Anda di halaman 1dari 186

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan RS Husada

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. A DENGAN


STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG NEUROLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
JAKARTA UTARA

KUSTINA MAHARANI

191152

PRODI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS HUSADA
JAKARTA, 2022
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan RS Husada

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. A DENGAN


STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG NEUROLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
JAKARTA UTARA

Laporan Tugas Akhir

Diajukan sebagai persyaratan dalam menyelesaikan


pendidikan Diploma Tiga Keperawatan

KUSTINA MAHARANI

1191152

PRODI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS HUSADA
JAKARTA, 2022

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan benar.

Nama : Kustina Maharani

NIM 191152

Tanda tangan :

Tanggal : 22 Juni 2022

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan pada Pasien Tn. A dengan


Stroke Non Hemoragik Di Ruang Neurologi
Rumah Sakit Umum Daerah Koja
Jakarta Utara

Dewan Penguji

Ketua,

(Enni Juliani, M.Kep.)

Anggota,

(Ns. Jehan Puspasari, M.Kep) (Ns. Hotmarina Purba, S.Kep)

Menyetujui

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan RS Husada

(Ellynia, S.E., M.M)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Penulisan
Tugas Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga Keperawatan di STIKes RS Husada.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ellynia, SE.,MM selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan RS Husada;


2. Enni Juliani, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini;
3. Ns. Jehan Puspasari, M.Kep selaku penguji I yang telah memberikan kritik
untuk kemajuan karya ilmiah ini;
4. Ns. Hotmarina Purba, S.Kep selaku penguji II yang telah memberikan kritik
untuk kemajuan karya ilmiah ini;
5. Ns. Malianti Silalahi, M.Kep.,SP.Kep.J selaku wali kelas yang selalu
mengingatkan untuk menyelasiakan kuliah tepat waktu dan menyeleasikan
tugas dengan segera mungkin;
6. Seluruh staf dosen dan tenaga pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan RS
Husada yang telah membimbing dan membantu dalam kelancaran studi;
7. Ns. Ernawati, M.Kep., Sp.Kep.An yang sudah banyak membantu selama
diasrama, membimbing, memberi nasihat, dan selalu memberi solusi dari
masalah tugas yang dialami penulis;
8. Pihak RSUD Koja Jakarta Utara yang telah banyak membantu dalam usaha
memperoleh data yang saya perlukan;
9. Tn. A dan keluarga yang menerima kedatangan penulis dengan kooperatif
selama memberikan asuhan keperawatan dari awal sampai akhir serta banyak
membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan;

v
10. Kedua orang tuaku yang tersayang Mamak Sartinah dan Bapak Kuwat Sudiro
yang telah memberikan dukungan, nasehat, pengertian, doa yang tak pernah
terputus, dan material kepada saya. Terus memberikan dorongan dan motivasi
untuk terus maju, bersedia kapanpun untuk mendengarkan keluh kesah saya
selama ini, tidak pernah menuntut saya melampaui kemampuan saya, selalu
mendukung keputusan yang saya ambil, tidak pernah membandingkan saya
dengan saudara saya yang lainnya, serta selalu mengingatkan saya untuk terus
beribadah dan berdoa;
11. Kedua kakak saya Wayan Agustina Pertiwi, Kartiko Tri Kirano dan Ferdi
Yugis Pratama yang selalu menyamangati, memberikan support, dan
meluangkan waktu untuk menghibur saya disaat sedih dalam mengerjakan
tugas kuliah serta selalu bersedia untuk direpotkan;
12. Dwi Kurniawan yang dari dulu selalu mengingatkan saya untuk selalu
menuntut ilmu dengan tekun, memberikan perhatian dengan penuh kasih
sayang, serta selalu momotivasi saya supaya selalu semangat;
13. Abi Hasan Basri yang selalu perhatian menganggap saya seperti anaknya
sendiri selalu bersedia menjadi tempat curhat dari berbagai keluh kesah yang
saya rasakan;
14. Dzaky Rafif Alfatih dan Ashila Sayafara Azzahra kedua ponakan saya yang
selalu menghibur disaat sedih dan senantiasa membuat saya tertawa dengan
tingkah lucunya;
15. Riski Irawan Adzaky yang selalu meluangkan waktu untuk mengajarkan saya
cara mengedit dokumen, serta selalu bersedia untuk direpotkan;
16. Sahabat-sahabatku Siti Handayani, Iin Roatus Solehah, Luluk Rahmawati,
Fiona Desy N Palangi, Siti Masturoh, Rini Meita Sari, Diah Febrina Sinaga,
Widia Apriliani Dewi yang sudah banyak membantu dalam segala hal serta
menemani saya dalam proses pembuatan karya ilmiah ini;
17. Seluruh teman-teman kelas 3d yang sudah menemani selama tiga tahun
melewati suka duka bersama dan terus memberikan motivasi satu sama lain.
18. Teman-teman seperjuangan bimbingan KTI Fiona Desy N Palangi, Septi
Yulandari, Tiara Dita, Irfan Martin yang selalu menyemangati satu sama lain.

vi
19. Kakak dan adik mentorku Veronica S Manulag, Lewinda Okta, Devia,
Elistika, Sherllyna;
Akhir kata, saya harap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu. Semoga karya tulis ilmiah ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Penulis

(Kustina Maharani)

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................v
DAFTAR ISI.....................................................................................................vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Tujuan Penulis.......................................................................................5
1. Tujuan Umum...................................................................................5
2. Tujuan Khusus..................................................................................6
C. Ruang Lingkup......................................................................................6
D. Metode Penelitian..................................................................................6
E. Sistematika Penulisan............................................................................7
BAB II : Tinjauan Teori
A. Pengertian..............................................................................................9
B. Patofisiologi (etiologi, proses, menifestasi klinis, komplikasi).............9
C. Penatalaksanaan.....................................................................................24
1. Terapi................................................................................................24
2. Tindakan medis.................................................................................26
D. Pengkajian Keperawatan........................................................................27
E. Diagnosa Keperawatan..........................................................................36
F. Perencanaan Keperawatan.....................................................................37
G. Pelaksanaan Keperawatan......................................................................49
H. Evaluasi Keperawatan............................................................................51
BAB III : TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian..............................................................................................53
B. Diagnosa................................................................................................75
C. Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi......................................................76
BAB IV : PEMBAHASAN
A. Pengkajian..............................................................................................114
B. Diagnosa................................................................................................121
C. Perencanaan...........................................................................................124
D. Pelaksanaan............................................................................................125
E. Evaluasi..................................................................................................129
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................135
B. Saran......................................................................................................137
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................139

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pathway penyakit stroke


Lampiran 2 : Laporan Pendahuluan Obat
Lampiran 3: SAP ROM
Lampiran 4 : Leaflet ROM
Lampiran 5 : Lembar konsultasi

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan

oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat

menimbulkan cacat atau kematian. Definisi stroke menurut World health

Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat

gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang

berlangsung selama 24 jam atau lebih dapat menyebabkan kematian tanpa

adanya penyebab lain selain vaskuler (Arisetjiono & Munir, 2017).

Stroke CVA (cerebral vascular accident) atau yang sering diesebut

serangan otak adalah kondisi kedaruratan ketika terjadi defisit neurologis

akibat penurunan tiba-tiba aliran darah ke area otak terlokalisasi. Stroke dapat

iskemik (ketika suplai darah kebagian otak tiba-tiba terganggu oleh trombus,

embolus, atau stenosis pembuluh darah), atau hemoragik (ketika pembuluh

darah mengalami ruptur, sehingga terjadi perdarahan di sekitar neuron).

Defisit neurologis disebabkan oleh iskemia dan menghasilkan nekrosis sel

dalam otak beragam tergantung pada area otak yang terlibat, ukuran area

yang terkena dan lama waktu aliran darah menurun, atau berhenti.

Kehilangan suplai darah yang hebat ke otak menyebabkan disabilitas berat

bahkan kematian. Ketika durasi

1
Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada
2

aliran darah menurun singkat dan area anatomis yang terlibat kecil, orang

mungkin tidak menyadari kerusakan yang terjadi (LeMone, M,Burke &

Bauldof, 2017).

Penyakit stroke merupakan penyebab kematian kedua dan penyebab

disabilitas ketiga di dunia. Stroke menurut World Health Organization adalah

suatu keadaan dimana ditemukan tanda klinis yang berkembang cepat berupa

defisit neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung

lama selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa

adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Selain itu, penyakit stroke

juga merupakan faktor penyebab demensia dan depresi. Stroke terjadi apabila

pembuluh darah otak mengalami penyumbatan atau pecah yang

mengakibatkan sebagian otak tidak mendapatkan pasokan darah yang

membawa oksigen yang diperlukan sehingga mengalami kematian

sel/jaringan (Kemenkes RI, 2018).

Data WSO (World Stroke Organization) menunjukkan bahwa setiap

tahunnya ada 13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi

akibat penyakit stroke. Sekitar 70% penyakit stroke dan 87% penyebab

kematian dan disabilitas akibat stroke (Kemenkes RI, 2018) Di Amerika,

jumlah kasus penderita stroke meningkat akibat kegemukan dan pola makan

yang tidak sehat dengan sering mengkonsumsi junk food. Setiap tahun terjadi

750.000 kasus stroke baru dan setiap 45 menit ada satu orang yang terkena

stroke. Dari data SEAMIC (South East Asian Medical Information Centre)

diketahui bahwa angka kematian stroke terbesar di Asia Tenggara dan itu

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


3

terjadi di Indonesia yang kemudian diikuti secara berurutan oleh Filipina,

Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand (Gempitasari & Betriana, 2019).

Berdasarkan hasil hasil Riskesdas tahun 2018 Prevalensi penyakit tidak

menular yang salah satunya adalah stroke mengalami peningkatan

dibandingkan tahun 2013. Prevalensi stroke dari 7% meningkat 3,9% menjadi

10,9% pada tahun 2018. Secara nasional, prevalensi stroke di Indonesia tahun

2018 berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15 tahun sebesar

10,9%, atau diperkirakan sebanyak 2.120.362 orang menderita stroke.

Provinsi Kalimantan Timur (14,7%) dan provinsi DI Yogyakarta (14,6%)

merupakan provinsi dengan prevalensi tertinggi stroke di Indonesia

(Kemenkes RI, 2018). Sedangkan pada Provinsi DKI Jakarta berdasarkan

diagnosis dokter prevelensi penderita stroke pada penduduk umur ≥ 15 tahun

menurut karakteristik yaitu sebanyak (12,25%) (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data statistik yang diperoleh dari data rekam medis RSUD Koja

Jakarta Utara periode Februari 2021 – Februari 2022 diketahui bahwa jumlah

pasien rawat inap menderita penyakit Stroke Non Hemoragik adalah 2.274

orang.

Stroke merupakan penyakit yang menyerang sistem otak manusia dimana

penyakit ini sangat berbahaya karena otak merupakan organ yang paling

penting yang mengontrol semua fungsi tubuh manusia. Jika terserang stroke

maka akan mengakibatkan gangguan fungsional otak berupa defisit

neurologis atau kelumpuhan syaraf. Secara umum pasien yang terkena

serangan stroke akan mengalami kelemahan maupun kelumpuhan pada salah

satu sisi tubuh. Jika yang terserang bagian otak sebelah kanan maka yang

akan mengalami kelemahan atau kelumpuhan adalah sisi tubuh sebelah kiri

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


4
begitu juga

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


5

sebaliknya. Selain itu tanda dan gejala yang sering ditemukan pada pasien

yang terkena stroke adalah kelumpuhan sebagian atau total pada bagian

tubuhnya, gangguan menelan, gangguan bicara, gangguan penglihatan dan

kehilangan memori. Sehingga kualitas hidup pasien stroke menurun. Penyakit

stroke bisa menjadi semakin berat apabila terjadi peningkatan tekanan

intrakranial yang bisa menyebabkan menurunnya aliran darah serebral atau

herniasi otak yang mengakibatkan kompresi dan iskemi batang otak dan jika

tidak teratasi akan menyebabkan kematian (Affandi & Panggabean, 2016).

Dalam merawat pasien stroke peran perawat sangat diperlukan dan juga

sangat penting terutama dalam memberikan asuhan keperawatan yang

meliputi berbagai aspek yaitu aspek promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Upaya promotif yang bisa dilakukan seorang perawat adalah

meningkatkan pengetahuan dengan memberikan pendidikan kesehatan

meliputi pendidikan kesehatan mengenai pola hidup yang sehat agar terhindar

dari faktor yang dapat menyebabkan stroke seperti hipertensi, merokok,

diabetes melitus dan kolesterol tinggi. Selain pendidikan kesehatan tentang

pola hidup, keluarga pasien juga harus diberikan pendidikan kesehatan

mengenai cara merawat pasien stroke dirumah (Tarwoto, 2013).

Upaya preventif yang bisa dilakukan oleh perawat adalah bagaimana

mencegah penyakit stroke yaitu dengan melakukan pengukuran tekanan darah

secara rutin, melakukan manajemen stress, mengurangi makanan yang

mengandung garam, gula dan kolesterol yang tinggi, memperbanyak makan

buah-buahan dan sayur-sayuran, menghindari aktivitas yang berat dan

melakukan olahraga rutin serta menghentikan kebiasaan merokok. Hal ini

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


6

dilakukan untuk menghindari faktor risiko yang bisa menyebabkan stroke

(Tarwoto, 2013)

Upaya kuratif yang bisa dilakukan perawat adalah melakukan kolaborasi

dengan dokter maupun tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan terapi

dan obat-obatan. Upaya rehabilitatif yang bisa diberikan perawat pada pasien

stroke terutama pasien pasca stroke untuk mencegah terjadinya serangan

berulang. Serangan berulang dapat memperburuk kondisi klien pasca stroke

dan menimbulkan kecacatan. Pasien pasca stroke biasanya memerlukan

rehabilitasi seperti terapi fisik, terapi okupasi dan terapi wicara. Selain

rehabilitasi fisik, rehabilitasi psikologis juga diperlukan bagi pasie stroke

seperti motivasi, terapi wisata, berbagi rasa dan lain-lain. Hal ini diperlukan

agar pasien tidak merasa membebani keluarga karena kondisi tubuh mereka

yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya (Tarwoto, 2013).

Berdasarkan pembahasan dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik

untuk mengetahui asuhan keperawatan secara langsung bagi pasien Stroke

Non Hemoragik. Dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan,

maka diharapkan dapat memberikan dampak yang baik bagi kualitas hidup

pasien secara menyeluruh.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diperolehnya pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan

pada pasien dengan Stroke Non Hemoragik.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


7

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Stroke Non

Hemoragik

b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Stroke

Non Hemoragik

c. Mampu merencanakan perencanaan asuhan keperawatan pada pasien

dengan Stroke Non Hemoragik

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan

perencanaan yang telah direncanakan

e. Mampu melakukan evaluasi dari implementasi yang telah dilaksanakan

f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktik secara

langsung dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Stroke

Non Hemoragik

g. Mampu mendokumentasikan proses asuhan keperawatan pada pasien

Stroke Non Hemoragik

C. Ruang lingkup

Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini penulis hanya membahas satu

kasus saja yaitu “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. A dengan Stroke Non

Hemoragik di Ruang Neurologi 1101 Rumah Sakit Umum Daerah Koja

Jakarta Utara” selama 3x24 jam dari tanggal 23 Maret sampai 25 Maret 2022.

D. Metode Penelitian

Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode

deskriptif dan studi kepustakaan. Dalam metode deskriftif pendekatan yang

digunakan adalah studi kasus dimana penulis dalam mengelola kasus

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


8

menggunakan beberapa teknik data keperawatan antara lain, studi

kepustakaan yaitu dengan mencari, membaca, dan memepelajari buku-buku

dan jurnal yang berhubungan dengan penyakit stroek non hemoragik, Studi

dokumentasi yaitu dengan cara mengumpulkan data melalui rekam medis dan

catatan-catatan yang berhubungan dengan penyakit Stroke Non

Hemoragik.Wawancara langsung dengan pasien Stroke Non Hemoragik,

keluara pasien, dan perawat yang berada di Ruang Neurologi.

Penulis juga melakukan observasi partisiasi aktif yaitu dengan melakukan

pengamatan serta turut serta dalam memberikan asuhan keperawatan

langsung pada pasien yang mengalami penyakit Stroke Non Hemoragik

dengan melakukan peemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 (lima) BAB

yang terdiri dari : Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri atas latar

belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika

penulisan. Bab II merupakan tinjauan teori yang terdiri dari pengertian,

patofisiologi, etiologi, manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan (terapi

dan tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan), pengkajian

keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan

keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Bab III merupakan tinjauan kasus

asuhan keperawatan pada pasien Stroke Non Hemoragik di Ruang Neurologi,

Rumah Sakit Umum Daerah Koja yang terdiri atas pengkajian keperawatan,

diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan,

dan evaluasi

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


9

keperawatan. Bab IV merupakan pembahasan antara kasus yang ditemukan

dan literatur yang ada meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa

keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Bab V merupakan penutup yang

terdiri dari kesimpulan dan saran.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Stroke merupakan penyakit serebravaskuler yang setiap gangguan

neurologiknya mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau hentinya alirah

darah melalui sistem suplai arteri di otak. Stroke juga merupakan penyakit

serebrovaskuler yang menunjukan beberapa kelainan otak baik secara

fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh beberapa keadaan

patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh pembuluh darah

otak, yang disebabkan robekan pembuluh darah atau oklusi pasrsial atau total

yang bersifat sementara atau permanen (Nugraha et al., 2017)

Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh

gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat

menimbulkan kecacatan atau kematian. Definisi stroke menurut World Health

Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat

akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang

berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa

adanya penyebab lain selain vaskuler (Arisetjiono and Munir, 2017)

B. Patofisologi

2. Etiologi

Dua jenis stroke yang utama adalah stroke iskemik dan stroke hemoragik.

(penggumpalan darah yang menyebabkan sumbatan dipembuluh darah

Stroke iskemik disebabkan oleh adanya penyumbatakan akibat gumpalan

9
1

aliran darah baik itu sumbatatan karena trombosis (penggumpalan darah

yang menyebabkan sumbatan dipembuluh darah) atau embolik (pecahan

gumpalan darah atau udara atau benda asing yang berada dalam pembuluh

darah) sehingga dapat menyumbat pembuluh darah di otak (Black &

Hawks, 2014)

Stroke iskemik dibagi menjadi yaitu stroke trombosis dan stroke

emboli. Stroke trombosis adalah stroke yang disebabkan oleh sumbatan

mendadak pembuluh darah yang mensuplai otak. Sumbatan terjadi karena

suatu trombus yang terbentuk langsung di pembuluh darah yang

mengalami kerusakan. Stroke emboli adalah jenis stroke iskemik yang

disebabkan oleh bekuan darah yang disebabkan proses emboli. Emboli

tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.

Sumber penyebab emboli antara lain, emboli dapat berasal dari trombus

di jantung terutama dalam kondisi berikut, atrial fibrilasi, penyakit

jantung rematik: mitral stenosis, paska miocard infark, vegetasi pada

katup jantung pada bakteri atau marantiic endokarditis, katup jantung

prostetik, operasi jantung terbuka atau atheromas di arteri leher atau di

arkus aorta. Setelah prosedur invasif pada kardiovaskular (misalnya,

kateterisasi), emboli lemak (fraktur tulang panjang), emboli udara (kasus

dekompresi) (Arisetjiono & Munir, 2017) Stroke hemoragik, atau

hemoragi intrakranial, terjadi ketika pembuluh darah serebral ruptur.

Terdapat dua jenis stroke hemoragik: hemoragik intraserebral dan

hemoragik subaraknoid. Hemoragik intra serebebral sering kali terjadi

pada orang deawasa tau dengan peningkatan terus menerus pada tekanan

darah sistolik-diastolik. Hemoragik subaraknoid biasanya terjadi

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


1

pada orang yang lebih muda. Hemoragik intrakranial biasanya terjadi

secara tiba-tiba, sering kali ketika orang yang terkena sedang terlibat

beberapa aktivitas. Berbagai faktor dapat berkontribusi terhadap stoke

hemoragik, termasuk hipertensi, ruptur aneurisma intrakranial, trauma,

pengikisan pembuluh darah karena tumor, malformasi artesivenosa, terapi

koagulan, dan gangguan darah (LeMone, M.Burke & Bauldof, 2017)

Karena hasil dari ruptur pembuluh darah, darah memasuki jaringan

otak, atau ruang subaraknoid, menekan jaringan yang dekat dan

menyebabkan pembuluh darah spasme dan edema otak. Darah di ventrikes

atau ruang subaraknoid mengiritasi meningens dan jaringan otak

menyebaban reaksi inflamasi sehinggga menganggu absorbsi dan sirkulasi

CSS. Awitan manifestasi dari stroke hemoragik berlangsung cepat,

manifestasi bergantung pada lokasi hemoragi (LeMone, M.Burke &

Bauldof, 2017)

Menurut Gofir (2020) Faktor risiko yang menyebabkan stroke

terbagi menjadi dua yaitu: faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor

yang dapat dikendalikan. Faktor yang tidak dapat dikendalikan yaitu faktor

risiko alami yang dimiliki semua orang seperti usia, jenis kelamin riwayat

keluarga, dan ras. Pada umumnya usia yang yang sering terserang stroke

adalah orang-orang berusia lanjut (diatas 55 tahun) dibandingkan pada

dewasa muda dan anak-anak. Seiring dengan bertambahnya usia tekanan

darah akan cenderung meningkat karena kondisi tubuh yang sudah tidak

sepenuhnya normal dan pola hidup yang berubah. Selain itu, stroke juga

bisa menyerang anak-anak maupun orang dewasa, walaupun orang-orang

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


1

lanjut usia lebih cenderung berisiko terkena stroke. Stroke yang

menyerang anak-anak maupun dewasa muda lebih banyak disebabkan oleh

perdarahan dan infark serebri. Jenis kelamin memiliki sedikit perbedaan

antara pria dan wanita. Pria memiliki risiko stroke yang lebih tinggi dari

pada wanita namun angka kematian yang disebabkan stroke sering terjadi

pada wanita. Riwayat keluarga merupakan hal yang ditidak bisa

dimodifikasi karena jika seseorang memiliki anggota keluarga dengan

riwayat stroke maka risiko stroke akan lebih meningkat (Gofir, 2020)

Sedangkan untuk ras sendiri menurut penelitian yang dilakukan di

Amerika Serikat menunjukkan bahwa orang Amerika yang berasal dari

Afrika (ras kulit hitam) cenderung berisiko tinggi terkena stroke

dibandingkan dengan ras kaukasoid (berkulit putih). Hal ini disebabkan

oleh predisposisi genetik, prevalansi hipertensi yang tinggi dan faktor

sosio- ekonomi (Gofir, 2020)

Faktor yang dapat dikendalikan yaitu faktor yang berhubungan

dengan gaya hidup yang tidak sehat yang dapat dikurangi atau

dihilangkan. Gaya hidup merupakan perilaku sehari-hari seseorang yang

pada akhirnya menjadi kebiasaan. Contohnya seperti penyakit hipertensi,

dislipidemia, diabetes melitus, kegemukan, kelainan jantung, kebiasaan

merokok, diet, mengkonsumsi alkohol, dan aktivitas fisik yang minim.

Hipertensi menyebabkan terjadinya gangguan pada fungsi dan struktur

otak seseorang dengan mekanisme gangguan vaskular. Stroke karena

hipertensi disebabkan oleh perubahan patologis pada pembuluh darah

serebral dalam jaringan otak. Selain itu, hipertensi menyebabkan

terganggunya kemampuan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


1

autoregulasi pembuluh darah otak dimana aliran darah ke otak akan

menjadi lebih kecil dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai

tekanan darah normal. Pengendalian tekanan darah akan menurun kan

risiko stroke berulang (Gofir, 2020)

Pengendalian risiko stroke karena hipertensi dapat dilakukan

dengan cara mengkonsumsi obat hipertensi sesuai dengan anjuran dan

menghindari hal-hal yang bisa menyebabkan tekanan darah meningkat.

Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid (lemak) yang

ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid didalam

darah. Kelainan fraksi lipid yang sering ditemukan adalah kenaikan

kadar kolesterol total yaitu kolesterol LDL (low density lipoprotein),

kenaikan kadar trigliserida dan penurunan kadar HDL (high density

lipoprotein). Tingginya kadar kolesterol didalam darah terutama LDL

akan menyebabkan terjadinya aterosklerosis dan penyakit jantung koroner

yang bisa menyebabkan stroke. Diabetes melitus adalah suatu penyakit

yang ditandai dengan kadar gula didalam darah jauh diatas normal dan

merupakan suatu penyakit jangka panjang. Tingginya kadar gula

didalam darah bisa menyebabkan aterosklerosis yang

menyerang pembuluh darah besar (makroangiophaty) dan pembuluh

darah kecil (microangiophaty), termasuk otak (Gofir, 2020)

Selain itu, tingginya kadar gula didalam darah menyebabkan area

infark yang semakin besar diotak karena asam laktat akibat terjadinya

metabolisme glukosa secara anaerobik yang merusak jaringan otak.

Kelainan jantung yang sering menyebabkan stroke adalah aterosklerosis,

disritmia jantung khususnya fibrilasi atrium, penyakit jantung iskemik,

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


1

infark miokard, dan gagal jantung. Terjadinya lesi di jantung mampu

melepaskan emboli ke sirkulasi arterial. Lesi yang terjadi adalah mural

thrombus karena infark yang lama atau yang terjadi pada fibrilasi atrium

kiri. Merokok dapat memicu terjadinya plak pada arteri, menurunkan

kadar HDL dan meningkatkan trigliserida yang memicu terjadinya

penyakit jantung koroner. Nikotin yang terkandung didalam rokok

membuat jantung jantung bekerja lebih keras sehingga laju tekanan

jantung dan tekanan darah menjadi meningkat. Sedangkan

karbonmonoksida akan terikat didalam darah menggantikan oksigen

sehingga terjadi penurunan kadar oksigen di arteri dan jaringan seluruh

tubuh, termasuk otak. Aktivitas fisik merupakan hal yang penting untuk

menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Manfaat yang didapatkan ketika

berolahraga adalah mengoptimalkan oksigen didalam tubuh, menurunkan

asam lemak, glukosa menjadi efisiensi, menurunkan potensi gangguan

irama jantung, menurunkan tekanan darah, menurunkan LDL dan

meningkatkan HDL (Gofir, 2020)

3. Proses Penyakit

Otak yang menyusun hanya 2% total berat badan tubuh menerima

sekitar 20% curah jantung setiap menit (sekitar 750 mL) dan terhitung untuk

20% konsumsi oksigen tubuh. Alirah darah serebral, khususnya dipembuluh

darah serebral dalam, sepenuhnya diatur oleh otak untuk memenuhi

kebutuhan metabolik. Pengaturan sendiri ini (juga disebut autoregulasi)

memungkinkan otak mempertahankan aliran darah yang konstan dari pada

mengubah tekanan darah sistemik. Akan tetapi, autoregulasi tidak efektif

ketika tekanan darah turun dibawah 50 mmHg atau meningkat diatas 160

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


1
mmHg. Peningkatan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


1

tekanan sistemik menyebabkan peningkatan aliran darah serebral dengan

resultan resistensi pembuluh darah serebral. Aliran darah juga meningkat

sebagai respon terhadap peningkatan konsentrasi karbondioksida,

peningkatan konsenterasi ion hidrogen dan penurunan konsenteras

(LeMone, M.Burke & Bauldof, 2017)

Ketika aliran darah dan oksigenasi ke neuron serebral menurun atau

terganggu akibat stroke, patofisologi berubah pada tingkat selular yang

berlangsung selama 4 hingga 5 menit. Setiap menit selama stroke, dua juta

sel otak mengalami kematian. Perubahan yang berlangsung merupakan hasil

rantai reaksi kimia yang disebut kaskade iskemik. Proses ini terjadi dalam 3

tahap yaitu: kematian sel pertama, kematian sel kedua, dan inflamasi dan

respons imun (LeMone, M.Burke & Bauldof, 2017)

Kematian sel pertama dimulai karena suplai darah terpotong ke area

otak, menyebabkan iskemia diarea inti jaringan otak yang terlibat.

Anoreksia dan kurangnya nutrisi ke sel mengenai mitokondria sel, secara

esensial menurunkan sel pada sumber energi mereka. Karena kerusakan

mitokondria, mereka melepaskan radikal bebas oksigen (seperti glutamate)

kedalam sitoplasma kemudian menghancurkan struktur intraseluler lainnya.

Ketika saluran membran sel terbuka maka memungkinkan kalsium, natrium

dan kalium masuk ke sel. Pada saat itu juga, sel yang terkena akan

melepaskan asam amino eksitatori kedalam ruang intraseluler yang

menyebabkan hemeostatis menjadi hilang dan air kemudian masuk ke dalam

sel (edema sitotoksik) dan secara cepat menjadi infak dan nekrotik. Proses

ini dimulai

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


1

dalam waktu 4 menit sampai 5 menit setelah terserang stroke dan dapat

berlangsung 2 jam hingga 3 jam (LeMone, M.Burke & Bauldof, 2017)

Kematian sel kedua terjadi akibat pajanan terhadap jumlah glutamate,

oksida nitrat, radikal bebas yang berlebihan, dan asam amino eksitatori yang

dilepaskan dari sel yang mengalami infak dan nekrotik. Sel ini, pada saat

awal kerusakan memiliki suplai darah yang cukup untuk hidup beberapa

jam. Jika suplai darah disimpan kembali ke sel ini dalam 2 hingga 3 jam

maka beberapa sel akan hidup dan berfungsi kembali. Area sel yang hidup

dan area sekitar sel yang mengalami kematian dan nekrotik disebut

penumbra (LeMone, M.Burke & Bauldof, 2017)

Ketika proses kematian sel yang kedua terjadi, sistem imun tubuh

kemudian mengalami kerusakan lebih lanjut melalui reaksi inflamasi yang

disebabkan oleh sistem vaskular. Kerusakan awal menarik leukosit ke area

yang rusak, leukosit kemudian memenetrasi dinding endotelial, bergerak

melalui pembuluh darah otak, dan menyerbu substansi otak yang

menyebabkan cedera dan kematian sel lebih lanjut. Monosit dan makrofag

melepaskan zat kimia inflamasi yaitu sitokin, interleukin, dan faktor

nekrosis jaringan pada daerah yang mengalami cedera untuk menghambat

pelepasan aktivator plasmino gen jaringan dan membuat faktor anti

pembekuan menjadi tidak berfungsi. Hal ini lah yang membuat tubuh tidak

mampu untuk melarutkan bekuan (LeMone, M.Burke & Bauldof, 2017)

Stroke ditandai dengan defisit neurologis yang bertahap atau cepat

akibat penurunan aliran darah serebral. Defisit neulorogis yang terjadi

sebagai akibat stroke sering digunakan untuk mengidentifikasi lokasi yang

mengalami

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


1

infark. Karena jarak motorik melintasi persimpangan medula dan korda

spinal, hal ini menyebabkan perubahan fungsi sensorimotorik pada sisi

tubuh yang berlawanan dengan sisi otak yang rusak. Hal ini dikenal sebagai

defisit kontralateral yang berarti stroke terjadi pada hemisfer kanan otak

dimanifestasikan dengan terjadinya defisit neurologis pada sisi tubuh

sebelah kiri dan begitu juga sebaliknya (LeMone, M.Burke & Bauldof,

2017).

