Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Kebijakan penganggatan untuk mengatasi stunting dan kemiskinan Kab Tabalong


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan karunia-
Nya yang melimpah. Shalawat serta salam tak henti-hentinya kami curahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membawa petunjuk dan rahmat bagi seluruh umat
manusia.
Dalam kesempatan ini, kami dengan rendah hati ingin menyampaikan kata pengantar untuk
makalah ini yang berjudul "Kebijakan Penganggatan untuk Mengatasi Stunting dan
Kemiskinan Kabupaten Tabalong". Makalah ini disusun sebagai salah satu bentuk upaya
kami untuk menggali pemahaman lebih dalam mengenai dua permasalahan serius yang
dihadapi oleh Kabupaten Tabalong, yaitu stunting dan kemiskinan.
Dalam pembahasan ini, kami memaparkan latar belakang permasalahan dengan
mendiskusikan stunting dan kemiskinan secara konseptual, serta menggambarkan dampaknya
yang signifikan terhadap pembangunan sosial dan ekonomi. Selanjutnya, kami membahas
penyebab terjadinya stunting dan kemiskinan, mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan
serta berdasarkan penelitian dan literatur yang relevan.
DAFTAR ISI

MAKALAH..............................................................................................................................................1
Kebijakan penganggatan untuk mengatasi stunting dan kemiskinan Kab Tabalong...............................1
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................................7
A. Stunting dan Kemiskinan : Konsep dan Dampaknya......................................................................7
B. Analisis Kebijakan Penganggatan.................................................................................................10
C. Tinjauan Kebijakan Penganggatan di Kabupaten Tambalong.......................................................12
BAB III..................................................................................................................................................15
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................................................15
A. Rancangan Kebijakan Penganggatan Untuk Mengatasi Stunting dan Kemiskinan.......................15
BAB IV..................................................................................................................................................22
PENUTUP.............................................................................................................................................22
REFERENCE......................................................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Tabalong, yang terletak di Provinsi Kalimantan Selatan, merupakan salah
satu wilayah di Indonesia yang masih menghadapi masalah stunting dan kemiskinan yang
signifikan. Stunting, yang secara umum didefinisikan sebagai gangguan pertumbuhan pada
anak akibat kekurangan gizi kronis, memiliki dampak jangka panjang yang serius terhadap
perkembangan fisik dan kognitif anak-anak. Sementara itu, kemiskinan menjadi hambatan
utama dalam mencapai kesejahteraan masyarakat dan pengentasan stunting.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, angka stunting di
Kabupaten Tabalong mencapai 30,2% pada kelompok usia balita. Angka ini jauh di atas rata-
rata nasional, yang sebesar 27,7%. Selain itu, tingkat kemiskinan di Kabupaten Tabalong juga
masih tinggi, dengan persentase penduduk miskin mencapai 15,7%. Kondisi ini menunjukkan
bahwa langkah-langkah yang lebih efektif dan terarah perlu diambil untuk mengatasi masalah
stunting dan kemiskinan di Kabupaten Tabalong.

Penyebab stunting dan kemiskinan di Kabupaten Tabalong sangat kompleks dan


melibatkan faktor-faktor yang saling terkait. Secara umum, kemiskinan merupakan akar dari
berbagai masalah sosial, termasuk stunting. Keluarga yang hidup dalam kemiskinan
cenderung mengalami keterbatasan akses terhadap makanan bergizi, fasilitas sanitasi yang
memadai, dan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Selain itu, faktor pendidikan, kesadaran
tentang gizi, serta kebiasaan hidup sehat juga berperan penting dalam mencegah stunting.

Mengatasi stunting dan kemiskinan membutuhkan pendekatan holistik yang


melibatkan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, serta partisipasi aktif
masyarakat setempat. Kabupaten Tabalong telah mengambil langkah-langkah untuk
mengatasi masalah ini, namun upaya-upaya yang ada masih perlu diperkuat dan ditingkatkan.
Oleh karena itu, diperlukan kebijakan penganggatan yang komprehensif dan terpadu yang
dapat mengintegrasikan berbagai program dan kegiatan dalam mengatasi stunting dan
kemiskinan di Kabupaten Tabalong.

