KTI Kustina Maharani 191152 KMB 6
KTI Kustina Maharani 191152 KMB 6
KUSTINA MAHARANI
191152
KUSTINA MAHARANI
1191152
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM 191152
Tanda tangan :
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji
Ketua,
Anggota,
Menyetujui
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Penulisan
Tugas Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga Keperawatan di STIKes RS Husada.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
v
10. Kedua orang tuaku yang tersayang Mamak Sartinah dan Bapak Kuwat Sudiro
yang telah memberikan dukungan, nasehat, pengertian, doa yang tak pernah
terputus, dan material kepada saya. Terus memberikan dorongan dan motivasi
untuk terus maju, bersedia kapanpun untuk mendengarkan keluh kesah saya
selama ini, tidak pernah menuntut saya melampaui kemampuan saya, selalu
mendukung keputusan yang saya ambil, tidak pernah membandingkan saya
dengan saudara saya yang lainnya, serta selalu mengingatkan saya untuk terus
beribadah dan berdoa;
11. Kedua kakak saya Wayan Agustina Pertiwi, Kartiko Tri Kirano dan Ferdi
Yugis Pratama yang selalu menyamangati, memberikan support, dan
meluangkan waktu untuk menghibur saya disaat sedih dalam mengerjakan
tugas kuliah serta selalu bersedia untuk direpotkan;
12. Dwi Kurniawan yang dari dulu selalu mengingatkan saya untuk selalu
menuntut ilmu dengan tekun, memberikan perhatian dengan penuh kasih
sayang, serta selalu momotivasi saya supaya selalu semangat;
13. Abi Hasan Basri yang selalu perhatian menganggap saya seperti anaknya
sendiri selalu bersedia menjadi tempat curhat dari berbagai keluh kesah yang
saya rasakan;
14. Dzaky Rafif Alfatih dan Ashila Sayafara Azzahra kedua ponakan saya yang
selalu menghibur disaat sedih dan senantiasa membuat saya tertawa dengan
tingkah lucunya;
15. Riski Irawan Adzaky yang selalu meluangkan waktu untuk mengajarkan saya
cara mengedit dokumen, serta selalu bersedia untuk direpotkan;
16. Sahabat-sahabatku Siti Handayani, Iin Roatus Solehah, Luluk Rahmawati,
Fiona Desy N Palangi, Siti Masturoh, Rini Meita Sari, Diah Febrina Sinaga,
Widia Apriliani Dewi yang sudah banyak membantu dalam segala hal serta
menemani saya dalam proses pembuatan karya ilmiah ini;
17. Seluruh teman-teman kelas 3d yang sudah menemani selama tiga tahun
melewati suka duka bersama dan terus memberikan motivasi satu sama lain.
18. Teman-teman seperjuangan bimbingan KTI Fiona Desy N Palangi, Septi
Yulandari, Tiara Dita, Irfan Martin yang selalu menyemangati satu sama lain.
vi
19. Kakak dan adik mentorku Veronica S Manulag, Lewinda Okta, Devia,
Elistika, Sherllyna;
Akhir kata, saya harap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu. Semoga karya tulis ilmiah ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Penulis
(Kustina Maharani)
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................v
DAFTAR ISI.....................................................................................................vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Tujuan Penulis.......................................................................................5
1. Tujuan Umum...................................................................................5
2. Tujuan Khusus..................................................................................6
C. Ruang Lingkup......................................................................................6
D. Metode Penelitian..................................................................................6
E. Sistematika Penulisan............................................................................7
BAB II : Tinjauan Teori
A. Pengertian..............................................................................................9
B. Patofisiologi (etiologi, proses, menifestasi klinis, komplikasi).............9
C. Penatalaksanaan.....................................................................................24
1. Terapi................................................................................................24
2. Tindakan medis.................................................................................26
D. Pengkajian Keperawatan........................................................................27
E. Diagnosa Keperawatan..........................................................................36
F. Perencanaan Keperawatan.....................................................................37
G. Pelaksanaan Keperawatan......................................................................49
H. Evaluasi Keperawatan............................................................................51
BAB III : TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian..............................................................................................53
B. Diagnosa................................................................................................75
C. Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi......................................................76
BAB IV : PEMBAHASAN
A. Pengkajian..............................................................................................114
B. Diagnosa................................................................................................121
C. Perencanaan...........................................................................................124
D. Pelaksanaan............................................................................................125
E. Evaluasi..................................................................................................129
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................135
B. Saran......................................................................................................137
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................139
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
akibat penurunan tiba-tiba aliran darah ke area otak terlokalisasi. Stroke dapat
iskemik (ketika suplai darah kebagian otak tiba-tiba terganggu oleh trombus,
dalam otak beragam tergantung pada area otak yang terlibat, ukuran area
yang terkena dan lama waktu aliran darah menurun, atau berhenti.
1
Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada
2
aliran darah menurun singkat dan area anatomis yang terlibat kecil, orang
Bauldof, 2017).
suatu keadaan dimana ditemukan tanda klinis yang berkembang cepat berupa
defisit neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung
lama selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Selain itu, penyakit stroke
juga merupakan faktor penyebab demensia dan depresi. Stroke terjadi apabila
tahunnya ada 13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi
akibat penyakit stroke. Sekitar 70% penyakit stroke dan 87% penyebab
jumlah kasus penderita stroke meningkat akibat kegemukan dan pola makan
yang tidak sehat dengan sering mengkonsumsi junk food. Setiap tahun terjadi
750.000 kasus stroke baru dan setiap 45 menit ada satu orang yang terkena
stroke. Dari data SEAMIC (South East Asian Medical Information Centre)
diketahui bahwa angka kematian stroke terbesar di Asia Tenggara dan itu
10,9% pada tahun 2018. Secara nasional, prevalensi stroke di Indonesia tahun
2018 berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15 tahun sebesar
Berdasarkan data statistik yang diperoleh dari data rekam medis RSUD Koja
Jakarta Utara periode Februari 2021 – Februari 2022 diketahui bahwa jumlah
pasien rawat inap menderita penyakit Stroke Non Hemoragik adalah 2.274
orang.
penyakit ini sangat berbahaya karena otak merupakan organ yang paling
penting yang mengontrol semua fungsi tubuh manusia. Jika terserang stroke
satu sisi tubuh. Jika yang terserang bagian otak sebelah kanan maka yang
akan mengalami kelemahan atau kelumpuhan adalah sisi tubuh sebelah kiri
sebaliknya. Selain itu tanda dan gejala yang sering ditemukan pada pasien
yang terkena stroke adalah kelumpuhan sebagian atau total pada bagian
herniasi otak yang mengakibatkan kompresi dan iskemi batang otak dan jika
Dalam merawat pasien stroke peran perawat sangat diperlukan dan juga
meliputi pendidikan kesehatan mengenai pola hidup yang sehat agar terhindar
(Tarwoto, 2013)
dan obat-obatan. Upaya rehabilitatif yang bisa diberikan perawat pada pasien
rehabilitasi seperti terapi fisik, terapi okupasi dan terapi wicara. Selain
seperti motivasi, terapi wisata, berbagi rasa dan lain-lain. Hal ini diperlukan
agar pasien tidak merasa membebani keluarga karena kondisi tubuh mereka
maka diharapkan dapat memberikan dampak yang baik bagi kualitas hidup
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Hemoragik
Non Hemoragik
Non Hemoragik
C. Ruang lingkup
Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini penulis hanya membahas satu
kasus saja yaitu “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. A dengan Stroke Non
Jakarta Utara” selama 3x24 jam dari tanggal 23 Maret sampai 25 Maret 2022.
D. Metode Penelitian
dan jurnal yang berhubungan dengan penyakit stroek non hemoragik, Studi
dokumentasi yaitu dengan cara mengumpulkan data melalui rekam medis dan
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 (lima) BAB
yang terdiri dari : Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri atas latar
Rumah Sakit Umum Daerah Koja yang terdiri atas pengkajian keperawatan,
dan evaluasi
A. Pengertian
darah melalui sistem suplai arteri di otak. Stroke juga merupakan penyakit
patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh pembuluh darah
otak, yang disebabkan robekan pembuluh darah atau oklusi pasrsial atau total
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang
B. Patofisologi
2. Etiologi
Dua jenis stroke yang utama adalah stroke iskemik dan stroke hemoragik.
