukum Tahun 2016
Identifikasi Risiko Hukum dilakukan terhadap faktor- faktor penyebab timbulnya risiko
meliputi adanyatuntutan hukum dan adanya kelemahan aspek yuridis yang meIekat pada
aktivitas fungsional perkreditan (penyediaan dana), treasury dan investasi, operasional dan
jasa, teknologi sistem informasi dan MIS, dan pengelolaan sumber daya manusia.
Pengukuran Risiko Hukum dilaksanakan oleh Risk Management Division bersama-sama
Legal Division (LGD) berdasarkan laporan hasil evaluasi atas analisis
kasus-kasus hukum secara individual terhadap kewajiban kontinjensi yang timbul dari
tuntutan hukum yang terjadi. Indikator/ parameter yang digunakan dalam mengukur Risiko
Hukum, antara lain berupa potensi kerugian akibat tuntutan hukum, kelemahan perikatan
karena tidak terpenuhinya syarat sahnya perjanjian dan terjadinya perubahan peraturan
perundang-undangan yang menyebabkan produk Perseroan menjadi tidak sejalan dengan
ketentuan yang ada.
Pemantauan Risiko Hukum dilaksanakan oleh Risk Management Division dengan
mengevaluasi efektivitas implementasi kebijakan, prosedur dan kepatuhan terhadap
kebijakan, regulasi hukum serta ketentuan limit Perseroan. Pemantauan dilaksanakan secara
berkala terhadap seluruh posisi Risiko Hukum.
Dalam melaksanakan pengendalian Risiko Hukum, LGD memberi masukan hukum dan
rekomendasi kepada setiap divisi dan satuan kerja serta melakukan review secara berkala
terhadap perjanjian dan kontrak kerjasama dengan counterparty. Dari 87 Kantor Cabang
(Konvensional dan Syariah) 86 Kantor Cabang telah ditempatkan pegawai sebagai Branch
Legal Representative (BLR) dan dari 4 Kantor Wilayah 1 Kantor Wilayah telah ditempatkan
pegawai sebagai Regional Legal Representative (RLR) yang berfungsi untuk memberikan
pendapat maupun konsultasi hukum kepada Kantor Cabang dalam rangka pengamanan aspek
hukum yang berkaitan dengan pemberian kredit dan restrukturisasi kredit, melakukan
observasi, penelitian dan memberikan saran terhadap operasional di unit kerja Kantor Cabang
yang dinilai memiliki potensi risiko hukum serta mendampingi dan membantu proses
penyelesaian perkara yang berkaitan dengan hukum.

2.Penerapan Manajemen Risiko Hukum Tahun 2017


Identifikasi Risiko Hukum dilakukan terhadap faktor-faktor penyebab timbulnya risiko
meliputi adanya tuntutan hukum dan adanya kelemahan aspek yuridis yang melekat pada
aktivitas fungsional perkreditan (penyediaan dana), treasury dan investasi, operasional dan
jasa, teknologi sistem informasi dan MIS, dan pengelolaan sumber daya manusia.Perseroan
melaksanakan identifikasi Risiko Hukum berdasarkan faktor-faktor risiko yang meliputi
tuntutan hukum dan adanya kelemahan aspek yuridis. Pengukuran Risiko Hukum
dilaksanakan oleh Enterprise Risk Management Division (RMD) bersama-sama Legal
Division (LGD) dan Credit Operation Division (COD). Dari LGD diperoleh laporan hasil
evaluasi atas analisis kasus-kasus hukum secara individual terhadap kewajiban kontinjensi
yang timbul dari tuntutan hukum yang terjadi, sedangkan dari COD diperoleh tingkat kualitas
perikatan dokumen perkreditan (LAT).
Pengukuran Risiko Hukum dilaksanakan oleh Risk Management Division bersama-sama
Legal Division (LGD) berdasarkan laporan hasil evaluasi atas analisis kasus-kasus hukum
secara individual terhadap kewajiban kontinjensi yang timbul dari tuntutan hukum yang
terjadi.
Pemantauan Risiko Hukum dilaksanakan oleh Risk Management Division dengan
mengevaluasi efektivitas implementasi kebijakan, prosedur dan kepatuhan terhadap
kebijakan, regulasi hukum serta ketentuan limit Perseroan. Pemantauan dilaksanakan secara
berkala terhadap seluruh posisi Risiko Hukum.
Dalam melaksanakan pengendalian Risiko Hukum, LGD memberi masukan hukum dan
rekomendasi kepada setiap divisi dan satuan kerja serta melakukan review secara berkala
terhadap perjanjian dan kontrak kerjasama dengan counterparty. Selain itu, Perseroan
memiliki aplikasi Legal Report Information System (LRIS) yang dirancang dalam bentuk
website dan digunakan sebagai register serta monitoring terhadap kasus-kasus hukum yang
terjadi atau ditangani oleh Perseroan baik Pidana maupun Non-Pidana sehingga setiap kasus
yang sedang terjadi baik di Cabang maupun di Kantor Pusat dapat dimonitor
perkembangannya.
Perseroan telah menempatkan pegawai di Kantor Wilayah sebagai Regional Legal
Representative (RLR) dengan tugas dan tanggung jawab antara lain :
1. Memantau dan mengelola potensi permasalahan hukum pada kegiatan operasional yang
dapat merugikan Perseroan sesuai dengan kewenangannya dengan cara memberikan pendapat
hukum (legal opinion), konsultasi hukum (legal consultation) dan melakukan fungsi
pengawasan aspek hukum (legal watch).
2. Menangani permasalahan hukum yang timbul di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang
sebagai akibat dari atau terkait dengan kegiatan operasional Perseroan pada semua badan
peradilan yang ada di Indonesia.
3. Melakukan fungsi monitoring pengelolaan dan penyelesaian dokumen pokok kredit di
Kantor Cabang agar sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan.
4. Mengkomunikasikan kebijakan dan isu-isu penting yang terkait dengan bidang tugas LGD dalam
pengelolaan risiko yang timbul dari aspek hukum dalam operasional Perseroan.

