Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“KONSEP DASAR SISTEM RUJUKAN DAN RUJUKAN KASUS


KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN PERINATAL”

Disusun oleh :
Kelompok 2
Jessica Constantia (F0G021001)
Tiara Deby Shafiyah (F0G021008)
Adista Rani (F0G021021)
Nurjannah Hasibuan (F0G021022)
Dhea Putri Dinanti (F0G021023)
Okta Anjelia Renopen (F0G021028)
Rizka Hayu Aisyah (F0G021033)
Letra Sunata (F0G021037)
Lala Paramita (F0G021038)

Dosen Pengampu :
Suryati.,S.S.T,.M.Keb

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TA 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Makalah KONSEP DASAR SISTEM
RUJUKAN DAN RUJUKAN KASUS KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN
PERINATAL “ dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Kegawatdaruratan Maternal dan Nenonatal.

Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manajemen kebidanan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada bunda,
Sri Ningsih Destriani.,S.ST.,M.Keb Selaku Dosen mata kuliah Kesehatan Perempuan Dan
Perencanaan Keluarga. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bengkulu, 25 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................2

DAFTAR ISI .......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................4

a) Latar Belakang .........................................................................................................4


b) Rumusan Masalah ....................................................................................................4
c) Tujuan ......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................6

1. Konsep dasar system rujukan...................................................................................6


a) Definisi .........................................................................................................6
b) Tujuan .........................................................................................................6
c) Jenis rujukan ................................................................................................7
d) Skema rujukan dan jenjang pelayanan .........................................................8
e) Persiapan rujukan ........................................................................................8
f) Mekanisme rujukan ......................................................................................9
2. Rujukan kasus kegawatdaruratan maternal dan perinatal ......................................10
a) Definisi .......................................................................................................10
b) Tahapan rujukan maternal dan neonatal ....................................................12
c) Alur Rujukan ..............................................................................................14
d) Indikasi dan kontraindikasi ........................................................................14
e) Indikasi Rujukan Ibu ..................................................................................15

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................16

a) Kesimpulan ............................................................................................................16
b) Saran ......................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................17


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia menunjukkan rendahnya kualitas
pelayanan kesehatan terutama kesehatan ibu .Penurunan angka kematian ibu dikatakan
mustahil tanpa adanya sistem rujukan yang efektif terutama untuk kasus dengan
komplikasi. WHO juga menyatakan bahwa salah satu aspek fundamental pelayanan
kesehatan primer adalah adanya hubungan yang erat dengan level di atasnya. Hubungan
yang erat ini tercermin sebagai suatu sistem rujukan yang efektif (Adi, 2012). Sistem
rujukan maternal di Indonesia belum pernah dilakukan penilaian penerapannya. Namun
secara umum masih banyak keluhan mengenai sistem rujukan tersebut antara lain
dokter umum yang dianggap “asal rujuk” atau “selalu merujuk,” sehingga terjadi
pengulangan pemeriksaan diagnostik, tidak ada sistem rujuk balik dan penumpukan
pasien strata primer di rumah sakit. Walaupun belum terdapat data secara empiris,
secara logika fenomena ini membuat pelayanan kesehatan menjadi tidak efisien dan
mahal. Suatu penelitian kasus kontrol di Maharasthra, India menunjukkan bahwa
kematian ibu lebih banyak terjadi pada komplikasi kasus kebidanan yang mengalami
penundaan rujukan dan ibu yang terlalu banyak dirujuk (Adi, 2012).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Konsep dasar system rujukan?
a) Definisi
b) Tujuan
c) Jenis rujukan
d) Skema rujukan dan jenjang pelayanan
e) Persiapan rujukan
f) Mekanisme rujukan
2. Apa itu Rujukan kasus kegawatdaruratan maternal dan perinatal?
a) Definisi
b) Tahapan rujukan maternal dan neonatal
c) Alur Rujukan kasus kegawatdaruratan
d) Indikasi dan kontra indikasi
e) Indikasi rujukan ibu