4. Manifestasi Klinik

Menurut Black & Hawks (2014) manifestasi stroke beragam dapat

berhubungan dengan penyebabnya dan bagian otak yang perfusinya

terganggu, arteri serebral bagian tengah adalah bagian yang paling sering

terjadi stroke iskemik. Gangguan yang terjadi pada klien juga bermacam-

macam, tergantung pada apakah bagian otak yang terkena adalah bagian

dominan atau nondominan. Tingkat penurunan fungsi juga dapat dimulai

dari gangguan kecil sampai kehilangan fungsi tubuh yang serius (Black &

Hawks, 2014)

Beberapa manifestasi klinis yang sering dijumpai pada penderita

stroke diantaranya hemiparesis dan hemiplegia, hemiparesis (kelemahan)

atau hemiplegia (paralisis) dari satu bagian tubuh bisa terjadi setelah stroke.

Penurunan kemampuan ini biasanya disebabkan oleh stroke arteri serebral

anterior atau media sehingga mengakibatkan infark pada bagian otak yang

mengontrol gerakan (saraf mototrik) dari korteks bagian depan. Hemiplegia

menyeluruh bisa terjadi pada setengah bagian dari wajah dan lidah, juga

pada lengan dan tungkai pada sisi bagian tubuh yang sama. Kerusakan

sistem syaraf otonom dan saraf sensorik mengakibatkan pasien mengalami

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


1

gangguan sensibilitas. Selain itu, terjadi juga penurunan kesadaran. Terjadi

juga gangguan komunikasi yaitu afasia, afasia adalah penurunan

kemampuan berkomunikasi, afasia bisa melibatkan beberapa atau seluruh

aspek dari komunikasi termasuk berbicara, membaca, menulis, dan

memahami pembicaraan (Black & Hawks, 2014)

Afasia dibagi menjadi tiga yaitu, afasia wernick (sensori atau

penerima) mempengaruhi pemahaman berbicara sebagai hasil dari infark

pada lobus temporal pada otak, pasien dengan afasia wernick bisa

berbicara dengan artikulasi dan struktur yang benar tapi kurang dalam

makna. Afasia broca (ekspresi atau motorik) mempengaruhi produksi

bicara sebagai hasil dari infark pada lobus frontal pada otak, pasien

dengan afasia broca memiliki tingkat kesulitan memproduksi bicara yang

bervariasi, dan kata apa yang dikeluarkan diucapkan dengan perlahan dan

susah payah dan artikulasi yang buruk. Afasia global mempengaruhi baik

komperhensif berbicara dan produksi bicara, biasanya mengulangi bunyi

yang sama dengan apa yang mereka dengar dan memiliki pemahaman

yang buruk (Black & Hawks, 2014) Gangguan bicara lainnya yang biasanya

dialami pasien stroke adalah disaritria. Disaritria adalah kondisi artikulasi

yang diucapkan tidak sempurna yang menyebabkan kesulitan dalam

berbicara. Pasien dengan disaritria paham dengan dengan bahasa yang

diucapkan seseorang namun kesulitan dalam melafalkan kata dan tidak

jelas dalam pengucapannya.(Black &

Hawks, 2014)

Manifestasi klinis lainya adalah disfagia atau gangguan menelan,

menelan adalah proses yang komplek karena melibatkan beberapa fungsi

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


2
dari

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


2

saraf kranial. Saat mulut terbuka melibatkan saraf kranial V trigeminus,

lidah harus tertutup saraf kranial VII fasial, mulut harus bisa merasakan

jumlah dan kualitas gumpalan makanan yang ditelan saraf kranial V

trigeminus dan VII fascialis. Dan harus bisa mengirimkan pesan ke pusat

menelan saraf kranila V nerfus fascialis dan IX nervus glosofaringeus

(Black & Hawks, 2014)

Pasien stroke biasanya akan mengalami apraksia, kondisi yang

mempengaruhi integritas motorik kompleks, pasien dengan apraksia tidak

bisa melakukan beberapa keterampilan seperti berpakaian walaupun mereka

tidak lumpuh. Pasien dengan apraksia mungkin bisa merasakan atau

mengkonseptualisasikan isi pesan yang dikirim otot, namun pola atau skema

motorik penting untuk mengantarkan pesan implus tidak dapat diperbaiki.

Oleh sebab itu akurasi dari instruksi dari otak tidak sampai ke bagian tangan

dan kaki, sehingga gerakan yang diinginkan tidak terjadi (Black & Hawks,

2014)

Perubahan pengelihatan, pasien stroke pada lobus parietal atau

temporal bisa menganggu jaringan pengelihatan dari saluran optik ke

korteks oksipital dan menganggu ketajaman pengelihatan. Persepsi

kedalaman dan pengelihatan pada garis horizontal dan vertikal juga

terganggu. Gangguan pengelihatan lainnya adalah hemianopia homonimus,

yang merupakan kehilangan pengelihatan pada setengah bagian yang sama

dari lapang pandang setiap matajadi pasien hanya bisa melihat setengah dari

pengelihatan normal. Contohnya pasien mungkin bisa melihat dengan jelas

pada garis tengah pada satu bagian mata tapi tidak dapat melihat melewati

garis tengah tanpa memutar kepala ke sisi bagian tersebut (Black & Hawks,

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


2
2014)

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


2

Sindrom horner adalah paralisis pada saraf simpatik ke mata yang

menyebabkan tenggelamnya bola mata, ptosisbagian atas kelopak mata,

bagian bawah kelopak mata sedikit terangkat, pupil mengecil, dan air mata

berkurang (Black & Hawks, 2014)

Agnosia merupakan gangguan pada kemampuan mengenali benda

melalui indra. Tipe yang paling sering terjadi adalah agnosia pada indra

pengelihatan dan pendengaran, pasien dengan agnosia pengelihatan bisa

melihat benda tapi tidak dapat mengenali benda tersebut. Disorientasi terjadi

karena ketidakmampuana mengenali tanda-tanda dari lingkungan, wajah

yang familier, atau simbol-simbol. Pasien dengan agnosia pedengaran tidak

dapat memahami arti bunyi karena kehilangan pendengaran atau kesadaran

(Black & Hawks, 2014)

Negleksi unilateral adalah ketidakmampuan seseorang untuk

merespons stimulus pada bagian kontralateral dari bagian infark serebral,

pasien yang mengalami negleksi biasanya mengalami kegagalan dalam

memberikan perhatian pada satu sisi bagian tubuh, melaporkan atau

merespons stimulus pada satu sisi bagian tubuh menggunakan salah satu

ekstermitas dan mengrahakan kepala atau mata ke salah satu sisi. Sebagai

contoh dari pasien yang mengalami negleksi uniralateral adalah tidak

mempercayai bahwa lenganya adalah bagian dari anggota tubuhnya, pasien,

mungkin menyangkal bahwa anggota gerak tubuhnya lumpuh padahal

padahal hal tersebut benar terjadi (Black & Hawks, 2014)

Penurunan sensorik, penurunan ini terjadi pada bagian sisi

kontralateral tubuh dan biasanya disertai dengan hemiplegia atau

hemiparesis. Kondisi

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


2

hemiparesis (kehilangan sensai pada bagian satu sisi tubuh) biasanya tidak

dirasakan oleh klien. Sensasi pada permukaan seperti nyeri, sentuhan,

teakanan, dan suhu bisa berpengaruh dalam tingkatan yang berbeda-beda.

Parastesia bisa digambarkan sebagai rasa nyeri terbakar yang persisten;

perasaan keberatan, kebas, kesemutan, atau rasa tertusuk; atau rasa sensasi

yang meningkat. Gangguan pada propriosepsi (kemampuan untuk menerima

hubungan antara bagian tubuh dengan lingkungan luar) dan gangguan rasa

bagian postural bisa terjadi dengan kondisi penurunan rasa pada sendi otot.

Hal ini bisa berdampak sangat serius pada kemampuan klien untuk bergerak

karena kurangnya kontrol keseimbangan dan gerakan yang tidak sesuai.

Klien berisiko tinggi jatuh karena kecenderungan kesalahan posisi kaki pada

saat berjalan (Black & Hawks, 2014)

Perubahan Perilaku, berbagai macam dari bagian-bagian otak yang

membantu kontrol perilaku dan emosi. Otak dapat dikatakan sebagai

pengontrol emosi. Ketika otak tidak berfungsi sebagaimana mestinya, reaksi

dan respons emosi menghambat fungsi kontrol tersebut. Perubahan perilaku

setelah stroke adalah hal yang sering terjadi. Pasien mungkin akan

memperlihatkan efek datar, penurunan spontanitas, selalu terdistraksi, dan

pelupa. Klien mungkin akan mengalami emosi yang labil dan tiba-tiba

menangis atau bisa juga tertawa tanpa ada sebab, tapi hal ini jarang terjadi.

Pada kondisi ini sedikit hubungan atau tidak ada hubungan antara emosi

dengan apa yang terjadi di lingkungan orang tersebut (Black & Hawks,

2014) Inkontinensia, stroke bisa menyebabkan disfungsi pada sistem

pencernaan dan perkemihan. Salah satu tipe neurologis perkemihan adalah

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


2

tidak dapat menahan kandung kemih, kadang terjadi setelah stroke. Saraf

mengirim pesan kondisi kandung kemih yang penuh ke otak, tapi otak tidak

mengartikan pesan ini dengan benar dan tidak meneruskan pesan untuk

tidak mengeluarkan urine ke kandung kemih. Hal ini mengakibatkan kondisi

sering berkemih, merasa sangat ingin buang air kecil, dan inkontinensia.

Terkadang klien dengan tipe neurologis pada pencernaan mengalami

kesulitan dalam buang air besar. Penyebab lain dari inkontinensia bisa

karena kehilangan ingatan sementara, tidak ada perhatian, faktor-faktor

emosional, ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan pada mobilitas fisik,

dan infeksi. Durasi serta tingkat keparahan disfungsi tersebut bergantung

pada luas dar lokasi infark (Black & Hawks, 2014)

5. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin muncul pada pasien penderita stroke

mencakup defisit sensoriperseptual, perubahan kognitif, dan perilaku,

gangguan komunikasi, defisit motorik, dan gangguan eliminasi.hal ini

dapat sementara atau permanen, tergantung pada derajat iskemia dan

nekrosis dan juga waktu terapi. Sebagai akibat dari defisit neurologis,

pasien yang mengalami stroke mengalami komplikasi yang melibatkan

banyak sistem tubuh berbeda. Disabilitas akibat stroke seringkali

menyebabkan perubahan serius pada status kesehatan fungsional

(LeMone, M.Burke & Bauldof, 2017)

Menurut Munir (2017) komplikasi lain yang sering terjadi akibat

stroke yaitu kejang, trombosis vena dalam dan emboli pulmonum, serta

komplikasi lainnya seperti dekubitus, bekuan darah, pneumonia,

penurunan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


2

kekakuan otot dan sendi, stress dan nyeri pundak dan

subluxation/dislokasi. Kejadian kejang terjadi sekitar 4-8% pada pasien

stroke. Stroke yang sering menimbulkan kejang adalah stroke yang

mengenai daerah kortikal. Kejang yang sering terjadi disebut early seizure

atau kejang dini yang sering terjadi pada stroke embolik dibandingkan

trombotik. Trombosis vena dalam dan emboli pulmonum adalah

komplikasi yang sangat berbahaya yang bisa menyebabkan kecacatan

hingga kematian. Selain itu akibat berbaring terlalu lama ditempat tidur

bisa menimbulkan masalah emosional dan fisik diantaranya dekubitus

yaitu luka lecet yang terjadi dibagian tubuh yang menjadi tumpuan

berbaring seperti pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit. Jika dibiarkan

maka luka ini akan menjadi infeksi. Bekuan darah mudah terjadi pada

ekstremitas yang mengalami kelumpuhan, penumpukan cairan dan

pembengkakan, serta embolisme paru.

Pneumonia terjadi karena penderita stroke tidak dapat batuk dan

menelan dengan baik sehingga cairan menjadi terkumpul diparu-paru dan

menjadi infeksi. Kekakuan otot dan sendi diakibatkan penderita stroke

berbaring terlalu lama. Stress akan dirasakan oleh setiap penderita stroke

yang khawatir akan masa depannya dan merasa tidak berdaya akibat

menurunnya fungsi tubuh. Nyeri pundak dan subluxation dislokasi adalah

suatu kondisi dimana keadaan pangkal bahu yang lepas dari sendinya. Hal

ini disebabkan oleh otot yang mengontrol sendi rusak akibat gerakan yang

dilakukan saat berganti pakaian atau saat ditopang orang lain (Munir,

2017).

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


2

C. Penatalaksanaan

1. Terapi

Terapi obat diberikan bertujuan untuk memperbaiki aliran darah ke

otak dan untuk menghentikan kerusakan sel dan jaringan otak yang

berkaitan dengan iskemik periode waktu yang disebut Golden Period yang

berkisar antara 3-6 jam dan theraupeutic window berkisar 12-24 jam.

Penatalaksanaan yang diberikan terhadap pasien dengan stroke adalah

upaya untuk membantu mengurangi luas kerusakan diotak yang sudah

terjadi dan mencegah kerusakan akibat sumbatan dan perdarahan yang

lebih luas. Terapi ini juga diharapkan mampu menyelamatkan nyawa

pasien dan mencegah kemungkinan cacat jangka panjang. Terapi diberikan

sesuai dengan jenis stroke yang menyerang pasien. Pasien dengan stroke

non hemoragik akan diberikan terapi antikoagulan, antiplatelet,

fibrinolotik, obat antihipertensi, obat antidiabetes, dan obat antidisplidemia

(LeMone, M.Burke & Bauldof, 2017)

a. Antikoagulan

Obat ini merupakan obat-obatan yang berfungsi untuk mengencerkan

darah yang mengental. Contoh obat antikoagulan adalah Warfarin

(LeMone, M.Burke & Bauldof, 2017)

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


2

b. Antipalatelet

Obat ini merupakan obat-obatan yang cara kerjanya menghambat

agregasi platelet dan pembentukan trombus di dalam tubuh. Contoh

obat antiplatelet adalah Aspirin, Klopidogrel, dan Aspirin-

Dipiradamol (LeMone, M.Burke & Bauldof, 2017)

c. Fibrinolitik

Obat ini diberikan secara intravena dalam keadaan stroke iskemik

akut. Cara kerjanya secara umum adalah secara cepat melisiskan atau

menghancurkan trombus atau bekuan darah dengan mengubah

plasminogen menjadi plasmin. Plasmin merupakan enzim yang dapat

mengurai fibrin yang merupakan zat pengikat dari trombus. Contoh

obat golongan ini adalah rTPA (recombinat Tissue Plasminogen

Activator / Alteplase dan Streptokinase (LeMone, M.Burke &

Bauldof, 2017)

d. Obat antihipertensi

Obat ini berfungsi untuk mengendalikan tekanan darah pasien. Contoh

golongan obat ini adalah Captopril, Lisinopril, Hidroklorotiazid

(LeMone, M.Burke & Bauldof, 2017)

e. Obat antidiabetes

Obat ini merupakan terapi penyerta apabila pasien mengalami stroke

dengan diabetes melitus. Obat ini diberikan sesuai dengan indikasi

yang telah diberika oleh dokter. Contoh golongan obat ini adalah

Metformin dan Akarbose (LeMone, M.Burke & Bauldof, 2017)

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


2

f. Obat antidisplidemia

Obat ini merupakan obat yang diberikan pada penderita stroke dengan

kadar kolesterol tinggi didalam darah. Contoh golongan obat ini

adalah Simvastatin dan Atorvastatin (LeMone, M.Burke & Bauldof,

2017)

2. Pembedahan

Pembedahan dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya stroke, untuk

mengembalikan aliran darah ketika stroke terjadi, atau untuk memperbaiki

kerusakan vaskular atau malformasi. Pada orang yang mengalami trans

ischemia attack (TIA) atau dalam bahaya mengalami stroke lainnya,

endarterektmomi karotis pada bifurkasi arterikkarotis dapat dilakukan

untuk menghilangkan plak aterosklerosis (LeMone, M.Burke & Bauldof,

2017)

3. Rehabilitasi

Berbagai jenis terapi antardisiplin diperlukan untuk rehabilitasi pasca

stroke, diataranya:

a. Terapi fisik dapat membantu mencegah kontraktur dan memperbaiki

kekuatan dan koordinasi otot. Terapi fisik mengajarkan latihan untuk

memampukan pasien belajar kembali cara berjalan, duduk, berbaring,

dan mengubah dari satu gerakan ke gerakan lain.

b. Terapi okupasi, memberi alat bantu dan merencanakan memperoleh

kembali keterampilan motorik yang hilang yang sangat memperbaiki

kualitas hidup setelah stroke. Keterampilan ini termasuk makan,

minum, mandi, memasak, membaca, menulis, dan toileting

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


3

c. Terapi bicara, diberikan untuk membantu pasien memperbaiki

menelan dan juga cara mempelajari kembali keterampilan bahasa dan

komunikasi (LeMone, M.Burke & Bauldof, 2017)

D. Pengkajian Keperawatan

Menurut Munir (2017) pengkajian keperawatan merupakan tahap yang

paling awal dari proses keperawatan dan merupakan sebuah proses yang

sistematis karena dalam proses pengumpulan data harus dari berbagai

sumber data agar bisa dapat mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan pasien. Data yang harus dikumpulkan juga harus secara holistik

meliputi bio- psiko-sosial-spiritual. Dalam proses pengkajian ada dua tahap

yang dilakukan yaitu pengumpulan data dan analisa data. Pengumpulan data

dan analisa data meliputi:

1. Identitas pasien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, agama,

pekerjaan, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor

rekam medis dan diagnosa medis.

2. Keluhan utama

Keluhan utama yang sering ditemukan biasanya gangguan sistem

motorik yaitu kelemahan pada anggota gerak sebelah badan, bicara cadel

dan tidak mampu berkomunikasi, nyeri kepala, gangguan sistem

sensorik, kejang, dan penurunan kesadaran.

3. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke didahului dengan serangan awal yang biasanya tidak

disadari pasien, gejala yang sering terjadi pada awal serangan berupa

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


3

kesemutan dan rasa lemah pada salah satu atau keseluruhan esktremitas.

Pada stroke hemoragik, serangan terjadi secara mendadak pada saat pasien

beraktivitas. Biasanya terjadi kelumpuhan pada separuh badan nyeri

kepala, mual, muntah, kejang bahkan penurunan kesadaran serta defisit

neurologis lainnya.

4. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit pada pasien yang sering ditemukan yaitu hipertensi,

diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,

penggunaan obat-obatan anti koagulan, vasodilator, aspirin dan obesitas.

5. Riwayat penyakit keluarga

Faktor risiko penyebab stroke yang merupakan penyakit keturunan yaitu

hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit jantung.

6. Riwayat psikososial

Stroke merupakan penyakit yang memerlukan biaya yang mahal untuk

pemeriksaan, pengobatan dan perawatan. Hal ini dapat mempengaruhi

stabilitas perekonomian keluarga sehingga keluarga bisa merasa cemas dan

stress.

7. Pemeriksaan fisik

a. Kesadaran

Kuantitatif: pemeriksaan fungsi mental keseluruhan dan derajat

kewaspadaan. Skala GCS:

Respon membuka mata Eye:

1) Membuka mata spontan: 4

2) Membuka mata denga perintah: 3

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


3

3) Membuka mata dengan rangsangan nyeri: 2

4) Tidak bisa membuka mata sama sekali: 1

Respon berbicara Verbal:

1) Orientasi sempurna (diri, tempat, dan waktu): 5

2) Disorientasi (tidak sesuai antara pertanyaan dan jawaban): 4

3) Hanya mengeluarkan kata: 3

4) Hanya mengeluarkan suara: 2

5) Tidak bersuara sama sekali: 1

Respon gerakan Motorik:

1) Bisa melakukan gerakan sesuai perintah: 6

2) Melokalisir nyeri: 5

3) Withdrawing (menarik dari rangsangan nyeri): 4

4) Posisi decorticate (posisi ekstermitas bawah kaku tegang posisi

lurus dan estermitas atas fleksi): 3

5) Posisi decerbrete (posisi esktermitas atas dan bawah lurus dan

kaku): 2

6) Tidak bergerak sama sekali: 1

b. Tanda-tanda vital

Meliputi tekanan darah yang biasanya pada pasien yang memiliki riwayat

hipertensi dengan tekanan sistole >140 dan diastole >80. Nadi pasien

biasanya dalam keadaan normal. Pernapasan terjadi gangguan pada jalan

napas akibat penurunan kesadaran dan suhu biasanya dalam keadaan

normal.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


3

c. Rambut

Tidak ditemukan masalah

d. Wajah

Tampak simetris dan pucat. Pada pemeriksaan nervus V Trigeminal): bila

pasien sadar maka pasien mampu menyebutkan lokasi yang diberikan

usapan dan ketika pasien mengalami penurunan kesadaran, makan

dilakukan usapan pada kornea mata dan pasien akan menutup kelopak

mata. Pada nervus VII (Facialis) : alis mata simetris, mampu mengangkat

alis, mengernyitkan dahi dan hidung, pada pasien tertentu mereka tidak

mampu untuk menggembung pipi atau terjadi ketidaksimetrisan pada saat

menggembungkan pipi dan kesulitan untuk mengunyah.

e. Mata

Konjungtiva unanemis, sklera unikterik, pupil isokor dan kelopak mata

tidak edema. Pada pemeriksaan nervus II (Optikus): lapang pandang

pasien 90º dan visus 6/6. Pada nervus III (Okulomotorius): diameter pupil

2mm pada mata kanandan kiri pupil isokor terkadang unisokor, palpebra

dan reflek kedip bisa dinilai jika pasien membuka mata. Nervus IV

(Troklearis): pasien mampu mengikuti arahan tangan perawat ke atas dan

ke bawah. Nervus VI (Abdusen): pasien mampu mengikuti arahan perawat

untuk melihat ke kanan dan ke kiri.

f. Hidung

Pada pemeriksaan nervus I (Olfaktorius): pasien mampu menyebutkan bau

yeng diberikan perawat namun pasien yang mengalami gangguan

penciuman tidak mampu untuk menyebutkan bau yang diberikan. Nervus

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


3

VIII (Akustikus): pasien yang tidak mengalami kelemahahn ekstremitas

atas mampu melakukan keseimbangan gerak tangan dan hidung.

g. Mulut dan gigi

Pada pasien dengan tingkat kesadaran apatis, supor, soporos koma hingga

koma akan mengalami masalah bau mulut, gigi tampak kotor, dan mukosa

bibir kering. Pada pemeriksaan nervus VII (Facialis): lidah mampu

mendorong pipi ke kiri dan ke kanan, bibir simetris, dan mampu menyebut

rasa asam dan manis. Pada nervus IX (Glossofaringeal): ovule yang

terangkat tidak simetris, mencong ke arah tubuh yang lemah. Pada nervus

XII (Hipoglasus): ada pasien yang mampu menjulurkan lidah namun ada

juga pasien yang tidak mampu menjulurkan lidah bahkan lidahnya

mengalami lateralisasi.

h. Telinga

Daun telinga simetris. Pada pemeriksaan nervus VIII (Akustikus): pasien

mampu mendengar suara gesekan tangan perawat.

i. Leher

Pada pemeriksaan nervus X (Vagus): adanya gangguan menelan.

Pemeriksaan kaku kuduk (+) karena adanya tahanan atau nyeri dan

burdzensky 1 positif, bila ada fleksi pada kedua tungkai dan sendi lutut.

j. Thorak

Paru-paru dilakukan inspeksi: simetris kiri dan kanan, palpasi: fremitus

sama antara kiri dan kanan, perkusi: normal (sonor), auskultasi: vesikuler.

Jantung dilakukan inspeksi: iktus cordis tidak terlihat, palpasi: ictus cordis

teraba, perkusi: batas jantung normal dan auskultasi: vesikuler.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


3

k. Abdomen

Inspeksi: simetris, tidak terdapat asites, palpasi: hepar tidak teraba,

perkusi: suara timpani, auskultasi: bising usus pasien terdengar

l. Ekstremitas

Atas: terpasang infus bagian dextra/sinistra. CRT <2detik. Pada

pemeriksaan nervus XI (Aksesorius): pada pasien dengan stroke

hemoragik tidak mampu melawan tahanan pada bahu yang diberikan pada

perawat. Pada pemeriksaan refleks, ketika siku diketuk tidak ada respon

apa-apa. Tidak ada flexi maupun ekstensi pada pemeriksaan reflex bicep

dan pada pemeriksaan tricep tidak ada fleksi dan supinasi. Sedangkan pada

pemeriksaan reflek Hoffman Tromer jari tidak mengembang ketika diberi

reflek.

Bawah: pada pemeriksaan reflek burdzensky I kaki kiri pasien fleksi pada

kedua tungkai dan sendi lutut (+), pada pemeriksaan reflek babinsky (+)

ditandai dengan timbul dorsum flexi ibu jari kaki, diikuti dengan

pengembangan dan ekstensi jari-jari kaki (flanning). Pemeriksaan reflek

caddok melakukan penggoresan melingkari meleolus sampai kulit dorsum

pedis bagian lateral atau eksterna, hasil (+) sama dengan refleks babinski.

Menurut Munir (2017) Pasien dengan stroke biasanya mengalami

kelumpuhan dan penurunan kekuatan otot, penilaian kekuatan otot:

1) 5: Normal (mampu melawan tahanan yang diberikan pemeriksa

dengan kekutan penuh)

2) 4: Bisa melawan gravitasi, dapat mempertahankan gravitasi dan dapat

melawan tahanan sedang

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


3

3) 3: Bisa melawan gravitasi, sulit mempertahankan gravitasi dan dapat

tahanan ringan

4) 2: Tidak bisa melawan gravitasi, masih ada pergerakan sendi dan otot

5) 1: Tidak bisa melawan gravitasi, sendi tidak bergerak, masih ada

gerakan kontraksi otot.

6) 0: Tidak bisa melawan gravitas, sendi tidak bergerak dan tidak ada

gerakan kontraksi otot

8. Pemeriksaan diagnostik

Menurut Black & Hawks (2014), pemeriksaan penunjang yang dilakukan

pada pasien stroke, sebagai berikut:

a. Radiologi

1) Angiografi serebri

Proses pemeriksaan dengan menggunakan sinar–X terhadap sirkulasi

serebri setelah zat kontras disuntikkan kedalam arteri yang sudah

ditentukan. Pemeriksaan ini juga digunakan untuk menyelidiki

adanya penyakit vaskular aneurisma dan malformasi arteriovena

serta untuk menentukan letak, ukuran, dan proses patologis sebelum

dilakukan kraniatomi. Pemeriksaan ini merupakan pilihan terakhir

apabila pemeriksaan CT-scan dan MRI diagnosis masih belum bisa

ditemukan.

2) Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan berbagai kelainan otak

dan pembuluh darah otak yang sangat kecil yang tidak dapat

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


3

dijangkau oleh CT-scan. Pemeriksaan ini juga untuk menentukan

posisi serta besar/luas nya infark akibat serangan stroke.

3) USG Dopler

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya penyakit

arteriovena (gangguan pada sistem karotis).

4) Computerized Tomography Scanning (CT-Scan)

Untuk memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi

hematoma, adanya jaringan otak yang mengalami infark atau

iskemia, serta posisinya secara pasti.

5) Elektroensefalografi (EEG)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan

dampak dari jaringan yang infark sehingga impuls listrik dalam

jaringan otak mengalami penurunan.;

b. Laboratorium

1) Pemeriksaan darah lengkap seperti hemoglobin, leukosit, trombosit,

dan eritrosit. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi apakah

pasien mengalami anemia. Leukosit bertujuan untuk mengetahui

apakah pasien mengalami penyakit sistem imun dan penyakit infeksi.

2) Tes darah koagulasi: pemeriksaan ini digunakan untup mengukur

kecepatan darah mengalami penggumpalan. Pemeriksaan ini terdiri

dari Prothrombin Time, Partial Thromboplastin (PTT), International

Normalized Ratio (INR) dan agregasi trombosit. Gangguan pada

penggumpalan darah dapat menyebabkan perdarahan atau

pemebekuan darah. INR digunakan untuk mengetahui apakah dosis

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


3

obat pengencer darah seperti Wafarin sudah diberikan dalam dosis

yang benar jika pasien mendapatkannya. PTT digunakan untuk

melihat apakah dosis heparin yang diberikan sudah sesuai.

3) Tes kimia darah: pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar

gula darah, kolesterol, asam urat, dll. Jika kadar gula darah dan

kolesterol diatas normal maka hal tersebut menjadi pertanda bahwa

pasien mengalami diabestes melitus dan jantung. Hal ini merupakan

faktor risiko terjadinya stroke.

9. Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola kebiasaan

Untuk mengidentifikasi adanya kebiasaan merokok dan penggunaan

minuman beralkohol.

b. Pola makan

Untuk mengkaji kebiasaan makanan yang dimakan pasien apakah

mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi yang memicu

terjadinya stroke dan mengkaji apakah terjadi gangguan menelan

setelah terserang stroke.

c. Pola tidur dan istirahat

Untuk mengkaji apakah pasien mengalami gangguan tidur dan

istirahat akibat nyeri pada otot.

d. Pola aktivitas dan latihan

Untuk mengkaji apakah pasien melakukan olahraga dan kegiatan

kemasyarakatan pada saat sebelum stroke dan mengkaji kesulitan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


3

melakukan aktivitas akibat kelemahan atau kelumpuhan setelah

terserang stroke.

e. Pola eliminasi

Untuk mengkaji bagaimana pola BAB dan BAK sebelum dan sesudah

terserang stroke.

f. Pola hubungan dan peran

Terjadi perubahan hubungan dan peran akibat dari hambatan dalam

beraktivitas dan hambatan dalam berkomunikasi.

g. Pola persepsi dan konsep diri

Untuk mengkaji bagaimana persepsi dan konsep diri pasien setelah

terserang stroke. Hal yang biasa ditemukan adalah pasien merasa

cemas, takut, tidak berdaya dan kehilangan harapan akibat penurunan

fungsi tubuh.

E. Diagnosa Keperawatan

Menurut Tim Pokja DPP PPNI (2017) diagnosis keperawatan merupakan

suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan

atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual

maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi

respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang

berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017)

Menurut LeMone, Burke, & Bauldof (2017) dan Tim Pokja SDKI DPP

PPNI (2017), diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien stroke

adalah sebagai berikut.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


4

1. Resiko perfusi serebral tidak efektif yang berhubungan dengan infark

jaringan otak, vasospasme serebral, edema serebral dan peningkatan

tekanan intrakranial.

2. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan

neuromaskuler, kelemahan anggota gerak.

3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan gangguan fungsi

bicara.

4. Defisit nutrisi yang berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna

makanan, penurunan fungsi nervus hipoglasus dan vagus.

5. Gangguan eliminasi urine (inkontinesia urine) yang berhubungan dengan

distensi kandung kemih.

6. Resiko konstipasi yang berhubungan dengan berkurangnya peristaltik

usus akibat tirah baring.

7. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan hemiparase/hemiplegia.

F. Perencanaan Keperawatan

Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) intervensi keperawatan

adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat, yang didasarkan pada

pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang

diharapkan. Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik

yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi

keperawatan (PPNI, 2018)

Menurut LeMone, Burke, & Bauldof (2017), Tim Pokja SIKI DPP

PPNI (2018), Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) perencanaan keperawatan

untuk pasien stroke meliputi:

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


4

1. Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif yang berhubungan

dengan infark jaringan otak, vasospasme serebral, edema serebral

dan peningkatan tekanan intrakranial.