3.Penerapan Manajemen Risiko Hukum Tahun 2017


Identifikasi Risiko Hukum dilakukan terhadap faktorfaktor penyebab timbulnya risiko
meliputi adanya tuntutan hukum dan adanya kelemahan aspek yuridis yang melekat pada
aktivitas fungsional perkreditan (penyediaan dana), treasury dan investasi, operasional dan
jasa, teknologi sistem informasi dan MIS, dan pengelolaan sumber daya manusia. Perseroan
melaksanakan identifikasi Risiko Hukum berdasarkan faktor-faktor risiko yang meliputi
tuntutan hukum dan adanya kelemahan aspek yuridis
Pengukuran Risiko Hukum dilaksanakan oleh Enterprise Risk Management Division (RMD)
bersamasama Legal Division (LGD) dan Credit Operation Division (COD). Dari LGD
diperoleh laporan hasil evaluasi atas analisis kasus-kasus hukum secara individual terhadap
kewajiban kontinjensi yang timbul dari tuntutan hukum yang terjadi, sedangkan dari COD
diperoleh tingkat kualitas perikatan dokumen perkreditan (LAT). Pengukuran Risiko Hukum
dilaksanakan oleh RMD bersama-sama LGD dan COD berdasarkan laporan hasil analisis dan
evaluasi atas kasus-kasus hukum secara individual terhadap kewajiban kontinjensi yang
timbul dari tuntutan hukum yang terjadi serta laporan kualitas perikatan perjanjian dokumen
perkreditan. Indikator/parameter yang digunakan dalam mengukur Risiko Hukum, antara lain
berupa potensi kerugian akibat tuntutan hukum, kelemahan perikatan karena tidak
terpenuhinya syarat sahnya perjanjian dan terjadinya perubahan peraturan perundang-
undangan yang menyebabkan produk Bank menjadi tidak sejalan dengan ketentuan yang ada.

4.Penerapan Manajemen Risiko Hukum Tahun 2019


Identifikasi Risiko Hukum dilakukan terhadap faktorfaktor penyebab timbulnya risiko
meliputi adanya tuntutan hukum dan adanya kelemahan aspek yuridis yang melekat pada
aktivitas fungsional perkreditan (penyediaan dana), treasury dan investasi, operasional dan
jasa, teknologi sistem informasi dan MIS, dan pengelolaan sumber daya manusia.
Pengukuran Risiko Hukum dilaksanakan oleh Enterprise Risk Management Division (RMD)
bersama- sama Legal Division (LGD) dan Credit Operation Division (COD). Dari pengkuran
yang dilakukan LGD diperoleh laporan hasil evaluasi atas analisis kasus-kasus hukum secara
individual terhadap kewajiban kontinjensi yang timbul dari tuntutan hukum yang terjadi,
sedangkan dari COD diperoleh tingkat kualitas perikatan dokumen perkreditan (LAT).
Pengukuran dilaksanakan berdasar pada laporan hasil analisis dan evaluasi atas kasus-kasus
hukum secara individual terhadap kewajiban kontinjensi yang timbul dari tuntutan hukum
yang terjadi serta laporan kualitas perikatan perjanjian dokumen perkreditan.
Indikator/parameter yang digunakan dalam mengukur Risiko Hukum, antara lain berupa
potensi kerugian akibat tuntutan hukum, kelemahan perikatan karena tidak terpenuhinya
syarat sahnya perjanjian dan terjadinya perubahan peraturan perundangundangan yang
menyebabkan produk Perseroan menjadi tidak sejalan dengan ketentuan yang ada.
Perseroan telah menempatkan pegawai di Kantor Wilayah sebagai Branch Legal
Representative (BLR) dengan tugas dan tanggung jawab antara lain:
1. Memberi bantuan hukum terhadap permasalahan litigasi yang diajukan oleh setiap unit
kerja dalam rangka pelaksanaan operasional Bank dan memberikan bantuan hukum dalam
setiap perkara hukum.
2. Mewakili Bank dalam pelaksanaan beracara di Pengadilan, Kepolisian, Kejaksaan,
lembaga hukum lainnya, dan di luar pengadilan pada wilayah kerjanya.
3. Memberi pendapat hukum (legal opinion) terhadap permasalahan hukum yang diajukan
oleh Kantor Wilayah, Kantor Cabang, dan Kantor Cabang Syariah terkait operasional di
wilayah kerjanya.
4. Memberikan konsultasi hukum terhadap permasalahan hukum yang diajukan oleh Kantor
Cabang dan Kantor Cabang Syariah.
5. Melakukan fungsi legal watch sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. 6. Mengelola dan
mengendalikan risiko hukum yang berada dalam lingkup kerjanya.

