PROSES MANUFAKTUR
( Pengecoran )
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pengecoran”.
Makalah “Pengecoran” disusun guna memenuhi tugas Azhari, S.T., M.T pada mata kuliah Proses
Manufaktur (Gerinda) di Kampus Universitas Al-Khairiyah.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
“Pengecoran”. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pak Azhari, S.T., M.T
selaku dosen mata kuliah Proses Manufaktur (Pengecoran) Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
5. Mesin cetakan pasir (SAND MOLDING) ............................................................... 18
5.1 Jenis-jenis pasir yang digunakan pada cetakan pasir ........................................... 18
5.2 Gambar dan bagian-bagian mesin cetakan pasir ................................................. 19
5.3 Prinsir kerja cetakan pasir .................................................................................. 20
6. Pembuatan inti .................................................................................................. 21
6.1 Definisi inti pada cetakan ................................................................................................... 22
6.2 Bahan yang digunakan untuk membuat inti ....................................................... 22
6.3 Mesin pembuatan inti ........................................................................................ 23
6.4 Proses pembuatan inti ....................................................................................... 24
BAB III.................................................................................................................................... 25
PENUTUP............................................................................................................................... 25
1. KESIMPULAN..................................................................................................................... 25
2. SARAN .................................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan peralatan dan suatu
medium proses untuk transformasi bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Upaya ini
melibatkan semua proses antara yang dibutuhkan untuk produksi dan integrasi komponen-
komponen suatu produk. Beberapa industri, seperti produsen semikonduktor dan baja, juga
menggunakan istilah fabrikasi atau pabrikasi. Sektor manufaktur sangat erat terkait dengan
rekayasa atau teknik.
Menurut Heizer, dkk (2005), manufaktur berasal dari kata manufacture yang berarti
membuat dengan tangan (manual) atau dengan mesin sehingga menghasilkan sesuatu barang.
Untuk membuat sesuatu barang dengan tangan maupum mesin diperlukan bahan atau barang
lain. Seperti halnya membuat kue diperlukan tepung, gula, mentega, dan sebagainya. Secara
umum dapat dikatakan bahwa manufaktur adalah kegiatan memproses suatu atau beberapa
bahan menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah yang lebih besar.
Manufaktur juga dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan memproses pengolahan
input menjadi output.Kegiatan manufaktur dapat dilakukan oleh perorangan (manufacturer)
maupun oleh perusahaan (manufacturing company). Sedangkan industri manufaktur adalah
kelompok perusahaan sejenis yang mengolah bahan-bahan menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi yang bernilai tambah lebih besar.
Pengecoran logam adalah proses di mana logam cair panas dituangkan ke dalam cetakan
yang berisi potongan berlubang atau rongga dengan bentuk jadi yang diinginkan. Cetakan ini
bisa terbuat dari pasir, logam atau pun keramik. Logam tersebut dibiarkan mendingin dan
mengeras menjadi bentuk yang diberikan oleh cetakan tersebut dan kemudian dikeluarkan dari
cetakan dengan cara memecahkan atau memisahkan cetakan.
Ada banyak teknik pengecoran logam yang dapat dipilih. Pemilihan teknik pengecoran ini
tergantung pada logam yang digunakan, ukuran proses, dan kompleksitas pengecoran.
Umumnya dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan sifat dasar desain cetakan. yaitu
cetakan sekali pakai dan cetakan permanen.
1
B. Rumusan Masalah
• Pengertian pembuatan pola?
• Definisi morfologi cetakan?
• Permanent mold casting?
• Pengecoran expendable mold?
• Sejarah cetakan pasir (casting)?
• keuntungan proses pengecoran pembuat inti?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pembuatan pola
pembuatan pola adalah mengubah gambar perencanaan menjadi gambar kerja pola.
Secara garis besar gambar pola sama dengan gambar perencanaan, namun ada bagian bagian
yang harus disesuaikan. Adapun penyesuaiannnya berkaitan dengan pertimbangan untuk
menghasilkan produk coran yang baik, proses pembuatan cetakan yang mudah, proses
penempatan inti, menentukan belahan dan permukaan pisah pola, perhitungan penyusutan
coran, kemiringan pola, tambahan untuk pekerjaan pemesinan, arah kup dan drag, dan
kemudahan pembongkaran cetakan. Dari pertimbangan pertimbangan tersebut dibuat gambar
kerja pola untuk pembuatan pola yang benar.