Definisi: Risiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak (PPNI,

2017)

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam maka

diharapkan perfusi jaringan serebral (keadekuatan aliran darah serebral

untuk menunjang fungsi otak) meningkat (PPNI, 2019)

Kriteria hasil: kesadaran pasien meningkat dan kognitif meningkat.

Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, refleks saraf membaik, pasien

tenang, tidak ada penambahan disfungsi neurologis, sakit kepala

menurun. Tanda- tanda vital dalam batas normal: tekanan darah 110/70 –

120/80 mmHg, nadi 60-100 x/menit, nafas 16-20 x/menit, suhu 36,5-

37,5ºC

Intervensi:

a. Identifikasi adanya nyeri kepala, penurunan kekuatan otot, reflek

pupil, reflek menelan, hemiplegia dan tanda babinsky

Rasional: Pemantauan status neurologi dilakukan untuk mendeteksi

adanya perubahan pada status mental, gerakan, kekuatan dan

peningkatan TIK.

b. Monitor tingkat kesadaran

Rasional: Kesadaran merupakan tanda terbaik ada nya perubahan

neurologi.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


4

c. Monitor tanda-tanda vital

Rasional: Perubahan tanda vital seperti respirasi menunjukkan

adanya kerusakan pada batang otak.

d. Monitor status neurologi

Rasional: Untuk mengetahui adanya perubahan defisit neurologi

lebih lanjut

e. Monitor pupil, ukuran, bentuk, reaksi terhadap cahaya dan gerakan

bola mata

Rasional: Untuk mengetahui adanya kerusakan fungsi nervus II, III,

dan VI, posisi dan gerakan bola mata mampu membantu menemukan

lokasi kerusakan area otak yang terlibat.

f. Monitor pernapasan meliputi pola dan irama

Rasional: Napas yang mengalami gangguan atau yang tidak teratur

menunjukkan adanya gangguan serebral atau terjadi peningkatan

TIK.

Hal ini memerlukan upaya lebih lanjut seperti bantuan pernapasan

g. Berikan posisi kepala 15-30 derajat

Rasional: Untuk memfasilitasi drainase vena dari otak dan mencegah

terjadinya peningkatan TIK.

h. Berikan oksigen sesuai anjuran

Rasional: Untuk menurunkan hipoksemia, hipoksemia dapat

meningkatkan vasodilatasi dan dapat menyebabkan peningkatan

TIK.

i. Berikan terapi sesuai program seperti antifibrolitik dan antihipertensi

Rasional: Antifibrolitik digunakan untuk mencegah lisis dan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


4
perdarahan, antihipertensi diberikan untuk menurunkan tekanan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


4

darah. Tekanan darah yang mengalami peningkatan akan

menyebabkan terjadinya aterosklerosis.

2. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan

neuromaskuler, kelemahan anggota gerak.

Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik satu atau lebih ekstermitas

secara mandiri (PPNI, 2017)

Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, maka

diharapkan mobilitas fisik (kemampuan dalam gerakan fisik dari satu

atau lebih ekstremitas secara mandiri) meningkat.(PPNI, 2019)

Kriteria hasil: Pergerakan ekstremitas meningkat, kekuatan otot, rentang

gerak (ROM) meningkat. Nyeri, kecemasan, kaku sendi, gerakan tidak

terkoordinasi, gerakan terbatas dan kelemahan fisik menurun.(PPNI,

2019)

Intervensi:

a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik

Rasional: Untuk mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik,

apakah teknik ambulasi bisa dilanjutkan atau tidak.

b. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

Rasional: Untuk mengidentifikasi adanya keterbatasan pergerakan

yang bisa menyebabkan pasien nyeri dan kontraktur pada sendi

apabila dilanjutkan.

c. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai

ambulasi

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


4

Rasional: Frekuensi jantung dan tekanan darah yang tidak normal

bisa mengakibatkan kerusakn neurologis yang lebih fatal

d. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu

Rasional : Supaya pasien mampu untuk berpindah dengan adanya

alat bantu

e. Fasilitasi dengan menggunakan pergerakan

Rasional : Pergerakan yang berdasar bisa membantu pasien untuk

mempertahankan fleksibilitas pada sendi dan mencegah terjadi

kontraktur.

f. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan

pergerakan

Rasional: Untuk melatih keluarga agar bisa mengerjakan secara

mandiri dan membantu pasien untuk dapat melakukan perpindahan.

g. Edukasi tujuan dan prosedur ambulasi

Rasional: Agar pasien dan keluarga mengetahui tujuan dan prosedur

yang akan dijalankan

h. Anjurkan ambulasi dini

Rasional: Ambulasi dini digunakan agar pasien mampu secara

perlahan-lahan untuk bergerak

i. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan

Rasional: Pasien yang terkena stroke tidak mampu secara langsung

bisa melakukan pergerakan yang berarti, artinya pasien harus

perlahan-lahan diajarkan hingga akhirnya pasien mampu melakukan

pergerakan secara mandiri.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


4

3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan gangguan

fungsi bicara

Definisi: Penurunan, perlambatan, atau ketidakmampuan untuk menerima

memproses, mengirin dan/atau menggunakan sistem simbol.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam maka

komunikasi verbal (kemampuan menerima, proses, mengirim. Dan/atau

menggunakan sistem simbol) meningkat (PPNI, 2019)

Kriteria hasil: Keamampuan berbiacara meningkat, kemampuan

mendengar meningkat, kesesuaian ekspresi wajah/tubuh meningkat,kontak

mata meningkat, afasia menurun, disfasia menurun, apraksia menurun, pelo

menurun, respon perilaku membaik, pemahaman komunikasi membaik

(PPNI, 2019)

Intervensi:

a. Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume bicara

Rasional: Untuk mengetahui kemampuan bicara dan kseulitan yang

dialami pasien

b. Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berkaitan dengan

bicara, (misalnya memori, pendengaran dan bahasa)

Rasional: Untuk mengetahui penyebab gangguan komunikasi verbal

c. Monitor frustasi, marah depresi atau hal lain yang mengganggu bicara.

Rasional: Untuk mengetahui dampak dari gangguan komunikasi verbal

pada pasien

d. Identifikasi kemampuan pasien dalam berbicara dan berkomunikasi

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


4

Rasional: Untuk menentukan seperti apa kesulitan pasien dalam proses

komunikasi

e. Berbicara pelan, perlahan dan tenang dengan posisi menghadap pasien

Rasional: Sulit bagi pasien untuk merespon tekanan, pasien perlu waktu

tambahan untuk bisa mengatur tanggapan, menemukan kata-kata yang

tepat dan membuat bahasa yang diperlukan.

f. Motivasi pasien untuk melakukan komunikasi dengan jelas dan secara

perlahan

Rasional: Untuk memberikan motivasi dan dukungan agar pasien bisa

berbicara normal secara perlahan-lahan.

g. Beri penguatan positif dengan sering atas upaya pasien untuk

berkomunikasi

Rasional: Penguatan positif dan pujian yang diberikan kepada pasien

diharapkan mampu untuk meningkatkan rasa percaya diri pasien untuk

berbicara

4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna

makanan, penurunan fungsi nervus hipoglasus dan vagus.

Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam maka

status nutrisi (keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme) membaik (PPNI, 2019)

Kriteria hasil: Kekuatan otot pengunyah meningkat pasien mampu

mengunyah dengan normal, kekuatan otot menelan meningkat pasien tidak

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


4

kesulitan saat menelan, serum albumin, meningkat. Berat badan membaik

dengan tidak adanya penurunan berat badan lebih dari 10%, indeks massa

tubuh (IMT) membaik dalam rentang 18,5-24,9, Frekuensi makan 3x

perhari, nafsu makan membaik pasien menghabiskan 1 porsi makanya,

bising usus normal 5-30 kali permenit dan membran mukosa membaik

(PPNI, 2019) Intervensi:

a. Identifikasi status nutrisi

Rasional: Untuk mengatahui status nutrisi pasien

b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

Rasional: Untuk memberikan mkanan yang tepat supaya tidak

menimbulkan alergi

c. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient

Rasional: Untuk memberikan asupan yang tepat tidak lebih dan kurang

d. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

Rasional: Untuk memudahkan dalam pemberian makan

e. Monitor asupan makanan

Rasional: Untuk mengetahuin input pasien

f. Monitor berat badan

Rasional: Untuk mengetahui apakah ada penurunan ataupun

peningkatan berat badan yang signifikan

g. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Rasional: Untuk mengetahui terapi diet yang sesuai untuk pasien

h. Identifikasi makanan yang disukai dan yang tidak disukai

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


4

Rasional: Untuk mengidentifikasi makanan yang disukai dan yang tidak

disukai pasien

i. Berikan makanan selagi hangat

Rasional: Makanan yang hangat mampu untuk meningkatkan nafsu

makan

j. Berikan makanan sedikit tapi sering

Rasional: Agar input yang masuk cukup dan nutrisi terpenuhi

k. Berikan perawataan oral secara teratur

Rasional: Mulut yang kotor tidak mampu mengecap rasa makanan

dengan baik untuk itu perawatan mulut yang secara teratur diharapkan

mampu meningkatkan nafsu makan.

l. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi

Rasional: Ahli gizi menentukan makanan yang boleh dan yang tidak

boleh dikonsumsi pasien.

5. Gangguan eliminasi urine (inkontinesia urine) yang berhubungan

dengan distensi kandung kemih.

Definisi: Disfungsi eliminasi urine

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam makan

konsinensia urine (pola kebiasaan buang air kecil) membaik (PPNI, 2019).

Kriteria hasil: Kemampuan berkemih meningkat, distensi kandung kemih

menurun, frekuensi berkemih, dan sensasi berkemih membaik (PPNI, 2019).

Intervensi:

a. Identifkasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine

Rasional: Untuk mempercepat penanganan pada inkontinensia

urine

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


5

b. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urine

Rasional: Untuk mengetahui penyebab retensi atau inkontinensia urine

dan memberikan penanganan yang tepat

c. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume,

dan warna)

Rasional: Untuk memonitor apa ada keabnormalan dalam pola

perkemihan

d. Ajarkan bladder training

Rasional: Membantu merangsang keinginan untuk buang air kecil

e. Pasang kateter urine jika ada indikasi

Rasional: hal ini dilakukan untuk membantu pasien dalam

mengeluarkan urine

f. Berikan terapi sesuai program

Rasional: Membantu memperlancar eliminasi dan merangsang syaraf

6. Resiko konstipasi yang berhubungan dengan berkurangnya

peristaltik usus akibat tirah baring.

Definisi: Berisiko mengalami penurunan frekuensi normal defekasi

disertai kesulitan dan pengeluaran feses tidak lengkap.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam maka

eliminasi fekal (proses defekasi normal yang disertai dengan pengeluaran

feses mudah dan konsistensi serta frekuensi dan bentuk feses normal)

membaik (PPNI, 2019)

Kriteria hasil: Kontrol pengeluaran feses meningkat, keluhan defekasi

lama dan sulit, mengejan saat defekasi, distensi abdomen, nyeri abdomen,

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


5

kram abdomen menurun. Konsistensi feses, frekuensi defekasi dan

peristaltik usus membaik (PPNI, 2019)

Intervensi:

a. Identifikasi faktor risiko konstipasi

Rasional: Untuk mengetahu adanya risiko konstipasi pada pasien.

b. Monitor tanda dan gejala konstipasi (misal, defekasi kurang 2 kali

seminggu, defekasi lama/sulit, feses keras, peristaltik menurun)

Rasional: Untuk mengetahui tanda dan gejala konstipasi.

c. Jadwalkan rutinitas BAB

Rasional: Untuk membiasakan hipotalamus memberikan sinyal BAB

secara teratur.

d. Lakukan masase abdomen

Rasional: Untuk meningkatkan peristaltik usus.

e. Jelaskan penyebab dan risiko konstipasi

Rasional: Untuk memberikan gambaran tentang penyebab dan risiko

konstipasi.

f. Anjurkan minum air putih sesuai kebutuhan (1500-2000 ml/hari)

Rasional: Air putih diperlukan untuk memperlunak feses dan

memenuhi kebutuhan cairan.

g. Anjurkan mengkonsumsi makanan berserat

Rasional: Makanan yang berserat digunakan untuk memperlunak feses

agar mudah untuk dikeluarkan.

h. Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik

Rasional: Aktivitas fisik berguna untuk meningkatkan peristaltik usus.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


5

i. Kolaborasi dengan ahli gizi, jika perlu.

Rasional: Untuk memberiakan terapi diet yang sesuai

7. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan

hemiparase/hemiplegia.

Definis: Ketidakmampuan melakukan atau menyelesaikan aktivitas

perawatan diri

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam maka

perawatan diri (kemampuan melakukan atau menyelesaikan aktivitas

perawatan diri) meningkat

Kriteria hasil: Kemampuan mandi, kemampuan mengenakan pakaian,

kemampuan makan, kemampuan toileting BAB/BAK, verbalisasi

keinginan melakukan perawatan diri, mniat melakukan perawatan diri,

mempertahankan kebersihan diri dan mempertahankan kebersihan mulut

meningkat (PPNI, 2019).

Intervensi:

a. Identifikasi kemampuan pasien dalam melakukan perawatan diri

Rasional: Untuk mengetahui kemampuan pasien dalam melakukan

perawatan diri apakah mampu secara mandiri atau perlu diberikan

bantuan.

b. Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan pasien

Rasional: Untuk membantu pasien sesuai kebutuhan, bantuan

diberikan jika pasien tidak mampu melakukan perawatan diri secara

mandiri

c. Monitor kebersihan tubuh (misal, rambut mulut, kulit dan kuku)

Rasional: Untuk mengetahui tingkat kebersihan tubuh pasien

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


5

d. Sediakan peralatan mandi (misal, sabun, sikat gigi, shampoo)

Rasional: Untuk memudahkan pasien melakukan perawatan diri

e. Berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian

Rasional: Bantua diberikan apabila pasien tidak mampu melakukan

perawatan secara mandiri.

f. Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap kesehatan

Rasional: Supaya pasien mengetahui manfaat mandi dan mau

menerapkan secara rutin

g. Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien

Rasional: Agar keluarga mampu merawat pasien secara mandiri di

rumah

h. Ajarkan pasien untuk berpakaian dengan dikenakan pertama pada

esktremitas yang mengalami stroke dan kemudian dikenakan pada

ekstremitas yang tidak mengalami stroke

Rasional: Untuk memfasilitasi pasien agar mengetahui cara

berpakaian sendiri.

G. Pelaksanaan Keperawatan

Menurut Safitri (2019) Implementasi keperawatan adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah

status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi merupakan

inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap

pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada

nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

Oleh

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


5

karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Safitri, 2019).

Tipe implementasi keperawatan secara garis besar terdapat tiga kategori

dari implementasi keperawatan antara lain:

a) Cognitive implementations yaitu meliputi pengajaran atau pendidikan,

menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-

hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi komunikasi,

memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi

penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai

kebutuhan, dan lain lain.

b) Interpersonal implementations yaitu meliputi koordinasi kegiatan-

kegiatan, meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik,

menetapkan jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan

dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan

lain lain.

c) Technical implementations yaitu meliputi pemberian perawatan

kebersihan kulit, melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan

perubahan dari data dasar klien, mengorganisir respon klien yang

abnormal, melakukan tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, dan

rujukan, dan lain-lain.

Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, antara

lain:

a) Independent implementations adalah implementasi yang diprakarsai

sendiri oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


5

sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity

daily living (ADL), memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur,

menciptakan lingkungan yang terapeutik, memberikan dorongan

motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-spiritual, perawatan alat

invasive yang dipergunakan klien, melakukan dokumentasi, dan lain-lain.

b) Interdependen/ Collaborative implementations adalah tindakan

keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan

tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian

obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan

lain-lain. Keterkaitan dalam tindakan kerjasama ini misalnya dalam

pemberian obat injeksi, jenis obat, dosis, dan efek samping merupakan

tanggungjawab dokter tetapi benar obat, ketepatan jadwal pemberian,

ketepatan cara pemberian, ketepatan dosis pemberian, dan ketepatan

klien, serta respon klien setelah pemberian merupakan tanggung jawab

dan menjadi perhatian perawat.

c) Dependent implementations adalah tindakan keperawatan atas dasar

rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan

sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada klien sesuai

dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik)

sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.

H. Evaluasi Keperawatan

Menurut Kurniati (2019) Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses.

Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai

keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


5

dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,

tindakan, dan evaluasi itu sendiri. Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria

yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil

tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari

tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan, (Kurniati, 2019)

Menurut Kurniati (2019) ada dua tipe evaluasi keperawatan:

1. Evaluasi formatif

Merupakan evaluasi yang dilakukan selama tindakan keperawatan masih

berlangsung. Evaluasi ini berisi hasil observasi dan analisa perawat

terhadap respon pasien pada saat dilakukan tindakan keperawatan yang

kemudian dilakukan pendokumentasian. Perumusan evaluasi formatif

meliputi empat kompone yang disebut istilah SOAP, yaitu S (subyektif)

yang berisi keluhan pasien, O (Obyektif) yang berisi hasil pemeriksaan, A

(analisa data) berisi perbandingan data dengan teori dan P (perencanaan)

yang berisi rencana keperawatan lebih lanjut untuk pasien (Safitri, 2019)

2. Evaluasi sumatif

Merupakan evaluasi akhir yang dilakukan setelah tindakan keperawatan

selesai dilakukan. Evaluasi ini kesimpulan dari analisa dan observasi

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Metode yang digunakan dalam

evaluasi sumatif ini adalah wawancara pada akhir layanan, menanyakan

respon pasien dan keluarga setelah melakukan tindakan keperawatan, dan

mengadakan pertemuan pada akhir layanan (Safitri, 2019)

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


BAB III
TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai hasil “Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Tn. A dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang

Neurologi 1101 Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara” yang dilakukan

selama 3x24 jam dari 23 Maret sampai 24 Maret 2022.

A. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Pasien

Berdasarkan hasil pengkajian yang diperoleh dari data antara lain,

pasien bernama Tn. A dengan usia 39 tahun, jenis kelamin laki-laki,

beragama Islam, status belum menikah, pendidikan tamat SMA, bahasa

yang digunakan Bahasa Indonesia, suku bangsa Betawi, pekerjaan

satpam, alamat Jl. Warakas IV Gg. V No. 50, sumber biaya BPJS PBI,

sumber informasi berasal dari keluarga pasien, pasien masuk pada tanggal

20 Maret 2022 di Ruang Neurologi kamar 1101 dengan nomor register

00525337 dengan diagnosa medis Stoke Non Hemoragik.

2. Resume

Pasien dibawa ke rumah sakit Koja oleh keluarganya pada tanggal 20

Maret 2022 pada Pukul 14.45 WIB. Pasien tinggal bersama ibu dan juga

53
Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada
54

adiknya, menurut keterangan adik pasien menemukan pasien dalam

keadaan terbaring lemah ditempat tidur dan pasien mengatakan sulit

berjalan, pasien tampak berbicara pelo, pasien sempat muntah 1 kali

kurang lebih 100 cc sebelum masuk RS, pasien mengeluh nyeri kepala

sudah sekitar 4 hari dan tidak nafsu makan sama sekali. Pasien tampak

lemas, keadaan umum sedang, TTV: TD: 178/108 mmHg, frekuensi nadi:

98x/menit, frekuensi napas: 26x/menit, suhu: 36,8ºC, BB: 60 Kg, TB: 172

cm. GCS: E2M3V2 Delirium (Penurunan kesadaran disertai peningkatan

abnormal aktivitas psikomotor seperti gaduh dan gelisah). Setelah

dilakukan pemeriksaan fisik pasien tampak mengalami peunurunan

kesadaran, pasien mengalami kelumpuhan pada ekstermitas kanan, pasien

terlihat lemas.

Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan masalah diatas adalah

ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dan risiko jatuh. Tindakan

keperawatan mandiri yang telah dilakukan yaitu mengkaji keadaan umum,

mengkaji tanda-tanda vital pasien, mengkaji skala kekuatan otot pasien,

membantu ADL pasien, memantau adanya peningkatan tekanan

intrakranial, memberikan posisi yang nyaman. Sedangkan tindakan

kolaborasi yang sudah dilakukan untuk masalah diatas yaitu memasang

dan mempertahankan cairan infus 1 kolf asering/24 jam. Memberikan

terapi sesuai program Citicolin 500mg, Keterolak 30mg, Mecobolamin

500mg, Ranitidin 100mg, Ceftriaxone 20mg, Kalnex 3x500mg, Manitol

125mg. Evaluasi secara umum pasien masih tampak sakit sedang dan

masih mengalamai penurunan Kesadaran.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


55

3. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluhan utama pasien saat ini adalah kelemahan pada ekstermitas kanan,

tidak mampu berkomunikasi, timbul keluhannya mendadak, lamanya sejak

7 hari yang lalu upaya untuk mengatasinya pasien langsung mencari

pertolongan ke tenaga kesehatan.

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Pasien mempunyai riwayat penyakit asma saat berusia 7 tahun, dan

mempunyai riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu namun keluhan

nyeri kepala dan nyeri tengkuk yang dirasakan juga tidak terlalu

mengganggu pasien sehingga pasien tidak pergi ke fasilitas kesehatan

untuk memeriksa keadaannya, pasien tidak memiliki riwayat kecelakaan,

tidak mempunyai riwayat alergi obat, makanan, binatang dan lingkungan.

Riwayat pemakaian obat tidak ada dan pasien tidak pernah dirawat di

rumah sakit.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

78 penyakit

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


56

Keterangan :

: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal satu rumah
: Garis pernikahan
: Garis keturunan

Pasien merupakan seorang anak dari 4 bersaudara, pasien belum menikah,

ayah pasien sudah meninggal pada usia 78 tahun karena penyakit jantung

dan pasien tinggal bersama ibu dan tiga orang adiknya

d. Penyakit yang pernah diderita oleh keluarga yang menjadi faktor

risiko keluarga mengatakan ayah pasien memiliki riwayat hipertensi.

e. Riwayat Psikologis dan Spiritual

Orang terdekat pasien adalah adiknya, pola komunikasi dengan keluarga

dua arah dan pengambilan keputusan diambil oleh keluarga serta pasien

tidak pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Dampak penyakit

terhadap keluarga cemas dengan kondisi pasien dan mengkhawatirkan

biaya rumah sakit dan juga biaya transportasi. Pasien mengatakan bahwa

masalah yang mempengaruhi pasien adalah pasien hanya tirah baring dan

tidak mampu untuk bermobilisasi. Mekanisme koping terhadap stress yang

dilakukan oleh pasien adalah tidur. Pasien mengatakan ingin segera

sembuh dan berkumpul dengan keluarganya setelah menjalani perawatan

dan tidak ingin dirawat di Rumah Sakit lagi. Perubahan yang dirasakan

pasien sejak jatuh sakit adalah pasien merasa lemas, tidak bisa

menggerakan ekstermitas dan mengalami nyeri pinggang akibat tirah

baring dan kesulitan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


57

beraktivitas. Tidak ada nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan,

aktivitas agama atau kepercayaan yang dilakukan pasien tampak tidak ada,

lingkungan rumah pasien padat penduduk dan pasien juga jarang keluar

rumah karena sibuk bekerja.

f. Pola Kebiasaan

1) Pola Nutrisi

Sebelum sakit: Pasien makan 3x sehari, nafsu makan baik, pasien

mampu menghabiskan 1 porsi makanan, makanan yang tidak disukai

pasien tidak ada, tidak ada makanan yang membuat alergi, tidak ada

makanan pantangan, tidak ada diit makanan, pasien tidak menggunakan

obat-obatan sebelum makan dan pasien tidak menggunakan alat bantu

makan seperti Naso Gastric Tube (NGT).

Di rumah sakit: Pasien dipuasakan selama 4 hari dari tanggal 20-23

Maret, karena mengalami perdarahan di lambung dari tanggal 20-22

Maret, nafsu makan berkurang, pasien direncanakan diet cair setelah

tidak ada perdarahan lambung, makanan yang tidak disukai pasien tidak

ada, tidak ada makanan yang membuat alergi, pasien belum boleh makan,

pasien mendapat diit puasa, pasien tidak menggunakan obat-obatan

sebelum makan dan pasien menggunakan alat bantu makan seperti Naso

Gastric Tube (NGT) di lubang hidung bagian kanan.

2) Pola Eliminasi

Sebelum sakit: Buang air kecil (BAK) 6 x/hari, warna kuning jernih, tidak

ada keluhan saat BAK dan pasien tidak menggunakan alat bantu. Pasien

juga buang air besar (BAB) 1-2x/hari, biasanya pada waktu pagi dan

malam

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


58

dan terkadang sore, warna kuning kecoklatan, konsistensi padat namun

lunak, tidak ada keluhan saat BAB dan pasien tidak menggunakan laxatif.

Sesudah sakit: Pasien menggunakan alat bantu kateter urine pada tanggal

20-22 Maret 2022, pada tanggal 23 Maret 2022 pasien mampu berkemih

dengan dengan menggunakan pispot frekuensi berkemih 4-5x hari dengan

warna urine kuning jernih, tidak ada keluhan, dan pasien menggunakan

diapers. Keluarga mengatakan dari tangga 17 Maret pasien belum BAB.

Pasien belum buang air besar (BAB) selama 4 hari dirawat, pasien

mendapat terapi farmakologi Lactulac 10ml perhari pada tanggal 24 Maret

2022.

3) Pola Personal Hygiene

Sebelum sakit: Pasien mandi 2x/hari, biasanya pada pagi dan sore dengan

menggunakan sabun, pasien gosok gigi 2x/hari dan pasien mencuci rambut

3x/minggu dengan menggunakan shampoo.

Di rumah sakit: Pasien dibantu dalam melakukan personal hygiene

seperti mandi dan gosok gigi, selama 3 hari dirawat pasien belum

dikeramas.

4) Pola Istirahat dan Tidur

Sebelum sakit: Pasien tidur siang selama 2 jam/hari dan tidur malam

selama 7 jam/hari dan kebiasaan sebelum tidur adalah berdoa.

Di rumah sakit: Pasien tidur siang hanya 1 jam dan tidur malam 6-8 jam

dan kebiasaan sebelum tidur tidak ada.

5) Pola Aktivitas dan Latihan

Sebelum sakit: Pasien melakukan pekerjaannya pada waktu pagi, siang

dan terkadang malam hari hari, pasien tidak pernah berolahraga dan tidak

memiliki keluhan dalam beraktivitas.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


59

Di rumah sakit: Pasien hanya tirah baring sepanjang harinya karena tidak

mampu bangun sendiri dan aktivitas pasien harus dibantu.

6) Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan

Sebelum sakit: Pasien merokok 1-2 bungkus perhari, pasien terkadang

mengkonsumsi alkohol dan minuman stamina serta tidak ada

ketergantungan terhadap obat-obatan terlarang.

Di rumah sakit: Pasien tidak merokok, pasien tidak mengkonsumsi

alkohol dan tidak ada ketergantungan terhadap obat-obatan terlarang.

4. Pengkajian Fisik

a. Pemeriksaan Umum

Pasien memiliki berat badan 60 Kg sesudah sakit dan 60 Kg sebelum

sakit, tinggi badan pasien 178 cm, TD 178/80 mmHg, frekuensi nadi

98x/menit, frekuensi napas 26 x / menit dan suhu tubuh 36,8 C. Keadaan

umum pasien sakit sedang dan tidak ada pembesaran kelenjar getah

bening.

b. Sistem Penglihatan

Mata tampak simetris, kelopak mata normal, konjungtiva anemis, kornea

normal tidak tampak keruh/berkabut, sklera anikterik, pada pemeriksaan

Nervus III (Okulomotorius) tampak diameter pupil 2 mm pada setiap bola

mata, pupil isokor, pemeriksaan Nervus IV (Troklearis) tidak ada kelainan

pada otot-otot mata, hal ini dibuktikan dengan pasien mampu mengikuti

arah tangan perawat dari atas ke bawah, pada pemeriksaan Nervus II

(Optikus) lapang pandang pasien baik yaitu 90º ke samping, fungsi

penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda radang, pasien tidak menggunakan

kaca mata, tidak menggunakan lensa kontak, dan reaksi terhadap cahaya

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


60

baik, pada pemeriksaan nervus VI (abducent) tidak terdapat pengelihatan

dobel (diplopia).

c. Sistem Pendengaran

Daun telinga tampak normal, terdapat serumen yang berwarna kuning,

konsistensi cair dan tidak berbau, kondisi telinga tengah normal, tidak ada

cairan yang keluar dari telinga, perasaan penuh ditelinga tidak ada, dan

tidak terdapat tinitus. Pada pemeriksaan Nervus VIII (Akustikus) fungsi

pendengaran pasien baik yang dibuktikan dengan pada saat pasien

dibisikkan, pasien mampu merespon dengan anggukan dan mengucapkan

ulang kalimat yang dibisikan, dan pasien tidak menggunakan alat bantu

dengar. Pasien mampu melakukan keseimbangan gerak antar tangan dan

hidung. Hal ini dibuktikan pada saat pemeriksaan, pada saat diinstruksikan

pasien mampu menyentuh hidung dan jari perawat secara bergantian dan

salah satu mata pasien ditutup dengan menggunakan tangan yang yang

mampu digerakan.

d. Sistem Wicara

Pada pemeriksaan Nervus XII (Hipoglosus) pada saat diberikan

instruksi oleh perawat untuk mendorong lidah ke pipi kanan dan kiri,

pasien tidak mampu melakukannya karena lidah pasien mengalami

lateralisasi ke kanan. Pasien tampak kesulitan menjulurkan lidah dan

pasien tidak mampu memutar lidah. Pasien tampak kesulitan berbicara

cadel (pelo) saat berbicara pasien tampak mengeluarkan kalimat yang sulit

dimengerti, suara terkadang terdengar tidak jelas pasien mengalami

disaritria.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


61

Pada pemeriksaan Nervus VII (fascialis) saat pasien diberikan

instruksi untuk mengerinyitkan dahi, mengangkat alis serta menutup mata

sekuat- kuatnya tampak wajah kanan dan kiri asimetris, lebih codong ke

wajah kanan kanan tetapi hanya sedikit.

e. Sistem Pernapasan

Pada pemeriksaan Nervus I (Olfaktorious) tampak tidak ada kelainan

dalam penciuman, pasien mampu menyebutkan bau yang diberikan dengan

menutup mata dan menutup salah satu lubang hidung. Jalan napas pasien

bersih, pernapasan tidak sesak, pasien tidak menggunakan otot bantu napas

dalam pernapasannya, frekuensi napas 20 x/menit, irama teratur, jenis

napas spontan, kedalaman napas pasien tampak dalam, pasien tidak

mengalami batuk dan tidak ada sputum, pada saat dilakukan palpasi dada

pasien teraba simestris dan tidak teraba massa dan nyeri tekan, pada saat

diperkusi terdengar bunyi sonor disemua lapang paru, suara napas

vesikuler, pasien tidak merasa nyeri saat bernapas, pasien terpasang alat

bantu napas nasal kanul 3 liter permenit pasien direncanakan lepas oksigen

nasal kanul pada tanggal 23 maret 2022.

f. Sistem Kardiovaskuler

1) Sirkulasi Perifer

Frekuensi nadi 98x/menit dengan irama teratur dan denyut frekuensi

nadi kuat. TD 178/80 mmHg, vena jugularis kiri dan kanan tidak

tampak distensi, temperatur kulit hangat dan warna kulit tidak

tampak pucat dengan pengisian kapiler <2 detik, dan tidak terdapat

edema.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


62

2) Sirkulasi Jantung

Kecepatan denyut apical 98x/menit, dengan irama teratur dan tidak

ada kelainan bunyi jantung serta tidak terdapat sakit dada.