C. Tujuan
1. Mengetahui Konsep dasar system rujukan
a) Definisi
b) Tujuan
c) Jenis rujukan
d) Skema rujukan dan jenjang pelayanan
e) Persiapan rujukan
f) Mekanisme rujukan
2. Mengetahui Rujukan kasus kegawatdaruratan maternal dan perinatal?
a) Definisi
b) Tujuan
c) Jenis rujukan
d) Skema rujukan dan jenjang pelayanan
e) Persiapan rujukan
f) Mekanisme rujukan
BAB II

PEMBAHASAN

1. KONSEP DASAR SISTEM RUJUKAN


a. Definisi
Adapun yang dimaksud dengan sistem rujukan di Indonesia, seperti
yang telah dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 001 tahun 2012
ialah suatu system penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan
kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar
unit-unit yang setingkat kemampuannya. Notoatmodjo (2008) mendefinisikan
sistem rujukan sebagai suatu system penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu
kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih
mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya). Sederhananya, sistem rujukan mengatur darimana dan harus
kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan
sakitnya. Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan
fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan
tanggung jawab secara timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara
vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat) maupun horizontal
(komunikasi inti yang lebih tinggi dengan unit yang lebih rendah) ke fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh
wilayah administrasi (Syafrudin, 2009).

b. Tujuan
1) Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-
baiknya.
2) Menjalin kerjasama dengan cara pebgiriman klien atau spesimen
laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih
lengkapfasilitasnya.
3) Terciptanya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, yang terpadu
untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan
secara terpadu.

c. Jenis Rujukan
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) membedakannya menjadi dua
macam yakni :
1) Rujukan Kesehatan
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan
pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public
health service). Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam yakni
rujukan teknologi, sarana, dan operasional (Azwar, 1996). Rujukan
kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau
specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan
uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan
penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini
mencakup rujukan teknologi, sarana dan opersional (Syafrudin, 2009).
2) Rujukan Medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit
serta pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada
dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical service). Sama
halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini dibedakan atas tiga
macam yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan bahan
pemeriksaan (Azwar, 1996). Menurut Syafrudin (2009), rujukan medik
yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus
yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih
berwenang dan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan medik
antara lain:
a) Transfer of patient
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan,
tindakan operatif dan lain-lain.
b) Transfer of specimen
Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap.
c) Transfer of knowledge/personal.
Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu layanan setempat.

d. Skema rujukan dan jenjang pelayanan Kesehatan

Gambar 1.1 Skema rujukan

e. Persiapan Rujukan
Persiapan yang harus dilakukan sebelum merujuk adalah :
1) Persiapan tenaga kesehatan, pastikan pasien dan keluarga didampingi
oleh minimal dua tenaga kesehatan (dokter dan/atau perawat) yang
kompeten.
2) Persiapan keluarga, beritahu keluarga pasien tentang kondisi terakhir
pasien, serta alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga yang lain
harus ikutmengantar pasien ke tempat rujukan.
3) Persiapan surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi identitas
pasien,alasan rujukan, tindakan dan obat–obatan yang telah diberikan
pada pasien.
4) Persiapan Alat,bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan.
5) Persiapan Obat, membawa obat–obatan esensial yang diperlukan selama
perjalananmerujuk.
6) Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang
memungkinkan pasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukansecepatnya.Kelengkapan ambulance, alat, dan
bahan yang diperlukan.
7) Persiapan uang, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah
cukup untuk membeli obat-obatan dan bahan kesehatan yang diperlukan
di tempatrujukan.
8) Persiapan donor danar, siapkan kantung darah sesuai golongan darah
pasien atau calon pendonor darah dari keluarga yang berjaga – jaga dari
kemungkinan kasus yang memerlukan donor darah

f. Mekanisme Rujukan
Mekanisme Rujukan mengatur alur dari mana dan harus ke mana seseorang
yang mempunyai masalah kesehatan tertentu untuk memeriksakan masalah
kesehatannya. Sistem ini diharapkan semua memperoleh keuntungan.
Misalnya:
1) Pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan (policy maker),
manfaat yang akan diperoleh di antaranya, membantu penghematan
dana dan memperjelas sistem pelayanan kesehatan.
2) Masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan akan meringankan biaya
pengobatan karena pelayanan yang diperoleh sangat mudah.
3) Pelayanan kesehatan (health provider), mendorong jenjang karier tenaga
kesehatan, selain meningkatkan pengetahuan maupun keterampilan,
serta meringankan beban tugas.
Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang
sesuai dengan kebutuhan medis. Pada pelayanan kesehatan tingkat
pertama, peserta dapat berobat ke fasilitas kesehatan primer seperti
puskesmas, klinik, atau dokter keluarga/praktek mandiri yang tercantum
pada kartu peserta BPJS Kesehatan.