3
Kelebihan kayu untuk membuat pola adalah :
(1) Digunakan untuk pola yang bentuk dan ukurannya rumit.
5
Gambar 2.14. Pola lilin yang telah disassembly
2. Morfologi cetakan
Die soldering didefinisikan sebagai fenomena adhesi dari logam ke permukaan cetakan
atau inti. Hal ini akan menyebabkan masalah pada proses die casting yaitu melekatnya
komponen pada cetakan dan meningkatkan keausan adhesif ketika komponen dilepaskan dari
cetakan. Melekatnya komponen ke permukaan cetakan biasanya terjadi pada saat proses
pembekuan.
Peristiwa die soldering umumnya lebih sering terjadi di sekitar saluran (gate) yang
disebabkan tingginya temperatur dan kecepatan Al cair masuk ke cetakan. Temperatur logam
cair dan permukaan cetakan memegang peranan penting dalam menyebabkan die soldering.
Tingginya temperatur cetakan dan logam cair akan menurunkan kekerasan dan ketahanan aus
sehingga cetakan akan mudah tererosi.
6
Temperatur yang tinggi, baik untuk pertumbuhan fasa intermetalik karena laju difusi atom-
atom besi (Fe) dan Al meningkat. Itulah sebabnya tingginya temperatur logam cair
mempermudahkan terjadinya die soldering. Tingginya temperatur juga akan merusak lapisan
pelumas sehingga menurunkan kemampuannya untuk mencegah die soldering. Sebaiknya
dihindari temperatur logam cair dan permukaan cetakan yang tinggi, sebab dapat menyebabkan
terjadinya soldering. Hot spot juga harus dihindari pada permukaan cetakan atau dalam inti.
Menurut Shankar menjaga temperatur logam cair konstan pada ~ 663°C dapat
meminimalisir kemungkinan terjadinya hot spot pada logam cair. Temperatur logam dan
cetakan juga jangan terlalu rendah karena dapat menyebabkan pengisian buruk dan terjadi cold
solder. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh temperatur logam
cair (melt) dan kadar silikon dalam cairan logam Al terhadap pembentukan, morfologi serta
karakteristik lapisan intermetalik yang terjadi selama proses die soldering ditinjau dari
ketebalan dan kekerasan lapisan intermetalik yang terbentuk antara permukaan cetakan dan
logam cair.
7
Gambar Bagian-bagian Cetakan
8
Proses perakitan menggunakan ikatan baut dan pengelasan. Ikatan baut menggunakan baut
M10 dengan panjang 30 mm sejumlah delapan buah. Pengelasan dilakukan dengan cara tack
weld terlebih dahulu menggunakan elektroda E 7016 Ø2,6 dengan arus sebesar 90-110 ampere.
Pastikan posisi sudah benar lalu lakukan pengelasan root pass dengan elektroda E 7016 Ø2,6
arus sebesar 90-110 A.
Setelah selesai root pass bersihkan lasan dengan palu terak dan sikat baja. Teruskan dengan
pengelasan cover pass dengan elektroda E7018 3,2 arus sebesar 100-130 A. Pengelasan pada
dudukan dan flange dilakukan dengan cara kontinu mengakibatkan terjadinya deformasi pada
flange karena perbedaan tebal bahan dasar yang dilas dan suhu yang terlalu tinggi.
Pengelasan dengan cara intermittent bergantian hingga lasan penuh lebih disarakan karena
panas yang timbul akibat pengelasan akan lebih rendah dan akan mengurangi resiko terjadinya
deformasi. Pengelasan dilakukan secara bertahap, namuan tidak secara trus menerus melainkan
diberi waktu jedah untuk penurunan suhu agar panas tidak terlalu tinggi. Setelah semua
komponen cetakan terangkai dengan baik kemudian untuk finishing dilakukan pengamplasan
seluruh permukaan cetakan agar halus dan kotoran yang menempel hilang. Bersihkan dengan
kain lap agar debu terangkat,setelah itu lakukan pengecatan cetakan dengan cat semprot tahan
panas.