9
1
gumpalan darah atau udara atau benda asing yang berada dalam pembuluh
Hawks, 2014)
tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
Sumber penyebab emboli antara lain, emboli dapat berasal dari trombus
pada orang deawasa tau dengan peningkatan terus menerus pada tekanan
secara tiba-tiba, sering kali ketika orang yang terkena sedang terlibat
Bauldof, 2017)
terbagi menjadi dua yaitu: faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor
yang dapat dikendalikan. Faktor yang tidak dapat dikendalikan yaitu faktor
risiko alami yang dimiliki semua orang seperti usia, jenis kelamin riwayat
keluarga, dan ras. Pada umumnya usia yang yang sering terserang stroke
darah akan cenderung meningkat karena kondisi tubuh yang sudah tidak
sepenuhnya normal dan pola hidup yang berubah. Selain itu, stroke juga
antara pria dan wanita. Pria memiliki risiko stroke yang lebih tinggi dari
pada wanita namun angka kematian yang disebabkan stroke sering terjadi
riwayat stroke maka risiko stroke akan lebih meningkat (Gofir, 2020)
dengan gaya hidup yang tidak sehat yang dapat dikurangi atau
terganggunya kemampuan
yang ditandai dengan kadar gula didalam darah jauh diatas normal dan
infark yang semakin besar diotak karena asam laktat akibat terjadinya
thrombus karena infark yang lama atau yang terjadi pada fibrilasi atrium
tubuh, termasuk otak. Aktivitas fisik merupakan hal yang penting untuk
3. Proses Penyakit
sekitar 20% curah jantung setiap menit (sekitar 750 mL) dan terhitung untuk
ketika tekanan darah turun dibawah 50 mmHg atau meningkat diatas 160
berlangsung selama 4 hingga 5 menit. Setiap menit selama stroke, dua juta
rantai reaksi kimia yang disebut kaskade iskemik. Proses ini terjadi dalam 3
tahap yaitu: kematian sel pertama, kematian sel kedua, dan inflamasi dan
dan kalium masuk ke sel. Pada saat itu juga, sel yang terkena akan
sel (edema sitotoksik) dan secara cepat menjadi infak dan nekrotik. Proses
ini dimulai
dalam waktu 4 menit sampai 5 menit setelah terserang stroke dan dapat
oksida nitrat, radikal bebas yang berlebihan, dan asam amino eksitatori yang
dilepaskan dari sel yang mengalami infak dan nekrotik. Sel ini, pada saat
awal kerusakan memiliki suplai darah yang cukup untuk hidup beberapa
jam. Jika suplai darah disimpan kembali ke sel ini dalam 2 hingga 3 jam
maka beberapa sel akan hidup dan berfungsi kembali. Area sel yang hidup
dan area sekitar sel yang mengalami kematian dan nekrotik disebut
Ketika proses kematian sel yang kedua terjadi, sistem imun tubuh
menyebabkan cedera dan kematian sel lebih lanjut. Monosit dan makrofag
pembekuan menjadi tidak berfungsi. Hal ini lah yang membuat tubuh tidak
mengalami
tubuh yang berlawanan dengan sisi otak yang rusak. Hal ini dikenal sebagai
defisit kontralateral yang berarti stroke terjadi pada hemisfer kanan otak
sebelah kiri dan begitu juga sebaliknya (LeMone, M.Burke & Bauldof,
2017).
4. Manifestasi Klinik
terganggu, arteri serebral bagian tengah adalah bagian yang paling sering
terjadi stroke iskemik. Gangguan yang terjadi pada klien juga bermacam-
macam, tergantung pada apakah bagian otak yang terkena adalah bagian
dari gangguan kecil sampai kehilangan fungsi tubuh yang serius (Black &
Hawks, 2014)
atau hemiplegia (paralisis) dari satu bagian tubuh bisa terjadi setelah stroke.
anterior atau media sehingga mengakibatkan infark pada bagian otak yang
menyeluruh bisa terjadi pada setengah bagian dari wajah dan lidah, juga
pada lengan dan tungkai pada sisi bagian tubuh yang sama. Kerusakan
pada lobus temporal pada otak, pasien dengan afasia wernick bisa
berbicara dengan artikulasi dan struktur yang benar tapi kurang dalam
bicara sebagai hasil dari infark pada lobus frontal pada otak, pasien
bervariasi, dan kata apa yang dikeluarkan diucapkan dengan perlahan dan
susah payah dan artikulasi yang buruk. Afasia global mempengaruhi baik
yang sama dengan apa yang mereka dengar dan memiliki pemahaman
yang buruk (Black & Hawks, 2014) Gangguan bicara lainnya yang biasanya
Hawks, 2014)
lidah harus tertutup saraf kranial VII fasial, mulut harus bisa merasakan
trigeminus dan VII fascialis. Dan harus bisa mengirimkan pesan ke pusat
mengkonseptualisasikan isi pesan yang dikirim otot, namun pola atau skema
Oleh sebab itu akurasi dari instruksi dari otak tidak sampai ke bagian tangan
dan kaki, sehingga gerakan yang diinginkan tidak terjadi (Black & Hawks,
2014)
dari lapang pandang setiap matajadi pasien hanya bisa melihat setengah dari
pada garis tengah pada satu bagian mata tapi tidak dapat melihat melewati
garis tengah tanpa memutar kepala ke sisi bagian tersebut (Black & Hawks,
bagian bawah kelopak mata sedikit terangkat, pupil mengecil, dan air mata
melalui indra. Tipe yang paling sering terjadi adalah agnosia pada indra
melihat benda tapi tidak dapat mengenali benda tersebut. Disorientasi terjadi
merespons stimulus pada satu sisi bagian tubuh menggunakan salah satu
ekstermitas dan mengrahakan kepala atau mata ke salah satu sisi. Sebagai
hemiparesis. Kondisi
hemiparesis (kehilangan sensai pada bagian satu sisi tubuh) biasanya tidak
perasaan keberatan, kebas, kesemutan, atau rasa tertusuk; atau rasa sensasi
hubungan antara bagian tubuh dengan lingkungan luar) dan gangguan rasa
bagian postural bisa terjadi dengan kondisi penurunan rasa pada sendi otot.
Hal ini bisa berdampak sangat serius pada kemampuan klien untuk bergerak
Klien berisiko tinggi jatuh karena kecenderungan kesalahan posisi kaki pada
setelah stroke adalah hal yang sering terjadi. Pasien mungkin akan
pelupa. Klien mungkin akan mengalami emosi yang labil dan tiba-tiba
menangis atau bisa juga tertawa tanpa ada sebab, tapi hal ini jarang terjadi.
Pada kondisi ini sedikit hubungan atau tidak ada hubungan antara emosi
dengan apa yang terjadi di lingkungan orang tersebut (Black & Hawks,
tidak dapat menahan kandung kemih, kadang terjadi setelah stroke. Saraf
mengirim pesan kondisi kandung kemih yang penuh ke otak, tapi otak tidak
mengartikan pesan ini dengan benar dan tidak meneruskan pesan untuk
sering berkemih, merasa sangat ingin buang air kecil, dan inkontinensia.
kesulitan dalam buang air besar. Penyebab lain dari inkontinensia bisa
5. Komplikasi
nekrosis dan juga waktu terapi. Sebagai akibat dari defisit neurologis,
stroke yaitu kejang, trombosis vena dalam dan emboli pulmonum, serta
penurunan
mengenai daerah kortikal. Kejang yang sering terjadi disebut early seizure
atau kejang dini yang sering terjadi pada stroke embolik dibandingkan
hingga kematian. Selain itu akibat berbaring terlalu lama ditempat tidur
yaitu luka lecet yang terjadi dibagian tubuh yang menjadi tumpuan
berbaring seperti pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit. Jika dibiarkan
maka luka ini akan menjadi infeksi. Bekuan darah mudah terjadi pada
berbaring terlalu lama. Stress akan dirasakan oleh setiap penderita stroke
yang khawatir akan masa depannya dan merasa tidak berdaya akibat
suatu kondisi dimana keadaan pangkal bahu yang lepas dari sendinya. Hal
ini disebabkan oleh otot yang mengontrol sendi rusak akibat gerakan yang
dilakukan saat berganti pakaian atau saat ditopang orang lain (Munir,
2017).
C. Penatalaksanaan
1. Terapi
otak dan untuk menghentikan kerusakan sel dan jaringan otak yang
berkaitan dengan iskemik periode waktu yang disebut Golden Period yang
berkisar antara 3-6 jam dan theraupeutic window berkisar 12-24 jam.
sesuai dengan jenis stroke yang menyerang pasien. Pasien dengan stroke
a. Antikoagulan
b. Antipalatelet
c. Fibrinolitik
akut. Cara kerjanya secara umum adalah secara cepat melisiskan atau
Bauldof, 2017)
d. Obat antihipertensi
e. Obat antidiabetes
yang telah diberika oleh dokter. Contoh golongan obat ini adalah
f. Obat antidisplidemia
Obat ini merupakan obat yang diberikan pada penderita stroke dengan
2017)
2. Pembedahan
2017)
3. Rehabilitasi
stroke, diataranya:
D. Pengkajian Keperawatan
paling awal dari proses keperawatan dan merupakan sebuah proses yang
kesehatan pasien. Data yang harus dikumpulkan juga harus secara holistik
yang dilakukan yaitu pengumpulan data dan analisa data. Pengumpulan data
1. Identitas pasien
pekerjaan, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor
2. Keluhan utama
motorik yaitu kelemahan pada anggota gerak sebelah badan, bicara cadel
disadari pasien, gejala yang sering terjadi pada awal serangan berupa
kesemutan dan rasa lemah pada salah satu atau keseluruhan esktremitas.
Pada stroke hemoragik, serangan terjadi secara mendadak pada saat pasien
neurologis lainnya.
6. Riwayat psikososial
stress.
7. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran
2) Melokalisir nyeri: 5
kaku): 2
b. Tanda-tanda vital
Meliputi tekanan darah yang biasanya pada pasien yang memiliki riwayat
hipertensi dengan tekanan sistole >140 dan diastole >80. Nadi pasien
normal.
c. Rambut
d. Wajah
dilakukan usapan pada kornea mata dan pasien akan menutup kelopak
mata. Pada nervus VII (Facialis) : alis mata simetris, mampu mengangkat
alis, mengernyitkan dahi dan hidung, pada pasien tertentu mereka tidak
e. Mata
pasien 90º dan visus 6/6. Pada nervus III (Okulomotorius): diameter pupil
2mm pada mata kanandan kiri pupil isokor terkadang unisokor, palpebra
dan reflek kedip bisa dinilai jika pasien membuka mata. Nervus IV
f. Hidung
Pada pasien dengan tingkat kesadaran apatis, supor, soporos koma hingga
koma akan mengalami masalah bau mulut, gigi tampak kotor, dan mukosa
mendorong pipi ke kiri dan ke kanan, bibir simetris, dan mampu menyebut
terangkat tidak simetris, mencong ke arah tubuh yang lemah. Pada nervus
XII (Hipoglasus): ada pasien yang mampu menjulurkan lidah namun ada
mengalami lateralisasi.
h. Telinga
i. Leher
Pemeriksaan kaku kuduk (+) karena adanya tahanan atau nyeri dan
burdzensky 1 positif, bila ada fleksi pada kedua tungkai dan sendi lutut.
j. Thorak
sama antara kiri dan kanan, perkusi: normal (sonor), auskultasi: vesikuler.
Jantung dilakukan inspeksi: iktus cordis tidak terlihat, palpasi: ictus cordis
k. Abdomen
l. Ekstremitas
hemoragik tidak mampu melawan tahanan pada bahu yang diberikan pada
perawat. Pada pemeriksaan refleks, ketika siku diketuk tidak ada respon
apa-apa. Tidak ada flexi maupun ekstensi pada pemeriksaan reflex bicep
dan pada pemeriksaan tricep tidak ada fleksi dan supinasi. Sedangkan pada
reflek.
Bawah: pada pemeriksaan reflek burdzensky I kaki kiri pasien fleksi pada
kedua tungkai dan sendi lutut (+), pada pemeriksaan reflek babinsky (+)
ditandai dengan timbul dorsum flexi ibu jari kaki, diikuti dengan
pedis bagian lateral atau eksterna, hasil (+) sama dengan refleks babinski.
tahanan ringan
4) 2: Tidak bisa melawan gravitasi, masih ada pergerakan sendi dan otot
6) 0: Tidak bisa melawan gravitas, sendi tidak bergerak dan tidak ada
8. Pemeriksaan diagnostik
a. Radiologi
1) Angiografi serebri
ditemukan.
dan pembuluh darah otak yang sangat kecil yang tidak dapat
3) USG Dopler
5) Elektroensefalografi (EEG)
b. Laboratorium
gula darah, kolesterol, asam urat, dll. Jika kadar gula darah dan
a. Pola kebiasaan
minuman beralkohol.
b. Pola makan
terserang stroke.
e. Pola eliminasi
Untuk mengkaji bagaimana pola BAB dan BAK sebelum dan sesudah
terserang stroke.
fungsi tubuh.
E. Diagnosa Keperawatan
Menurut LeMone, Burke, & Bauldof (2017) dan Tim Pokja SDKI DPP
PPNI (2017), diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien stroke
tekanan intrakranial.
bicara.
F. Perencanaan Keperawatan
adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat, yang didasarkan pada
Menurut LeMone, Burke, & Bauldof (2017), Tim Pokja SIKI DPP
PPNI (2018), Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) perencanaan keperawatan
2017)
menurun. Tanda- tanda vital dalam batas normal: tekanan darah 110/70 –
120/80 mmHg, nadi 60-100 x/menit, nafas 16-20 x/menit, suhu 36,5-
37,5ºC
Intervensi:
peningkatan TIK.
neurologi.
lebih lanjut
bola mata
dan VI, posisi dan gerakan bola mata mampu membantu menemukan
TIK.
TIK.
2019)
Intervensi:
apabila dilanjutkan.
ambulasi
alat bantu
kontraktur.
pergerakan
fungsi bicara
(PPNI, 2019)
Intervensi:
dialami pasien
c. Monitor frustasi, marah depresi atau hal lain yang mengganggu bicara.
pada pasien
komunikasi
Rasional: Sulit bagi pasien untuk merespon tekanan, pasien perlu waktu
perlahan
berkomunikasi
berbicara
metabolisme.
dengan tidak adanya penurunan berat badan lebih dari 10%, indeks massa
bising usus normal 5-30 kali permenit dan membran mukosa membaik
menimbulkan alergi
Rasional: Untuk memberikan asupan yang tepat tidak lebih dan kurang
disukai pasien
makan
dengan baik untuk itu perawatan mulut yang secara teratur diharapkan
Rasional: Ahli gizi menentukan makanan yang boleh dan yang tidak
konsinensia urine (pola kebiasaan buang air kecil) membaik (PPNI, 2019).
Intervensi:
urine
dan warna)
perkemihan
mengeluarkan urine
feses mudah dan konsistensi serta frekuensi dan bentuk feses normal)
lama dan sulit, mengejan saat defekasi, distensi abdomen, nyeri abdomen,
Intervensi:
secara teratur.
konstipasi.
hemiparase/hemiplegia.
perawatan diri
Intervensi:
bantuan.
mandiri
rumah
berpakaian sendiri.
G. Pelaksanaan Keperawatan
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
Oleh
lain lain.
lain:
obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan
pemberian obat injeksi, jenis obat, dosis, dan efek samping merupakan
rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan
dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik)
H. Evaluasi Keperawatan
1. Evaluasi formatif
yang berisi rencana keperawatan lebih lanjut untuk pasien (Safitri, 2019)
2. Evaluasi sumatif
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Metode yang digunakan dalam
Neurologi 1101 Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara” yang dilakukan
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
satpam, alamat Jl. Warakas IV Gg. V No. 50, sumber biaya BPJS PBI,
sumber informasi berasal dari keluarga pasien, pasien masuk pada tanggal
2. Resume
Maret 2022 pada Pukul 14.45 WIB. Pasien tinggal bersama ibu dan juga
53
Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada
54
kurang lebih 100 cc sebelum masuk RS, pasien mengeluh nyeri kepala
sudah sekitar 4 hari dan tidak nafsu makan sama sekali. Pasien tampak
lemas, keadaan umum sedang, TTV: TD: 178/108 mmHg, frekuensi nadi:
98x/menit, frekuensi napas: 26x/menit, suhu: 36,8ºC, BB: 60 Kg, TB: 172
terlihat lemas.
125mg. Evaluasi secara umum pasien masih tampak sakit sedang dan
3. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama pasien saat ini adalah kelemahan pada ekstermitas kanan,
nyeri kepala dan nyeri tengkuk yang dirasakan juga tidak terlalu
Riwayat pemakaian obat tidak ada dan pasien tidak pernah dirawat di
rumah sakit.
78 penyakit
Keterangan :
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal satu rumah
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
ayah pasien sudah meninggal pada usia 78 tahun karena penyakit jantung
dua arah dan pengambilan keputusan diambil oleh keluarga serta pasien
biaya rumah sakit dan juga biaya transportasi. Pasien mengatakan bahwa
masalah yang mempengaruhi pasien adalah pasien hanya tirah baring dan
dan tidak ingin dirawat di Rumah Sakit lagi. Perubahan yang dirasakan
pasien sejak jatuh sakit adalah pasien merasa lemas, tidak bisa
aktivitas agama atau kepercayaan yang dilakukan pasien tampak tidak ada,
lingkungan rumah pasien padat penduduk dan pasien juga jarang keluar
f. Pola Kebiasaan
1) Pola Nutrisi
pasien tidak ada, tidak ada makanan yang membuat alergi, tidak ada
tidak ada perdarahan lambung, makanan yang tidak disukai pasien tidak
ada, tidak ada makanan yang membuat alergi, pasien belum boleh makan,
sebelum makan dan pasien menggunakan alat bantu makan seperti Naso
2) Pola Eliminasi
Sebelum sakit: Buang air kecil (BAK) 6 x/hari, warna kuning jernih, tidak
ada keluhan saat BAK dan pasien tidak menggunakan alat bantu. Pasien
juga buang air besar (BAB) 1-2x/hari, biasanya pada waktu pagi dan
malam
lunak, tidak ada keluhan saat BAB dan pasien tidak menggunakan laxatif.
Sesudah sakit: Pasien menggunakan alat bantu kateter urine pada tanggal
20-22 Maret 2022, pada tanggal 23 Maret 2022 pasien mampu berkemih
warna urine kuning jernih, tidak ada keluhan, dan pasien menggunakan
Pasien belum buang air besar (BAB) selama 4 hari dirawat, pasien
2022.
Sebelum sakit: Pasien mandi 2x/hari, biasanya pada pagi dan sore dengan
menggunakan sabun, pasien gosok gigi 2x/hari dan pasien mencuci rambut
seperti mandi dan gosok gigi, selama 3 hari dirawat pasien belum
dikeramas.