3) Sistem Hematologi

Pasien tampak tidak pucat, ditemukan adanya perdarahan pada

lambung pasien dengan residu lambung berwarna coklat pekat

selama 3 hari dirawat pada tanggal 20-22 Maret

4) Sistem Syaraf Pusat

Pasien hanya mengeluh pusing saja dan tidak mengeluh sakit kepala,

tingkat kesadaran pasien apatis dengan GCS (E3M5V4), tidak

terdapat ada nya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial,

pasien tampak berbicara pelo, pasien mengalami kelemahan pada

ekstermitas kanan sehingga pasien tidak bisa bangun dari tempat

tidur, reflek fisiologis normal, reflek patologis (babinski) negatif,

ditandai dengan tidak adanya dorsum flexi ibu jari kaki, diikuti

pengembangan dan ekstensi jari-jari kaki. Kaku kuduk negatif,

ditandai dengan saat dilakukan pemeriksaan dagu pasien dapat

menyentuh dada dan tidak terdapat tahanan. hasil dan brudzenky

normal ditandai dengan saat dilakukan pemeriksaan tidak terjadi

fleksi pada kedua tungkai dan sendi lutut. Pada pemeriksaan Nervus

X (Vagus) tidak terdapat kelainan yang dibuktikan dengan reflek

menelan pasien baik. Reflek ophoneim positif yang ditandai dengan

pasien mengatakan sakit pada saat kakinya dicubit, pada

pemeriksaan nervus V (Trigeminus) saat menginstruksikan pasien

untuk menggerakan rahang bawah ke kanan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


63

dan ke kiri dengan tangan pemeriksa menahannya, tidak tampak

tanda-tanda kelumpuhan.

5) Sistem Pencernaan

Keadaan mulut pasien tidak tampak karies pada gigi, pasien tidak

menggunakan gigi palsu, 2 gigi geraham pasien tampak sudah

ompong, tidak terdapat stomatis, lidah pasien tampak bersih, saliva

normal, pasien tidak mengalami muntah. Pada pemeriksaan Nervus

IX (Glossofaringeus) pasien masih mampu membedakan rasa asam

dan manis walaupun dengan lidah yang mengalami lateralisasi ke

kanan. Pasien tidak mengalami nyeri pada perut, bising usus pasien

6x/menit, pasien tidak mengalami diare, pada pasien terdapat risiko

konstipasi karena pasien belum BAB selama 4 hari keluarga pasien

juga mengatakan jika pasien dari tanggal 17-23 Maret belum BAB,

hepar tidak teraba, abdomen terdengar kembung.

6) Sistem Endokrin

Tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, napas pasien tidak berbau

keton, dan tidak terdapat ganggren.

7) Sistem Urogenital

Balance cairan pada pasien per 24 jam pada tanggal 23 Maret 2022

pada pukul 06.00 WIB dengan intake 1.525 (infus 1.225+ am 300

ml), output 1.137,5 ml (urine 1100ml + iwl 37,5 ml) jadi balance

cairan

+388 ml, terdapat perubahan pada pola berkemih, pasien sudah tidak

terpasang kateter urine, urine tampak berwarna kuning jernih, pasien

tidak mengalami distensi pada kandung kemih.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


64

8) Sistem integumen

Turgor kulit pasien tampak baik dengan temperatur hangat, warna

kulit tampak tidak pucat dengan keadaan kulit baik, tidak terdapat

kelainan pada kulit dan pasien terpasang infus di tangan kanan yaitu

Asering 1 kolf serta rambut dalam keadaan berminyak dan

teksturnya baik.

9) Sistem Muskuloskeletal

Rentang gerak pasien tampak terganggu yaitu mengalami kesulitan

dalam melakukan pergerakan ekstremitas kanan. Pasien mengalami

hemiplegi pada kedua ekstremitas kanan, pasien tidak mengalami

sakit pada tulang, sendi dan kulit, tidak terdapat fraktur, tidak

terdapat kelainan bentuk tulang dan sendi, tidak terdapat kelainan

pada struktur tulang belakang, dan keadaan tonus otot pasien baik,

pasien mengatakan tidak bisa miring ke arah kanan, tidak bisa

berjalan semenjak sakit, dan aktivitas pasien dibantu keluarga dan

perawat. Pada pemeriksaan nevus XI (aksesorius) saat pasien

diminta untuk mengangkat bahu, hanya bahu kiri yang terangkat

serta saat pasien diminta untuk menoleh pasien bisa melakukannya

hanya sedikit kesulitan saat menengok ke kanan.

Kekuatan otot: 1 1 1 1 4444

1111 4444

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


65

5. Data Tambahan

Keluarga mengatakan sering mendengar orang yang terkena stroke namun

pasien tidak mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala, dan

komplikasi stroke.

6. Data Penunjang

Tanggal 21 maret 2022

Hasil Laboratorium : Hemoglobin 15.4 g/dl (13.5 - 18.0), Jumlah

Leukosit 11.07 10^3/µl (4.00 - 10.50), Hematokrit 43.4 ∞ (42.0 -

52.0), Jumlah

Trombosit 357 10^3/µl (163 – 337), Jumlah Eritrosit 5.23 juta/µl (4.70 -

6.00), MCV 83 fL (78 – 100), MCH 29 Pg (27 – 31), MCHC 36 g/dl (32 –

36), RDW-CV 12.6 ∞ (11.5 - 14.0), Basofil 0.4 ∞ (0.2 - 1.2), Eosinofil 0.4

∞ (0.8 - 7.0), Neutrofil 82.1 ∞ (34.0 - 67.9), Limfosit 12.2 ∞ (21.8 - 53.1),

Monosit 4.9∞ (5.3 - 12.2), NLR 6.73, ALC 1351 /µl, pH 7.420 (7.350 -

7.450), P CO2 33.3 mm Hg (32.0 - 45.0), P O2 95.8 mm Hg (95.0 - 100.0),

HCO3 21.8 mEq/L (21.0 - 28.8), Base Excess -2.9 mmol/L (-2.5 - +2.5), 02

Saturation 96.5 ∞ (94.00 - 100), Natrium (Na) 141 mEq/L (135– 147),

Kalium (K) 3.50 mEq/L (3.5 - 5.0), Klorida (CI) 101 mEq/L (96 – 108),

Kolesterol Total 283 mg/dl, Kolesterol HDL 36.0 mg/dl (41.5 – 67.3),

Kolesterol LDL 222 mg/dl (<130), Trigliserida 125 mg/dl (<200), Asam

Urat 7.2 mg/dl (3.4 – 7.0). Ureum 26.6 mg/dL (16.6-48.5), kreatinin 0.82

mg/Dl (0.67-48.5), glukosa sewaktu 175 mg/dL (70-200), CRP kuantitatif

1.23 mg/dL (<0.50)

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


66

Tanggal 24 maret 2022

Kesan CT-Scan: Sulci cerebri dan fissura sylvi tidak melebar, tidak

tampak lesi patologis di intraparenimal cerebrum dan cerebellum, thalamus,

pons dan medulla oblongata tak tampak kelainan. Sistem ventrikel dan

sistem tidak melebar, tidak tampak pergeseran garis tengah, perselubungan

hipondens berbentuk kubah di sinus maksila kiri. Kedua orbita, sinus

paranasal lainnya dan mastoid tak tampak kelainan, tulang – tulang kesan

intak pada CT-Scan saat ini.

7. Penatalaksanaan

Terapi Oral: Sucralafate 4x5ml (oral) Pukul 12.00 WIB, 18.00 WIB,

24.00 WIB, dan 06.00 WIB, Captopril 2x50mg (oral) Pukul 06.00 WIB

dan 18.00 WIB

Terapi injeksi: Citicolin 2x500mg (IV) pukul: 06.00 WIB dan 18.00

WIB; Mecobalamin 3x500mg (IV) pukul: 06.00 WIB, 14.00 WIB, dan

22.00 WIB; Nicardiphine 2x10mg (IV) pukul 06.00 WIB dan 18.00 WIB;

Ranitidine 2x25g (IV) pukul 06.00 WIB dan18.00 WIB; Omeperazole

2x40mg (IV) pukul 06.00 WIB dan 18.00 WIB; Ceftriaxone 1x2g Pukul:

06.00 WIB; Kalnex 3x500mg (IV) pukul: 06.00 WIB, 14.00 WIB dan

22.00 WIB.

8. Data Fokus

Tanggal 23 Maret 2022

Data subyektif:

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sulit menggerakan

ekstermitas kanan, keluarga mengatakan pasien sering mengeluh sering

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


67

kesemutan dan nyeri kepala, keluarga mengatakan sebelum masuk RS

pasien sering mengeluh tangan kanannya terasa lemas, keluarga

mengatakan pasien tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran tiba-tiba,

keluarga mengatakan selama dirawat sulit berkomunikasi dengan pasien,

Pasien mengatakan tidak bisa berjalan semenjak terserang stroke, pasien

mengatakan tidak bisa duduk karena pinggangnya sakit, pasien

mengatakan tidak bisa miring ke arah kanan, keluarga mengatakan

aktivitas pasien dibantu keluarga dan perawat, keluarga mengatakan sangat

cemas dengan kondisi pasien, keluarga mengatakan bingung dan tidak

paham dengan penyakit apa yang diderita oleh pasien, keluarga

mengatakan tidak mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala dan

komplikasi stroke, keluarga mengatakan pasien belum BAB dari tanggal

17-23 Maret.

Data Objektif:

Keadaan umum pasien sakit sedang, keluarga tampak sering bertanya

mengenai kondisi pasien, keluarga tampak mondar-mandir mengecek

keadaan pasien. Pasien tampak sulit berkomunikasi, lidah pasien tampak

lateralisasi ke kanan, Suara pasien terkadang tidak terdengar jelas pasien

mengalami disaritria, pasien tampak hanya bisa tirah baring, meringis

apabila miring sebelah kanan, pasien bisa duduk dengan bantuan, pasien

tampak merasa cemas, pasien tampak melakukan gerakan yang tidak

terkoordinasi, pasien tampak hanya tidur telentang.

Pada pemeriksaan nevus XI (accesorius) saat pasien diminta untuk

mengangkat bahu, hanya bahu kiri yang terangkat serta saat pasien diminta

untuk menoleh pasien bisa melakukannya hanya sedikit kesulitan saat

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


68

menengok ke kanan. Bising usus 6x/menit, pasien belum BAB dari selama

4 hari dirawat, terjadi gangguan pada nervus ke XII: Hipoglosus yaitu

pasien tidak mampu menggerakkan lidah ke kanan dan kiri, lidah pasien

mengalami lateralisasi ke kanan. Pasien tampak menunjukan respon yang

tidak sesuai saat diajak berkomunikasi, saat diajak berkomunikasi kontak

mata pasien tampak kurang. Pasien tidak mampu menjulurkan lidah dan

pasien tidak mampu memutar lidah. Pasien tampak berbicara cadel (pelo),

saat berbicara pasien tampak mengeluarkan kalimat yang sulit dimengerti,

suara terkadang terdengar tidak jelas. Saat diperkusi perut pasien terdengar

kembung.

Rentang gerak pasien tampak terganggu yaitu mengalami kesulitan

dalam melakukan pergerakan ekstremitas kanan. Pasien tidak bisa duduk,

pasien tampak merasa cemas saat bergerak ke kanan karena tangan dan

kaki kananya sulit digerakan hanya bisa miring kiri. Pasien mengalami

hemiplegia pada kedua ekstremitas kanan dengan kekuatan otot pada

ekstremitas kanan 1111 dan ekstermitas kiri 4444. Tanda-tanda vital: TD:

178/80 mmHg, frekuensi nadi: 98x/menit, frekuensi napas: 26x/menit,

Suhu: 36,8ºC, saturasi oksigen: 99% dan GCS: E3M5V4.

Kesan CT-Scan: sulci cerebri dan fissura sylvi tidak melebar, tidak

tampak lesi patologis di intraparenimal cerebrum dan cerebellum,

thalamus, pons dan medulla oblongata tak tampak kelainan. Sistem

ventrikel dan sistem tidak melebar, tidak tampak pergeseran garis tengah,

perselubungan hipondens berbentuk kubah di sinus maksila kiri. Kedua

orbita, sinus paranasal lainnya dan mastoid tak tampak kelainan, tulang –

tulang kesan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


69

intak pada CT-Scan saat ini. Hasil Lab: Kolesterol Total 283 mg/dl,

Kolesterol HDL 36.0 mg/dl (48.9 – 73.5), Kolesterol LDL 222 mg/dl

(<130).

9. Analisa Data

No. Data Masalah Etiologi

1. Subjektif : Keluarga mengatakan Resiko perfusi Faktor resiko

pasien mempunyai riwayat serebral tidak hipertensi

mempunyai hipertensi sejak 2 efektif

tahun yang lalu, keluhan nyeri

kepala dan nyeri tengkuk yang

dirasakan juga tidak terlalu

mengganggu pasien sehingga

pasien tidak pergi ke fasilitas

kesehatan untuk memeriksa

keadaannya. Pasien mengatakan

napasnya sudah tidak terasa sesak,

pasien mengatakan pernapasannya

sudah terasa lebih baik meski

tidak menggunakan nasal kanul

3l/menit.

Objektif : Kesan CT-Scan : sulci

cerebri dan fissura sylvi tidak

melebar, tidak tampak lesi

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


70

patologis di intraparenimal

cerebrum dan cerebellum.

Thalamus, pons dan medulla

oblongata tak tampak kelainan.

Sistem ventrikel dan sistem tidak

melebar, tidak tampak pergeseran

garis tengah, perselubungan

hipondens berbentuk kubah di

sinus maksila kiri. Kedua orbita,

sinus paranasal lainnya dan

mastoid tak tampak kelainan,

tulang – tulang kesan intak pada

CT-Scan saat ini. Tanda-tanda

vital: TD:178/80 mmHg,

frekuensi nadi: 98x/menit,

frekuensi napas: 21x/menit, Suhu:

36,8ºC dan GCS: E3M5V4 CRT

<

2 detik, saturasi oksigen 99%,

kanul 3 liter/menit
2. Subjektif : Pasien mengatakan Gangguan Kelemahan

tidak bisa miring ke arah kanan, mobilitas fisik anggota gerak

Pasien mengatakan tidak bisa (hemiplegia pada

berjalan semenjak terserang ekstermitas

stroke, keluarga mengatakan kanan)

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


71

aktivitas pasien dibantu keluarga

dan perawat.

Objektif : Pasien tampak hanya

bisa tirah baring, Pasien tampak

kesulitan saat akan miring sebelah

kanan, pasien tidak bisa duduk,

pasien tampak merasa cemas saat

bergerak ke kanan karena tangan

dan kaki kananya sulit di gerakan

hanya bisa miring kiri, rentang

gerak pasien tampak terganggu

yaitu mengalami kesulitan dalam

melakukan pergerakan

ekstremitas kanan. Pasien

mengalami hemiplegi pada kedua

ekstremitas kanan dengan

kekuatan otot pada ekstremitas

kanan 1111 dan ekstermitas kiri

4444. Pada pemeriksaan nevus XI

(accesorius) saat pasien diminta

untuk mengangkat bahu, hanya

bahu kiri yang terangkat serta

saat pasien

diminta untuk menoleh pasien bisa

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


72

melakukukannya namun sedikit

kesulitan saat menengok ke kanan.

3. Subjektif: keluarga mengatakan Gangguan Gangguan

sulit memahami apa yang dikatan komunikasi sirkulasi serebral

oleh pasien. verbal

Objektif: pasien tampak tidak

mampu mengeluarkan kalimat

yang jelas, pasien tampak

menunjukan respon yang tidak

sesuai saat berkomunikasi, kontak

mata pasien saat berkomunikasi

tampak kurang, Pasien tampak

berbicara pelo kesulitan

berkomunikasi pasien tampak

mengalami disaritria, lidah pasien

tampak lateralisasi ke kanan, suara

pasien terkadang tidak terdengar

jelas, terjadi gangguan pada nervus

ke XII: Hipoglosus yaitu pasien

kesulitan menggerakkan lidah ke

kanan dan kiri, lidah pasien

tampak lateralisasi ke kanan, suara

pasien terkadang tidak terdengar

jelas, terjadi gangguan pada nervus

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


73

ke XII: Hipoglosus yaitu pasien

kesulitan menggerakkan lidah ke

kanan dan kiri.

4. Subjektif: Keluarga mengatakan Risiko defisit Ketidakmampuan

nafsu makan pasien menurun. nutrisi mencerna

Objektif: Kemampuan makanan

mengunyah pasien menurun,

kemampuan menelan pasien

menurun, pasien terpasang NGT

Naso Gastric Tube di lubang

hidung kanan, pasien mengalami

perdarahan di lambung, pasien

mengeluarkan residu lambung

berwarna coklat pekat, pasien

dipuasakan selama 4 hari dari

tanggal 20-23 Maret 2022, BB: 60

kg, TB: 178 cm. IMT 60kg/1,78 x

1,78 = 18,9 (normal)

5. Subjektif: keluarga mengatakan Defisit perawatan Kelemahan

belum sempat membawakan baju diri (hemiplegia pada

ganti untuk pasien, keluarga ekstremitas

mengatakan hanya membawa dua kanan)

baju untuk pasien.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


74

Objektif: pasien tampak

berantakan, pasien tampak tidak

ganti baju, kulit pasien tampak

lengket dan kotor, aktivitas pasien

dibantu keluarga dan perawat,

Pasien mengalami hemiplegi pada

kedua ekstremitas kanan dengan

kekuatan otot pada ekstremitas

kanan 1111 dan ekstermitas kiri

4444.

6. Subjektif : keluarga pasien Konstipasi Ketidakcukupan

mengatakan pasien belum BAB asupan serat

dari tanggal 17-23 Maret pasien

belum bab, pasien mengeluh

perutnya kembung

Objektif : Pasien tampak hanya

bisa tirah baring, bising usus

6x/menit, dan saat diperkusi perut

pasien terdengar kembung, pasien

mendapat terapi diet puasa dari

tanggal 17-23 Maret, intake 1.525

(infus 1.225+ am 300 ml), output

1.137,5 ml (urine 1100ml + iwl

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


75

37,5 ml) jadi balance cairan pasien

+388 ml.

7. Subjektif: keluarga mengatakan Ansietas Kurang terpapar

sangat cemas dengan kondisi informasi

pasien, keluarga mengatakan

bingung dan tidak paham dengan

penyakit apa yang diderita oleh

pasien, keluarga tidak mengetahui

pengertian, penyebab, tanda dan

gejala dan komplikasi stroke.

Objektif: keluarga tampak sering

bertanya mengenai kondisi pasien,

keluarga tampak cemas, keluarga

tampak mondar-mandir mengecek

keadaan pasien.

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa data diatas maka dirumuskan diagnosa keperawatan sesuai

prioritas, yaitu:

1. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan faktor risiko

hipertensi

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


76

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan kelemahan anggota

gerak (hemiplegia pada ekstremitas kanan)

3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan sirkulasi serebral

4. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan penatalaksanaan medis (puasa

karena ada perdarahan lambung)

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan (hemiplegia pada

ekstremitas kanan)

6. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat dan

penatalaksanaan medis puasa

7. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

C. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Keperawatan

1. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan infark

jaringan otak akibat faktor resiko hipertensi ditandai dengan

Subjektif: Keluarga mengatakan pasien mempunyai riwayat mempunyai

hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, keluhan nyeri kepala dan nyeri tengkuk

yang dirasakan juga tidak terlalu mengganggu pasien sehingga pasien

tidak pergi ke fasilitas kesehatan untuk memeriksa keadaannya.

Pasien mengatakan napasnya sudah tidak terasa sesak, pasien

mengatakan pernapasannya sudah terasa lebih baik meski tidak

menggunakan nasal kanul 3l/menit

Objektif: kesan CT-Scan: sulci cerebri dan fissura sylvi tidak melebar

tidak tampak lesi patologis di intraparenimal cerebrum dan cerebellum.

Thalamus, pons dan medulaoblongata tak tampak kelainan. Sistem

ventrikel dan sistem tidak melebar, tidak tampak pergeseran garis tengah,

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


77

perselubungan hipodens berbentuk kubah di sinus maksila kiri. Kedua

orbita, sinus paranasal lainya dan mastoid tak tampak kelainan, tulang-

tulang kesan intak pada CT-Scan saat ini. Tanda-tanda vital: 178/80

mmHg, frekuensi frekuensi nadi: 98x/menit, frekuensi napas: 21x/menit.

Pasien terpasang alat bantu napas nasal kanul 3l/menit.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam maka

perfusi jaringan serebral meningkat.

Kriteria Hasil: kesadaran pasien meningkat dan kognitif meningkat.

Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, refleks saraf membaik, pasien

tenang, tidak ada penambahan disfungsi neurologis. Tanda-tanda vital

dalam batas normal: TD 110/70 – 120/80 mmHg, frekuensi nadi 60-100

x/menit, frekuensi napas 16-20 x/menit, suhu 36,5-37,5ºC, dispnea

menurun.

Rencana tindakan

a. Identifikasi adanya nyeri kepala, penurunan kekuatan otot, reflek

pupil, reflek menelan, hemiplegia dan tanda babinsky

b. Monitor tingkat kesadaran dengan memeriksa GCS

c. Monitor tanda -tanda vital tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi

napas, saturasi oksigen dan suhu tiap 4 jam.

d. Monitor pupil, ukuran, bentuk, reaksi terhadap cahaya dan gerakan

bola mata setiap 8 jam

e. Monitor pernapasan meliputi pola dan irama, dan auskultasi bunyi napas

f. Berikan posisi kepala 15-30 derajat

g. Berikan oksigen sesuai anjuran 3l/menit melalui nasal kanul

h. Monitor frekuensi, irama, kedalam dan upaya napas setiap 8 jam

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


78

i. Monitor saturasi oksigen setiap 8 jam

j. Berikan terapi farmakologis sesuai program meliputi, Citicolin

2x500mg pukul 06.00 WIB dan 18.00 WIB (IV), Mecobalamin

3x500mg pukul 06:00 WIB, 14:00 WIB, dan 22:00 WIB (IV),

Nicardiphine 2x10mg pukul 06.00 WIB dan 18.00 WIB drip (IV),

Ceftriaxone 1x2g pukul 06:00 WIB (IV), Kalnex 1x500 mg 3x500mg

pukul 06.00 WIB, 14.00 WIB, dan 22.00 WIB, Captopril 2x50mg

(oral) Pukul 06.00 WIB dan 18.00 WIB (setelah pemberian

Nicardipine distop)

Pelaksanaan 23 Maret 2022

Pukul 06.00 WIB memberikan terapi injeksi intravena Citicolin

1x500mg, Mecobalamin 1x500mg, Kalnex 1x500mg, Nicardipine 2x10mg

drip, Captopril 1x50mg (oral) Pasien sudah diberikan obat dan tidak

menunjukan gejala alergi; Pukul 06.15 WIB memonitor tanda-tanda vital,

TD: 190/98 mmHg, frekuensi nadi: 100x/menit, frekuensi napas:

28x/menit, Suhu: 36,8ºC; Pukul 07.00 WIB memonitor frekuensi, irama,

kedalaman dan upaya napas, saturasi oksigen, frekuensi napas 21x/menit

irama pasien tampak normal, kedalam napas tampak normal, pasien

tampak bernapas dengan normal, tidak terdapat produksi sputum berlebih,

saturasi oksigen 98% (pasien dilakukan pelepasan oksegen nasal kanul).

Pukul 07.20 WIB memonitor tingkat kesadaran dengan GCS:

E3M5V4; Pukul 07.30 WIB mengidentifikasi adanya nyeri kepala,

penurunan kekuatan otot, reflek pupil, reflek menelan, hemiplegia dan

tanda babinsky, pasien tampak tenang dan tidak nyeri kepala,

penurunan kekuatan otot

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


79

terjadi pada ekstremitas kanan, reflek pupil baik, reflek menelan belum

bisa dikaji karena pasien masih belum kooperatif, pasien tampak tirah

baring, pasien tampak mengalami hemiplegia pada kedua ekstremitas

kanan tanda babinsky (-); Pada pukul 07.45 WIB memonitor pupil, ukuran,

bentuk, reaksi terhadap cahaya dan gerakan bola mata, kedua pupil tampak

isokor, simetris, dengan ukuran 2mm pada setiap bola mata kanan dan kiri,

reaksi terhadap cahaya baik, pergerakan bola mata belum mampu

mengikuti arah jari perawat yang digerakkan; Pukul 08.30 WIB memantau

pernapasan meliputi pola dan irama, pola napas pasien tampak tidak

normal dengan frekuensi napas: 25x/menit dan irama napas pasien

tampak reguler; Pukul

08.55 WIB memberikan posisi kepala 15-30 derajat, pasien mengatakan

nyaman dengan posisi yang diberikan.

Pukul 10.00 WIB memonitor tanda-tanda vital, TD: 222/101 mmHg,

frekuensi nadi: 98x/menit, frekuensi napas: 25x/menit, Suhu: 36,5ºC;

Pukul

10.10 WIB, memonitor status neurologis, pasien tampak mengalami

gangguan pada Nervus XII yaitu lidah pasien tampak mengalami

lateralisasi ke kiri dan pasien tampak mengalami hemiplegi di kedua

ekstremitas kanan; Pukul 14.00 WIB memberikan terapi injeksi intravena

Mecobalamin 1x500mg, Kalnex 1x500mg, pasien tidak menunjukan

tanda-tanda alergi; Pukul 16.00 WIB, memonitor tanda-tanda vital, TD:

151/70 mmHg, frekuensi nadi: 80x/menit, frekuensi napas: 20x/menit;

Pukul 18.00 WIB; memberikan terapi Citicolin 1x500mg, pemberian

Nicardipine 2x500mg dihentikan, digantikan dengan captopril 1x50mg

(oral), pasien tampak kooperatif.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


80

Pukul 20.00 WIB memonitor tanda-tanda vital, TD: 150/98 mmHg,

frekuensi nadi: 80x/menit, frekuensi napas: 20x/menit, Suhu: 36ºC; Pukul

22.00 WIB memberikan terapi injeksi intravena Mecobalamin 1x500mg

dan Kalnex 1x500mg, pasien tampak kooperatif; Pukul 22.10 WIB

menganjurkan pasien untuk beristirahat, pasien tampak tidur; Pukul 24.00

WIB memonitor tanda-tanda vital, TD: 141/90 mmHg, frekuensi nadi:

80x/menit, frekuensi napas: 20x/menit, Suhu: 36ºC; (pemeriksaan tanda-

tanda vital selanjutnya dilakukan setiap 8 jam atau persift).

Pelaksanaan 24 Maret 2022

Pukul 06.00 WIB memberikan terapi injeksi intravena Citicolin

1x500mg, injeksi intravena kalnex 1x500mg, injeksi intravena ceftriaxone

1x2g, Captopril 1x50mg (oral), pasien tampak kooperatif saat diberi terapi

pasien sudah tidak mendapat terapi Nicardipine 2x10mg; Pukul 07.30 WIB

memonitor tanda-tanda vital, TD:152/91 mmHg, frekuensi frekuensi nadi:

98x/menit, frekuensi napas:20x/menit, Suhu: 36,5ºC; Pukul 07.15 WIB

memonitor tingkat kesadaran dengan GCS: E4M6V5 composmentis;

Pukul

07.45 WIB memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas,

frekuensi napas 21x/menit irama pasien tampak normal, kedalam napas

tampak normal, pasien tampak bernapas dengan normal; Pukul 07.50 WIB

memonitor pola napas, pola napas pasien tampak normal eupnea, pasien

sudah tidak terpasang oksigen nasal kanul.

Pukul 08.00 WIB mengidentifikasi adanya nyeri kepala, penurunan

kekuatan otot, reflek pupil, reflek menelan, hemiplegia dan tanda

babinsky, pasien tampak tenang dan tidak nyeri kepala, pasien masih

mengalami

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


81

penurunan kekuatan otot terjadi pada ekstremitas kanan dengan kekuatan

otot 1111, reflek pupil baik, reflek menelan baik namun saat memberikan

asupan makanan harus bertahap dan perlahan, pasien tampak tirah baring,

pasien tampak mengalami hemiplegia pada kedua ekstremitas kanan;

Pukul

08.30 WIB memonitor pupil, ukuran, bentuk, reaksi terhadap cahaya dan

gerakan bola mata, kedua pupil tampak isokor, simetris, dengan ukuran

2mm pada setiap bola mata, reaksi terhadap cahaya baik, pergerakan bola

mata mampu mengikuti arah jari perawat yang digerakkan; Pukul 08.45

WIB memberikan posisi kepala 15-30 derajat, pasien tampak nyaman

dengan posisi kepala yang berada pada ketinggian 30 derajat; Pukul 10.10

WIB, memonitor status neurologis, pasien tampak masih mengalami

gangguan pada Nervus XII (hipologosus) yaitu lidah pasien masih tampak

mengalami lateralisasi ke kanan dan pasien tampak mengalami hemiplegi

di kedua ekstremitas kanan; Pukul 14.00 WIB memberikan terapi injeksi

intravena Mecobalamin 1x500mg, Kalnex 1x500mg, pasien tidak

menunjukan tanda-tanda alergi; Pukul 14.10 WIB, memonitor tanda-tanda

vital, TD: 151/70 mmHg, frekuensi nadi: 80x/menit, frekuensi napas:

20x/menit; Pukul 18.00 WIB; memberikan terapi Citicolin 1x500mg,

pemberian Nicardipine 2x500mg dihentikan , pasien tampak kooperatif;

Pukul 20.00 WIB memonitor tanda-tanda vital, TD: 141/70 mmHg,

frekuensi nadi: 80x/menit, frekuensi napas: 20x/menit, Suhu: 36ºC; Pukul

22.00 memberikan terapi injeksi intravena Mecobalamin 1x500mg dan

Kalnex 1x500mg, pasien tampak kooperatif; Pukul 22.10 WIB

menganjurkan pasien untuk beristirahat, pasien tampak tidur.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


82

Pelaksanaan 25 Maret 2022

Pukul 06.00 WIB memberikan terapi injeksi intravena Citicolin

1x500mg, injeksi intravena kalnex 1x500mg, injeksi intravena Ceftriaxone

1x2g, Captopril 1x50mg (oral) Pasien tampak kooperatif saat diberi terapi

pasien sudah tidak mendapat terapi Nicardipine 2x10mg; Pukul 07.30 WIB

memonitor tanda-tanda vital, TD:149/91 mmHg, frekuensi frekuensi nadi:

97x/menit, frekuensi napas:19x/menit, Suhu: 35,8ºC; Pukul 07.15 WIB

memonitor tingkat kesadaran dengan GCS: E4M6V5 composmentis;

Pukul

07.45 WIB memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas,

frekuensi napas 21x/menit irama pasien tampak normal, kedalam napas

tampak normal, pasien tampak bernapas dengan normal; Pukul 07.50 WIB

memonitor pola napas, pola napas pasien tampak normal.