5.Penerapan Manajemen Risiko Hukum Tahun 2020


Risiko Hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum dan/ atau kelemahan aspek yuridis.
Risiko Hukum dapa bersumber antara lain dari kelemahan aspek yuridis yang disebabkan
oleh lemahnya perikatan yang dilakukan oleh Perseroan, ketiadaan dan/atau perubahan
peraturan perundang undangan yang menyebabkan suatu transaksi yang telah dilakukan
Perseroan menjadi tidak sesuai dengan ketentuan, dan proses litigasi baik yang timbul dari
gugatan pihak ketiga terhadap Perseroan maupun Perseroan terhadap pihak ketiga.
Pengelolaan Risiko Hukum
Identifikasi Risiko Hukum dilakukan terhadap faktor-faktor penyebab timbulnya risiko
meliputi adanya tuntutan hukum dan adanya kelemahan aspek yuridis yang melekat pada
aktivitas fungsional perkreditan (penyediaan dana), treasury dan investasi, operasional dan
jasa, teknologi sistem informasi dan MIS, serta pengelolaan sumber daya manusia.
Pengukuran Risiko Hukum dilaksanakan oleh Enterprise Risk Management Division
(ERMD) bersama-sama Legal Division (LGD) dan Credit Operation Division (COD). Dari
pengkuran yang dilakukan LGD diperoleh laporan hasil evaluasi atas analisis kasus-kasus
hukum secara individual terhadap kewajiban kontinjensi yang timbul dari tuntutan hukum
yang terjadi, sedangkan dari COD diperoleh tingkat kualitas perikatan dokumen perkreditan
(LAT). Pengukuran dilaksanakan berdasar pada laporan hasil analisis dan evaluasi atas kasus-
kasus hukum secara individual terhadap kewajiban kontinjensi yang timbul dari tuntutan
hukum yang terjadi serta laporan kualitas perikatan perjanjian dokumen perkreditan.
Indikator/ parameter yang digunakan dalam mengukur Risiko Hukum, antara lain berupa
potensi kerugian akibat tuntutan hukum, kelemahan perikatan karena tidak terpenuhinya
syarat sahnya perjanjian dan terjadinya perubahan peraturan perundang-undangan yang
menyebabkan produk Perseroan menjadi tidak sejalan dengan ketentuan yang ada.
Pemantauan Risiko Hukum dilaksanakan oleh ERMD dengan mengevaluasi efektivitas
implementasi kebijakan, prosedur dan kepatuhan terhadap kebijakan, regulasi hukum serta
ketentuan limit Perseroan. Pemantauan dilaksanakan secara berkala terhadap seluruh posisi
Risiko Hukum. Dalam melaksanakan pengendalian Risiko Hukum, LGD memberi masukan
hukum dan rekomendasi kepada setiap divisi dan satuan kerja serta melakukan review secara
berkala terhadap perjanjian dan kontrak kerjasama dengan counterparty. Selain itu, Perseroan
memiliki aplikasi Legal Application System (LApS) yang dirancang dalam bentuk website
dan digunakan sebagai register serta monitoring terhadap kasus-kasus hukum yang terjadi
atau ditangani oleh Perseroan baik Pidana maupun Non-Pidana sehingga setiap kasus yang
sedang terjadi baik di Cabang maupun di Kantor Pusat dapat dimonitor perkembangannya.
Perseroan telah menempatkan pegawai di Kantor Cabang sebagai Branch Legal
Representative (BLR) yang memiliki
tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut:
1. Memberi bantuan hukum terhadap permasalahan litigasi yang diajukan oleh setiap unit
kerja dalam rangka pelaksanaan operasional Perseroan dan memberikan bantuan hukum
dalam setiap perkara hukum.
2. Mewakili Perseroan dalam pelaksanaan beracara di Pengadilan, Kepolisian, Kejaksaan,
lembaga hukum lainnya, dan di luar pengadilan pada wilayah kerjanya.
3. Memberi pendapat hukum (legal opinion) terhadap permasalahan hukum yang diajukan
oleh Kantor Wilayah, Kantor Cabang, dan Kantor Cabang Syariah terkait operasional di
wilayah kerjanya.
4. Memberikan konsultasi hukum terhadap permasalahan hukum yang diajukan oleh Kantor
Cabang dan Kantor Cabang Syariah.
5. Melakukan fungsi legal watch sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
6. Mengelola dan mengendalikan risiko hukum yang berada dalam lingkup kerjanya.

Anda mungkin juga menyukai