Sebelum sakit: Pasien tidur siang selama 2 jam/hari dan tidur malam
Di rumah sakit: Pasien tidur siang hanya 1 jam dan tidur malam 6-8 jam
dan terkadang malam hari hari, pasien tidak pernah berolahraga dan tidak
Di rumah sakit: Pasien hanya tirah baring sepanjang harinya karena tidak
4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Umum
sakit, tinggi badan pasien 178 cm, TD 178/80 mmHg, frekuensi nadi
umum pasien sakit sedang dan tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening.
b. Sistem Penglihatan
pada otot-otot mata, hal ini dibuktikan dengan pasien mampu mengikuti
kaca mata, tidak menggunakan lensa kontak, dan reaksi terhadap cahaya
dobel (diplopia).
c. Sistem Pendengaran
konsistensi cair dan tidak berbau, kondisi telinga tengah normal, tidak ada
cairan yang keluar dari telinga, perasaan penuh ditelinga tidak ada, dan
ulang kalimat yang dibisikan, dan pasien tidak menggunakan alat bantu
hidung. Hal ini dibuktikan pada saat pemeriksaan, pada saat diinstruksikan
pasien mampu menyentuh hidung dan jari perawat secara bergantian dan
salah satu mata pasien ditutup dengan menggunakan tangan yang yang
mampu digerakan.
d. Sistem Wicara
instruksi oleh perawat untuk mendorong lidah ke pipi kanan dan kiri,
cadel (pelo) saat berbicara pasien tampak mengeluarkan kalimat yang sulit
disaritria.
sekuat- kuatnya tampak wajah kanan dan kiri asimetris, lebih codong ke
e. Sistem Pernapasan
menutup mata dan menutup salah satu lubang hidung. Jalan napas pasien
bersih, pernapasan tidak sesak, pasien tidak menggunakan otot bantu napas
mengalami batuk dan tidak ada sputum, pada saat dilakukan palpasi dada
pasien teraba simestris dan tidak teraba massa dan nyeri tekan, pada saat
vesikuler, pasien tidak merasa nyeri saat bernapas, pasien terpasang alat
bantu napas nasal kanul 3 liter permenit pasien direncanakan lepas oksigen
f. Sistem Kardiovaskuler
1) Sirkulasi Perifer
nadi kuat. TD 178/80 mmHg, vena jugularis kiri dan kanan tidak
tampak pucat dengan pengisian kapiler <2 detik, dan tidak terdapat
edema.
2) Sirkulasi Jantung
3) Sistem Hematologi
Pasien hanya mengeluh pusing saja dan tidak mengeluh sakit kepala,
ditandai dengan tidak adanya dorsum flexi ibu jari kaki, diikuti
fleksi pada kedua tungkai dan sendi lutut. Pada pemeriksaan Nervus
tanda-tanda kelumpuhan.
5) Sistem Pencernaan
Keadaan mulut pasien tidak tampak karies pada gigi, pasien tidak
kanan. Pasien tidak mengalami nyeri pada perut, bising usus pasien
juga mengatakan jika pasien dari tanggal 17-23 Maret belum BAB,
6) Sistem Endokrin
7) Sistem Urogenital
Balance cairan pada pasien per 24 jam pada tanggal 23 Maret 2022
pada pukul 06.00 WIB dengan intake 1.525 (infus 1.225+ am 300
ml), output 1.137,5 ml (urine 1100ml + iwl 37,5 ml) jadi balance
cairan
+388 ml, terdapat perubahan pada pola berkemih, pasien sudah tidak
8) Sistem integumen
kulit tampak tidak pucat dengan keadaan kulit baik, tidak terdapat
kelainan pada kulit dan pasien terpasang infus di tangan kanan yaitu
teksturnya baik.
9) Sistem Muskuloskeletal
sakit pada tulang, sendi dan kulit, tidak terdapat fraktur, tidak
pada struktur tulang belakang, dan keadaan tonus otot pasien baik,
1111 4444
5. Data Tambahan
komplikasi stroke.
6. Data Penunjang
52.0), Jumlah
Trombosit 357 10^3/µl (163 – 337), Jumlah Eritrosit 5.23 juta/µl (4.70 -
6.00), MCV 83 fL (78 – 100), MCH 29 Pg (27 – 31), MCHC 36 g/dl (32 –
36), RDW-CV 12.6 ∞ (11.5 - 14.0), Basofil 0.4 ∞ (0.2 - 1.2), Eosinofil 0.4
∞ (0.8 - 7.0), Neutrofil 82.1 ∞ (34.0 - 67.9), Limfosit 12.2 ∞ (21.8 - 53.1),
Monosit 4.9∞ (5.3 - 12.2), NLR 6.73, ALC 1351 /µl, pH 7.420 (7.350 -
HCO3 21.8 mEq/L (21.0 - 28.8), Base Excess -2.9 mmol/L (-2.5 - +2.5), 02
Saturation 96.5 ∞ (94.00 - 100), Natrium (Na) 141 mEq/L (135– 147),
Kalium (K) 3.50 mEq/L (3.5 - 5.0), Klorida (CI) 101 mEq/L (96 – 108),
Kolesterol Total 283 mg/dl, Kolesterol HDL 36.0 mg/dl (41.5 – 67.3),
Kolesterol LDL 222 mg/dl (<130), Trigliserida 125 mg/dl (<200), Asam
Urat 7.2 mg/dl (3.4 – 7.0). Ureum 26.6 mg/dL (16.6-48.5), kreatinin 0.82
Kesan CT-Scan: Sulci cerebri dan fissura sylvi tidak melebar, tidak
pons dan medulla oblongata tak tampak kelainan. Sistem ventrikel dan
paranasal lainnya dan mastoid tak tampak kelainan, tulang – tulang kesan
7. Penatalaksanaan
Terapi Oral: Sucralafate 4x5ml (oral) Pukul 12.00 WIB, 18.00 WIB,
24.00 WIB, dan 06.00 WIB, Captopril 2x50mg (oral) Pukul 06.00 WIB
Terapi injeksi: Citicolin 2x500mg (IV) pukul: 06.00 WIB dan 18.00
WIB; Mecobalamin 3x500mg (IV) pukul: 06.00 WIB, 14.00 WIB, dan
22.00 WIB; Nicardiphine 2x10mg (IV) pukul 06.00 WIB dan 18.00 WIB;
2x40mg (IV) pukul 06.00 WIB dan 18.00 WIB; Ceftriaxone 1x2g Pukul:
06.00 WIB; Kalnex 3x500mg (IV) pukul: 06.00 WIB, 14.00 WIB dan
22.00 WIB.
8. Data Fokus
Data subyektif:
17-23 Maret.
Data Objektif:
apabila miring sebelah kanan, pasien bisa duduk dengan bantuan, pasien
mengangkat bahu, hanya bahu kiri yang terangkat serta saat pasien diminta
menengok ke kanan. Bising usus 6x/menit, pasien belum BAB dari selama
pasien tidak mampu menggerakkan lidah ke kanan dan kiri, lidah pasien
mata pasien tampak kurang. Pasien tidak mampu menjulurkan lidah dan
pasien tidak mampu memutar lidah. Pasien tampak berbicara cadel (pelo),
suara terkadang terdengar tidak jelas. Saat diperkusi perut pasien terdengar
kembung.
pasien tampak merasa cemas saat bergerak ke kanan karena tangan dan
kaki kananya sulit digerakan hanya bisa miring kiri. Pasien mengalami
ekstremitas kanan 1111 dan ekstermitas kiri 4444. Tanda-tanda vital: TD:
Kesan CT-Scan: sulci cerebri dan fissura sylvi tidak melebar, tidak
ventrikel dan sistem tidak melebar, tidak tampak pergeseran garis tengah,
orbita, sinus paranasal lainnya dan mastoid tak tampak kelainan, tulang –
tulang kesan
intak pada CT-Scan saat ini. Hasil Lab: Kolesterol Total 283 mg/dl,
Kolesterol HDL 36.0 mg/dl (48.9 – 73.5), Kolesterol LDL 222 mg/dl
(<130).
9. Analisa Data
3l/menit.
patologis di intraparenimal
<
kanul 3 liter/menit
2. Subjektif : Pasien mengatakan Gangguan Kelemahan
dan perawat.
melakukan pergerakan
saat pasien
4444.
perutnya kembung
+388 ml.
keadaan pasien.
B. Diagnosa Keperawatan
prioritas, yaitu:
hipertensi
ekstremitas kanan)
hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, keluhan nyeri kepala dan nyeri tengkuk
Objektif: kesan CT-Scan: sulci cerebri dan fissura sylvi tidak melebar
ventrikel dan sistem tidak melebar, tidak tampak pergeseran garis tengah,
orbita, sinus paranasal lainya dan mastoid tak tampak kelainan, tulang-
tulang kesan intak pada CT-Scan saat ini. Tanda-tanda vital: 178/80
menurun.