Pukul 08.00 WIB mengidentifikasi adanya nyeri kepala, penurunan

kekuatan otot, reflek pupil, reflek menelan, hemiplegia dan tanda

babinsky, pasien tampak tenang dan tidak nyeri kepala, pasien masih

mengalami penurunan kekuatan otot terjadi pada ekstremitas kanan dengan

kekuatan otot 1111, reflek pupil baik, reflek menelan baik namun saat

memberikan asupan makanan harus bertahap dan perlahan, pasien tampak

tirah baring, pasien tampak mengalami hemiplegia pada kedua ekstremitas

kanan; Pada pukul 08.30 WIB memonitor pupil, ukuran, bentuk, reaksi

terhadap cahaya dan gerakan bola mata, kedua pupil tampak isokor,

simetris, dengan ukuran 2mm pada setiap bola mata, reaksi terhadap

cahaya baik, pergerakan bola mata mampu mengikuti arah jari perawat

yang digerakkan; Pukul 08.45

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


83

WIB memberikan posisi kepala 15-30 derajat, pasien tampak nyaman

dengan posisi kepala yang berada pada ketinggian 30 derajat.

Pukul 10.10 WIB, memonitor status neurologis, pasien tampak masih

mengalami gangguan pada Nervus XII (hipoglosus) yaitu lidah pasien

masih tampak mengalami lateralisasi ke kanan dan pasien tampak

mengalami hemiplegi di kedua ekstremitas kanan; Pukul 14.00 WIB

memberikan terapi injeksi intravena Mecobalamin 1x500 mg, Kalnex

1x500mg, pasien tidak menunjukan tanda-tanda alergi; Pukul 14.10 WIB,

memonitor tanda-tanda vital, TD: 151/70 mmHg, frekuensi frekuensi nadi:

80x/menit, frekuensi napas: 20x/menit; Pukul 18.00 WIB; memberikan

terapi Citicolin 1x500mg, pemberian Nicardipine 2x500mg dihentikan,

pasien tampak kooperatif digantikan dengan Captopril 1x50mg (oral);

Pukul 20.00 WIB memonitor tanda-tanda vital, TD: 141/70 mmHg,

frekuensi nadi: 80x/menit, frekuensi napas: 20x/menit, Suhu: 36ºC; Pukul

22.00 memberikan terapi injeksi intravena Mecobalamin 1x500mg dan

Kalnex 1x500mg, pasien tampak kooperatif; Pukul 22.10 WIB

menganjurkan pasien untuk beristirahat, pasien tampak tidur.

Evaluasi 25 Maret 2022 pukul 20.00 WIB

Subjektif: Pasien mengatakan sudah merasa lebih baik karena sekarang

nyeri kepala sudah berkurang 2/10 numeric scale, nyeri pinggang sudah

berkurang 1/10 numeric scale karena sudah rutin miring mengubah posisi,

keluarga mengatakan cemas sudah berkurang karena pasien sudah tampak

lebih baik .

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


84

Objektif: Pasien tampak hanya berbaring, pasien tampak sudah bisa

menggerakan tubuh bagian kiri dengan instruksi namun saat diberi tahanan

pasien tidak mampu menahan gerakan-gerakan yang tidak terkoordinasi

sudah tidak ada, GCS pasien tampak normal respon mata pasien meningkat

E4M6V4, pasien tampak berorientasi dengan baik, lidah pasien masih

tampak lateralisasi ke kanan, keadaan pupil, ukuran, bentuk, reaksi

terhadap cahaya dan gerakan bola mata, kedua pupil tampak isokor,

simetris, dengan ukuran 2mm pada setiap bola mata, reaksi terhadap

cahaya baik, pergerakan bola mata mampu mengikuti arah jari perawat

yang digerakkan dan tanda- tanda vital, TD:160/114 mmHg, frekuensi

nadi: 80x/menit, frekuensi napas: 20x/menit, Suhu: 36,6ºC, pasien sudah

tidak terpasang alat bantu napas.

Analisa: Risiko perfusi serebral tidak efektif teratasi sebagian

Perencanaan: Intervensi dilanjutkan dilanjutkan oleh perawat ruangan

neurologi untuk poin a, b, c, d, e, f, g, h, I dengan kriteria hasil kesadaran

pasien meningkat dan kognitif meningkat. Tidak ada tanda-tanda

peningkatan TIK, refleks saraf membaik, pasien tenang, tidak ada

penambahan disfungsi neurologis. Tanda-tanda vital dalam batas normal:

TD 160/70 – 120/80 mmHg, frekuensi frekuensi nadi 60-100 x/menit,

nafas 16-20 x/menit, suhu 36,5-37,5ºC.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

neuromuskular dan kelemahan anggota gerak yang ditandai dengan

Subjektif: Pasien mengatakan tidak bisa miring ke arah kanan, pasien

mengatakan tidak bisa duduk, pasien mengatakan tidak bisa berjalan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


85

semenjak terserang stroke, pasien mengatakan rentang geraknya terbatas,

keluarga mengatakan aktivitas pasien dibantu keluarga dan perawat.

Objektif: Pasien tampak hanya bisa tirah baring, pasien tampak kesulitan

saat akan miring sebelah kanan, pasien tidak bisa duduk, pasien tampak

merasa cemas saat bergerak ke kanan karena tangan dan kaki kananya

sulit di gerakan hanya bisa miring kiri, rentang gerak pasien tampak

terganggu yaitu mengalami kesulitan dalam melakukan pergerakan

ekstremitas kanan. Pasien mengalami hemiplegi pada kedua ekstremitas

kanan dengan kekuatan otot pada ekstremitas kanan 1111 dan ekstermitas

kiri 4444. Pada pemeriksaan nevus XI (accesorius) saat pasien diminta

untuk mengangkat bahu, hanya bahu kiri yang terangkat serta saat pasien

diminta untuk menoleh pasien bisa melakukukannya namun sedikit

kesulitan saat menengok ke kanan.

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, maka

diharapkan rentang mobilitas fisik pasien meningkat

Kriteria Hasil: Rentang gerak (ROM) mengalami peningkatan dan

kekuatan otot meningkat. Tidak mengalami nyeri pada sat bergerak, tidak

takut untuk bergerak, sendi menjadi lebih lentur dan tidak kaku, mampu

bergerak secara mandiri meningkat, gerakan tidak terkoordinasi menurun.

Rencana tindakan:

a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainya

b. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

c. Identifikasi kekuatan otot setiap 8 jam

d. Monitor frekuensi jantung dan TD sebelum memulai ambulasi

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


86

e. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu pagar tempat tidur,

kursi atau bantal

f. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan

pergerakan

g. Edukasi tujuan dan prosedur ambulasi

h. Anjurkan ambulasi dini duduk di tempat tidur dan menggerakan

ekstermitas yang lumpuh

i. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (duduk di tempat

tidur dan ROM)

j. Bantu Activity Daily Living (ADL) pasien mulai dari pindah posisi,

mandi, BAB dan BAK, serta berpakaian.

Pelaksanaan 23 Maret 2022

Pukul 10.15 WIB mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik

pada pasien, pasien tampak hanya berbaring dan kurang kooperatif saat

diilakukan pengkajian; Pukul 10.20 WIB mengidentifikasi toleransi fisik

melakukan pergerakan, pasien tampak lemah dan kesulitan dalam

menggerakan ekstermitas kanan; Pukul 10.30 mengidentifikasi kekuatan

otot kekuatan otot ekstermitas kanan 1111 dan kekuatan otot ekstermitas

kiri 4444; Pukul 10.35 WIB memonitor frekuensi jantung dan TD

sebelum memulai ambulasi, TD: 222/101 mmHg, frekuensi nadi:

98x/menit, frekuensi napas: 25x/menit, Suhu: 36,5ºC; Pukul 10.55 WIB

mengidentifikasi keterbatasan fungsi dan gerak sendi, pasien mengalami

keterbatasan gerak pada ekstermitas kanan, Pukul 11.00 WIB memonitor

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


87

lokasi dan ketidak nyamanan atau rasa sakit selama gerakan aktivitas,

pasien hanya berbaring dan belum dapat melakukan aktivitas apapun.

Pukul 11.15 WIB memfasilitasi menyusun jadwal latihan rentang

gerakan sendi aktif maupun pasif, keluarga mengatakan mau melakukan

latihan gerak jika kondisinya dalam keadaan stabil sesuai anjuran dokter

sehari sekali; Pukul 11.23 WIB menjelasakan pada pasien dan keluarga

tujuan dan rencanakan latihan bersama, keluarga mengatakan paham dan

bersedia mengikuti rencana latihan bersama saat TD pasien sudah stabil

dibawah 150/90 mmHg; Pukul 11:50 WIB memberikan penguatan positif

berupa pujian dan motivasi pada keluarga dan pasien untuk melakukan

latihan bersama keluarga tampak lebih bersemangat setelah diberikan

motivasi.

Pelaksanaan 24 Maret 2022

Pukul 10.15 WIB mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik

pada pasien, pasien mengatakan tangan dan kaki kanan masih terasa

lemas, sedang untuk tangan dan kaki kiri bisa digerakan secara normal

dan tidak terdapat nyeri; Pukul 10.20 WIB mengidentifikasi toleransi

fisik melakukan pergerakan, pasien tampak lemah dan kesulitan dalam

menggerakan ekstermitas kanan; Pukul 10.30 mengidentifikasi kekuatan

otot kekuatan otot ekstermitas kanan 1111 dan kekuatan otot ekstermitas

kiri 4444; Pukul 10.35 WIB memonitor frekuensi jantung dan TD

sebelum memulai ambulasi, frekuensi nadi pasien 98x/menit, TD: 145/90

mmHg.

Pukul 10.45 WIB melibatkan keluarga untuk membantu pasien

dalam meningkatkan pergerakan, keluarga tampak membantu pasien

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


88

dalam melakukan ambulasi seperti membantu pasien duduk di tempat

tidur; Pukul 10.55 WIB mengidentifikasi keterbatasan fungsi dan gerak

sendi, pasien mengalami keterbatasan gerak pada ekstermitas kanan,

Pukul

11.00 WIB memonitor lokasi dan ketidaknyamanan atau rasa sakit

selama gerakan aktivitas, pasien mengatakan tidak nyaman jika duduk

terlalu lama; Pukul 11.15 WIB memfasilitasi menyusun jadwal latihan

rentang gerakan sendi aktif maupun pasif, pasien mengatakan mau

melakukan latihan gerak jika kondisinya dalam keadaan stabil; Pukul

11.23 WIB menjelasakan pada pasien dan keluarga tujuan dan

rencanakan latihan bersama, keluarga mengatakan paham dan bersedia

mengikuti rencana latihan bersama; Pukul 11.28 WIB memfasilitasi

gerak sendi teratur dan mobilitas sendi pasien mendapat latihan ROM

pasif dan aktif; Pukul 11.50 WIB memberikan penguatan positif berupa

pujian dan motivasi untuk melakukan latihan bersama pasien tampak

bersemangat setelah diberikan motivasi.

Pelaksanaan 25 Maret 2022

Pukul 10.15 WIB mengdentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik,

pasien mengatakan pinggangnya sakit dengan P: imobilisasi, Q: nyut-

nyutan, R: area pinggang, S: 2/10 numeric scale, T: hilang timbul; Pukul

10.25 WIB mengidentifikasi kekuatan otot pasien, kekuatan otot pasien

pada ekstremitas atas kanan 1111, ekstremitas atas kiri 4444, ekstremitas

bawah kanan 1111, ektremitas bawah kiri 4444; Pukul 10.30 WIB

mengidentifikasi adanya toleransi fisik terhadap pergerakan, pasien

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


89

mengatakan tidak bisa miring ke kanan dan tidak bisa bangun dari tempat

tidur.

Pukul 10.40 WIB memonitor frekuensi jantung dan TD sebelum

memulai ambulasi, frekuensi frekuensi nadi: 95x/menit dan TD pasien

141/86 mmHg; Pukul 10.50 WIB memfasilitasi menggunakan

pergerakan, pasien tampak dimiringkan ke kanan sekitar 10 detik dan

duduk ditempat tidur sekitar 10 detik; Pukul 11.00 WIB memfasilitasi

dengan menggunakan alat bantu, pasien tampak menggunakan sisi

tempat tidur sebagai alat bantu untuk miring dan duduk ditempat tidur

dengan dibantu keluarga dan perawat; Pukul 11.20 WIB menganjurkan

ambulasi dini, pasien mengatakan keinginan untuk melakukan ambulasi

dini seperti duduk ditempat tidur, pasien belum mampu melakukan

ambulasi terlalu lama; Pukul 11.35 WIB mengajarkan ambulasi

sederhana, pasien tampak mampu untuk duduk ditempat tidur selama 15

detik. Pukul 11.50 WIB membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan

hariannya, pasien tampak dibantu dalam BAB dan BAK.

Evaluasi 25 Maret 2022 Pukul 20.00 WIB

Subjektif: Pasien mengatakan sudah bisa miring ke kanan 1 menit

dengan bantuan perawat dan keluarga, pasien mengatakan sudah bisa

duduk ditempat tidur sekitar ± 1 menit dengan sandaran bantal, pasien

mengatakan pinggangnya masih terasa pegal karena terlalu lama

berbaring,

Objektif: Pasien tampak sudah bisa miring ke kanan degan bantuan,

pasien tampak sudah bisa duduk ditempat tidur dengan bantuan perawat,

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


90

pasien tampak kekuatan otot pasien pada ekstremitas atas kanan 1111,

ekstremitas atas kiri 4444, ekstremitas bawah kanan 1111, ektremitas

bawah kiri 4444, gerakan tidak terkoordinasi sudah tidak ada, pasien

tampak belum mampu bergerak dengan mandiri, pasien tampak belum

mampu berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya.

Analisa: Gangguan mobilits fisik belum tertasi

Perencanaan: Intervensi dilanjutkan oleh perawat di ruang neurologi

pada poin a,b,c,d,g, dengan kriteria hasil rentang gerak (ROM)

mengalami peningkatan dan kekuatan otot meningkat. Tidak mengalami

nyeri pada saat bergerak, tidak takut untuk bergerak, sendi menjadi lebih

lentur dan tidak kaku, mampu bergerak secara mandiri meningkat,

gerakan tidak terkoordinasi menurun.

3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan

sirkulasi serebral ditandai dengan

Subjektif: Keluarga mengatakan sulit memahami kosa kata yang

diucapkan pasien, keluarga mengatakan cara berkomunikasi pasien dengan

menunjuk barang yang di mau.

Objektif: Pasien tampak kesulitan mengeluarkan kalimat yang jelas

pasien tampak menunjukan respon yang tidak sesuai saat berkomunikasi,

pasien tampak mengalami disaritria, pasien tampak berbicara pelo, lidah

pasien tampak laterasi ke kanan, suara pasien terkadang terdengar tidak

jelas, terjadi gangguan pada nervus ke XII: Hipoglosus yaitu pasien

kesulitan menggerakan lidah ke kanan dan kiri, suara pasien terkadang

terdengar tidak jelas.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


91

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, maka

diharapkan komunikasi verbal meningkat.

Kriteria hasil: Kemampuan berbiacara meningkat mampu mengucapkan

kalimat dengan jelas, kemampuan mendengar meningkat ditandai mampu

mengucapkan kembali apa yang diucapkan perawat, kesesuaian ekspresi

wajah dan tubuh meningkat, pelo menurun, respon perilaku membaik,

pemahaman komunikasi membaik mampu merespon lawan bicara.

Rencana tindakan:

a. Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume bicara

b. Monitor frustasi, marah, depresi, atau hal lain yang menganggu bicara

c. Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi

d. Gunakan metode komunikasi alternatif (misal menulis, mata berkedip,

papan komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat tangan)

e. Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan (misal, bediri di depan

pasien, dengarkan dengan seksama, tunjukan satu gagasan atau

pemikiran sekaligus, bicaralah dengan perlahan sambil menghindari

teriakan, gunakan komunikasi tertulis)

f. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan lingkungan yang

tenang dan tidak berisik

g. Ulangi apa yang disampaikan pasien

h. Berikan dukungan psikologis motivasi dan beri afirmasi positif

i. Anjurkan bicara pelan

j. Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis, dan fisiologis

yang berhubungan dengan kemampuan berbicara.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


92

Pelaksanaan 23 Maret 2022

Pukul 12.00 WIB memonitor kecepatan, tekanan, kuantitas,

volume bicara pasien, suara pasien terdengar tidak jelas, pasien tampak

tidak kooperatif saat diajak berkomunikasi, hanya mengeluarga suara yang

tidak jelas dan tidak ada artinya; Pukul 12.10 WIB memonitor frustasi,

marah, depresi, atau hal lain yang menganggu bicara, pasien tampak

tampak belum bisa berkomunikasi dengan perawat maupun keluarga,

keluarga tampak kebingungan dengan kondisi pasien saat ini yang tidak

bisa diajak berkomunikasi; Pukul 12.30 WIB mengidentifikasi perilaku

emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi, ekspersi pasien tampak

tidak sesuai dan kontak mata kurang saat diajak berkomunikasi; Pukul

12.40 WIB menggunakan metode komunikasi alternatif dengan

menggunakan isyarat, pasien tampak belum kooperatif saat diajak

berkomunikasi.

Pukul 13.00 WIB, menyesuaikan gaya komunikasi dengan

kebutuhan (bediri di depan pasien, mendengarkan dengan seksama,

menunjukan satu gagasan atau pemikiran sekaligus, berbicara dengan

perlahan sambil menghindari teriakan, atau gunakan komunikasi tertulis)

pasien tampak tidak memperhatikan, kontak mata tidak ada dan melakukan

beberapa gerakan tidak terkoordinasi; Pukul 13.10 WIB memodifikasi

lingkungan untuk meminimalkan bantuan, pasien tampak di tempat di

ruangan dekat nurse station agar memudahkan jika perlu bantuan; Pukul

13.20 WIB memberikan dukungan psikologis, pasien tampak lebih tenang;

Pukul 13.40 WIB menganjurkan pasien bicara pelan, pasien tampak belum

mampu untuk berbicara dan mengeluarkan kalimat; Pukul 13.50 WIB

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


93

mengajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis, dan fisiologis

yang berhubungan dengan kemampuan berbicara keluarga mengatakan

belum begitu paham dengan proses patologis stroke yang dapat

mengakibatkan gangguan bicara.

Pelaksanaan 24 Maret 2022

Pukul 12.05 WIB memonitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume

bicara pasien tampak berbicara dengan volume suara rendah, dan lambat

pasien tampak banyak diam; Pukul 12.10 WIB memonitor frustasi, marah,

depresi, atau hal lain yang menganggu bicara, pasien tampak kesal dan

marah jika apa yang diucapkan tidak dimengerti oleh orang tuanya; Pukul

12.20 WIB mengidentifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk

komunikasi pasien tampak memberikan ekspresi kesal jika perawat dan

orang tuanya tidak memahami apa yang dikatakan.

Pukul 12.30 WIB menggunakan metode komunikasi alternatif

dengan menggunakan isyarat tangan pasien tampak menunjuk sesuatu

yang dia inginkan; Pukul 12.40 WIB. Menyesuaikan gaya komunikasi

dengan kebutuhan (bediri di depan pasien, mendengarkan dengan

seksama, menunjukan satu gagasan atau pemikiran sekaligus, berbicara

dengan perlahan sambil menghindari teriakan, atau gunakan komunikasi

tertulis) pasien tampak memperhatikan dengan seksama saat perawat

berbicara.

Pukul 12.50 WIB memodifikasi lingkungan untuk meminimalkan

bantuan, pasien tampak lebih nyaman berbicara jika ruangan dalam

keadaan tenang dan tidak berisik. mengulangi apa yang disampaikan

pasien hasil pasien tampak merasa lebih nyaman saat parawat

mengkonfirmasi ulang apa

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


94

yang dikatakan; Pukul 13.00 WIB memberikan dukungan psikologis,

pasien tampak lebih tenang dan bersemangat setelah dimotivasi oleh

perawat untuk belajar mengucapkan kalimat secara perlahan; Pukul 13.10

WIB menganjurkan pasien bicara pelan, pasien tampak berbicara dengan

pelan dalam mengucapkan setiap kata. Pukul 13.20 WIB Mengajarkan

pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang

berhubungan dengan kemampuan berbicara keluarga mengatakan paham

dengan proses patologis stroke yang dapat mengakibatkan gangguan

bicara.

Pelaskanaan 25 Maret 2022

Pukul 12.10 WIB memonitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume

bicara pasien tampak berbicara dengan volume suara sedang, dan lambat.

Pukul 12.20 WIB memonitor frustasi, marah, depresi, atau hal lain yang

menganggu bicara, pasien sudah tidak tampak kesal karena apa yang

diucapkan sudah mulai dimengerti oleh orang tuanya; Pukul 12.30 WIB

mengidentifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi

pasien tampak memberikan ekspresi yang sesuai saat diajak

berkomunikasi; pukul 12.45 WIB menggunakan metode komunikasi

alternatif dengan menggunakan isyarat mata berkedip, dan isyarat tangan

pasien tampak menunjuk sesuatu yang dia inginkan dan sudah mulai bisa

mengucapkan kalimat panjang.

Pukul 12.55 WIB menyesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan

(bediri di depan pasien, medengarkan dengan seksama, tunjukan satu

gagasan atau pemikiran sekaligus, bicaralah dengan perlahan sambil

menghindari teriakan) pasien tampak memperhatikan dengan seksama saat

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


95

perawat berbicara dihadapanya. 13.05 WIB memodifikasi lingkungan

untuk meminimalkan bantuan, pasien tampak lebih nyaman berbicara jika

ruangan dalam keadaan tenang dan tidak berisik.

Pukul 13.08 WIB mengulangi apa yang disampaikan pasien hasil

pasien tampak merasa lebih nyaman saat parawat mengkonfirmasi ulang

apa yang dikatakan. Pukul 13.10 WIB memberikan dukungan psikologis,

pasien tampak lebih tenang dan bersemangat setelah dimotivasi oleh

perawat untuk belajar mengucapkan kalimat secara perlahan. Pukul 13.15

WIB menganjurkan pasien bicara pelan, pasien tampak berbicara dengan

pelan dalam mengucapkan setiap kata, kalimat yang dikeluarkan sudah

mulai jelas; pukul 13.20 WIB mengajarkan pasien dan keluarga proses

kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berhubungan dengan kemampuan

berbicara, keluarga mengatakan paham dengan proses patologis stroke

yang dapat mengakibatkan gangguan bicara.

Evaluasi 25 Maret 2022 pukul 20.00 WIB

Subjektif: Keluarga mengatakan sudah bisa memahami apa yang

diucapkan pasien, pasien mengatakan akan mengikuti anjuran untuk

berbicara secara perlahan, pasien mengatakan lebih mudah berkomunikasi

dengan keluarganya.

Objektif: Pasien tampak berkurang kesalnya karena keluarga sudah mulai

memahami apa yang dikatakan pasien, pasien tampak menunjuk sesuatu

yang diinginkan untuk memudahkan komunikasi, pasien masih tampak

sedikit pelo dan kesulitan jika harus berbicara panjang, pasien tampak

lebih mudah berkomunikasi pasien tampak sudah bisa berekspresi dengan

sesuai,

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


96

kontak mata pasien saat berkomunikasi sudah tampak membaik,

pemahaman pasien dalam berkomunikasi tampak sudah membaik.

Analisa: Gangguan komunikasi verbal teratasi sebagian

Perencanaan: Intervensi dilanjutkan perawat di ruang neurologi pada poin

a, b, c, d, e, f, g, h, dengan kriteria hasil: keamampuan berbiacara

meningkat, kemampuan mendengar meningkat, kesesuaian ekspresi

wajah/tubuh meningkat, pelo menurun, respon perilaku membaik,

pemahaman komunikasi membaik;

4) Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

mencerna makanan ditandai dengan:

Subjektif: Keluarga mengatakan nafsu makan pasien menurun

Objektif: Kemampuan mengunyah pasien menurun, kemampuan menelan

pasien menurun, pasien terpasang NGT di lubang hidung kanan, pasien

mengalami perdarahan di lambung, pasien mengeluarkan residu lambung

berwarna coklat pekat, pasien dipuasakan salama 4 hari dari tanggal 20-23,

BB: 60 kg, TB: 178 cm. IMT 60kg/1,78 x 1,78 = 18,9 (normal)

Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam maka diharapkan

status nutrisi membaik.

Kriteria hasil: Berat badan membaik ditandai dengan tidak adanya

penurunan berat badan, indeks massa tubuh membaik rentang 18,5-24.9,

frekuensi makan membaik sehari tiga kali, kekuatan otot mengunyah

meningkat ditandai dengan pasien tidak kesulitan dalam mengunyah

makanan, kekuatan otot menelan meningkat ditandai dengan pasien tidak

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


97

kesulitan dalam menelan, nafsu makan membaik menghabiskan porsi

makanan yang disediakan, bising usus membaik 5-34 kali permenit.

Rencana tindakan:

a. Identifikasi status nutrisi berupa IMT setiap 3 hari

b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

c. Identifikasi makanan yang disukai

d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien

e. Identifikasi perluya penggunaan selang nasogastrik

f. Monitor asupan makanan, monitor berat badan tiap 3 hari

g. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (Hemoglobin, Leukosit

Hematokrit, Kolesterol, Kolesterol HDL, Kolesterol LDL, Trigliserida)

h. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang hangat

i. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

j. Hentikan makanan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat

ditoleransi

k. Ajarkan diet yang di programkan (puasa 20-23 maret) (susu 3x150 ml

24 maret) (diet lunak 25 maret)

l. Kolaborasi dengan ahi gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis

nutrien yang dibutuhkan

m. Berikan terpi farmakologis Sucralafate 4x5ml (oral) pada pukul 06.00

WIB, 12.00 WIB, 18.00 WIB, dan 24.00 WIB, Ranitidine 2x1g (IV)

pukul 06.00 WIB & 18.00 WIB; Omeperazole 2x40mg (IV) pukul

06.00 & 18.00 WIB.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


98

Pelaksanaan 23 Maret 2022

Pukul 06.10 WIB memberikan terapi farmakologis Sucralafate 1x5ml

(oral), Ranitidine 1x1g (IV), Omeperazole 1x40mg (IV), pasien sudah

diberikan obat dan tidak terdapat tanda-tanda alergi; Pukul 12.05 WIB

memberikan terapi farmakologis Sucralafate 1x5ml (oral), pasien sudah

diberikan obat dan tidak terdapat tanda-tanda alergi; WIB Pukul 14.05

WIB mengidentifikasi status nutrisi, BB: 60 kg, TB: 178 cm. IMT

60kg/1,78 x 1,78 = 18,9 (normal); Pukul 14.10 WIB, mengidentifikasi

alergi dan intoleransi makanan, keluarga mengatakan pasien tidak

memiliki alergi dan intoleransi makanan.

Pukul 14.15 WIB, mengidentifikasi makanan yang disukai, keluarga

mengatakan pasien menyukasi makanan yang berkuah; Pukul 14.30 WIB

mengdentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien, pasien mendapat terapi

diet cair berupa puasa sudah hari ke 7 sejak dirawat; Pukul 14.45 WIB

mengidentifikasi perluya penggunaan selang nasogastrik, pasien masih

terpasang selang nasogastrik di lubang hidung kanan dan direncanakan

lepas selang nasogastrik ; Pukul 14.50 WIB memonitor asupan makanan

monitor berat badan, pasien belum boleh mengkonsumsi makanan, BB: 60

kg.

Pukul 15.00 WIB memonitor hasil pemeriksaan laboratorium, hasil

lab, Hemoglobin 15.4 g/dl (13.5 - 18.0), Jumlah Leukosit 11.07 10^3/µl

(4.00 - 10.50), Hematokrit 43.4 ∞ (42.0 - 52.0), Kolesterol Total 283 mg/dl,

Kolesterol HDL 36.0 mg/dl (41.5 – 67.3), Kolesterol LDL 222 mg/dl

(<130), Trigliserida 125 mg/dl (<200); Pukul 18.05 WIB memberikan terapi

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


99

farmakologis Sucralafate 1x5ml (oral), Ranitidine 1x1g (IV), Omeperazole

1x40mg (IV), pasien tampak kooperatif saat dilakukan pemberian obat;

Pukul 24.05 WIB memberikan terapi farmakologis Sucralafate 1x10 ml

(oral), pasien tampak kooperatif saat diberikan terapi.

Pelaksanaan 24 Maret 2022

Pukul 06.00 WIB memberikan terapi farmakologis Sucralafate

1x10ml (oral), Ranitidine 1x1g (IV), Omeperazole 1x40mg (IV), pasien

sudah diberikan obat dan tidak terdapat tanda-tanda alergi; Pukul 12.05

WIB memberikan terapi farmakologis Sucralafate 1x5 ml (oral), pasien

sudah diberikan obat dan tidak terdapat tanda-tanda alergi; Pukul 14.10

WIB memonitor ttv pasien, TD: 141/90 mmHg, frekuensi nadi: 90x/menit,

frekuensi napas: 10x/menit, Suhu: 36,7ºC; Pukul 14.20 WIB

mengdentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien, pasien mendapat terapi

diet cair berupa susu 150 ml.

Pukul 14.30 WIB mengidentifikasi perluya penggunaan selang

nasogastrik, pasien sudah tidak memerlukan selang nasogastrik; Pukul

14.40 WIB Memonitor asupan makanan monitor, pasien sudah

mengkonsumsi susu 2x150ml pada pukul 08.00 WIB dan 12.00 WIB;

Pukul

14.50 WIB memonitor hasil laboratorium, hasil laboratorium terakhir pada

tanggal 21 Maret 2022 belum ada hasil lab terbaru.

Pukul 15.10 WIB memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah

konstipasi, pasien belum mendapat makanan padat dan hanya boleh

minum susu; Pukul 15.15 WIB menghentikan makanan melalui selang

nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi, pasien sudah dilakukan

pelepasan NGT

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


10

dan sudah mulai belajar makan melalui mulut; Pukul 15.20 WIB

mengajarkan diet yang di programkan keluarga mengatakan paham dan

akan mengikuti anjuran dari rumah sakit; Kolaborasi dengan ahi gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, pasien masih

mendapat diet susu; Pukul 18.05 WIB memberikan terapi farmakologis

Sucralafate 1x5ml (oral), Ranitidine 1x1g (IV), Omeperazole 1x40mg

(IV), pasien tampak kooperatif saat dilakukan pemberian obat; Pukul

24.05 WIB memberikan terapi farmakologis Sucralafate 1x5ml (oral),

pasien tampak kooperatif saat diberikan terapi.