2. Rujukan kasus Kegawatdaruratan Maternal dan Perinatal


a. Definisi
Rujukan maternal dan neonatal adalah sistem rujukan yang dikelola secara
strategis, proaktif, pragmatis dan koordinatif untuk menjamin pemerataan
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi
masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun
mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat dicapai
peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan mutu dan
ketrerjangkauan pelayanan kesehatan internal dan neonatal di wilayah mereka
berada (Depkes, 2006).
Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan Neonatal mengacu
pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif dan sesuai
dengan kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan. Setiap kasus dengan
kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal yang datang ke puskesmas PONED harus
langsung dikelola sesuai dengan prosedur tetap sesuai dengan buku acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Setelah dilakukan stabilisasi kondisi
pasien, kemudian ditentukan apakah pasien akan dikelola di tingkat puskesmas
mampu PONED atau dilakukan rujukan ke RS pelayanan obstetrik dan neonatal
emergensi komprehensif (PONEK) untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik
sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya (Depkes RI, 2007) dengan alur sebagai
berikut:
1) Masyarakat dapat langsung memanfaatkan semua fasilitas pelayanan
kegawatdaruratan obstetric dan neonatal.
2) Bidan desa dan polindes dapat memberikan pelayanan langsung
terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas baik yang dtang sendiri atau
atas rujukan kader/masyarakat. Selain menyelenggarakan pelayanan
pertolongan persalinan normal, bidan di desa dapat melakukan
pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat
kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada
puskesmas, puskesmas mampu PONED dan RS PONEK sesuai dengan
tingkat pelayanan yang sesuai.
3) Puskesmas non-PONED sekurang-kurangnya harus mampu melakukan
stabilisasi pasien dengan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang
datang sendiri maupun yang dirujuk oleh kader/dukun/bidan di desa
sebelum melakukanrujukan ke puskesmas mampu PONED dan RS
POINEK.
4) Puskesmas mampu PONED memiliki kemampuan untuk memberikan
pelayanan langsung kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi
baru lahir baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat,
bidan di desa dan puskesmas. Puskesmas mampu PONED dapat
melakukan pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai dengan
tingkat kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada
RS PONEK.
5) RS PONEK 24 jam memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan
PONEK langsung terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi
baru lahir baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat,
bidan di desa dan puskesmas, puskesmas mampu PONED. Pemerintah
provinsi/kabupaten melalui kebijakan sesuai dengan tingkat
kewenangannya memberikan dukungan secara manajemen,
administratif maupun kebijakan anggaran terhadap kelancaran
PPGDON (Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetri dan
Neonatus).
6) Ketentuan tentang persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dapat
dituangkan dalam bentuk peraturan daerah sehingga deteksi dini
kelainan pada persalinan dapat dilakukan lebih awal dalam upaya
pencegahan komplikasi kehamilan dan persalinan.
7) Pokja/satgas GSI merupakan bentuk nyata kerjasama liuntas sektoral
ditingkat propinsi dan kabupaten untuk menyampaikan pesan
peningkatan kewaspadaan masyarakat terhadap komplikasi kehamilan
dan persalinan serta kegawatdaruratan yang mungkin timbul olkeh
karenanya. Dengan penyampaian pesan melalui berbagai
instansi/institusi lintas sektoral, maka dapat diharapkan adanya
dukungan nyata massyarakat terhadap sistem rujukan PONEK 24 jam.
8) RS swasta, rumah bersalin, dan dokter/bidam praktek swasta dalam
system rujukan PONEK 24 jam, puskesmas mampu PONED dan bidan
dalam jajaran pelayanan rujukan. Institusi ini diharapkan dapat
dikoordinasikan dalam kegiatan pelayanan rujukan PONEK 24 jam
sebagai kelengkapan pembinaan pra RS.