9
Gambar 2.3. Vertical centrifugal casting
Centrifugal Casting digunakan untuk menghasilkan bagian seperti silinder atau disk
yang berongga, contohnya pipa air, cincin torak, bantalan mesin, dan sebagainya (Raharja,
2011:84). Karena kekuatan sentrifugal yang tinggi, bagian ini memiliki sifat mekanik sekitar
30% lebih besar dari pada bagian yang dibentuk dengan metode casting statis. Centrifugal
casting memiliki keunggulan seperti hasil penuangan yang padat, permukaan tuangan yang
halus serta dapat membentuk dinding tuangan pada ukuran yang tipis dan lainlain, namun hal
ini akan bergantung pula pada kemungkinan pengecoran yang paling baik yang dapat dilakukan
untuk menghasilkan benda cor yang memuaskan menurut bentuk yang dikehendaki.
Setelah cetakan disiapkan, kemudian ditutup dan seluruh bagian inti atau bagian yang bebas
dikunci ditempat. Kedua biji besi dan biji baja dapat digunakan dalam cetakan jenis ini. Untuk
mengantisipasi suhu logam dilakukan dengan menuangkan air kedalam cetakan melalui pintu
yang terbuka. Setelah hasil cetakan cukup dingin, bagian yang bebas ditarik dan cetakan dibuka
dan hasil cetakan diangkat. Cetakan tersebut kemudian dibersihkan dan susun kembali bagian-
bagian cetakan, cetakan pun siap dituangi lagi (digunakan lagi).
10
Alat ini sebagian besar digunakan untuk mencetak piston dan bagian-bagian mesin
kendaraan, mesin disel dan mesin kapal. Peneraapan lainnya banyak ditemukan di industri yang
membuat beberaba marteri seperti gear pada mesin cuci, bagian-bagian pada vacum cleaner,
tutup kipas angin, bagian untuk alat-alat portable, perlengkapan lampu luar ruangan, dan lain-
lain. Permanent mold casting mempunyai hasil ahir permukaan yang bagus dan detail yang
tajam. Diperoleh keseragaman hasil dengan berat 1ons sampai 50 pound. Toleransinya berkisar
dari 0.0025 inchi sampai 0.010 inchi. Permanent mold casting termasuk otomatis, sehingga
dapat diperoleh produk yang cukup banyak.
11
Campuran dasar magnesium
Campuran dasar magnesium adalah campuran yang paling ringan. Magnesium
dicampur dengan alumunium, tetapi juga bisa dicampur dengan sedikit seng, tembaga dan
nikel. Campuran magnesium dicetak dalam coldchamber machine (hampir sama dengan
alumunium). Suhu penuangan sekitar 1200°-1300°F. campuran ini biasa digunakan untuk alat-
alat rumah tangga, komponen pesawat terbang, dll.
12
Setelah pemberian cairan grafit selesai dilapiskan pada cetakan logam, lalu dilakukan
pemanasan dengan nyala api dalam waktu 30 menit, hingga cairan mengering.
13
b. Mesin diesel
c. Mesin kapal
14
4.1 Bahan pembuatan cetakan
Cetakan diklasifikasikan berdasarkan bahan yang digunakan:
1. Cetakan pasir basah (green-sand molds)
2. Cetakan kulit kering (Skin dried mold)
3. Cetakan pasir kering (Dry-sand molds)
Cetakan dibuat dari pasir yang kasar dengan bahan pengikat
1. Cetakan lempung (Loan molds)
2. Cetakan furan (Furan molds)
3. Cetakan CO2
4. Cetakan logam Cetakan logam terutama digunakan pada proses cetak-tekan (die
casting) logam dengan suhu cair rendah.
5. Cetakan khusus Cetakan khusus dapat dibuat dari plastic, kertas, kayu semen, plaster,
atau karet.
Proses pembuatan cetakan yang dilakukan di pabrik-pabrik pengecoran dapat di
kelompokkan sebagai berikut:
1. Pembuatan cetakan di meja (Bench molding)
Dilakukan untuk benda cor yang kecil.
1. Pembuatan cetakan di lantai (Floor molding)
Dilakukan untuk benda cor berukuran sedang atau besar
1. Pembuatan cetakan sumuran (pit molding)
2. Pembuatan cetakan dengan mesin (machine molding)
15
bagian atas disebut kup dan bagian bawah disebut drag. Pak kotak cetak yang terdiri dari
tiga bagian, bagian tengahnya disebut cheek. Kedua bagian kotak cetakan disatukan pada
tempat tertentu dengan lubang dan pin.