Rencana tindakan
e. Monitor pernapasan meliputi pola dan irama, dan auskultasi bunyi napas
3x500mg pukul 06:00 WIB, 14:00 WIB, dan 22:00 WIB (IV),
Nicardiphine 2x10mg pukul 06.00 WIB dan 18.00 WIB drip (IV),
pukul 06.00 WIB, 14.00 WIB, dan 22.00 WIB, Captopril 2x50mg
Nicardipine distop)
drip, Captopril 1x50mg (oral) Pasien sudah diberikan obat dan tidak
terjadi pada ekstremitas kanan, reflek pupil baik, reflek menelan belum
bisa dikaji karena pasien masih belum kooperatif, pasien tampak tirah
kanan tanda babinsky (-); Pada pukul 07.45 WIB memonitor pupil, ukuran,
bentuk, reaksi terhadap cahaya dan gerakan bola mata, kedua pupil tampak
isokor, simetris, dengan ukuran 2mm pada setiap bola mata kanan dan kiri,
mengikuti arah jari perawat yang digerakkan; Pukul 08.30 WIB memantau
pernapasan meliputi pola dan irama, pola napas pasien tampak tidak
Pukul
1x2g, Captopril 1x50mg (oral), pasien tampak kooperatif saat diberi terapi
pasien sudah tidak mendapat terapi Nicardipine 2x10mg; Pukul 07.30 WIB
Pukul
tampak normal, pasien tampak bernapas dengan normal; Pukul 07.50 WIB
memonitor pola napas, pola napas pasien tampak normal eupnea, pasien
babinsky, pasien tampak tenang dan tidak nyeri kepala, pasien masih
mengalami
otot 1111, reflek pupil baik, reflek menelan baik namun saat memberikan
asupan makanan harus bertahap dan perlahan, pasien tampak tirah baring,
Pukul
08.30 WIB memonitor pupil, ukuran, bentuk, reaksi terhadap cahaya dan
gerakan bola mata, kedua pupil tampak isokor, simetris, dengan ukuran
2mm pada setiap bola mata, reaksi terhadap cahaya baik, pergerakan bola
mata mampu mengikuti arah jari perawat yang digerakkan; Pukul 08.45
dengan posisi kepala yang berada pada ketinggian 30 derajat; Pukul 10.10
gangguan pada Nervus XII (hipologosus) yaitu lidah pasien masih tampak
1x2g, Captopril 1x50mg (oral) Pasien tampak kooperatif saat diberi terapi
pasien sudah tidak mendapat terapi Nicardipine 2x10mg; Pukul 07.30 WIB
Pukul
tampak normal, pasien tampak bernapas dengan normal; Pukul 07.50 WIB
babinsky, pasien tampak tenang dan tidak nyeri kepala, pasien masih
kekuatan otot 1111, reflek pupil baik, reflek menelan baik namun saat
kanan; Pada pukul 08.30 WIB memonitor pupil, ukuran, bentuk, reaksi
terhadap cahaya dan gerakan bola mata, kedua pupil tampak isokor,
simetris, dengan ukuran 2mm pada setiap bola mata, reaksi terhadap
cahaya baik, pergerakan bola mata mampu mengikuti arah jari perawat
nyeri kepala sudah berkurang 2/10 numeric scale, nyeri pinggang sudah
berkurang 1/10 numeric scale karena sudah rutin miring mengubah posisi,
lebih baik .
menggerakan tubuh bagian kiri dengan instruksi namun saat diberi tahanan
sudah tidak ada, GCS pasien tampak normal respon mata pasien meningkat
terhadap cahaya dan gerakan bola mata, kedua pupil tampak isokor,
simetris, dengan ukuran 2mm pada setiap bola mata, reaksi terhadap
cahaya baik, pergerakan bola mata mampu mengikuti arah jari perawat
Objektif: Pasien tampak hanya bisa tirah baring, pasien tampak kesulitan
saat akan miring sebelah kanan, pasien tidak bisa duduk, pasien tampak
merasa cemas saat bergerak ke kanan karena tangan dan kaki kananya
sulit di gerakan hanya bisa miring kiri, rentang gerak pasien tampak
kanan dengan kekuatan otot pada ekstremitas kanan 1111 dan ekstermitas
untuk mengangkat bahu, hanya bahu kiri yang terangkat serta saat pasien
kekuatan otot meningkat. Tidak mengalami nyeri pada sat bergerak, tidak
takut untuk bergerak, sendi menjadi lebih lentur dan tidak kaku, mampu
Rencana tindakan:
pergerakan
j. Bantu Activity Daily Living (ADL) pasien mulai dari pindah posisi,
pada pasien, pasien tampak hanya berbaring dan kurang kooperatif saat
otot kekuatan otot ekstermitas kanan 1111 dan kekuatan otot ekstermitas
lokasi dan ketidak nyamanan atau rasa sakit selama gerakan aktivitas,
latihan gerak jika kondisinya dalam keadaan stabil sesuai anjuran dokter
sehari sekali; Pukul 11.23 WIB menjelasakan pada pasien dan keluarga
berupa pujian dan motivasi pada keluarga dan pasien untuk melakukan
motivasi.
pada pasien, pasien mengatakan tangan dan kaki kanan masih terasa
lemas, sedang untuk tangan dan kaki kiri bisa digerakan secara normal
otot kekuatan otot ekstermitas kanan 1111 dan kekuatan otot ekstermitas
mmHg.
Pukul
gerak sendi teratur dan mobilitas sendi pasien mendapat latihan ROM
pasif dan aktif; Pukul 11.50 WIB memberikan penguatan positif berupa
pada ekstremitas atas kanan 1111, ekstremitas atas kiri 4444, ekstremitas
bawah kanan 1111, ektremitas bawah kiri 4444; Pukul 10.30 WIB
mengatakan tidak bisa miring ke kanan dan tidak bisa bangun dari tempat
tidur.
tempat tidur sebagai alat bantu untuk miring dan duduk ditempat tidur
berbaring,
pasien tampak sudah bisa duduk ditempat tidur dengan bantuan perawat,
pasien tampak kekuatan otot pasien pada ekstremitas atas kanan 1111,
bawah kiri 4444, gerakan tidak terkoordinasi sudah tidak ada, pasien
nyeri pada saat bergerak, tidak takut untuk bergerak, sendi menjadi lebih
Rencana tindakan:
b. Monitor frustasi, marah, depresi, atau hal lain yang menganggu bicara
volume bicara pasien, suara pasien terdengar tidak jelas, pasien tampak
tidak jelas dan tidak ada artinya; Pukul 12.10 WIB memonitor frustasi,
marah, depresi, atau hal lain yang menganggu bicara, pasien tampak
keluarga tampak kebingungan dengan kondisi pasien saat ini yang tidak
tidak sesuai dan kontak mata kurang saat diajak berkomunikasi; Pukul
berkomunikasi.
pasien tampak tidak memperhatikan, kontak mata tidak ada dan melakukan
ruangan dekat nurse station agar memudahkan jika perlu bantuan; Pukul
Pukul 13.40 WIB menganjurkan pasien bicara pelan, pasien tampak belum
bicara pasien tampak berbicara dengan volume suara rendah, dan lambat
pasien tampak banyak diam; Pukul 12.10 WIB memonitor frustasi, marah,
depresi, atau hal lain yang menganggu bicara, pasien tampak kesal dan
marah jika apa yang diucapkan tidak dimengerti oleh orang tuanya; Pukul
berbicara.
bicara.
bicara pasien tampak berbicara dengan volume suara sedang, dan lambat.
Pukul 12.20 WIB memonitor frustasi, marah, depresi, atau hal lain yang
menganggu bicara, pasien sudah tidak tampak kesal karena apa yang
diucapkan sudah mulai dimengerti oleh orang tuanya; Pukul 12.30 WIB
pasien tampak menunjuk sesuatu yang dia inginkan dan sudah mulai bisa
mulai jelas; pukul 13.20 WIB mengajarkan pasien dan keluarga proses
dengan keluarganya.
sedikit pelo dan kesulitan jika harus berbicara panjang, pasien tampak
sesuai,
berwarna coklat pekat, pasien dipuasakan salama 4 hari dari tanggal 20-23,
BB: 60 kg, TB: 178 cm. IMT 60kg/1,78 x 1,78 = 18,9 (normal)
Rencana tindakan:
ditoleransi
l. Kolaborasi dengan ahi gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
WIB, 12.00 WIB, 18.00 WIB, dan 24.00 WIB, Ranitidine 2x1g (IV)
pukul 06.00 WIB & 18.00 WIB; Omeperazole 2x40mg (IV) pukul
diberikan obat dan tidak terdapat tanda-tanda alergi; Pukul 12.05 WIB
diberikan obat dan tidak terdapat tanda-tanda alergi; WIB Pukul 14.05
WIB mengidentifikasi status nutrisi, BB: 60 kg, TB: 178 cm. IMT
diet cair berupa puasa sudah hari ke 7 sejak dirawat; Pukul 14.45 WIB
kg.
lab, Hemoglobin 15.4 g/dl (13.5 - 18.0), Jumlah Leukosit 11.07 10^3/µl
(4.00 - 10.50), Hematokrit 43.4 ∞ (42.0 - 52.0), Kolesterol Total 283 mg/dl,
Kolesterol HDL 36.0 mg/dl (41.5 – 67.3), Kolesterol LDL 222 mg/dl
(<130), Trigliserida 125 mg/dl (<200); Pukul 18.05 WIB memberikan terapi
sudah diberikan obat dan tidak terdapat tanda-tanda alergi; Pukul 12.05
sudah diberikan obat dan tidak terdapat tanda-tanda alergi; Pukul 14.10
WIB memonitor ttv pasien, TD: 141/90 mmHg, frekuensi nadi: 90x/menit,
mengkonsumsi susu 2x150ml pada pukul 08.00 WIB dan 12.00 WIB;
Pukul
pelepasan NGT
dan sudah mulai belajar makan melalui mulut; Pukul 15.20 WIB
akan mengikuti anjuran dari rumah sakit; Kolaborasi dengan ahi gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, pasien masih
sudah diberikan obat dan tidak terdapat tanda-tanda alergi; Pukul 12.05
sudah diberikan obat dan tidak terdapat tanda-tanda alergi; Pukul 14.10
WIB memonitor ttv pasien, TD: 141/90 mmHg, frekuensi nadi: 90x/menit,
kebutuhan kalori dan jenis nutrien, pasien mendapat terapi diet berupa
WIB dan
12.00 WIB.
terakhir pada tanggal 21 Maret 2022 belum ada hasil lab terbaru; Pukul
15.00 WIB menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai,
pasien mandapat diet makana lunak berupa bubur dengan suhu yang
mencegah konstipasi, pasien mengatakan minum jus apel kurang lebih satu
Kolaborasi dengan ahi gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
lunak tinggi kalori tinggi protein; Pukul 18.05 WIB memberikan terapi
dengan baik.