Pelaksanaan 25 Maret 2022

Pukul 06.00 WIB memberikan terapi farmakologis Sucralafate

1x5ml (oral), Ranitidine 1x1g (IV), Omeperazole 2x40 mg (IV), pasien

sudah diberikan obat dan tidak terdapat tanda-tanda alergi; Pukul 12.05

WIB memberikan terapi farmakologis Sucralafate 1x5ml (oral), pasien

sudah diberikan obat dan tidak terdapat tanda-tanda alergi; Pukul 14.10

WIB memonitor ttv pasien, TD: 141/90 mmHg, frekuensi nadi: 90x/menit,

frekuensi napas: 10x/menit, Suhu: 36,7ºC; Pukul 14.20 mengidentifikasi

kebutuhan kalori dan jenis nutrien, pasien mendapat terapi diet berupa

makanan lunak yaitu bubur; Pukul 14.40 WIB Memonitor asupan

makanan, pasien sudah mengkonsumsi 1 porsi bubur; pada pukul 08.00

WIB dan

12.00 WIB.

Pukul 14.50 WIB memonitor hasil laboratorium, hasil laboratorium

terakhir pada tanggal 21 Maret 2022 belum ada hasil lab terbaru; Pukul

15.00 WIB menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai,

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


10

pasien mandapat diet makana lunak berupa bubur dengan suhu yang

hangat; Pukul 15.10 WIB memberikan makanan tinggi serat untuk

mencegah konstipasi, pasien mengatakan minum jus apel kurang lebih satu

gelas; Pukul 15.20 WIB mengajarkan diet yang di programkan keluarga

mengatakan paham dan akan mengikuti anjuran dari rumah sakit;

Kolaborasi dengan ahi gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis

nutrien yang dibutuhkan, pasien masih mendapat terapi diet makanan

lunak tinggi kalori tinggi protein; Pukul 18.05 WIB memberikan terapi

farmakologis Sucralafate 1x5ml (oral), Ranitidine 1x1 g (IV),

Omeperazole 2x40mg (IV) pasien tampak kooperatif saat dilakukan

pemberian obat; Pukul 24.05 WIB memberikan terapi farmakologis

Sucralafate 1x5ml (oral), pasien tampak kooperatif saat diberikan terapi;

Evaluasi 25 Maret 2022 pukul 20.00 WIB

Subjektif: Keluarga mengatakan nafsu makan sudah mulai membaik,

keluarga mengatakan pasien menghabiskan satu porsi makanannya, pasien

mangatakan akan mengikuti anjuran dari rumah sakit, pasien mengatakan

sudah tidak kesulitan menelan, pasien mengatakan sudah bisa mengunyah

dengan baik.

Objektif: Pasien tampak mengikuti anjuran diet, kulit pasien tampak baik,

tidak terjadi kerontokan rambut yang abnormal, BB: 60 kg, TB: 178 cm.

IMT 60kg/1,78 x 1,78 = 18,9 (normal), pasien sudah tidak terpasang NGT,

pasien sudah tidak dipuasakan, kekuatan otot mengunyah pasien tampak

meningkat, nafsu makan pasien tampak meningkat, bising usus 12x/menit.

Analisa: Risiko defisit nutrisi teratasi

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


10

Perencanaan: Luaran dipertahankan intervensi dilanjutkan

5) Konstipasi berhubungan dengan Ketidak cukupan asupan serat

ditandai dengan

Subjektif: Keluarga pasien mengatakan dari tanggal 17-23 Maret pasien

belum BAB, 4 hari di rawat pasien belum BAB, pasien juga mengeluh

sakit, pasien mengeluh perutnya kembung

Objektif: Pasien tampak hanya bisa tirah baring, bising usus 6x/menit, dan

saat diperkusi perut pasien terdengar kembung pasien mendapat terapi diet

puasa selama 7 hari dari tanggal 17-23 Maret, intake 1.525 (infus 1.225+

am 300 ml), output 1.137,5 ml (urine 1100ml + iwl 37,5 ml) jadi balance

cairan +388 ml.

Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam maka eleminasi

fekal membaik

Kriteria hasil: Keluhan defekasi lama menurun, distensi abdomen

menurun, frekuensi defekasi membaik minimal 2 kali dalam seminggu,

peristaltik usus membaik 5-34 kali permenit.

Rencana tindakan:

a. Identifikasi masalah usus dengan periksa peristaltik usus,

b. Identifikasi pengobatan yang berefek pada sistem gastroitestinal terapi

puasa

c. Monitor buang air besar setiap 8 jam

d. Monitor tanda-tanda dan gejala konstipasi BAB kurang dari 2 kali

dalam seminggu, perut tampak kembung, harus mengejan saat BAB,

tinja

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


10

terlihat kering, keras atau menggumpal, peristaltik usus menurun, setiap

8 jam

e. Berikan air hangat satu gelas setelah makan

f. Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik, sesuai toleransi, miring kanan

dan kiri, duduk di tempat tidur dan melakukan ROM sesuai toleransi

g. Anjurkan pasien mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi

serat, buah-buahan dan sayuran tinggi serat

h. Anjurkan mengurangi asupan makanan yang meningkatkan

pembentukan gas.

i. Anjurkan meningkatkan asupan cairan 1500-2000 ml/hari

j. Kolaborasi pemberian pencahar (lactulac 1x 10ml) pukul 17.00 WIB

Pelaksanaan: 23 Maret 2022

Pukul 15.10 WIB mengidentifikasi pengobatan yang berefek pada

konsistensi gastroitestinal, pasien mendapatkan terapi puasa 7 hari pada

tangal 17-23 maret. Pukul 15.20 WIB memonitor buang air besar, pasien

belum buang air besar sampai hari ini; Pukul 15.30 WIB memonitor tanda-

tanda dan gejala konstipasi, peristaltik usus pasien 12x/menit, perut pasien

tampak kembung, pukul 15.40 WIB kolaborasi pemberian pencahar

lactulac 1x 10ml, pasien direncanakan mendapat lactulac 1x10 ml pada

tanggal 24 Maret 2022 Pukul 17.00 WIB

Pelaksanaan 24 Maret 2022

Pukul 15.45 WIB mengidentifikasi masalah usus, perut pasien

tampak kembung, peristaltik usus pasien 7x/menit; pukul 15.50 WIB

mengidentifikasi pengobatan yang berefek pada konsistensi gastroitestinal,

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


10

pasien mendapatkan terapi puasa 7 hari pada tangal 17-23 maret; Pukul

15.55 WIB memonitor buang air besar, pasien belum buang air besar; Pukul

16.00 WIB memonitor tanda-tanda dan gejala konstipasi, peristaltik usus

pasien 12x/menit, perut pasien tampak kembung, selama satu minggu

dirawat pasien belum BAB; Pukul 16.10 WIB memberikan air hangat

setelah makan, pasien tampak minum 1 gelas air hangat; Pukul 16.15 WIB

menganjurkan meningkatkan aktifitas fisik, sesuai toleransi, pasien tampak

melakukan mobilisasi dibantu dengan perawat dan keluarga.

Pukul 16.30 WIB menganjurkan pasien mengkonsumsi makanan

yang mengandung tinggi serat, pasien tampak hanya mengkonsumsi

makanan dari rumah; Pukul 16.40 WIB menganjurkan mengurangi asupan

makanan yang meningkatkan pembentukan gas, pasien mengatakan tidak

berani makan aneh-aneh selain makanan dari rumah sakit; Pukul 16.50

WIB menganjurkan meningkatkan asupan cairan, pasien mengatakan

sudah minum kurang lebih 5 gelas; Pukul 17.00 kolaborasi pemberian

pencahar lactulac 1x 10ml, pasien minum obat dengan kooperatif.

Pelaksanaan 25 Maret 2022

Pukul 15.30 WIB memonitor buang air besar, pasien pup dengan

konsistensi padat berwarna kuning kecoklatan pekat jumlahnya kurang

lebih 100 cc; Pukul 15.45 WIB mengidentifikasi masalah usus, perut

pasien tampak baik, sudah tidak kembung; 16.00 WIB memonitor tanda-

tanda dan gejala konstipasi, peristaltik usus pasien 12x/menit, perut pasien

masih tampak kembung; Pukul 16.10 WIB memberikan air hangat setelah

makan, pasien tampak minum 1 gelas air hangat; 16.15 WIB

menganjurkan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


10

meningkatkan aktifitas fisik, sesuai toleransi, pasien tampak melakukan

mobilisasi dibantu dengan perawat dan keluarga dan sudah melakukan

latihan ROM.

Pukul 16.30 WIB menganjurkan pasien mengkonsumsi makanan

yang mengandung tinggi serat, pasien tampak hanya mengkonsumsi

makanan dari rumah sakit dan minum juas apel kurang lebih satu gelas;

Pukul 16.40 WIB menganjurkan mengurangi asupan makanan yang

meningkatkan pembentukan gas, pasien mengatakan tidak berani makan

aneh-aneh selain makanan dari rumah sakit; Pukul 16.50 WIB

menganjurkan meningkatkan asupan cairan, pasien mengatakan sudah

minum kurang lebih 5 gelas; Pukul

17.00 WIB kolaborasi pemberian pencahar Lactulac, pasien tampak

kooperatif saat diberikan terapi.

Evaluasi 25 Maret 2022 Pukul 21.00

Subjektif: Pasien mengatakan perutnya sudah terasa lebih nyaman karena

sudah tidak begah lagi, pasien mengatakan sudah mengikuti anjuran dari

perawat

Objektif: Peristaltik usus pasien 9x/menit, perut pasien sudah tidak

kembung, pasien sudah BAB, karakteristik feses padat berwarna kuning

kecoklatan, kurang lebih 100ml.

Analisa: Konstipasi tertasi sebagian

Perencanaan: Intervensi dilanjutkan pada poin c, d, j dengan kriteria hasil

keluhan defekasi lama menurun, distensi abdomen menurun, frekuensi

defekasi membai, peristaltik usus membaik.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


10

6) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ditandai

dengan

Subjektif: Keluarga mengatakan belum sempat membawakan baju ganti

untuk pasien, keluarga mengatakan hanya membawa dua baju.

Objektif: Pasien tampak berantakan, pasien tampak tidak ganti baju, kulit

pasien tampak lengket dan kotor, aktivitas pasien dibantu keluarga dan

perawat, Pasien mengalami hemiplegi pada kedua ekstremitas kanan

dengan kekuatan otot pada ekstremitas kanan 1111 dan ekstermitas kiri

4444, selama 4 hari dirawat pasien belum dikeramas.

Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam maka diharapkan

perawatan diri meningkat

Kriteria hasil: Kemampuan mandi meningkat, kemampuan mengenakan

pakaian meningkat, mempertahankan kebersihan diri meningkat,

melakukan perawatan diri meningkat mandi, BAK, dan BAB.

Rencana tindakan:

a. Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan

b. Monitor kebersihan tubuh (rambut mulut, kulit, kuku)

c. Monitor integritas kulit elastisitas, hidrasi, kemerahan, luka

d. Sediakan peralatan mandi (sabun, sikat gigi, shampo, pelembab kulit)

e. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman dekat dengan nurse

station

f. Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan sehari sekali

g. Pertahankan kebiasaan kebersihan diri ganti baju sehari 2 kali

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


10

h. Berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian (bantu keluarga dalam

memandikan)

i. Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap kesehatan

j. Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien

Pelaksanaan: 23 Maret 2022

Pukul 16.05 WIB mengidentifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan,

pasien tampak hanya tirah baring dan hanya mampu menggerakan bagian

ekstermitas kiri pasien butuh bantuan perawat dan keluarga dalam

melakukan perawatan diri; Pukul 16.15 WIB memonitor kebersihan tubuh

(rambut mulut, kulit, kuku), rambut pasien tampak lepek dan berminyak,

mulut pasien tampak berbau, kulit pasien tampak kering, kuku pasien

tampak pendek dan bersih; Pukul 16.20 WIB memonitor integritas kulit,

integritas kulit pasien tampak baik, tidak ada tanda kemerahan maupun

luka iritasi; Pukul 16.30 WIB menjelaskan manfaat mandi dan dampak

tidak mandi terhadap kesehatan, keluarga dan pasien mengatakan paham

dan bersedia menerapkan mandi secara rutin; Pukul 16.35 WIB

menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman, pasien sudah

ditempatkan diruangan yang nyaman.

Pelaksanaan 24 Maret 2022

Pukul 06.10 WIB mengidentifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan,

pasien tampak hanya tirah baring dan hanya mampu menggerakan bagian

ekstermitas kiri pasien butuh bantuan perawat dan keluarga dalam

melakukan perawatan diri; Pukul 06.15 WIB memonitor kebersihan tubuh

(rambut mulut, kulit, kuku), rambut pasien tampak lepek dan berminyak,

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


10

mulut pasien tampak berbau, kulit pasien tampak kering, kuku pasien

tampak pendek dan bersih; Pukul 06.20 WIB memonitor integritas kulit,

integritas kulit pasien tampak baik, tidak ada tanda kemerahan maupun

luka iritasi; Pukul 06.25 WIB menjelaskan manfaat mandi dan dampak

tidak mandi terhadap kesehatan, keluarga dan pasien mengatakan paham

dan bersedia menerapkan apa mandi secara rutin; Pukul 06.35 WIB

menyediakan peralatan mandi (sabun, sikat gigi, shampo, pelembab kulit),

keluarga mengatakan peralatan mandi sudah disiapkan; Pukul 06.40 WIB

menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman, pasien sudah

ditempatkan diruanagan yang nyaman.

Pukul 06.55 WIB memfasilitasi mandi, sesuai kebutuhan, pasien

akan dimandikan dengan bantuan keluarga; Pukul 07.10 WIB

mempertahankan kebiasaan kebersihan diri, keluarga mengatakan akan

menjaga kebersihan diri pasien; Pukul 07.15 WIB memberikan bantuan

sesuai tingkat kemandirian, pasien membutuhkan bantuan perawat dan

keluarga untuk melakukan aktivitas sehari-hari, pasien dimandikan oleh

perawat dan bantuankeluarga; Pukul 07.20 WIB mengajarkan kepada

keluarga cara memandikan pasien, keluarga mengatakan paham dan bisa

mempraktekan pada pasien serta mau memandikan pasien secara rutin.

Pelaksanaan 25 Maret 2022

Pukul 17.10 WIB memonitor kebersihan tubuh (rambut mulut, kulit,

kuku), rambut pasien tampak bersih dan rapih, mulut pasien tampak

bersih, kulit pasien tampak bersih dan lembab, kuku pasien tampak pendek

dan bersih; Pukul 17.20 WIB memonitor integritas kulit, integritas kulit

pasien

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


10

tampak baik, tidak ada tanda kemerahan maupun luka iritasi; Pukul 17.25

WIB menjelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap

kesehatan, keluarga dan pasien mengatakan paham dan sudah memandikan

pasien sesuai anjuran perawat secara mandiri; pukul 17.30 WIB

menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman, pasien sudah

ditempatkan diruanagan yang nyaman 1106; Pukul 17.35 WIB

memfasilitasi mandi, sesuai kebutuhan, pasien tampak dimandikan dengan

bantuan keluarga; pukul 07.40 WIB mempertahankan kebiasaan

kebersihan diri, keluarga tampak menjaga kebersihan tubuh pasien dengan

memandikan dan memberikan lotion serta minyak telon.

Pukul 17.45 WIB memberikan bantuan sesuai tingkat kemandirian,

pasien membutuhkan bantuan perawat dan keluarga untuk melakukan

aktivitas sehari-hari, pasien dimandikan oleh perawat dan bantuan

keluarga; Pukul 17.50 WIB mengajarkan kepada keluarga cara

memandikan pasien, keluarga mengatakan paham dan bisa mempraktekan

secara manidiri pada pasien serta sudah memandikan pasien secara rutin.

Evaluasi 25 Maret 2022 pukul 20.00 WIB

Subjektif: Keluarga mengatakan sudah bisa memandikan pasien sesuai

dengan yang diajarkan perawat, keluarga juga sering mengelap pasien

dengan tisu basah, keluarga mengatakan pasien tampak lebih segar dan

lebih bersih.

Objektif: Pasien tampak dibantu dalam melakukan perawatan diri oleh

keluarga dan perawat, pasien tampak lebih bersih, pasien tampak terlihat

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


11

segar, rambut pasien tampak lebih rapih, kulit pasien tampak lebih bersih

dan lembab, tidak terdapat kemerahan dikulit

Analisa: Defisit perawatan diri teratasi sebagian

Perencanaan: Intervensi dilanjutkan pada poin b, c, h dengan kriteria

hasil kemampuan mandi meningkat, kemampuan mengenakan pakaian

meningkat, mempertahankan kebersihan diri meningkat, melakukan

perawatan diri meningkat.

6. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai

dengan

Subjektif: Keluarga mengatakan sangat cemas dengan kondisi pasien,

keluarga mengatakan bingung dan tidak paham dengan penyakit apa yang

diderita oleh pasien, keluarga tidak mengetahui pengertian, penyebab,

tanda dan gejala dan komplikasi stroke.

Objektif: Keluarga tampak sering bertanya mengenai kondisi pasien,

keluarga tampak cemas, keluarga tampak mondar-mandir mengecek

keadaan pasien.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam maka

tingkat ansietas menurun dengan

Kriteria hasil: Verbalisasi kebingungan menurun, verbalisasi khawatir

akibat kondisi yang dihadapi menurun, perilaku gelisah menurun.

Rencana tindakan:

a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah sesuai kondisi, waktu, dan

stresor

b. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


11

c. Monitor tanda-tanda ansietas verbal dan nonverbal

d. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan

lingkungan yang tenang di nurse station

e. Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh

perhatian

f. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami (jelaskan

semua tindakan medis yang akan dilakukan dan minta persetujuan

(informed consesnt)

g. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan

prognosis, jelakan pengertian, penyebab, tanda dan gejala dan

komplikasi stroke)

Pelaksanaan 23 Maret 2022

Pukul 16.45 WIB mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah sesuai

kondisi, waktu dan stresor, keluarga tampak mondar mandir mengecek

keadaan pasien dan sering bertanya tentang kondisi terkini pasien; Pukul

16.50 WIB mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan, keluarga

mengatakan kepustusan diambil melalui musyawarh bersama; Pukul 17.00

WIB memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal), keluarga

tampak bergantian mondar mandir mengecek keadaan pasien dan sering

bertanya tentang kondisi terkini pasien, pasien mengatakan cemas; Pukul

17.05 WIB menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan

kepercayaan, keluarga tampak tenang dan menceritakan apa yang

diharapkan untuk pasien; pukul 17.15 WIB memahami situasi yang

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


11

membuat ansietas dengarkan dengan penuh perhatian, pasien tampak

banyak bercerita tentang kekhawatirannya pada pasien.

Pukul 17.40 WIB menjelaskan prosedur tindakan medis, termasuk

sensasi yang mungkin dialami, keluarga tampak memahami dan

mengatakan setuju jika itu untuk kesembuhan pasien; Pukul 17.45 WIB

menginformasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan

prognosis, menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala dan

komplikasi stroke keluarga mengatakan paham, dan sudah tidak cemas lagi

dan mengatakan percaya pada pelayanan kesehatan yang ada demi

kesembuhan pasien, keluarga tampak tenang.

Pelaksanaan 24 Maret 2022

Pukul 17.10 WIB mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah

sesuai kondisi, waktu dan stresor, keluarga tampak mondar mandir

mengecek keadaan pasien dan sering bertanya tentang kondisi terkini

pasien; Pukul 17.15 WIB. mengidentifikasi kemampuan mengambil

keputusan, keluarga mengatakan kepustusan diambil melalui musyawarh

bersama; Pukul 17.20 WIB memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan

nonverbal), keluarga tampak bergantian mondar mandir mengecek

keadaan pasien dan sering bertanya tentang kondisi terkini pasien, pasien

mengatakan cemas; Pukul 17.25 WIB menciptakan suasana terapeutik

untuk menumbuhkan kepercayaan, keluarga tampak tenang dan

menceritakan apa yang diharapkan untuk pasien; Pukul 17.30 WIB

memahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


11

perhatian, pasien tampak banyak bercerita tentang kekhawatirannya pada

pasien.

Pukul 17.35 WIB menjelaskan prosedur tindakan medis (pemberian

obat, pemeriksaan lab, dll), termasuk sensasi yang mungkin dialami,

keluarga tampak memahami dan mengatakan setuju jika itu untuk

kesembuhan pasien; Pukul 17.45 WIB menginformasikan secara faktual

mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis, keluarga mengatakan

paham, dan sudah tidak cemas lagi dan mengatakan percaya pada

pelayanan kesehatan yang ada demi kesembuhan pasien, keluarga tampak

tenang.

Evaluasi 24 Maret 2022 Pukul 20.00 WIB

Subjektif: Keluarga mengatakan sudah memahami pengertian, tanda dan

gejala, penyebab penyakit stroke, keluarga mengatakan sudah tidak terlalu

cemas dengan kondisi pasien, keluarga mengatakan mempercayakan

kesembuhan pasien pada rumah sakit dan tuhan.

Objektif: Keluarga tampak tenang, sudah tidak mondar-mandir melihat

kondisi pasien, keluarga pasien pasien tampak sudah bergantian dalam

menunggu pasien.

Analisa: Ansietas berhubungan dengan kurang tepapar informasi teratasi

Perencanaan: Intervensi dihentikan, luaran dipertahankan.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori di BAB

sebelumnya dengan pasien nyata pada saat memberikan “Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Tn. A dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang Neurologi 1101

Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara” dari tanggal dari 23 Maret

sampai 25 Maret 2022. Pembahasan disesuaikan dengan tahapan proses

keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan

keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan

Penyebab Stroke Non Hemoragik pada pasien adalah karena adanya

riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu serta faktor resiko lainnya berupa

peningkatan nilai kolesterol yang dapat memicu terjadinya trombus, yang

dapat dibuktikan dari hasil lab kolesterol total 283 mg/dL, sedangkan

kolesterol HDL rendah 36.0 mg/dl (41.5 – 67.3), Kolesterol LDL tinggi 222

mg/dl (<130) dan pasien memiliki kebiasaan merokok 2-3 bungkus perhari

sebelum sakit serta pasien terkadang mengkonsumsi mengkonsumsi alkohol,

dan hal ini sudah sudah sesuai dengan yang dikemukakan Gofir (2020) bahwa

salah satu penyebab Stroke Non Hemoragik adalah adanya trombosis dan

emboli yang

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


114

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


11

disebabkan oleh beberapa faktor risiko yaitu: penyakit hipertensi,

dislipidemia, diabetes melitus, kegemukan, kelainan jantung, kebiasaan

merokok, diet mengkonsumsi alkohol, dan aktivitas fisik yang minim. Pada

pengkajian selanjutnya penulis akan membahas kesenjangan antara teori

dengan pasien meliputi manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, dan

penatalaksanaan.

Menurut Black & Hawks (2014) dan LeMone, M.Burke & Bauldof,

(2017) manifestasi stroke beragam mulai dari kelumpuhan pada wajah atau

anggota badan sebelah (hemiparise) atau hemiplegia (paralisis) dan gangguan

sensibilitas, penurunan kesadaran, gangguan komunikasi (afasia), pelo atau

cadel (disatria), gangguan penglihatan (diplopia), gangguan menelan

(disfagia), gangguan eliminasi yang mengakibatkan pasien mengalami

inkontinensia dan konstipasi serta mengalami perubahan kognitif dan

perilaku. Sebaliknya penulis tidak menemukan semua manifestasi klinis

gangguan penglihatan (diplopia) pada pasien. Menurut Black & Hawks

(2014) gangguan penglihatan (diplopia) adalah gangguan pengelihatan

terjadi pada pasien stroke apabila adanya infark pada lobus parietal atau

temporal bisa mengganggu jaringan pengelihatan dari saluran optik ke

korteks oksipital dan mengganggu ketajaman pengelihatan.

Namun ganggguan pengelihatan (diplopia) tidak ditemukan pada

pasien hal ini dibuktikan dengan saat dilakukan pemeriksaan Nervus

III (Okulomotorius) tampak diameter pupil 2 mm pada setiap bola mata,

pupil isokor, pemeriksaan Nervus IV (Troklearis) tidak ada kelainan pada

otot-otot mata, hal ini dibuktikan dengan pasien mampu mengikuti arah

tangan perawat dari atas ke bawah, pada pemeriksaan Nervus II (Optikus)

lapang pandang pasien baik yaitu 90º ke samping, fungsi


Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS
11

penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda radang, pasien tidak menggunakan

kaca mata miopia, tidak menggunakan lensa kontak, dan reaksi terhadap

cahaya baik, pada pemeriksaan nervus VI (abducen) gerakan bola mata pasien

normal dan tidak terdapat pengelihatan dobel (diplopia).

Pada pasien tidak ditemukan adanya perubahan kognitif dan perilaku

hal ini dibuktikan dengan pasien mampu berorientasi dengan baik, saat

dilakukan pemeriksaan pasien juga mampu menjawab pertanyaan yang

diajukan perawat dengan baik. Perubahan kognitif dan perilaku dapat terjadi

akibat dari kerusakan jaringan setelah iskemia atau hemoragi yang mengenai

arteri karotis atau vertebra, perubahan kesadaran juga dapat terjadi akibat

edema serebra atau peningkatan TIK (LeMone, M.Burke & Bauldof, 2017)

Dalam hal ini terdapat manifestasi klinis yang tidak dikemukakan

menurut Black & Hawks (2014) dan LeMone, M.Burke & Bauldof, (2017)

namun muncul pada pasien adalah adanya gangguan pada sistem Hematologi,

yaitu perdarahan lambung hal ini dibuktikan dengan ditemukan adanya

perdarahan pada lambung pasien dengan residu lambung berwarna coklat

kehitaman pekat pada tanggal 20 sampai 22 Maret dari hasil pengkajian

penulis menyimpulkan perdarahan lambung pada pasien terjadi akibat adanya

peradangan pada lambung yang disebabkan oleh kebiasaan pasien

mengkonsumsi minuman beralkohol dan minuman stamina dalam jumlah

banyak dan jangka waktu panjang. Hal ini didukung dengan pendapat Morton

(2014) dan Nurarif (2013) bahwa penyebab perdarahan akut saluran cerna

bagian atas yang ditandai dengan hematemesis dan melena adalah adanya

kelainan pada esophagus, berupa pecahnya varises esophagus, esophangitis

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


11

dan adanya keganasan, ulkus, lessi Mallory weiness, kelainan lambung dan

duodenum berupa tukak lambung, tukak duodenum, gastritis erosif, gastropati

kongestif, keganasan., angoodisplasia, penyakit crohn, divertikulum meckel,

penyakit darah yaitu leukemia, DIC, purpura, trombositopenia, penyakit

sistemik yaitu uremia dan lainnya, dan pemakaian obat yang ulserogenik

yaitu golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol, dan lainnya.

Pada pasien ditemukan juga adanya keluhan nyeri pinggang yang jika

dikaitkan dengan teori tidak ada hubungannya dengan gangguan pada fungsi

otak, sehingga penulis menyimpulkan keluhan tersebut merupakan efek

imobilisasi karena lama tidak melakukan aktivitas atau latihan, hal ini

dibuktikan selama satu minggu diarawat pasien tampak hanya berbaring dan

tidak bisa melakukan mobilisasi.

Pada teori yang dikemukan oleh Black & Hawks (2014) terdapat lima

pemeriksaan radiologi yaitu Angiografi serebri, Magnetic Resonance Imaging

(MRI), USG Dopler, Computerized Tomography Scanning (CT-Scan) dan

elektroensefalografi EEG. Terdapat tiga pemeriksaan laboratorium yaitu

pemeriksaan darah lengkap, tes darah koagulasi dan tes kimia darah.

Sedangkan pemeriksaan penunjang pada pasien hanya dilakukan pemeriksaan

radiologi (CT-Scan) dan pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan darah

lengkap dan tes kimia darah). Pemeriksaan lain tidak dilakukan karena dari

hasil pemeriksaan radiologi (CT-Scan) dan pemeriksaan laboratorium

(pemeriksaan darah lengkap dan tes kimia darah) sudah memberikan

gambaran yang cukup untuk membantu menegakkan diagnosa medis pada

pasien.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


11

Kesan CT-Scan dan pemeriksaan darah saat ini membantu

menegakkan diagnosa penyakit yaitu dengan kesan CT-Scan: sulci cerebri

dan fissura sylvi tidak melebar, tidak tampak lesi patologis di intraparenimal

cerebrum dan cerebellum. Thalamus, pons dan medulla oblongata tak tampak

kelainan. Sistem ventrikel dan sistem tidak melebar, tidak tampak pergeseran

garis tengah, perselubungan hipondens berbentuk kubah di sinus maksila kiri.

Kedua orbita, sinus paranasal lainnya dan mastoid tak tampak kelainan,

tulang – tulang kesan intak pada CT-Scan saat ini.. Hal ini disebabkan oleh

karena pasien mempunyai riwayat hipertensi dengan tekanan darah 178/108

mmHg dan pemeriksaan kadar kolesterol dimana hasilnya menunjukkan

adanya peningkatan kolesterol total 283 mg/dl, sedangkan kolesterol HDL

rendah 36.0 mg/dl (41.5 – 67.3), Kolesterol LDL tinggi 222 mg/dl (<130).

Menurut LeMone, M.Burke & Bauldof, (2017) penatalaksanaan yang

dapat diberikan pada penderita stroke adalah obat antikoagulan, antipalatelet,

fibrinolitik, antihipertensi, antidislipidemia, antidiabetes, dan pembedahan.

Pemberian obat antidiabetes merupakan terapi penyerta apabila pasien

mengalami stroke dengan diabetes melitus. Namun pada pasien tidak

diberikan obat antidiabetes dikarenakan pasien tidak memiliki riwayat

diabetes hal ini dibuktikan saat dilakukan pemeriksaan glukosa darah sewaktu

hasilnya 175 mg/dL (70-200).

Penatalakasanaan medis lain yang ada dalam teori namun dihentikan

pemberiannya yaitu obat antikoagulan miniaspi 1x800mg hal ini disebabkan

karena adanya kontraindikasi dalam pemberian obat tersebut dibuktikan

dengan pasien mengalami perdarahan lambung, yang jika pemberian obat

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


11

antikoagulan dilanjutkan akan memperburuk perdarahan dilambung, hal ini

sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hasan (2016) bahwa kontraindikasi

mutlak dan kontraindikasi relatif dalam pemberian koagulan adalah ulkus

peptikum aktif, gangguan ginjal dan hepar, infark berdarah, infar luas,

hipertensi berat dan tidak terkontrol, serta trombositopenia.

Selanjutnya terdapat terapi farmakologis yang tidak dikemukakan

menurut LeMone, M.Burke & Bauldof, (2017) namun diberikan pada pasien

yaitu terapi medikasi sucralfate 4x10mg pasien mendapat medikasi

Sucrealfate dikarenakan mengalami perdarahan lambung, hal ini sesuai

dengan cara kerja obat yaitu untuk melindungi mukosa lambung sehingga

berperan sebagi antiulkus, Sucralfate berkerja dengan mebentuk kompleks

polimer yang dapat melapisi jaringan tukak dengan mengikat eksudat protein

pada lokasi ulkus. Kompleks polimer yang terbentuk berfungsi sebagai

barrier yang mencegah keluarnya asam lambung, pepsin dan asam empedu/

bile salts sehingga dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan lebih

lanjut.

Penatalaksanaan medis lainnya yang tidak dilakukan pada pasien yaitu

pembedahan karena tidak ada indikasi untuk dilakukan pembedahan. Dimana

indikasi pembedahan otak adalah untuk mengembalikan aliran darah ketika

stroke terjadi, atau untuk memperbaiki kerusakan vaskularmalformasi. Hal ini

biasa dilakukan pada orang yang mengalami trans ischemia attack (TIK) atau

dalam bahaya mengalami stroke lainya, endarterektomi karotis pada bifurkasi

arteri karotis dapat dilakukan untuk menghilangkan plak aterosklerosis

(LeMone, M.Burke & Bauldof, 2017)

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


12

Faktor pendukung dalam melakukan pengkajian adalah keluarga

pasien kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan, kerja sama

yang baik dengan perawat ruangan dan kepala ruangan yang membimbing

dari awal hingga akhir proses pengkajian. Faktor penghambat dalam

melakukan pengkajian adalah pasien mengalami gangguan bicara yaitu pelo

dan artikulasi yang tidak jelas sehingga mempersulit penulis untuk

memahami apa yang diucapkan pasien. Hambatan lainnya adalah pasien pada

saat hari pertama pengkajian pasien mengalami penurunan kesadaran dengan

GCS E3M4V2.