Cetakan Pola Sekali Pakai
16
7. Pengecoran jauh lebih sederhana Kerugiannya adalah :
1. Pola rusak sewaktu dilakukan pengecoran
2. Pola lebih mudah rusak, oleh karena itu memerlukan penangangan yang lebih
sederhana.
3. Pada pembuatan pola tidak dapat digunakan mesin mekanik
4. Tidak ada kemungkinan untuk memeriksa keadaan rongga cetakan
17
5. Mesin cetakan pasir (SAND MOLDING)
Cetakan pasir sejarah (casting) dimulai ketika orang mengetahui bagaimana
mencairkan logam dan bagaimana membuat logam. Secara awamnya, kita hanya mengetahui
bahwa awal penggunaan logam adalah ketika orang membuat perhiasan atau membuat senjata
seperti mata banyak yang terbuat dari tmbaga yang ditempa.
Sedangkan untuk membuat coran sendiri, harus dilakukan beberapa proses, yakni
pembuatan cetakan, persiapan dan peleburan logam, penuangan logam cair ke dalam cetakan.
Produk hasil pengecoran disebut coran atau benda cor. Berat hasil coran pun beagam dan dapat
berbeda disebabkan komposisi yang digunakan pu berbeda.
Proses pengecoran (casting) umumnya menggunakan bahan cetakan pasir. Berikut
beberapa keunggulan cetakan tersebut sehingga sering digunakan dalam proses pengecoran
logam.
Keunggulan cetakan pasir:
1. Dapat mencetak logam dengan titik lebur yang tinggi, seperti baa, nikel dan titanium.
2. Dapat mencetak benda cor dari ukuran kecil sampai dengan ukuran besar.
3. Jumlah produksi dari satu sampai jutaan
19
5.3 Prinsir kerja cetakan pasir
Pemilihan mesin pembuat cetakan dilakukan dengan memperhatikan ukuran, bentuk, berat,
jumlah produksi coran dan sebagainya. Coran berukuran kecil dibuat dengan mesin pembuat
cetakan kecil. Namun demikian, terkadang mesin berukuran besar dipakai untuk coran kecil
dengan cara dibuat cetakan-cetakan kecil dalam jumlah banyak dalam satu rangka cetakan
secara bersamaan sehingga lebih efisien. Mesin- mesin pembuat cetakan dan inti, antar lain:
mesin pendesak, mesin pengguncang, mesin guncang-desak, mesin tekanan tinggi, mesin desak
tiup, pelempar pasir.
Mesin Pendesak
Prinsip kerja dari mesin ini adalah menekan pasir cetak di dalam rangka cetak.
Keuntungan mesin ini adalah pada umumnya mesin bekerja tanpa menimbulkan suara bising.
Kekurangannya: karena pengepresan dilakukan dari permukaan atas, maka bagian yang paling
padat adalah pada permukaan dan kepadatan semakin berkurang kearah pola. Hal ini dapat
diatasi dengan cara seperti pada Gambar 5.16. Dengan metode ini, pasir yang di dekat pola
menjadi lebih padat. Mekanisme pendesakan mesin penekan dapat menggunakan sistem
mekanis, sistem hidrolis yang menghasilkan tekanan tinggi, sistem vakum, dan peniupan udara.
Mesin Pengguncang
Keuntungan cara ini adalah pasir cetak dapat mencapai kepadatan maksimum di sekitar
pola, tetapi bagian pasir yang jauh dari pola kekerasannya kurang. Selain itu, mesin
pengguncang menimbulkan suara bising dan banyak kerusakan pada pola akibat guncangan.
20
Mesin Guncang-Desak
Mesin ini mengkombinasikan guncangan dan desakan pada pembuatan cetakan pasir
(Gambar 5.17). Jika kedalaman rangka cetak tidak terlalu besar, kup dan drag dapat dibuat
secara bersamaan.
6. Pembuatan inti
Salah satu keuntungan yang jelas dari proses pengecoran adalah bahwa rongga bagian
dalam ataupun saluran masuk dapat disertakan dalam proses dengan relatif mudah. Sering kali
hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh proses pembuatan yang lain. Namun demikian, untuk
membuat produk coran yang seperti itu diperlukan adanya inti(core). Tentu saja penggunaan
inti akan menambah ongkos pembuatan dan pada banyak kasus perancang proses
mempermudah dan menyederhanakan penggunaanya.