Objektif: Pasien tampak mengikuti anjuran diet, kulit pasien tampak baik,
tidak terjadi kerontokan rambut yang abnormal, BB: 60 kg, TB: 178 cm.
IMT 60kg/1,78 x 1,78 = 18,9 (normal), pasien sudah tidak terpasang NGT,
ditandai dengan
belum BAB, 4 hari di rawat pasien belum BAB, pasien juga mengeluh
Objektif: Pasien tampak hanya bisa tirah baring, bising usus 6x/menit, dan
saat diperkusi perut pasien terdengar kembung pasien mendapat terapi diet
puasa selama 7 hari dari tanggal 17-23 Maret, intake 1.525 (infus 1.225+
am 300 ml), output 1.137,5 ml (urine 1100ml + iwl 37,5 ml) jadi balance
fekal membaik
Rencana tindakan:
puasa
tinja
8 jam
dan kiri, duduk di tempat tidur dan melakukan ROM sesuai toleransi
pembentukan gas.
tangal 17-23 maret. Pukul 15.20 WIB memonitor buang air besar, pasien
belum buang air besar sampai hari ini; Pukul 15.30 WIB memonitor tanda-
tanda dan gejala konstipasi, peristaltik usus pasien 12x/menit, perut pasien
pasien mendapatkan terapi puasa 7 hari pada tangal 17-23 maret; Pukul
15.55 WIB memonitor buang air besar, pasien belum buang air besar; Pukul
dirawat pasien belum BAB; Pukul 16.10 WIB memberikan air hangat
setelah makan, pasien tampak minum 1 gelas air hangat; Pukul 16.15 WIB
berani makan aneh-aneh selain makanan dari rumah sakit; Pukul 16.50
Pukul 15.30 WIB memonitor buang air besar, pasien pup dengan
lebih 100 cc; Pukul 15.45 WIB mengidentifikasi masalah usus, perut
pasien tampak baik, sudah tidak kembung; 16.00 WIB memonitor tanda-
tanda dan gejala konstipasi, peristaltik usus pasien 12x/menit, perut pasien
masih tampak kembung; Pukul 16.10 WIB memberikan air hangat setelah
menganjurkan
latihan ROM.
makanan dari rumah sakit dan minum juas apel kurang lebih satu gelas;
sudah tidak begah lagi, pasien mengatakan sudah mengikuti anjuran dari
perawat
dengan
Objektif: Pasien tampak berantakan, pasien tampak tidak ganti baju, kulit
pasien tampak lengket dan kotor, aktivitas pasien dibantu keluarga dan
dengan kekuatan otot pada ekstremitas kanan 1111 dan ekstermitas kiri
Rencana tindakan:
station
memandikan)
pasien tampak hanya tirah baring dan hanya mampu menggerakan bagian
(rambut mulut, kulit, kuku), rambut pasien tampak lepek dan berminyak,
mulut pasien tampak berbau, kulit pasien tampak kering, kuku pasien
tampak pendek dan bersih; Pukul 16.20 WIB memonitor integritas kulit,
integritas kulit pasien tampak baik, tidak ada tanda kemerahan maupun
luka iritasi; Pukul 16.30 WIB menjelaskan manfaat mandi dan dampak
pasien tampak hanya tirah baring dan hanya mampu menggerakan bagian
(rambut mulut, kulit, kuku), rambut pasien tampak lepek dan berminyak,
mulut pasien tampak berbau, kulit pasien tampak kering, kuku pasien
tampak pendek dan bersih; Pukul 06.20 WIB memonitor integritas kulit,
integritas kulit pasien tampak baik, tidak ada tanda kemerahan maupun
luka iritasi; Pukul 06.25 WIB menjelaskan manfaat mandi dan dampak
dan bersedia menerapkan apa mandi secara rutin; Pukul 06.35 WIB
kuku), rambut pasien tampak bersih dan rapih, mulut pasien tampak
bersih, kulit pasien tampak bersih dan lembab, kuku pasien tampak pendek
dan bersih; Pukul 17.20 WIB memonitor integritas kulit, integritas kulit
pasien
tampak baik, tidak ada tanda kemerahan maupun luka iritasi; Pukul 17.25
secara manidiri pada pasien serta sudah memandikan pasien secara rutin.
dengan tisu basah, keluarga mengatakan pasien tampak lebih segar dan
lebih bersih.
keluarga dan perawat, pasien tampak lebih bersih, pasien tampak terlihat
segar, rambut pasien tampak lebih rapih, kulit pasien tampak lebih bersih
dengan
keluarga mengatakan bingung dan tidak paham dengan penyakit apa yang
keadaan pasien.
Rencana tindakan:
stresor
perhatian
(informed consesnt)
komplikasi stroke)
keadaan pasien dan sering bertanya tentang kondisi terkini pasien; Pukul
mengatakan setuju jika itu untuk kesembuhan pasien; Pukul 17.45 WIB
komplikasi stroke keluarga mengatakan paham, dan sudah tidak cemas lagi
keadaan pasien dan sering bertanya tentang kondisi terkini pasien, pasien
pasien.
paham, dan sudah tidak cemas lagi dan mengatakan percaya pada
tenang.
menunggu pasien.
Dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori di BAB
Pada Pasien Tn. A dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang Neurologi 1101
Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara” dari tanggal dari 23 Maret
A. Pengkajian Keperawatan
riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu serta faktor resiko lainnya berupa
dapat dibuktikan dari hasil lab kolesterol total 283 mg/dL, sedangkan
kolesterol HDL rendah 36.0 mg/dl (41.5 – 67.3), Kolesterol LDL tinggi 222
mg/dl (<130) dan pasien memiliki kebiasaan merokok 2-3 bungkus perhari
dan hal ini sudah sudah sesuai dengan yang dikemukakan Gofir (2020) bahwa
salah satu penyebab Stroke Non Hemoragik adalah adanya trombosis dan
emboli yang
merokok, diet mengkonsumsi alkohol, dan aktivitas fisik yang minim. Pada
penatalaksanaan.
Menurut Black & Hawks (2014) dan LeMone, M.Burke & Bauldof,
(2017) manifestasi stroke beragam mulai dari kelumpuhan pada wajah atau
terjadi pada pasien stroke apabila adanya infark pada lobus parietal atau
otot-otot mata, hal ini dibuktikan dengan pasien mampu mengikuti arah
kaca mata miopia, tidak menggunakan lensa kontak, dan reaksi terhadap
cahaya baik, pada pemeriksaan nervus VI (abducen) gerakan bola mata pasien
hal ini dibuktikan dengan pasien mampu berorientasi dengan baik, saat
diajukan perawat dengan baik. Perubahan kognitif dan perilaku dapat terjadi
akibat dari kerusakan jaringan setelah iskemia atau hemoragi yang mengenai
arteri karotis atau vertebra, perubahan kesadaran juga dapat terjadi akibat
edema serebra atau peningkatan TIK (LeMone, M.Burke & Bauldof, 2017)
menurut Black & Hawks (2014) dan LeMone, M.Burke & Bauldof, (2017)
namun muncul pada pasien adalah adanya gangguan pada sistem Hematologi,
banyak dan jangka waktu panjang. Hal ini didukung dengan pendapat Morton
(2014) dan Nurarif (2013) bahwa penyebab perdarahan akut saluran cerna
bagian atas yang ditandai dengan hematemesis dan melena adalah adanya
dan adanya keganasan, ulkus, lessi Mallory weiness, kelainan lambung dan
sistemik yaitu uremia dan lainnya, dan pemakaian obat yang ulserogenik
Pada pasien ditemukan juga adanya keluhan nyeri pinggang yang jika
dikaitkan dengan teori tidak ada hubungannya dengan gangguan pada fungsi
imobilisasi karena lama tidak melakukan aktivitas atau latihan, hal ini
dibuktikan selama satu minggu diarawat pasien tampak hanya berbaring dan
Pada teori yang dikemukan oleh Black & Hawks (2014) terdapat lima
pemeriksaan darah lengkap, tes darah koagulasi dan tes kimia darah.
lengkap dan tes kimia darah). Pemeriksaan lain tidak dilakukan karena dari
pasien.
dan fissura sylvi tidak melebar, tidak tampak lesi patologis di intraparenimal
cerebrum dan cerebellum. Thalamus, pons dan medulla oblongata tak tampak
kelainan. Sistem ventrikel dan sistem tidak melebar, tidak tampak pergeseran
Kedua orbita, sinus paranasal lainnya dan mastoid tak tampak kelainan,
tulang – tulang kesan intak pada CT-Scan saat ini.. Hal ini disebabkan oleh
rendah 36.0 mg/dl (41.5 – 67.3), Kolesterol LDL tinggi 222 mg/dl (<130).