Solusinya yang pertama penulis berkonsultasi dengan kepala ruangan

sehingga dibantu untuk melengkapi data pasien, penulis meminta izin kepala

ruangan untuk dipinjamkan rekam medis pasien, namun penulis mendapatkan

hambatan lagi saat membaca rekam medis pasien yaitu pendokumentasian

catatan perkembangan pasien yang tertulis direkam medis ditulis kurang jelas

sehingga penulis sulit untuk memahaminya. Solusi yang kedua adalah penulis

harus mengidentifikasi kembali dengan perawat ruangan tentang kejelasan

data pasien yang ada direkam medis.

Hambatan lainnya saat ditahap pengkajian adalah kesulitan

mendapatkan hasil CT-Scan karena hampir semua pasien di RSUD Koja tidak

ada bukti cetak tertulis kesan CT-Scan oleh Ahli radiologi direkam medis dan

hanya terdapat di komputer data pasien, namun penulis menemukan

hambatan dalam mendapat hasil CT-Scan saat pertama kali pasien masuk ke

RSUD Koja. Menurut informasi dari kepala perawat ruangan bahwa pada saat

ini hasil CT- Scan tidak dicantumkan di rekam medis dan hanya dibacakan

oleh dokter penanggung jawab apabila keluarga pasien ada yang ingin

mengetahui hasil

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


12

dari CT-Scan pasien, kepala ruangan juga menginformasikan jika pasien baru

dilakukan CT-Scan setelah 5 hari dirawat karena terhambat biaya

administrasi. Sebagai solusinya penulis melakukan konsultasi dengan kepala

ruangan dan kepala ruangan berkonsultasi dengan dokter jaga dan dokter jaga

berkonsultasi dengan dokter radiologi, sehingga penulis bisa mendapatkan

kesan dari hasil CT-Scan terbaru milik pasien.

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut LeMone, M.Burke and Bauldof (2017) dan Tim Pokja SDKI

DPP PPNI (2017) ada tujuh diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien

stroke yaitu, Resiko perfusi serebral tidak efektif yang berhubungan dengan

infark jaringan otak, vasospasme serebral, edema serebral dan peningkatan

tekanan intrakranial, gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan

gangguan neuromaskuler, kelemahan anggota gerak, gangguan komunikasi

verbal yang berhubungan dengan gangguan fungsi bicara, defisit nutrisi yang

berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan, penurunan fungsi

nervus hipoglasus dan vagus, gangguan eliminasi urine (inkontinesia urine)

yang berhubungan dengan distensi kandung kemih, resiko konstipasi yang

berhubungan dengan berkurangnya peristaltik usus akibat tirah baring, defisit

perawatan diri yang berhubungan dengan hemiparase/hemiplegia.

Terdapat 6 diagnosa yang ditemukan pada pasien sesuai dengan yang

dikemukanan Menurut LeMone, M.Burke & Bauldof (2017) dan Tim Pokja

SDKI DPP PPNI (2017) yaitu, resiko perfusi serebral tidak efektif

berhubungan dengan faktor risiko hipertensi, gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan gangguan kelemahan anggota gerak (hemiplegia pada

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


12

ekstermitas kanan), gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan

gangguan sirkulasi serebral, risiko defisit nutrisi berhubungan dengan

penatalaksanaan medis (puasa karena ada perdarahan lambung), defisit

perawatan diri berhubungan dengan kelemahan (hemiplegia pada ekstermitas

kanan), risiko konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat

dan penatalaksanaan medis puasa.

Sebaliknya diagnosa yang dikemukakan menurut Menurut LeMone,

M.Burke & Bauldof (2017) dan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) namun

tidak ditemukan pada pasien yaitu gangguan eliminasi urine (inkontinesia

urine) yang berhubungan dengan distensi kandung kemih, gangguan eliminasi

urine (inkontinensia urine) terjadi akibat defisit kognitif, serta adanya

gangguan pada sistem saraf saat akan mengirim pesan bahwa kondisi

kandung kemih yang sudah penuh ke otak tapi otak tidak mempu

mengartikanya dengan benar dan tidak meneruskan pesan untuk tidak

mengeluarkan urine ke kandung kemih. Hal ini tidak ditemukan pada pasien

dibuktikan dengan pasien mampu berkemih secara normal dan spontan serta

tidak terdapat distensi kandung kemih. Pasien sempat terpasang kateter urine

dari tanggal 20-22 Maret namun dengan indikasi imobilisasi bukan karena

pasien mengalami distensi kandung kemih.

Diagnosa selanjutnya yang ditemukan pada pasien namun tidak

dikemukakan oleh LeMone, M.Burke & Bauldof (2017) dan Tim Pokja SDKI

DPP PPNI (2017) yaitu ansietas berhubungan dengan kurang terpapar

informasi, faktor pencetus munculnya ansietas adalah kurangnya pemahaman

keluarga pasien tentang pengertian, penyebab, dan tanda gejala penyakit

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


12

stroke. Hal ini dibuktikan keluarga masih banyak bertanya tentang penyakit

yang diderita oleh pasien, keluarga tampak bolak balik mengecek keadaan

pasien. Hal ini dukung oleh pendapat Sigmund Freud menjelaskan bahwa

ansietas merupakan hasil dari ketidakmampuan menyelesaikan masalah,

konflik yang tidak disadari. Penyebab ansietas dapat bersumber internal dan

eksternal. Internal yang berarti berasal dari dari dalam diri seseorang,

ancaman intergritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau

penurunan kemampuan untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari.

Ancaman terhadap sistem diri dapat membahaykan identitas, harga diri, dan

fungsi sosial yang terintegrasi pada individu. Kecemasan dapat diekspresikan

secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku dan serta tidak

langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya

melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan

peningkatan tingkat kecemasan (Zaini, 2019)

Faktor pendukung dalam melakukan perumusan diagnosa

keperawatan yaitu tersedianya banyak referensi seperti text book maupun

jurnal online yang banyak tentang asuhan keperawatan pada pasien Stroke

non hemoragik, banyaknya sumber yang tersedia sempat membuat penulis

kebingungan dalam menentukan acuan, alternatif yang penulis lakukan adalah

dengan melakukan analisa dan diskusi dengan pembimbing ditemukanla

acuan yang cocok untuk digunakan. Hambatan yang dialami penulis saat

melakukan perumusan diagnosa adalah adanya masalah keperawatan namun

saat dilakukan perumusan data yang diperoleh kurang dari 80% untuk

memenuhi kriteria diangkatnya sebuah diagnosa. Alternatif yang dilakukan

oleh penulis agar tetap

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


12

dapat menyelesaikan masalah keperawatan namun tidak harus mengangkat

diagnosa adalah dengan melakukan beberapa modifikasi dalam perencanaan

untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul.

C. Perencanaan Keperawatan

Penulis menyusun rencana tindakan keperawatan berdasarkan

prioritas masalah dalam teori dengan pasien yang sudah disesuaikan dengan

waktu praktik yaitu 3x24 jam. Untuk kriteria hasil disusun secara spesifik,

mampu diukur, dapat tercapai rasionalnya dan memiliki batas waktu yang

telah diharapkan tercapai.

Menurut Tim Pokja SIKI PPNI DPP PPNI (2018) dan LeMone,

M.Burke & Bauldof (2017) dalam perencanaan keperawatan pada pasien

stroke dengan diagnosa keperawatan gangguan mobilitas fisik tidak terdapat

rencana bantu Activity Daily Living (ADL) pasien. Namun penulis melakukan

modifikasi pada perencanaan di diagnosa keperawatan gangguan mobilitas

fisik berhubungan dengan kelemahan (hemiplegia) pada ekstremitas kanan

dan keluhan nyeri pinggang, dengan memasukan rencana bantu Activity Daily

Living (ADL) hal ini disebabkan pasien mengalami hemiplegia pada

ekstremitas kanan dan pasien juga mengalami nyeri pada pinggangnya akibat

imobilisasi yang lama dan tidak diberikan latihan. Imobilisasi pada pasien

stroke terjadi karena arteri serebral interior atau media terganggu sehingga

mengakibatkan infark pada bagian otak yang mengontrol gerakan (saraf

motorik) dari korteks bagian depan dan timbullah kekakuan, kelumpuhan,

kekuatan otot melemah sehingga mengurangi rentang gerak sendi dan fungsi

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


12

ekstremitas serta aktivitas sehari-hari seperti mandi, makan, berpakaian dan

mencuci baju (Black & Hawks, 2014)

Perencanaan keperawatan yang terdapat pada diagnosa risiko perfusi

serebral tidak efektif beruhubungan dengan faktor risiko hipertensi terdapat

perencanaan yang dimodifikasi yaitu dengan menambahkan intervensi

monitor pernapasan meliputi pola dan irama, dan auskultasi bunyi napas,

monitor frekuensi, irama, kedalam dan upaya napas persift, monitor adanya

produksi sputum, monitor saturasi oksigen, hal ini dikarena pasien pada hari

pertama pengkajian pasien terpasang alat bantu napas nasal kanul 3l/liter, hal

ini dilakukan karena pernapasan merupakan salah indikator adanya gangguan

serebral atau peningkatan TIK.

Dalam melakukan penyusunan perencanaan keperawatan penulis

menemukan hambatan dalam memberikan rencana asuhan yang sesuai

dengan kondisi pasien karena dalam literatur yang digunakan terdapat

beberapa rencana yang berbeda sehingga penulis harus melakukan

modifikasi. Sebagai solusi penulis melakukan analisa ulang dan menambah

literatur bacaan dalam memodifikasi rencana Rencana tindakan yang akan

dilakukan. Rencana tindakan keperawatan terdapat diteori bersumber dari

buku LeMone, Burke, & Bauldof (2017) dan Tarwoto (2013) dan SIKI (2018)

serta program medis yang diberikan berupa obat-obatan dan fisioterapi, yang

diperoleh dari meminjam di perpustakaan kampus dan perpustakaan nasional.

D. Pelaksanaan Keperawatan

Pada tahap ini penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan

rencana yang telah disusun dan semua tindakan keperawatan dilakukan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


12

pendokumentasian selama 3x24 jam. Dalam pelaksanaanya penulis

mengalami beberapa kendala namun sudah ditemukan alternatif dengan

bantuan kepala ruangan dan perawat ruangan.

Faktor pendukung dalam melakukan tindakan keperawatan adalah

pasien dan keluarga sangat kooperatif saat dilakukan tindakan dan mampu

bekerja sama dengan baik dengan penulis serta kepercayaan yang diberikan

oleh kepala perawat ruangan kepada penulis dalam melakukan tindakan

keperawatan.

Disamping itu penulis juga mengalami beberapa hambatan dalam

melakukan tindakan keperawatan pada diagnosa defisit perawatan diri yaitu

memberikan bantuan sesuai tingkat kemandirian (membantu keluarga dalam

memandikan) penulis mengalami kendala dalam memandikan pasien karena

kurangnya fasilitas peralatan mandi dan keramas dari rumah sakit mulai dari

washlap, sabun, air hangat dan baskom air. Solusi yang dilakukan penulis

saat memandikan pasien adalah dengan menggunakan peralatan mandi

pribadi pasien dan menggunakan air termos yang dibawa pasien, solusi

lainnya yang diberikan penulis adalah dengan menganjurkan keluarga

pasien untuk membawa peralatan mandi pribadi dan baskom untuk

menampung air hangat. Pada diagnosa keperawatan gangguan mobilitas

fisik berhubungan dengan kelemahan (hemiplegia pada ektermitas kanan),

penulis mengalami penundaan dalam melaksanakan intervensi ajarkan

ambulasi sederhana yang harus dilakukan (duduk di tempat tidur dan

ROM) penulis menunda pelaksanaan ROM dikarenakan pasien sempat

mengalami kenaikan tekanan darah, sebagai solusi setelah tekanan darah

pasien sudah membaik penulis

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


12

mengajarkan pada keluarga cara ROM agar dapat melakukanya secara

mandiri saat di rumah sakit dan di rumah.(Anggriani et al., 2018)

Hal ini didukung oleh hasil penelitian (Mariana, 2014) mengenai

tekanan darah pasien stroke yang diberi latihan ROM yang mengatakan

bahwa pasien stroke yang diberi latihan ROM akan mengalami peningkatan,

menjadi lebih cepat dan kemudian tekanan darah akan meningkat sewaktu

melakukan kegiatan. Batas tekanan darah pasien untuk dilakukan ROM

adalah <150/100 mmHg.

Hambatan lainnya yang dialami penulis adalah pada saat akan

memberikan terapi farmakologis pada diagnosa keperawatan risiko perfusi

serebral berhubungan faktor risiko hipertensi tidak efektif yaitu pemberian

obat Citicolin 2x500mg pukul: 06.00 WIB dan 18.00 WIB (IV),

Mecobalamin 3x500mg pukul 06:00 WIB, 14:00 WIB, dan 22:00 WIB (IV),

Nicardiphine 2x10mg pukul 06.00 WIB dan 18.00 WIB drip (IV),

Ceftriaxone 1x2g pukul 06:00 WIB (IV), Kalnex 1x500 mg 3x500mg pukul

06.00 WIB, 14.00 WIB,

dan 22.00 WIB, jadwal pemberian terkadang terlambat atau terlalu cepat dari

jadwal yang diberikan dikarenakan lamanya waktu yang diperlukan saat akan

melakukan pengoplosan obat seluruh pasien, perawat ruangan memiliki

kebiasaan mengoplos obat seluruh pasien terlebih dahulu baru diberikan

kepasien secara bersamaan hal ini yang menyebabkan pemberian obat tidak

tepat waktu, serta lamanya pihak farmasi dalam mengantarkan obat ke

ruangan atau terkadang pengambilan obat dilakukan oleh keluarga pasien

yang sering terlambat datang kembali ke ruangan dengan bebagai alasan.

Solusi yang diberikan penulis agar pemberian obat tepat waktu adalah

meminta bantuan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


12

kepada perawat ruangan untuk mengkonfirmasi pada pihak farmasi agar

mengantarkan obat tepat waktu, jika tidak memungkinkan maka penulis

secara mandiri akan mengambil obat tersebut dan segera melakukan

pengoplosan obat untuk pasien kelolaan secara mandiri maksimal 1 jam

sebelum diberikan pada pasien.

Hambatan lain yang dialami penulis adalah saat akan melakukan

tindakan pemberian obat injeksi intravena pada diagnosa risiko perfusi

serebral tidak efektif dan risiko defisit nutrisi adalah kurang tersedianya

peralatan berupa bak injeksi dan perlak di ruangan sehingga terkadang

penulis pada saat akan memberikan terapi injeksi tidak menggunakan bak

injeksi dan perlak tapi digantikan dengan keranjang kecil sebagai pengganti

bak injeksi. Namun hal tersebut tidak sesuai dengan standard operating

procedure (SOP).

Menurut Lestari (2016) pengertian dari pemberian obat injeksi

merupakan memasukan sejumlah obat kedalam vena dengan tujuan tertentu

dengan mengunakan spuit. Dimana standar operasional perlatan yang harus

disediakan alat meliputi, obat sesuai order, aquadest jika dibutuhkan, spuit

sesuai dibutuhkan, tornikuet, alkohol swab, bengkok atau tempat sampah

medis, pengalas, sarung tangan tidak steril, septic box, baki/nampan atau

trolly (Lestari, 2016). Pada hambatan ini penulis belum menemukan

alternatif, meskipun di ruangan tersedia keranjang kecil yang sering

digunakan oleh perawat ruangan sebagai pengganti bak injeksi namun hal

tersebut belum sepadan untuk dijadikan alternatif memperhatikan tingkat

kebersihan dari peralatan yang digunakan serta kesesuaian dengan standard

operating procedure (SOP).

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


12

Hambatan lainnya yang dialami penulis adalah pada perencanaan

monitor hasil laboratorium (hemoglobin, leukosit, hemtokrit, kolestrol, HDL,

kolestrol LDL, dan trigiliserida) pada diagnosa keperawatan risiko defisit

nutrisi dikarenakan hasil labaoratorium pasien terkadang lama keluarnya, dan

terkadang sampel darah maupun hasil laboratorium harus diantar atau diambil

oleh keluarga maupun mahasiswa praktek yang membutuhkan waktu lama

karena letak lab yang berada di lantai satu. Keluarga pasien juga terkadang

mengalami kesulitan untuk menemukan laboratorium. Solusi yang diberikan

penulis adalah agar hasil laboratorium dapat segera dibaca adalah selalu

mengkonfirmasi ulang antara perawat ruangan dengan petugas laboratorium

jika hasil laboratorium sudah keluar agar segera diambil.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang dilakukan penulis, dilakukan sesuai dengan teori

meliputi evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan pada

saat setelah dilakukan tindakan yaitu respon pasien setelah dilakukan

tindakan, sedangkan evaluasi hasil lebih mengacu pada tujuan dan kriteria

hasil yang telah disusun.

Dari tujuh diagnosa yang muncul pada pasien, terdapat 2 diagnosa

sudah teratasi yang pertama adalah ansietas berhubungan dengan kurang

terpapar informasi, hal ini dibuktikan dengan keluarga mengatakan sudah

memahami pengertian, tanda dan gejala, penyebab penyakit stroke, keluarga

mengatakan sudah tidak terlalu cemas dengan kondisi pasien, keluarga

mengatakan mempercayakan kesembuhan pasien pada rumah sakit dan tuhan,

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


13

keluarga tampak tenang, sudah tidak mondar-mandir melihat kondisi pasien,

keluarga pasien pasien tampak sudah bergantian dalam menunggu pasien.

Diagnosa selanjutnya yang sudah tertasi adalah risiko defisit nutrisi

berhubungan dengan penatalaksanaan medis puasa hal ini dibuktikan

keluarga mengatakan nafsu makan sudah mulai membaik, pasien mangatakan

akan mengikuti anjuran dari rumah sakit, pasien mengatakan sudah tidak

kesulitan menelan, pasien tampak mengikuti anjuran diet, kulit pasien tampak

baik, tidak terjadi kerontokan rambut yang abnormal, BB: 60 kg, TB: 178 cm.

IMT 60kg/1,78 x 1,78 = 18,9 (normal), pasien sudah tidak terpasang NGT,

pasien sudah tidak dipuasakan, kekuatan otot mengunyah pasien tampak

meningkat pasien tampak tidak kesulitan mengunyah, nafsu makan pasien

tampak meningkat pasien menghabiskan satu porsi makanya, bising usus

12x/menit.

Pada pasien terdapat 5 diagnosa keperawatan yang tertasi sebagian,

yang pertama adalah diagnosa risiko resiko perfusi serebral tidak efektif

berhubungan dengan faktor risiko hipertensi teratasi sebagian, dikarenakan

terdapat medikasi yang sempat dihentikan dan baru akan dilanjutkan kembali

adalah pemberian antikoagulan yaitu miniaspi 1x800mg, dan menurut

keterangan dokter pasien masih perlu dilakukan observasi lanjutan pada

kondisi pasien terutama pada hasil lab, hasil lab terakhir menunjukan

tingginya kadar kolestrol Total 283 mg/dl, Kolesterol HDL 36.0 mg/dl (41.5

– 67.3), Kolesterol LDL 222 mg/dl (<130). Hal ini dibuktikan pasien

mengatakan sudah merasa lebih baik, pasien mengatakan tidak ada keluhan

nyeri kepala, nyeri pinggang berkurang karena sudah rutin miring mengubah

posisi, keluarga mengatakan cemas sudah berkurang karena pasien sudah

tampak lebih baik.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


13

Pasien tampak hanya berbaring, pasien tampak sudah bisa menggerakan

tubuh bagian kiri dengan instruksi namun saat diberi tahanan pasien tidak

mampu menahan gerakan-gerakan yang tidak terkoordinasi sudah tidak ada,

GCS pasien tampak normal respon mata pasien meningkat E4M6V4, pasien

tampak berorientasi dengan baik, lidah pasien masih tampak lateralisasi ke

kanan, keadaan pupil, ukuran, bentuk, reaksi terhadap cahaya dan gerakan

bola mata, kedua pupil tampak isokor, simetris, dengan ukuran 2mm pada

setiap bola mata, reaksi terhadap cahaya baik, pergerakan bola mata mampu

mengikuti arah jari perawat yang digerakkan dan tanda-tanda vital,

TD:160/114 mmHg, frekuensi nadi: 80x/menit, frekuensi napas: 20x/menit,

Suhu: 36,6ºC, pasien sudah tidak terpasang alat bantu napas.

Diagnosa kedua yang teratasi sebagian adalah gangguan mobilitas

fisik berhubungan dengan kelemahan anggota gerak (hemiplegia pada

ekstermitas kanan) dikarenakan pasien masih mengalami hemiplegia pada

ekstermitas kanan, pasien juga perlu dilakukan observasi lanjutan dalam

latihan fisik berupa ROM untuk meningkatkan kekuatan otot pasien. hal ini

dibuktikan pasien mengatakan sudah bisa miring ke kanan 1 menit dengan

bantuan perawat dan keluarga, pasien mengatakan sudah bisa duduk ditempat

tidur sekitar ± 1 menit dengan sandaran bantal, pasien mengatakan pinggang

nya masih terasa pegal karena terlalu lama berbaring, pasien tampak sudah

bisa miring ke kanan degan bantuan, pasien tampak sudah bisa duduk

ditempat tidur dengan bantuan perawat, pasien tampak kekuatan otot pasien

pada ekstremitas atas kanan 1111, ekstremitas atas kiri 4444, ekstremitas

bawah kanan 1111, ektremitas bawah kiri 4444, gerakan tidak terkoordinasi

sudah tidak ada, pasien

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


13

tampak belum mampu bergerak dengan mandiri, pasien tampak belum

mampu berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya.

Diagnosa ketiga yang tertasi sebagian adalah gangguan komunikasi

verbal berhubungan dengan gangguan sirkulasi serebral dikarenakan pasien

masih mengalami gangguan pada nervus XII hipoglosus yaitu pasien

mengalami kesulitan menggerakan lidah ke kanan dan kiri. Hal ini dibuktikan

keluarga mengatakan sudah bisa memahami apa yang di ucapkan pasien,

pasien mengatakan akan mengikuti anjuran untuk berbicara secara perlahan,

pasien mengatakan lebih mudah berkomunikasi dengan keluarganya. Pasien

tampak berkurang kesalnya karena keluarga sudah mulai memahami apa yang

dikatakan pasien, pasien tampak menunjuk sesuatu yang diinginkan untuk

memudahkan komunikasi, pasien masih tampak sedikit pelo dan kesulitan

jika harus berbicara panjang, pasien tampak lebih mudah berkomunikasi

pasien tampak sudah bisa bereskpresi dengan sesuai, kontak mata pasien saat

berkomunikasi sudah tampak membaik, pemahaman pasien dalam

berkomunikasi tampak sudah membaik.

Diagnosa keempat yang tertasi sebagian adalah konstipasi

berhubungan dengan ketidakcukupa asupan serat dan penatalaksanaan medis

puasa dikarenakan pasien baru BAB 1x dan pemberian terapi farmakologis

pencahar yaitu lactulac masih dilanjutkan 1x10ml dan konsistensi feses

pasien masih tampak padat dan keras. hal ini dibuktikan dengan pasien

mengatakan perutnya sudah terasa lebih nyaman, pasien mengatakan sudah

mengikuti anjuran dari perawat, peristaltik usus pasien 12x/menit, perut

pasien sudah tidak kembung,

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


13

pasien sudah BAB, karakteristik feses padat berwarna kuning kecoklatan

pekat, kurang lebih 100 ml.

Diagnosa kelima yang tertasi sebagian adalah defisit perawatan diri

berhubungan dengan kelemahan (hemiplegia pada ekstermitas kanan)

dikarenakan Activity Daily Living (ADL) pasien masih dibantu keluarga dan

perawat, serta masih perlunya monitor kebersihan tubuh pasien karena

keluarga terkadang lupa untuk menjaga kebersihan diri pasien. hal ini

dibuktikan dengan keluarga mengatakan sudah bisa memandikan pasien

sesuai dengan yang diajarkan perawat, keluarga mengatakan terkadang pasien

dilap dengan tisu basah, keluarga mengatakan pasien tampak lebih segar dan

lebih bersih, pasien tampak dibantu dalam melakukan perawatan diri oleh

keluarga dan perawat, pasien tampak lebih bersih, pasien tampak terlihat

segar, rambut pasien tampak lebih rapih, kulit pasien tampak lebih bersih dan

lembab, tidak terdapat kemerahan dikulit.

Faktor pendukung dalam melakukan evaluasi adalah tujuan dan

kriteria hasil yang tersusun dan pasien kooperatif saat dilakukan tindakan

keperawatan. Dalam melakukan pendokumentasian tindakan ditulis dengan

lebih rapi agar tidak menimbulkan kekeliruan pada saat dibaca dan dapat

dimengerti oleh tenaga kesehatan lainnya. Faktor penghambat yaitu menurut

keterangan perawat yang bertugas belum ada pemeriksaan penunjang

(pemeriksaan laboratorium) terbaru sebagai hasil terbaru dari keadaan pasien

saat ini yang dijadikan acuan untuk menentukan apakah tindakan

keperawatan yang dilakukan berhasil atau tidak. Solusinya penulis melakukan

konsultasi dengan kepala ruangan sehingga didapatkan keterangan bahwa

pasien seharusnya

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


13

dilakukan pemeriksaan penunjang lanjutan namun terhambat biaya

administrasi dari BPJS.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


BAB V
PENUTUP

Pada bab ini penulis melakukan “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. A

dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang Neurologi 1101 Rumah Sakit Umum

Daerah Koja Jakarta Utara”. Maka penulis bisa menarik kesimpulan dan

memberikan saran untuk meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan pada

pasien dengan Stroke Non Hemoragik.

A. Kesimpulan

Penyebab Stroke Non Hemoragik pada pasien akibat adanya riwayat

hipertensi dan tingginya kadar kolesterol total, menurunnya kadar HDL serta

meningkatnya LDL, serta kebiasaan pasien merokok setiap hari sehingga

aliran darah ke otak menjadi terganngu. Pada pengkajian keperawatan,

manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang dan juga penatalaksanaan penulis

menemukan beberapa kesenjangan yang ditemukan pada pasien dengan

sumber literatur yang peroleh penulis. Pengkajian pada pasien berjalan cukup

lancar, hambatan yang dialami saat pengkajian dapat dicari solusinya

sehingga data yang dibutuhkan bisa terkumpul.

135

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


13

Penulis menemukan tujuh diagnosa pada kasus, dimana 6 diagnosa

sudah sesuai dengan yang dikemukakan oleh LeMone, M.Burke & Bauldof,

(2017) dan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) yaitu resiko perfusi serebral

tidak efektif berhubungan dengan infark jaringan otak akibat faktor risiko

hipertensi, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

kelemahan anggota gerak hemiplegia pada ekstermitas kanan, gangguan

komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan sirkulasi serebral, risiko

defisit nutrisi berhubungan dengan penatalaksanaan medis (puasa karena ada

perdarahan lambung), defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan,

risiko konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat dan

penatalaksanaan medis puasa.

Terdapat satu diagnosa yang tidak dikemukakan oleh LeMone,

M.Burke & Bauldof, (2017) dan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) namun

muncul di kasus yaitu ansietas berhubungan dengan kurang terpapar

informasi. Selain itu terdapat diagnosa yang dikemukakan oleh LeMone,

M.Burke & Bauldof, (2017) dan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) namun

tidak muncul pada pasien adalah inkontinensia urien berhubungan dengan

distensi kandung kemih.

Perencanaan keperawatan disusun menyesuaikan dengan teori, dan

berdasarkan prioritas masalah. Beberapa intervensi dimodifikasi disesuaikan

dengan kondisi pasien. Dalam menetapkan batas waktu penulis

menyesuaikannya berdasarkan jam dinas yaitu selama tiga hari. Referensi

yang cukup banyak membantu kelancaran dalam menyusun intervensi,

hamatan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


13

yang dialami penulis saat menyusun intervensi dapat ditemukan solusinya

sehingga penulis dapat memberika intervensi sesuai dengan kebutuhan pasien.

Pada tahap pelaksanaan keperawatan, tindakan dilakukan sesuai

dengan rencana keperawatan yang telah disusun dan pelaksanaannya juga

berjalan dengan baik, namun ada beberapa yang mengalami hambatan, namun

sudah didapatkan solusinya.

Pada tahap evaluasi lima diagnosa keperawatan tercapai sebagian

yaitu, risiko perfusi serebral tidak efektif, gangguan mobilitas fisik, gangguan

komunikasi verbal, risiko konstipasi, dan defisit perawatan diri. Dua diagnosa

sudah teratasi yaitu diagnosa ansietas dan risiko defisit nutrisi

B. Saran

Sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan Stroke Non Hemoragik, maka penulis

mencoba memberikan saran yang dapat berguna untuk semua pihak,

diantaranya:

1. Bagi perawat ruangan

Dokumentasi keperawatan merupakan suatu catatan yang memuat seluruh

data yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan,

perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, dan penilaian

keperawatan yang disusun secara sistematis, valid, dan dapat

dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum. Tujuan dari

pendokumentasian adalah sarana komunikasi antar petugas medis, tagihan

finanasial, edukasi, pengkajian, riset, audit, dan dokumentasi legal.

Diharapkan bagi seluruh tenaga medis dalam melakukan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


13

pendokumentasian untuk setiap kegiatan di rekam medis pasien

hendaknya lebih dirapihkan lagi penulisannya dan ditulis lebih jelas

sehingga bisa dibaca dengan mudah oleh tim tenaga kesehatan lain yang

memerlukan informasi tersebut demi terjaminya keselamatan pasien dan

kelancaran selama pemberian asuhan keperawatan.

2. Untuk penulis

Penulis harus lebih mengembangkan ilmu pengetahuannya dalam bidang

kesehatan khususnya bidang keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien Stroke Non Hemoragik. Hal ini dilakukan

dengan banyak cara seperti membaca buku, membaca literatur dari jurnal

atau artikel, dan melakukan update informasi terbaru tentang Stroke Non

Hemoragik disesuaikan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (IPTEK). Penulis juga perlu meningkatkan kemampuan dalam

berfikir kritis supaya dalam memodifikasi perencanaan keperawatan bisa

sesuai dengan kebutuhan pasien, dengan cara membanding setiap literatur

yang ada dan mencocokkan dengan keadaan pasien.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


DAFTAR PUSTAKA

Affandi, I.G. and Panggabean, R. (2016) ‘Pengelolaan Tekanan Tinggi


Intrakranial pada Stroke’, Cdk-238, 43(3), pp. 180–184.

Anggriani, A. et al. (2018) Pengarum ROM (Range of Motion) Terhadap


Kekuatan Otot Ekstermitas Pada Pasien Stroke Non Hemoragic’, Jurnal
Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 3(2), p. 64.
doi:10.34008/jurhesti.v3i2.46.