Kebijakan penganggatan merupakan pendekatan yang berfokus pada pemenuhan


kebutuhan dasar masyarakat yang hidup dalam kemiskinan, dengan tujuan mengentaskan
kemiskinan struktural dan mengurangi disparitas sosial. Kebijakan ini mencakup aspek-aspek
seperti pendidikan, kesehatan, pangan, sanitasi, dan pemberdayaan ekonomi. Dalam konteks
Kabupaten Tabalong, kebijakan penganggatan harus dirancang secara khusus untuk
mengatasi stunting dan kemiskinan yang berkelanjutan.

Beberapa kebijakan yang telah diterapkan di Kabupaten Tabalong antara lain program
pemberian makanan tambahan (PMT) untuk balita, pemberian akses sanitasi yang lebih baik,
serta program pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Namun, perlu dilakukan evaluasi
menyeluruh terhadap kebijakan-kebijakan tersebut untuk menilai efektivitas dan efisiensinya
dalam mencapai tujuan pengentasan stunting dan kemiskinan.

Dalam rangka mengatasi stunting dan kemiskinan di Kabupaten Tabalong, perlu


adanya sinergi antara berbagai pihak, seperti pemerintah daerah, lembaga swadaya
masyarakat, sektor swasta, serta partisipasi aktif masyarakat. Kolaborasi ini harus didukung
oleh sumber daya manusia yang berkualitas, perencanaan yang matang, dan pengelolaan yang
efektif.

Dalam makalah ini, kami akan menganalisis kebijakan penganggatan yang diperlukan
untuk mengatasi stunting dan kemiskinan di Kabupaten Tabalong. Kami akan melakukan
tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan yang telah ada, mengevaluasi implementasinya, dan
merancang kebijakan penganggatan yang lebih efektif dan terarah. Kami juga akan
membahas upaya penguatan kebijakan penganggatan melalui kolaborasi dengan pihak
eksternal, partisipasi masyarakat, serta pengawasan dan evaluasi kebijakan yang dilakukan.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan dan rekomendasi yang berguna
bagi pemerintah daerah Kabupaten Tabalong, lembaga swadaya masyarakat, serta pemangku
kepentingan lainnya dalam upaya mengatasi stunting dan kemiskinan secara berkelanjutan.
Melalui implementasi kebijakan penganggatan yang tepat, diharapkan Kabupaten Tabalong
dapat mencapai perkembangan yang berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab utama tingginya angka stunting dan kemiskinan di Kabupaten
Tabalong?
2. Bagaimana relevansi kebijakan penganggatan dalam konteks Kabupaten Tabalong
untuk mengatasi stunting dan kemiskinan?
3. Bagaimana evaluasi terhadap kebijakan-kebijakan yang telah ada dalam mengatasi
stunting dan kemiskinan di Kabupaten Tabalong?
4. Bagaimana merancang kebijakan penganggatan yang efektif dan terarah untuk
mengatasi stunting dan kemiskinan di Kabupaten Tabalong?
5. Bagaimana upaya penguatan kebijakan penganggatan melalui kolaborasi dengan
pihak eksternal, partisipasi masyarakat, dan pengawasan yang efektif?
6. Apa harapan dan tantangan yang dihadapi dalam implementasi kebijakan
penganggatan untuk mengatasi stunting dan kemiskinan di Kabupaten Tabalong?