diabetes hal ini dibuktikan saat dilakukan pemeriksaan glukosa darah sewaktu
peptikum aktif, gangguan ginjal dan hepar, infark berdarah, infar luas,
menurut LeMone, M.Burke & Bauldof, (2017) namun diberikan pada pasien
dengan cara kerja obat yaitu untuk melindungi mukosa lambung sehingga
polimer yang dapat melapisi jaringan tukak dengan mengikat eksudat protein
barrier yang mencegah keluarnya asam lambung, pepsin dan asam empedu/
bile salts sehingga dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan lebih
lanjut.
biasa dilakukan pada orang yang mengalami trans ischemia attack (TIK) atau
yang baik dengan perawat ruangan dan kepala ruangan yang membimbing
memahami apa yang diucapkan pasien. Hambatan lainnya adalah pasien pada
GCS E3M4V2.
sehingga dibantu untuk melengkapi data pasien, penulis meminta izin kepala
catatan perkembangan pasien yang tertulis direkam medis ditulis kurang jelas
sehingga penulis sulit untuk memahaminya. Solusi yang kedua adalah penulis
mendapatkan hasil CT-Scan karena hampir semua pasien di RSUD Koja tidak
ada bukti cetak tertulis kesan CT-Scan oleh Ahli radiologi direkam medis dan
hambatan dalam mendapat hasil CT-Scan saat pertama kali pasien masuk ke
RSUD Koja. Menurut informasi dari kepala perawat ruangan bahwa pada saat
ini hasil CT- Scan tidak dicantumkan di rekam medis dan hanya dibacakan
oleh dokter penanggung jawab apabila keluarga pasien ada yang ingin
mengetahui hasil
dari CT-Scan pasien, kepala ruangan juga menginformasikan jika pasien baru
ruangan dan kepala ruangan berkonsultasi dengan dokter jaga dan dokter jaga
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut LeMone, M.Burke and Bauldof (2017) dan Tim Pokja SDKI
DPP PPNI (2017) ada tujuh diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
stroke yaitu, Resiko perfusi serebral tidak efektif yang berhubungan dengan
verbal yang berhubungan dengan gangguan fungsi bicara, defisit nutrisi yang
dikemukanan Menurut LeMone, M.Burke & Bauldof (2017) dan Tim Pokja
SDKI DPP PPNI (2017) yaitu, resiko perfusi serebral tidak efektif
M.Burke & Bauldof (2017) dan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) namun
gangguan pada sistem saraf saat akan mengirim pesan bahwa kondisi
kandung kemih yang sudah penuh ke otak tapi otak tidak mempu
mengeluarkan urine ke kandung kemih. Hal ini tidak ditemukan pada pasien
dibuktikan dengan pasien mampu berkemih secara normal dan spontan serta
tidak terdapat distensi kandung kemih. Pasien sempat terpasang kateter urine
dari tanggal 20-22 Maret namun dengan indikasi imobilisasi bukan karena
dikemukakan oleh LeMone, M.Burke & Bauldof (2017) dan Tim Pokja SDKI
stroke. Hal ini dibuktikan keluarga masih banyak bertanya tentang penyakit
yang diderita oleh pasien, keluarga tampak bolak balik mengecek keadaan
pasien. Hal ini dukung oleh pendapat Sigmund Freud menjelaskan bahwa
konflik yang tidak disadari. Penyebab ansietas dapat bersumber internal dan
eksternal. Internal yang berarti berasal dari dari dalam diri seseorang,
ancaman intergritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau
Ancaman terhadap sistem diri dapat membahaykan identitas, harga diri, dan
secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku dan serta tidak
jurnal online yang banyak tentang asuhan keperawatan pada pasien Stroke
acuan yang cocok untuk digunakan. Hambatan yang dialami penulis saat
saat dilakukan perumusan data yang diperoleh kurang dari 80% untuk
C. Perencanaan Keperawatan
prioritas masalah dalam teori dengan pasien yang sudah disesuaikan dengan
waktu praktik yaitu 3x24 jam. Untuk kriteria hasil disusun secara spesifik,
mampu diukur, dapat tercapai rasionalnya dan memiliki batas waktu yang
Menurut Tim Pokja SIKI PPNI DPP PPNI (2018) dan LeMone,
rencana bantu Activity Daily Living (ADL) pasien. Namun penulis melakukan
dan keluhan nyeri pinggang, dengan memasukan rencana bantu Activity Daily
ekstremitas kanan dan pasien juga mengalami nyeri pada pinggangnya akibat
imobilisasi yang lama dan tidak diberikan latihan. Imobilisasi pada pasien
stroke terjadi karena arteri serebral interior atau media terganggu sehingga
kekuatan otot melemah sehingga mengurangi rentang gerak sendi dan fungsi
monitor pernapasan meliputi pola dan irama, dan auskultasi bunyi napas,
monitor frekuensi, irama, kedalam dan upaya napas persift, monitor adanya
produksi sputum, monitor saturasi oksigen, hal ini dikarena pasien pada hari
pertama pengkajian pasien terpasang alat bantu napas nasal kanul 3l/liter, hal
buku LeMone, Burke, & Bauldof (2017) dan Tarwoto (2013) dan SIKI (2018)
serta program medis yang diberikan berupa obat-obatan dan fisioterapi, yang
D. Pelaksanaan Keperawatan
pasien dan keluarga sangat kooperatif saat dilakukan tindakan dan mampu
bekerja sama dengan baik dengan penulis serta kepercayaan yang diberikan
keperawatan.
kurangnya fasilitas peralatan mandi dan keramas dari rumah sakit mulai dari
washlap, sabun, air hangat dan baskom air. Solusi yang dilakukan penulis
pribadi pasien dan menggunakan air termos yang dibawa pasien, solusi
tekanan darah pasien stroke yang diberi latihan ROM yang mengatakan
bahwa pasien stroke yang diberi latihan ROM akan mengalami peningkatan,
menjadi lebih cepat dan kemudian tekanan darah akan meningkat sewaktu
obat Citicolin 2x500mg pukul: 06.00 WIB dan 18.00 WIB (IV),
Mecobalamin 3x500mg pukul 06:00 WIB, 14:00 WIB, dan 22:00 WIB (IV),
Nicardiphine 2x10mg pukul 06.00 WIB dan 18.00 WIB drip (IV),
Ceftriaxone 1x2g pukul 06:00 WIB (IV), Kalnex 1x500 mg 3x500mg pukul
dan 22.00 WIB, jadwal pemberian terkadang terlambat atau terlalu cepat dari
jadwal yang diberikan dikarenakan lamanya waktu yang diperlukan saat akan
kepasien secara bersamaan hal ini yang menyebabkan pemberian obat tidak
Solusi yang diberikan penulis agar pemberian obat tepat waktu adalah
meminta bantuan
serebral tidak efektif dan risiko defisit nutrisi adalah kurang tersedianya
penulis pada saat akan memberikan terapi injeksi tidak menggunakan bak
injeksi dan perlak tapi digantikan dengan keranjang kecil sebagai pengganti
bak injeksi. Namun hal tersebut tidak sesuai dengan standard operating
procedure (SOP).
disediakan alat meliputi, obat sesuai order, aquadest jika dibutuhkan, spuit
medis, pengalas, sarung tangan tidak steril, septic box, baki/nampan atau
digunakan oleh perawat ruangan sebagai pengganti bak injeksi namun hal
terkadang sampel darah maupun hasil laboratorium harus diantar atau diambil
karena letak lab yang berada di lantai satu. Keluarga pasien juga terkadang
penulis adalah agar hasil laboratorium dapat segera dibaca adalah selalu
E. Evaluasi Keperawatan
meliputi evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan pada
tindakan, sedangkan evaluasi hasil lebih mengacu pada tujuan dan kriteria
akan mengikuti anjuran dari rumah sakit, pasien mengatakan sudah tidak
kesulitan menelan, pasien tampak mengikuti anjuran diet, kulit pasien tampak
baik, tidak terjadi kerontokan rambut yang abnormal, BB: 60 kg, TB: 178 cm.