b. Tahapan Rujukan Maternal dan Neonatal


1) Menentukan kegawatdaruratan penderita
Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang
tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka
segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh
karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat
kegawatdaruratan.
Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga
kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus
dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan
kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus
dirujuk.
2) Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan
yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan
swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu dirujuk,
siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan
hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa
ke fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap dengan rujukan, lakukan
konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu
mereka membuat rencana rujukan pada saat awal persalinan.
4) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
a) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
b) Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c) Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong
penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
5) Persiapan penderita (BAKSOKUDA)

B (Bidan) Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga Kesehatan


yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan
kegawatdaruratan

A (Alat) Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti


spuit, infus set, tensimeter dan stetoskop

K (keluarga)Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan


alasan mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus
menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.

S (Surat)Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien),


alasan rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah
diterima ibu

O (Obat)Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan


merujuk

K (Kendaraan) Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk


memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.

U (Uang) Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang


cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di
tempar rujukan

DA (Darah) Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan


transfusi darah apabila terjadi perdarahan

6) Pengiriman penderita (ketersediaan sarana kendaraan) Untuk


mempercepat pengiriman penderita sampai ke tujuan, perlu diupayakan
kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut
penderita
7) Tindak lanjut penderita :
a) Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca
penanganan)
b) Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor
harus ada tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah.

c. Alur rujukan kasus kegawatdaruratan


a. Dari kader
Dapat langsung merujuk ke
1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin/bidan desa
3) Puskesmas rawat inap
4) RS swasta/pemerintah
5) Dari posyandu

Dapat langsung merujuk ke:

1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin/bidan desa

d. Indikasi dan Kontra indikasi


Secara umum, rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di suatu
fasilitas kesehatan tidak mampu menatalaksana komplikasi yang mungkin terjadi.
Dalam pelayanan kesehatan maternal dan pernatal, terdapat dua alasan untuk
merujuk ibu hamil, yaitu ibu dan/atau janin yang dikandungnya.
Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil dibedakan menjadi:
1) Rujukan kegawatdaruratan
Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera
mungkin karena berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang
mendesak.
2) Rujukan berencana
Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang
lebih panjang ketika keadaan umum ibu masih relatif lebih baik, misalnya
di masa antenatal atau awal persalinan ketika didapati kemungkinan risiko
komplikasi. Karena tidak dilakukan dalam kondisi gawat darurat, rujukan
ini dapat dilakukan dengan pilihan modalitas transportasi yang lebih
beragam, nyaman, dan aman bagi pasien.Adapun rujukan sebaiknya tidak
dilakukan bila:
a) Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
b) Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk
c) Persalinan sudah akan terjadi
d) Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani
e) Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan.

e. Indikasi Rujukan Ibu


Riwayat Seksio Sesaria
1) Perdarahan pervaginam
2) Persalinan kurang bulan (usia kehanilan kurang dari 37 minggu)
3) Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
4) Ketuban pecah lama (krang lebih 24 jam)
5) Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
6) Ikterus
7) Anemia berat
8) Tanda/gejala infeksi
9) Preeklamsia /hipertensi dalam kehamilan
10) Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih
11) Gawat janin
12) Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masuk
5/5
13) Presentasi bukan belakang kepala
14) Kehamilan kembar (gemeli)
15) Presentasi majemuk
16) Tali pusat menumbung
17) Syok
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Rujukan maternal adalah suatu system rujukan yang dikelola secara strategis,
proaktif, dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal
yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkan terutama ibu,
dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat
dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu hamil melalui peningkatan mutu
dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.

B. Saran
Demikianlah makalah kami ini dapat dipaparkan, semoga berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Kami sebagai penulis menyadari bahwa apa yangkami tulis
dan kami paparkan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan
kritikannya yang membangun demi kelancaran makalah kami ini.
DAFTAR PUSTAKA

Modul Asuhan Kebidanan Pada Kegawatdaruratan Maternal dan Nenonatal 2018

Anda mungkin juga menyukai