Untuk menggambarkan bagaimana perlunya penggunaan inti misalkan kita akan membuat
pulley untuk trasmisi sabuk seperti terlihat pada gambar. Lubang untuk poros dapat dibuat
dengan berbagai cara. Pertama, pulleydibuat dengan pengecoran lalu lubang poros dibuat
dengan proses pemesinan. Langkah seperti ini membutuhkan proses pemesinan yang mahal
dan juga cukup banyak material yang terbuang percuma (sebagai chips). Oleh karena itu lebih
ekonomis bila prosesnya dilakukan dengan mengecor sekaligus dengan pembuatan rongga atau
lubangnya dengan ukuran atau dimensi yang mendekati ukuran sebenarnya.
21
Pasir cetak (pasir + binder) dipadatkan pada kotak inti lalu permukaan atasnya
diratakan. Pelat logam lalu diletakkan diatas kotak inti kemudian dibalik. Setelah dibalik, kotak
diangkat sehingga yang tertinggal pada pelat adalah inti (separuh) yang kita inginkan.
Beberapa inti dibuat dengan kotak inti terpisah (split core box) yang terdiri dari dua belahan
(halves) yang ditangkupkan dan dilengkapi dengan lubang pada salah satu atau kedua ujungnya
untuk memadatkan pasir. Inti yang mempunyai penampang seragam pada seluruh panjangnya
dapat dibuat dengan core extruding machine (mesin ekstrusi pembuat inti) yang cara kerjanya
mirip dengan alat penggiling daging dirumah.Inti dipotong sepanjang yang diinginkan begitu
keluar dari nozel core extruding machine dan kemudian diletakkan pada penyangga untuk
dikeraskan. Untuk produk cor yang memiliki lubang atau rongga seperti blok mesin kendaraan
atau katup biasanya memerlukan inti dalam pengecorannya. Inti diletakan dalam rongga
cetakan sebelum penuangan untuk membuat permukan dalam produk dan akan dibongkar
ketikan cetakan membeku dan sudah dingin. Seperti pada cetakan, inti harus kuat,
permeabilitas baik dan tahan panas juga tidak mudah hancur (tidak rapuh). Agar inti tidak
mudah bergeser pada saat penuangan logam cair, diperlukan dudukan inti (core print).
Pembuatan inti sama seperti pembuatan cetakan pasir yaitu menggunakan metode no-bake,
coldbox, dan shell. Untuk membuat cetakan diperlukan pola sedangkan untuk membuat inti
diperlukaan kotak inti. Dudukan inti biasanya dibuat pada cetakan seperti pada gambar diatas.
23
Gambar 5.20. (a) Kotak inti untuk membuat tebal; (b) Kotak inti untuk mesin pembuat inti.
24
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Di dunia industri sekarang ini kebutuhan akan logam semakin meningkat tidak lain karna
rasa ingin memiliki dari konsumen yang tidak ada habisnya. Banyak pihak yang memanfaatkan
kesempatan untuk meraup uang dari kebiasaan manusia tersebut, semua kebutuhan akan logam
yang tak mungkin dikerjakan dengan mesin konfensional itulah yang merupakan suatu ilmu
yang sangat bermanfaat yang sebenarnya merupakan suatu peluang bisnis yang cukup
menjanjikan di negara indonesia ini Peluang bisnis berupa pengecoran logam itulah yang
sekarang ini telah ditekuni oleh banyak orang atau perusahaan.
2. SARAN
Saya menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan.Saya akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
25
Daftar Pustaka
https://ftkceria.wordpress.com/2011/11/26/proses-pengecoran-dari-cetakan- pasir-sand-
casting/
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132299864/pendidikan/Special+casting+proces .pdf
http://mochamadnurman.blogspot.com/2013/03/sand-casting_19.html
Pengecoran Logam - Definisi, Teknik, Proses, dan Kelebihan (wira.co.id)
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132299864/pendidikan/Special+casting+proces.pdf
Bambang Suharno, Rima Dimiyati, Bustanul Arifin, dan Sri Harjanto, JURNAL TEKNIK
MESIN Vol. 9, No. 2, Oktober 2007: 47 – 53 Morfologi dan Karakteristik Lapisan
Intermetalik Akibat Die Soldering.
Pengecoran Logam - Definisi, Teknik, Proses, dan Kelebihan (wira.co.id)
Arianto Leman Soemowidagdo. 2016. PDF. Teknik pengecoran logam.
26