IMT 60kg/1,78 x 1,78 = 18,9 (normal), pasien sudah tidak terpasang NGT,
12x/menit.
yang pertama adalah diagnosa risiko resiko perfusi serebral tidak efektif
terdapat medikasi yang sempat dihentikan dan baru akan dilanjutkan kembali
kondisi pasien terutama pada hasil lab, hasil lab terakhir menunjukan
tingginya kadar kolestrol Total 283 mg/dl, Kolesterol HDL 36.0 mg/dl (41.5
– 67.3), Kolesterol LDL 222 mg/dl (<130). Hal ini dibuktikan pasien
mengatakan sudah merasa lebih baik, pasien mengatakan tidak ada keluhan
nyeri kepala, nyeri pinggang berkurang karena sudah rutin miring mengubah
tubuh bagian kiri dengan instruksi namun saat diberi tahanan pasien tidak
GCS pasien tampak normal respon mata pasien meningkat E4M6V4, pasien
kanan, keadaan pupil, ukuran, bentuk, reaksi terhadap cahaya dan gerakan
bola mata, kedua pupil tampak isokor, simetris, dengan ukuran 2mm pada
setiap bola mata, reaksi terhadap cahaya baik, pergerakan bola mata mampu
latihan fisik berupa ROM untuk meningkatkan kekuatan otot pasien. hal ini
bantuan perawat dan keluarga, pasien mengatakan sudah bisa duduk ditempat
nya masih terasa pegal karena terlalu lama berbaring, pasien tampak sudah
bisa miring ke kanan degan bantuan, pasien tampak sudah bisa duduk
ditempat tidur dengan bantuan perawat, pasien tampak kekuatan otot pasien
pada ekstremitas atas kanan 1111, ekstremitas atas kiri 4444, ekstremitas
bawah kanan 1111, ektremitas bawah kiri 4444, gerakan tidak terkoordinasi
mengalami kesulitan menggerakan lidah ke kanan dan kiri. Hal ini dibuktikan
tampak berkurang kesalnya karena keluarga sudah mulai memahami apa yang
pasien tampak sudah bisa bereskpresi dengan sesuai, kontak mata pasien saat
pasien masih tampak padat dan keras. hal ini dibuktikan dengan pasien
dikarenakan Activity Daily Living (ADL) pasien masih dibantu keluarga dan
keluarga terkadang lupa untuk menjaga kebersihan diri pasien. hal ini
dilap dengan tisu basah, keluarga mengatakan pasien tampak lebih segar dan
lebih bersih, pasien tampak dibantu dalam melakukan perawatan diri oleh
keluarga dan perawat, pasien tampak lebih bersih, pasien tampak terlihat
segar, rambut pasien tampak lebih rapih, kulit pasien tampak lebih bersih dan
kriteria hasil yang tersusun dan pasien kooperatif saat dilakukan tindakan
lebih rapi agar tidak menimbulkan kekeliruan pada saat dibaca dan dapat
pasien seharusnya
Pada bab ini penulis melakukan “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. A
dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang Neurologi 1101 Rumah Sakit Umum
Daerah Koja Jakarta Utara”. Maka penulis bisa menarik kesimpulan dan
A. Kesimpulan
hipertensi dan tingginya kadar kolesterol total, menurunnya kadar HDL serta
sumber literatur yang peroleh penulis. Pengkajian pada pasien berjalan cukup
135
sudah sesuai dengan yang dikemukakan oleh LeMone, M.Burke & Bauldof,
(2017) dan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) yaitu resiko perfusi serebral
tidak efektif berhubungan dengan infark jaringan otak akibat faktor risiko
M.Burke & Bauldof, (2017) dan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) namun
M.Burke & Bauldof, (2017) dan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) namun
hamatan
berjalan dengan baik, namun ada beberapa yang mengalami hambatan, namun
yaitu, risiko perfusi serebral tidak efektif, gangguan mobilitas fisik, gangguan
komunikasi verbal, risiko konstipasi, dan defisit perawatan diri. Dua diagnosa
B. Saran
diantaranya:
sehingga bisa dibaca dengan mudah oleh tim tenaga kesehatan lain yang
2. Untuk penulis
dengan banyak cara seperti membaca buku, membaca literatur dari jurnal
atau artikel, dan melakukan update informasi terbaru tentang Stroke Non
Arisetjiono, E. and Munir, B. (2017) Buku Ajar Neurologi. 1st edn. Edited by
S.B.R. Wati and B. Munir. Jakarta: Sagung Seto.
Black, J.M. and Hawks, J.H. (2014) Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
klinis untuk Hasil yang Diharapkan. 8th edn. Edited by A. Suslia et al.
singapura: PT Salemba Medika.
Gofir, A. (2020) Tatalaksana Stroke dan Penyakit Vaskuler Lain. 1st edn. Edited
by Siti. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
139
Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS
1
Mariana, A. (2014) ‘Tekanan Darah Pasien Stroke yang Mendapat Latihan Range
of Motion (ROM) di Ruang Bougenvile RSD Mardi Waluyo Blitar’, Jurnal
Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 1(2), pp. 149–154.
doi:10.26699/jnk.v1i2.art.p149-154.
Munir, B. (2017) Neurologi Dasar. 2nd edn. Edited by N.S. Maryam. Jakarta:
Sagung Seto.
PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. 1st edn. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
A. Captopril
Indikasi obat:
Kontraindikasi obat:
pada penggunaan kelompok khusus seperti ibu hamil dan menyusui, jika
Efek Samping
Indikasi obat:
obstruksi usus
Efek Samping:
Penggunaan jangka panjang: rasa tidak enak pada perut dan lambung,
diare, kram lambung, rasa haus, kembung, mual, muntah, dehidrasi dan
hipokalemia
C. Nicardipine
rileks dan aliran darah menjadi lebih lancar. Dengan begitu pasokan darah
dan oksigen ke jantung akan meningkat dan beban kerja jantung akan
berkurang.
Kontraindikasi obat:
Efek samping:
adalah, pusing, sakit kepala, sakit perut atau heartburn, Flushing atau rasa
darah (hipotensi).
D. Ceftriaxone
Indikasi obat:
gram negatif maupun gram positif yang bisasnya terjadi pada infeksi
serta harus lebih diperhatikan pada penderita alergi pada penicilin karena
Efek samping:
leukopenia.
E. Kalnex
fibrin dari faktor pembekuan darah lain, oleh karena itu Asam
Kontraindikasi obat:
Efek samping yang mungkin terjadi pada pemberian Kalnex adalah, mual,
muntah, diare, pusing terjadi pada pemberian obat jika diinjeksi terlalu
cepat.
F. Mecobalamin
nya berupa co-enzyme dari B12. Obat ini digunakan untuk mengobati
Indikasi obat:
Kontraindikasi obat:
Efek samping:
dispnea.
G. Citicolin
atau perilaku yang disebabkan oleh penuaan, stroke, atau cedera kepala.
Selain itu, obat ini juga dapat digunakan meningkatkan daya penglihatan
otak. Citicolin bekerja dengan cara meningkatkan jumlah zat kimia di otak
fungsi otak.
Indikasi obat:
penyakit parkinson.
simpatis.
Efek samping:
H. Ranitidine
kafein dan insulin. Obat ini digunakan untuk tukak lambung dan tukak
Indikasi obat:
AINS,
Kontraindikasi obat:
I. Omeprazole
Indikasi obat:
Kontraindikasi :
Efek samping:
Mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing, nyeri, abdomen, rasa kembung,
J. Sucralfate
tukak lambung dan usus, gastritis kronik. Obat ini bekerja dengan cara
Indikasi obat:
Kontraindikasi obat:
toksisitas aluminium.
a. ceramah
b. Tanya jawab/Diskusi
V. Media Penyuluhan
a. Leaflet
b. Lembar balik
Penyuluh Audience
c. Mengikuti apresiasi
c. Melakukan apresiasi
of motion berdiskusi
diberikan dan
Menyebutkan 2 jenis Latihan
berdiskusi
range of motion
e) Menyimak
Menyebutkan 3 prinsip range
penjelasan yang
of motion
diberikan dan
Menyebutkan 12 langkah
berdiskusi
Gerakan range of motion
f) Menyimak
d. Mendemonstrasikan cara Latihan
penjelasan yang
range of motion
diberikan dan
e. Memberikan kesempatan pada
berdiskusi
peserta untuk bertanya tentang
g) Bertanya
hal yang belum dipahaminya.
h) Meredemonstrasikan
pemilahan sampah
peserta. anorganik.
i) Menyimak jawaban
penyuluh
c. Mengucapkan salam
VII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
pelaksanaan
2. Evaluasi Proses
mengikuti kegiatan
dengan benar.
4. Pertanyaan evaluasi :
motion?
e. Ibu/bapak ada yang bisa menyebutkan apa saja Gerakan Latihan range
of motion!
1. Pengertian
Latihan gerak aktif dan pasif/ROM adalah Latihan Gerakan sendi yang
2. Tujuan
c. Menstimulasi persendian
a. ROM Aktif
(klien aktif). Keuatan otot 75%. Hal ini untuk melatih kelenturan
ototnya secara aktif. Sendi yang digerakan pada ROM aktif adalah
sendi di seluruh tubuh dari kepla sampai ujung kaki oleh klien
sendiri.
pasif), kekuatan otot 50%. Indikasi Latihan gerak pasif adalah semi
otot dan persendian dengan otot orang lain secara pasif misalnya
4. Prinsip ROM
d. Bila perlu, tutup pintu dan jendela untuk mencegah angin yang
mikroorganisme
bersangkutan
m) Mulailah pada bagian atas dan bergerak ke bawah pada satu sisi
a. Leher,spina, serfikal
Gerakan:
rentang 40-45°
b. Bahu
rengang 180°
rentang 360°
c. Siku
rentang 150°.
d. Pergelangan tangan
80-90°
rentang 30°
e. Jari-jari tangan
tanganrentang 90°
g. Pinggul
120°
rentang 90°-120°
rentang 30-50°
rentang 30-50°
rentang 90°
rentang 90°
h. Lutut
120- 130°
i. Mata kaki
j. Kaki
k. Jari-jari kaki
Kan Ika Nur (2015). Pengaruh pemberian range of motion terhadap kemampuan
motorik pada pasien post stroke di RSUD Gambiran. Semarang, Jurnal
keperawatan Pisan 2086-3071
LEMBAR KONSULTASI
11. 23 Mei 2022 Perbaikan Bab III dan isi, banyak data
double, perbaikan kriteria hasil.