Arisetjiono, E. and Munir, B. (2017) Buku Ajar Neurologi. 1st edn. Edited by
S.B.R. Wati and B. Munir. Jakarta: Sagung Seto.

Black, J.M. and Hawks, J.H. (2014) Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
klinis untuk Hasil yang Diharapkan. 8th edn. Edited by A. Suslia et al.
singapura: PT Salemba Medika.

Gofir, A. (2020) Tatalaksana Stroke dan Penyakit Vaskuler Lain. 1st edn. Edited
by Siti. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kemenkes RI (2018) ‘Stroke Dont Be The One’, p. 10.

Kharti Gempitasari, F. and Betriana, F. (2019) ‘Implementasi Evidence Based


Nursing pada Pasien dengan Stroke Non-Hemoragik: Studi Kasus’, Jurnal
Endurance, 4(3), p. 601. doi:10.22216/jen.v4i3.4421.

Kurniati, D. (2019) ‘Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan’, pp. 1–6.

LeMone, P., M.Burke, K. and Bauldof, G. (2017) Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah. 5th edn. Edited by M.T. Iskandar and R.P. Wulandari.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Lestari, S. (2016) Farmakologi Dalam Keperawatan. 1st edn. Edited by D.A.


Suhardi, N.L. Saputri, and R. Mawardi. Jakarta Selatan: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

139
Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS
1

Mariana, A. (2014) ‘Tekanan Darah Pasien Stroke yang Mendapat Latihan Range
of Motion (ROM) di Ruang Bougenvile RSD Mardi Waluyo Blitar’, Jurnal
Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 1(2), pp. 149–154.
doi:10.26699/jnk.v1i2.art.p149-154.

Munir, B. (2017) Neurologi Dasar. 2nd edn. Edited by N.S. Maryam. Jakarta:
Sagung Seto.

Nugraha, A. et al. (2017) Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah


Diagnosis Nanda-I Intervensi NIC Hasil NOC. 1st edn. Edited by D.
Yasmara, Nursiswati, and R. Arafat. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

PPNI (2017) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesian Definisi dan Indikator


Indonesia. 1st edn. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan


Keperawatan. 1st edn. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. 1st edn. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Riskesdas (2018) Laporan Provinsi DKI Jakarta: Riskesdas 2018, Laporan


Provinsi DKI Jakarta. Available at:
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/.

Safitri, R. (2019) ‘Implementasi Keperawatan Sebagai Wujud Dari Perencanaan


Keperawatan Guna Meningkatkan Status Kesehatan Klien’, 3(42), pp. 23–
26. Available at: https://osf.io/8ucph/download.

Zaini, M. (2019) Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial di Pelayanan


Klinis dan Komunitas. 1st edn. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


Lampiran

Pathway Stroke Non Hemoragik

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


Lampiran

Laporan Pendahuluan Obat

A. Captopril

Captoril adalah obat antihipertensi yang termasuk golongan ACE inhibitor.

Obat ini bekerja dengan menghambat perubahan angiotensin 1 menjadi

angiotensin 2 sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi

aldosteron. Vasodilatasi secara langsung akan menurunkan tekanan darah

sedangkan berkurangnya aldosteron akan emnyebabkan ekskresi air dan

natrium dan retensi kalium.

Indikasi obat:

Hipertensi, Captopril dapat digunakan untuk menangani hipertensi

esensial maupun hipertensi sekunder

Kontraindikasi obat:

Kontraindikasi dan peringatan penggunaan captopril di antaranya adalah

pada penggunaan kelompok khusus seperti ibu hamil dan menyusui, jika

terdapat riwayat hipersensitivitas dengan obat ini, atau golongan ACE

Inhibitors lainnya. Peringatan terutama yang pernah mengalami

angioedema selama diterapi dengan obat golongan ACE Inhibitors lainnya.

Efek Samping

Pruritus, gangguan indera pengcapan, gangguan proteinuria, meningkatnya

nilai nitrogen urea darah dan kreatinin, neutropenia.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


B. Lactulax

Laclulac merupakan obat konstipasi yang mengandung Lactulose. Obat ini

digunakan untuk mengobati konstipasi kronis dan ensefalopati portal-

sistemik, termasuk keadaan pre-koma hepatik dan koma hepatik.

Indikasi obat:

Konstipasi kronis. Ensefalopati portal-sistemik, termasuk keadaan pre-

koma hepatik dan koma hepatik.

Kontra Indikasi obat:

Penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat, galaktosemia, dan

obstruksi usus

Efek Samping:

Penggunaan jangka panjang: rasa tidak enak pada perut dan lambung,

diare, kram lambung, rasa haus, kembung, mual, muntah, dehidrasi dan

hipokalemia

C. Nicardipine

Nicardipine adalah obat untuk menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi, nicardipine merupakan obat antagonis kalsium yang bekerja

dengan cara menghambat dan mengendalikan aliran kalsium ke dalam sel

jantung dan pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menjadi lebih

rileks dan aliran darah menjadi lebih lancar. Dengan begitu pasokan darah

dan oksigen ke jantung akan meningkat dan beban kerja jantung akan

berkurang.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


Indikasi obat:

Indikasi pemberian Nicardipine adalah digunakan untuk penderita

hipertensi, angina pektoris stabil, stroke iskemik akut, preeklamsia berat

dan diseksi aorta.

Kontraindikasi obat:

Kontraindikasi Nocarardipin ditemukan pada kasus stenosis aorta,

hipersensitivitas danpenyakit jantung iskemik yang tidak stabil.

Efek samping:

Efek samping yang mungkin timbul setelah menggunakan nicardipine

adalah, pusing, sakit kepala, sakit perut atau heartburn, Flushing atau rasa

hangat di wajah, leher, atau dada, mual, kram otot, konstipasi,

pembengkakan pada tungkai atau kaki, mulut kering, rendahnya tekanan

darah (hipotensi).

D. Ceftriaxone

Ceftriaxone adalah antibiotik beta laktam dari golongan sefalosporin

generasu ketiga yang memiliki efek bakterisidal.

Indikasi obat:

Indikasi pemberian Ceftriaxone adalah untuk mengatasi infeksi bakteri

gram negatif maupun gram positif yang bisasnya terjadi pada infeksi

saluran pernafasan. Infeksi saluran kemih, infeksi saluran cerna, infeksi

kulit, infeksi tulang serta sendi, otitis media, gonorhea, profilaksis,

sebelum operasi dan meningitis.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


Kontraindikasi obat:

Kontraindiasi pemberian Ceftriaxone pada pasien yang memiliki riwayat

hipersensitivitas terhadap obat ini atau golongan obat sefalosporin lainnya,

serta harus lebih diperhatikan pada penderita alergi pada penicilin karena

dapat menimbulkan reaksi silang.

Efek samping:

Efek samping pada pemberian Ceftriaxone yang sering terjadi meliputi

reaksi lokal pada area injeksi, eosinofilia, trombositosis, diare, dan

leukopenia.

E. Kalnex

Kalnex adalah obat dengan kandungan Asam Traneksamat. Asam

Traneksamat merupakan golongan anti-fibrinolitik yang digunakan untuk

membantu menghentikan pendarahan pada sejumlah kondisi, misalnya

mimisan, cedera, pendarahan akibat menstruasi berlebihan, dan

pendarahan pada penderita angio-edema turunan. Asam Traneksamat

merupakan competitive inhibitor dari aktivator plasminogen dan

penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen,

fibrin dari faktor pembekuan darah lain, oleh karena itu Asam

Traneksamat dapat digunakan untuk mengatasi perdarahan akibat

fibrinolisis yang berlebihan. Kegunaan Asam Traneksamat lainnya

termasuk untuk mengatasi masalah pendarahan abnormal pascaoperasi dan

mengurangi pendarahan akibat pencabutan gigi pada penderita hemofilia.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


Indikasi obat:

Indikasi pemberian Kalnex adalah adanya fibrinolisis lokal, prostatectomy,

cervical conisation, angioneuretic edema herediter, abnormal perdarahan

setelah operasi, perdarahan pada ekstraksi gigi pada pasien hemofilia

Kontraindikasi obat:

Kontraindikasi pemberian obat ini adalah pada pasien dengan gangguang

ginjal yang berat, penyakit tromboembolik vena atau arteri,

hipersensitivitas pada asam traneksamat, pasien dengan pemberian terapi

obat hormon, Efek samping:

Efek samping yang mungkin terjadi pada pemberian Kalnex adalah, mual,

muntah, diare, pusing terjadi pada pemberian obat jika diinjeksi terlalu

cepat.

F. Mecobalamin

Mecobalamin adalah obat generik yang merupakan satu bentuk kimiawi-

nya berupa co-enzyme dari B12. Obat ini digunakan untuk mengobati

neuropati perifer (saraf tepi) dan anemia megaloblastik yang disebabkan

oleh defisiensi vitamin B12.

Indikasi obat:

Indikasi pemberian mecobalamin adalah gangguan pada syaraf neuropati

perifer, anemia megalobastik karena defisiensi vitamin B12.

Kontraindikasi obat:

Kontraindikasi pemberian mecobalamian adalah pada penderita

hipersensitivitas, serta perlu memperhatikan penggunaan methylcobalamin

atau mecobalamin pada pasien dengan kondisi medis, seperti riwayat

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


alergi

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


terhadap methylcobalamin atau cobalt, menderita radang lambung,

menjalani operasi pengangkatan lambung.

Efek samping:

Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping tertentu dan sesuai

dengan masing-masing individu Efek samping yang mungkin terjadi

dalam penggunaan obat Mecobalamin adalah mual, muntah, diare, sakit

perut, Anoreksia, Sakit kepala. Jarang, reaksi hipersensitivitas mis. ruam,

dispnea.

G. Citicolin

Citicolin atau citicoline adalah obat untuk mengatasi gangguan memori

atau perilaku yang disebabkan oleh penuaan, stroke, atau cedera kepala.

Selain itu, obat ini juga dapat digunakan meningkatkan daya penglihatan

pada pasien glaukoma.

Citicolin adalah bahan kimia yang sebenarnya secara alami terdapat di

otak. Citicolin bekerja dengan cara meningkatkan jumlah zat kimia di otak

bernama phosphatidylcholine. Zat ini berperan penting dalam melindungi

fungsi otak.

Indikasi obat:

Indikasi penggunaan citicolin adalah sebagai suplementasi untuk

meningkatkan kemampuan kognitif pada lansia dan digunakan untuk

terapi gangguan serebrovaskular, gangguan kognitif, cedera kepala,

penyakit parkinson.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


Kontraindikasi:

Kontraindikasi pemberian Citicolin apabila terjadi hipertonia pada saraf

simpatis.

Efek samping:

Efek samping pemberian Citicolin yang mungkin terjadi dalam

penggunaan obat ini adalah diare, ketidaknyamanan epigastrium, sakit

perut, kelelahan, pusing, sakit kepala, ruam, hipotensi.

H. Ranitidine

Ranitidine merupakan obat obat yang di gunakan untuk mengobati

penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh kelebihan produksi asam

lambung, seperti sakit maag dan tukak lambung. Ranitidine termasuk

golongan antagonis reseptor histamin H2 yang bekerja dengan cara

menghambat secara kompetitif kerja reseptor histamin H2, yang sangat

berperan dalam sekresi asam lambung. Penghambatan kerja reseptor H2

menyebabkan produksi asam lambung menurun baik dalam kondisi

istirahat maupun adanya rangsangan oleh makanan, histamin, pentagastrin,

kafein dan insulin. Obat ini digunakan untuk tukak lambung dan tukak

duodenum, refluks esofagitis, dispepsia episodik kronis, tukak akibat

AINS, tukak duodenum karena H.pylori, sindrom Zollinger-Ellison,

kondisi lain dimana pengurangan asam lambung.

Indikasi obat:

Indikasi pemberian ranitidine diantaranya tukak lambung dan tukak

duodenum, refluks esofagitis, dispepsia episodik kronis, tukak akibat

AINS,

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


tukak duodenum karena H.pylori, sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain

dimana pengurangan asam lambung

Kontraindikasi obat:

Kontraindikasi pemberian Ranitidine adalah jika terjadi porfiria akut, atau

hipersensitivitas terhadap Ranitidine atau komponen obat tersebut.

Efek samping obat:

Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping tertentu dan sesuai

dengan masing-masing individu. Jika terjadi efek samping yang berlebih

dan berbahaya, harap konsultasikan kepada tenaga medis. Efek samping

yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat adalah: Sakit kepala,

konstipasi, diare, mual, rasa tidak nyaman/nyeri perut, pusing.

I. Omeprazole

Omeprazole merupakan obat untuk saluran cerna golongan penghambat

pompa proton, turunan benzimidazole yang berguna untuk menurunkan

produksi asam lambung. Omeprazole digunakan sebagai terapi lini

pertama untuk mengatasi hipersekresi asam lambung yang terjadi pada

ulkus peptikum dan ulkus duodenum. Omeprazole juga digunakan sebagai

bagian dari terapi kombinasi untuk mengeradikasi helicobacter pylori.

Indikasi obat:

Indikasi omeprazole di antaranya untuk ulkus lambung dan duodenum.

Kontraindikasi :

Kontraindikasi omeprazole jika terjadi reaksi alergi terhadap obat. Pada

neonatus, manfaat dan keamanan omeprazole tidak diketahui sehingga

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


omeprazole maupun penghambat pompa proton lainnya sebaiknya tidak

diberikan pada neonatus.

Efek samping:

Mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing, nyeri, abdomen, rasa kembung,

sakit punggung, lemas, bercak kemerahan pada kulit, kolitis akibat

infeksi clostridium difficile, hypomagnesemia, dan nefritis interstitial akut

J. Sucralfate

Sucralfate sirup merupakan obat yang digunakan untuk pengobatan pada

tukak lambung dan usus, gastritis kronik. Obat ini bekerja dengan cara

membentuk lapisan pada dasar tukak sehingga melindungi tukak dari

pengaruh agresif asam lambung dan pepsin.

Indikasi obat:

Indikasi pemberian sucralfate adalah pada penderita tukak lambung dan

usus, gastritis kronik dan profilaksis perdarahan gastrointestinal

Kontraindikasi obat:

Kontrandikasi pemberian sucralfate adalah pada pasien dengan riwayat

hipersensitivitas terhadap sukralfat atau komponennya. Perlunya

memperhatikan dalam penggunaan khususnya pada pasien dengan

penyakit ginjal kronik dan hemodialisis karena peningkatan risiko

toksisitas aluminium.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


Efek samping obat:

Efek samping yang mungkin mucul pada pemberian Sucralfate adalah

konstipasi/sembelit, mulut kering, diare, mual, muntah, pusing, sakit

kepala, nyeri punggung, ruam.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


Lampiran 3

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

Pokok Bahasan : Stroke


Sub Pokok Bahasan : Range of motion
Sasaran : Tn. A dan keluarga
Hari/Tanggal : 24 maret 2022
Tempat : RSUD KOJA Ruang Neurologi
Waktu : 30 menit
Penyuluh : Kustina Maharani

I. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Setelah mendapatkan penyuluhan mengenai Latihan gerak aktif (ROM)

selama 1 x 30 menit diharapkan peserta dapat menjelaskan tentang pengertian

ROM dengan benar, peserta menyatakan keinginan untuk mengikuti kegiatan

penyuluhan mengenai latihan gerak aktif, dan peserta mampu

meredemonstrasikan Langkah-langkah Latihan gerak aktif dengan benar.

II. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )

Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta diharapkan dapat :

1. Menyebutkan pengertian Latihan gerak range of motion

2. Menyebutkan 4 tujuan Latihan range of motion

3. Menyebutkan 2 jenis Latihan range of motion

4. Menyebutkan prinsip range of motion

5. Menyebutkan 12 langkah Gerakan range of motion

III. Materi Penyuluhan

1. Pengertian Latihan range of motion

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


2. Instruksi umum Latihan range of motion

3. Jenis Latihan range of motion

4. Prinsip range of motion

5. Gerakan Latihan range of motion

IV. Metode Penyuluhan

a. ceramah

b. Tanya jawab/Diskusi

c. Demonstrasi dan redemonstrasi

V. Media Penyuluhan

a. Leaflet

b. Lembar balik

VI. Rencana Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Uraian Kegiatan

Penyuluh Audience

1 Pembukaan a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam

b. Menyampaikan b. Menyetujui tujuan


(5 Menit)
tujuan penyuluhan penyuluhan

c. Mengikuti apresiasi
c. Melakukan apresiasi

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


2. Penympaian a. Menanyakan kepada klien a) Bercerita mengenai

Materi tentang pengetahuan mengenai pengetahuan yang

range of motion dimiliki tentang


(20 menit)
b. Melakukan apresiasi range of motion

c. Memberikan penyuluhan dan b) Mengikuti apresiasi

berdiskusi bersama klie c) Menyimak

mengenai range of motion : penjelasan yang

 Menyebutkan pengertian range diberikan dan

of motion berdiskusi

 Menyebutkan 4 tujuan Latihan d) Menyimak

range of motion penjelasan yang

diberikan dan
 Menyebutkan 2 jenis Latihan
berdiskusi
range of motion
e) Menyimak
 Menyebutkan 3 prinsip range
penjelasan yang
of motion
diberikan dan
 Menyebutkan 12 langkah
berdiskusi
Gerakan range of motion
f) Menyimak
d. Mendemonstrasikan cara Latihan
penjelasan yang
range of motion
diberikan dan
e. Memberikan kesempatan pada
berdiskusi
peserta untuk bertanya tentang
g) Bertanya
hal yang belum dipahaminya.
h) Meredemonstrasikan

pemilahan sampah

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


f. Menjawab pertanyaan anggota organic dan

peserta. anorganik.

i) Menyimak jawaban

penyuluh

3 Penutup a. Melakukan evaluasi a. Menjawab pertanyaan

(5 menit) b. Menyimpulkan materi penyuluhan b. Menyimak kesimpulan

dan hasil diskusi


c. Menjawab salam

c. Mengucapkan salam

VII. Evaluasi

1. Evaluasi Struktural

a. SAP dan media telah dikonsultasikan kepada pembimbing sebelum

pelaksanaan

b. Pemberi materi telah menguasai seluruh materi

c. Tempat dipersiapkan H-3 sebelum pelaksanaan

d. Mahasiswa pasien dan keluaga telah berada di tempat sesuai kontrak

waktu yang telah disepakati

2. Evaluasi Proses

a. Proses pelaksanaan sesuai rencana

b. Anggota keluarga aktif dalam diskusi dan tanya jawab

c. Anggota keluarga mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


3. Evaluasi Hasil

a. peserta dapat menyebutkan pengertian range of motion, menyebutkan

4 tujuan Latihan range of motion, menyebutkan 2 jenis Latihan range

of motion, menyebutkan 3 prinsip range of motion, menyebutkan 12

langkah Gerakan range of motion.

b. Terdapat pernyataan keinginan secara verbal dari peserta untuk

mengikuti kegiatan

c. peserta dapat meredemonstrasikan langkah-langkah range of motion

dengan benar.

4. Pertanyaan evaluasi :

a. Apa ibu/bapak sudah mengerti pengertian dari range of motion?

b. Apa ibu/bapak sudah mengerti instruksi umum dan Latihan range of

motion?

c. Ibu/bapak bisa sebutkan apa saja jenis Latihan range of motion !

d. Ibu/bapak bisa sebutkan apa saja prinsip range of motion?

e. Ibu/bapak ada yang bisa menyebutkan apa saja Gerakan Latihan range

of motion!

f. Ibu/bapak bisa menyebutkan tujuan range of motion?

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


LAMPIRAN MATERI

1. Pengertian

Latihan gerak aktif dan pasif/ROM adalah Latihan Gerakan sendi yang

memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien

menggerakan masing-masing persendiannya sesuai dengan Gerakan

normal baik secara aktif ataupun pasif.

2. Tujuan

a. Memelihara dan mempertahankan kekuatan otot

b. Memelihara mobilitas persendian

c. Menstimulasi persendian

d. Mencegah kontraktur sendi

3. Jenis-jenis ROM (Range of motion)

ROM dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a. ROM Aktif

ROM aktif yitu gerakan yang dilakukan oelh seseorang (pasien)

dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan

motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan

sendiri secara mandiri sesuai denan rentang gerak sendiri normal

(klien aktif). Keuatan otot 75%. Hal ini untuk melatih kelenturan

dan kekeuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-

ototnya secara aktif. Sendi yang digerakan pada ROM aktif adalah

sendi di seluruh tubuh dari kepla sampai ujung kaki oleh klien

sendiri.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


b. ROM Pasif

ROM pasif energi yang dikeluarkan untuk Latihan berasal dari

orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan

Gerakan klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien

pasif), kekuatan otot 50%. Indikasi Latihan gerak pasif adalah semi

komadan tidak sadar, pasien dengan ketebatasan mobilisas tidak

mampu melakukan beberapa atau semua Latihan gerak dengan

mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis

ekstermitas total (suratun,dkk,2008).

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-

otot dan persendian dengan otot orang lain secara pasif misalnya

perawat mengangkatdan menggerakan kaki pasien. Sendi yang

digerakan pada ROM Pasif adalah seluruh persendian tubuh atau

hanya pada ekstermitas yang terganggu dan klien tidak mampu

melaksanakanya secara mandiri.

4. Prinsip ROM

a. ROM harus diulangi sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2x sehari

b. ROM dilakukan bertahap sehingga tidak membuat kelelahan

c. ROM harus dilakukan sesuai dengan waktu, seperti setelah mandi

atau perawatan telah dilakukan.

5. Langkah -langkah prosedur Latihan gerak aktif dan pasif

LANGKAH PROSEDUR (UMUM)

a. Identifikasi klien Tindakan ini diperlukan agar perwat tidak salah

klien dan mengetahui keluhan keluhan yang dirasakan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


b. Periksa rekam medic khen terlebih dahulu (untuk klien yang

dirawat di rumah sakit) tentang adanya hal-hal khusus yang

berkenaan dengan pergerahan dan posisi klien sehingga cedera

yang tidak disengaja dapat dicegah

c. Jelaskan prosedur latihan dan kaji kemampuan fisik klien untuk

meningkatkan kerjasama dan partisipasi klien

d. Bila perlu, tutup pintu dan jendela untuk mencegah angin yang

berlebihan dan privasi klien

e. Cuci tangan perawat untuk mengurangi perpindahan

mikroorganisme

f. Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau memasang sketsel

g. Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan anda

kerjakan dan minta klien untuk dapat bekerja sama

h. Pindahkan peralatan yang tidak diperlukan untuk mempermudah

perawat melakukan prosedur tindakan.

i. Sesuaikan tempat tidur pada ketinggian yang nyaman untuk

bekerja jika dimungkinkan dan mencegah peregangan otot dan

tulang belakang perawat

j. Atur posisi klien di samping tempat tidur dekat dengan perawat

k. Rapatkan kedua kaki dan tempat kedua lengan pada masing-

masing sisi tubuh

l. Selama latihan pergerakan, kaji:

1) Kemampuan untuk menoleransi Gerakan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


2) Rentang gerak (ROM) dari masing-masing persendian yang

bersangkutan

m) Mulailah pada bagian atas dan bergerak ke bawah pada satu sisi

tubuh sekaligus. Lakukan rentang gerak pasif terhadap setiap sendi

(lihat gerakan gerakan pada latihan rentang gerak sendi pasif.

6. Langkah-langkah Latihan rentang gerak aktif dan pasif

a. Leher,spina, serfikal

Gerakan:

1) Fleksi: menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°

2) Ekstensi: mengembalikan kepala ke posisi tegak 45°

3) Hiperekstensi: menjauhkan kepala kebelakang sejauh mungkin

rentang 40-45°

4) Fleksi lateral: memiringkan kepala sejauh sejauh mungkin

kearah setiap bahu, rentang 40-45°

5) Rotasi: memutar kepala sejauh mungkin dalam Gerakan

sirkuler rentang 180°

b. Bahu

1) Fleksi: menaikan lengan dari posisi samping tubuh ke depan

posisi di atas kepal, rentang 180°

2) Ekstensi: mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh

rengang 180°

3) Hiperekstensi: menggerakan lengan kebelakang tubuh, siku

tetap lurus, rentang 45-60°

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


4) Abduksi: menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala

dengan telapak tagan jauh dari kepala, rentang 180°

5) Adduksi: menurunkan lengan ke samping dan menyilang ke

tubuh sejauh mungkin, rentang 320°

6) Rotasi dalam: dengan siku fleksi, memutar bahu dengan

menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap kedalam dan

kebelakang rentang 90°

7) Rotasi luar: dengan siku fleksi menggerakan lengan sampai ibu

jari ke atas dan semping kepala renatang 90°

8) Sirkumduksi: menggerakan lengan dengan lingkaran penuh,

rentang 360°

c. Siku

1) Fleksi: menggerakan siku hingga lengan bahu bergerak ke

depan seensi bahu dan tangan sejajar bahu, rentang 150°

2) Ekstensi: meluruskan siku dengan menurunkan tangan

rentang 150°.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


c. Lengan bawah

1) Supinasi: memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak

tangan menghadap ke atas, rentang 70-90°

2) Pronasi: memutar lengan bawah sehingga tangan menghadap

ke bawah rentang 70-90°

d. Pergelangan tangan

1) Fleksi: menggerakan telapa tangan ke sisi bagian dalam

lengan bawah, rentang 80-90°

2) Ekstensi: menggerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari

tangan, lengan bawah berada dalam arah yang sama rentang

80-90°

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


3) Hiperekstensi: membawa permukaan tangan dorsal ke

belakang sejuh mungkin rentang 80-90°.

4) Abduksi: menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari,

rentang 30°

5) Adduksi: menekuk pergelangan tangan miringke arah lima

jari, rentang 30-50°

e. Jari-jari tangan

1) Fleksi: membuat genggaman tangan, rentang 90°

2) Ekstensi: meluruskan jari-jari tangan rentang 90°

3) Hiperekstensi: menggerkan jari-jari tangan kebelakang sejauh

mungkin, rentang 30°

4) Abduksi: meregangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang

lainya. Rentang 30°

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


f. Ibu jari

1) Fleksi: menggerakan ibu jari menyilang permukaan telapak

tangan, rentang 90°

2) Ekstensi: menggerakan ibu jari lurus menjauh dari

tanganrentang 90°

3) Abduksi: menjauh ibu jari ke samping, rentang 30°

4) Adduksi: menggerakan ibu jari ke depan tanga, rentang 30°

5) Oposisi: menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada

tangan yang sama.

g. Pinggul

1) Fleksi: menggerakan tungkai ke depan dan atas rentang 90°-

120°

2) Ekstensi: menggerakan Kembali ke samping tungkai yang lain,

rentang 90°-120°

3) Hiperekstensi:menggerakan tungkai ke belakang tubuh,

rentang 30-50°

4) Abduksi: menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh,

rentang 30-50°

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


5) Adduksi: menggerakan tungkai Kembali ke posisi media dan

melebihi jika mungkin rentang 30-50°

6) Rotasi dalam: memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain,

rentang 90°

7) Rotasi luar: memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain,

rentang 90°

8) Sirkumduksi : menggerakan tungkai melingkar

h. Lutut

1) Fleksi: menggerakan tumit kearah belakang paha, rentang

120- 130°

2) Ekstensi: mengembalikan tungkai ke lantai, rentang 120-130°

i. Mata kaki

1) Dorsofleksi: menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki

menekuk ke atas, rentang 20-30°

2) Plantarfleksi: menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki

menekukke rentang 45-50°

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


3) Plantarfleksi: menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki

menekuk ke bawah, rentang 45-50°

j. Kaki

1) Inversi: memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10°

2) Eversi: memutar telapak kaki ke samping luar rentang 10°.

k. Jari-jari kaki

1) Fleksi: melakukan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°

2) Ekstensi: meluruskan jari-jari kaki rentang 30-60°

3) Abduksi: menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang lain 15°

4) Adduksi: merapatkan Kembali Bersama-sama.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


SUMBER

Hidayat, A.(2009). Pengantar kebutuhan dasar manusia aplikasi konsep dan


proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Kan Ika Nur (2015). Pengaruh pemberian range of motion terhadap kemampuan
motorik pada pasien post stroke di RSUD Gambiran. Semarang, Jurnal
keperawatan Pisan 2086-3071

Louis (2013) Stroke Esensial. Jakarta:PT Indeks Permata Puri Media

Marsinova Derison Latihan Range Of Motion (Rom) Pasif Terhadap Rentang


Sendi Pasien Pasca Stroke. Vol. VII No. 2 2016
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INI/article/download 64505289

Susanti D.H. (2019). Pendalaman Materi Keperawatan Tindakan Mobilisa


Ambulasi, dan Personal Hygiene. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


Lampiran

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


Lampiran

LEMBAR KONSULTASI

Nama Pembimbing : Enni Juliani, M.Kep


Nama Mahasiswa : Kustina Maharani
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan Stroke Non
Hemoragik di Ruang Neurologi Rumah Sakit Umum
Daerah Koja Jakarata Utara
No Tanggal Konsultasi (saran/perbaikan) Tanda tangam
1. 9 Maret Pengambilan kasus dan pengarahan
2022 mengenai asuhan keperawatan

2. 16 Maret Bimbingan via zoom mengenai


2022 pelaksanaan ujian tindakan

3. 13 April Konsultasi bab I:


2022 Perbaikan jarak margin, spasi, cara
penulisan, penggunaan kalimat parafrase,
cari jumlah penderita stroke, perbaikan
penulisan citasi, perbaikan penggunaan
kalimat,tambahkan halaman dan footnote
4. 14 April Konsutasi Bab III:
2022 Perbaikan kelengkapan data pengkajian,
sinkronisasu data fokus dengan analisa
data, perbaikan format penulisan,
lengkapi jadwal pemberian obat,
penambahan
diagnosa.
5. 19 April Konsultasi Bab I:
2022 Perbaikan dalam meletakan paragraf
sesuai dengan ketentuan modul.

6. 21 April Konsultasi Bab I & II:


2022 Perbaikan dalam penulisan, masih banyak
typo.
7. 25 April Konsultasi Bab I & III:
2022 Acc bab I, revisi cover, perbaikan isi
kelengkapan Bab III
8. 27 April Perbaikan Bab II perbaikan isi
2022 menggunakan SDKI, SLKI,SIKI

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS


9. 11 Mei 2022 Bab III dan cover:
Revisi cover dalam dan cover luar,
perbaukan bab III, Bab II revisi minimal,
lanjut bab IV.
10. 12 Mei 2022 Acc bab II

11. 23 Mei 2022 Perbaikan Bab III dan isi, banyak data
double, perbaikan kriteria hasil.

12. 24 Mei 2022 Bab IV pelaksanaan agar dibuat lebih


detail, kalimat untuk semua pengkajian
lagi.
13. 25 Mei 2022 Bab V kseimpulan dan saran perbaiki,
setelah revisi bab IV saran berasal dari
pembahasan
14 30 Mei 2022 Bab III:
Teliti dalam memperbaiki masukan,
masih banyak yang typo
15. 31 Mei 2022 Bab IV:
Perbaiki semua masukan analisa dan
pembahasan
16 2 Juni 2022 Acc bab IV

17. 3 Juni 2022 Acc Bab V


Lengkapi semuanya dari cover sampai
daftar pustaka dan lampiran
18. 7 Juni 2022 Prepare untuk sidang

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS

Anda mungkin juga menyukai