C. Tujuan
1. Menganalisis faktor penyebab tingginya angka stunting dan kemiskinan di Kabupaten
Tabalong.
2. Mengevaluasi relevansi kebijakan penganggatan dalam konteks Kabupaten Tabalong
sebagai upaya mengatasi stunting dan kemiskinan.
3. Mengevaluasi implementasi kebijakan-kebijakan yang telah ada dalam mengatasi
stunting dan kemiskinan di Kabupaten Tabalong.
4. Merancang kebijakan penganggatan yang efektif dan terarah untuk mengatasi stunting
dan kemiskinan di Kabupaten Tabalong.
5. Membahas upaya penguatan kebijakan penganggatan melalui kolaborasi dengan pihak
eksternal, partisipasi masyarakat, dan pengawasan yang efektif.
6. Menganalisis harapan dan tantangan yang dihadapi dalam implementasi kebijakan
penganggatan untuk mengatasi stunting dan kemiskinan di Kabupaten Tabalong.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Stunting dan Kemiskinan : Konsep dan Dampaknya
Stunting dan kemiskinan adalah dua permasalahan serius yang memiliki dampak yang
signifikan terhadap kesejahteraan dan perkembangan manusia. Dalam konteks Kabupaten
Tabalong, stunting dan kemiskinan merupakan dua tantangan yang saling terkait dan
mempengaruhi kehidupan masyarakat secara luas. Dalam bagian ini, kita akan menjelaskan
konsep stunting dan kemiskinan, termasuk definisi, penyebab, serta dampaknya terhadap
individu dan masyarakat. Penjelasan ini didasarkan pada berbagai sumber yang relevan.

Stunting: Konsep dan Dampaknya

Stunting adalah kondisi ketika pertumbuhan fisik dan kognitif anak terhambat akibat
kekurangan gizi kronis, terutama pada periode 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu mulai dari
masa kehamilan hingga dua tahun pertama setelah kelahiran. Anak yang mengalami stunting
memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak seusianya yang
sehat dan tidak mengalami gangguan pertumbuhan. Hal ini disebabkan oleh defisiensi gizi,
kurangnya asupan makanan yang bergizi, dan infeksi berulang.

Stunting memiliki dampak jangka panjang yang serius terhadap perkembangan fisik, kognitif,
dan sosial anak. Dampak-dampak tersebut antara lain:

 Keterbatasan pertumbuhan fisik: Anak yang mengalami stunting memiliki tinggi


badan yang lebih pendek, berat badan yang lebih rendah, dan ukuran kepala yang
lebih kecil. Hal ini dapat berdampak pada performa fisik dan kemampuan tubuh saat
dewasa.
 Gangguan perkembangan kognitif: Stunting dapat menyebabkan gangguan
perkembangan otak anak, yang berpotensi menghambat kemampuan belajar, kognitif,
dan penyesuaian sosial pada masa anak-anak dan masa dewasa.
 Penurunan daya tahan tubuh: Anak yang mengalami stunting memiliki sistem
kekebalan tubuh yang lebih lemah, sehingga rentan terhadap penyakit infeksi dan
penyakit lainnya.
 Penurunan produktivitas dan pendapatan: Stunting pada masa kanak-kanak berpotensi
memengaruhi produktivitas di masa dewasa. Anak yang mengalami stunting
cenderung memiliki keterbatasan fisik dan kognitif, yang dapat menghambat
kemampuan mereka dalam mencapai potensi penuh dan memperoleh pendapatan
yang memadai di masa depan.

Kemiskinan: Konsep dan Dampaknya

Kemiskinan merujuk pada kondisi ketika seseorang atau keluarga tidak memiliki
akses yang memadai terhadap sumber daya dan kesempatan yang diperlukan untuk mencapai
standar hidup yang layak. Kemiskinan bisa diukur dengan berbagai indikator, seperti tingkat
pendapatan, akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, sanitasi, perumahan, dan aset
produktif.

Kemiskinan memiliki dampak yang luas dan kompleks terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat secara keseluruhan. Beberapa dampak utama kemiskinan adalah sebagai berikut:

 Keterbatasan akses terhadap makanan bergizi: Orang miskin sering menghadapi


keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan makanan yang sehat dan bergizi. Hal ini
menyebabkan risiko terjadinya kekurangan gizi dan stunting pada anak-anak.
 Keterbatasan akses terhadap pendidikan: Kemiskinan dapat menghalangi akses
pendidikan yang berkualitas, baik itu dalam hal biaya sekolah, buku pelajaran,
seragam, maupun sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Hal ini dapat
menyebabkan rendahnya tingkat melek huruf dan kesempatan kerja yang terbatas di
masa depan.
 Keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan: Orang miskin seringkali tidak
memiliki akses yang memadai terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Ini
dapat mengakibatkan peningkatan risiko penyakit, kecacatan, dan kematian prematur.
 Ketidakstabilan sosial dan ekonomi: Kemiskinan cenderung menyebabkan
ketidakstabilan sosial dan ekonomi di dalam masyarakat. Hal ini termasuk tingginya
tingkat pengangguran, konflik sosial, kejahatan, dan keterbatasan dalam mengakses
kesempatan ekonomi.
 Siklus kemiskinan: Kemiskinan cenderung menjadi siklus yang sulit dipecahkan.
Anak-anak yang dilahirkan dalam keluarga miskin memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengalami kemiskinan di masa dewasa. Ini menciptakan lingkaran setan kemiskinan
yang sulit untuk dihentikan.
Pengurangan kemiskinan menjadi tujuan utama bagi banyak negara dan pemerintah
daerah, termasuk Kabupaten Tabalong. Upaya pengentasan kemiskinan melibatkan kebijakan
dan program yang berfokus pada peningkatan akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan,
pelatihan keterampilan, pemberdayaan ekonomi, dan perlindungan sosial bagi kelompok
yang rentan.

Penyebab Stunting:

 Gizi yang tidak adekuat: Kurangnya asupan nutrisi yang diperlukan, terutama pada
periode 1.000 hari pertama kehidupan, dapat menyebabkan stunting pada anak.
Kurangnya asupan protein, zat besi, vitamin A, dan zat gizi lainnya dapat
menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan otak yang optimal.
 Infeksi dan penyakit: Infeksi berulang, terutama infeksi saluran pernapasan dan
infeksi usus, dapat mempengaruhi penyerapan nutrisi dan menghambat pertumbuhan
linier anak. Kondisi seperti diare kronis, infeksi cacing, dan penyakit menular lainnya
juga berkontribusi terhadap stunting.
 Faktor lingkungan: Faktor lingkungan, seperti sanitasi yang buruk, akses terbatas
terhadap air bersih, kepadatan penduduk yang tinggi, dan pola hidup yang tidak sehat,
dapat mempengaruhi status gizi anak. Lingkungan yang tidak bersih dan tidak sehat
dapat meningkatkan risiko infeksi dan mempengaruhi penyerapan nutrisi.
 Faktor sosial-ekonomi: Kondisi sosial-ekonomi yang rendah, seperti kemiskinan,
kurangnya pendidikan, akses terbatas terhadap layanan kesehatan, dan rendahnya
kesadaran akan gizi yang baik, dapat menjadi faktor risiko stunting. Ketidakmampuan
keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi anak dapat menyebabkan stunting.

Penyebab Kemiskinan:

 Ketimpangan ekonomi: Ketimpangan pendapatan dan distribusi kekayaan yang tidak


merata dalam masyarakat dapat menyebabkan kemiskinan. Ketimpangan ini
seringkali terjadi akibat faktor-faktor seperti kebijakan ekonomi yang tidak inklusif,
kesenjangan upah, dan kesenjangan akses terhadap sumber daya dan peluang.
 Kurangnya akses terhadap pendidikan: Ketidakmampuan mengakses pendidikan
berkualitas atau kesempatan pendidikan yang terbatas dapat menjadi faktor yang
memperpetuasi kemiskinan. Pendidikan yang baik memberikan keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik dan
mengangkat diri dari kemiskinan.
 Kurangnya akses terhadap layanan kesehatan: Kurangnya akses terhadap layanan
kesehatan yang berkualitas dan terjangkkau bagi masyarakat miskin dapat
menyebabkan ketidakmampuan untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang
memadai. Ini dapat mengakibatkan peningkatan risiko penyakit, kecacatan, dan
pengeluaran yang tinggi untuk pengobatan, yang dapat memperburuk kondisi
kemiskinan.
 Pengangguran dan rendahnya pendapatan: Ketidakmampuan untuk mendapatkan
pekerjaan yang layak atau pendapatan yang memadai merupakan salah satu penyebab
kemiskinan yang signifikan. Pengangguran atau pekerjaan dengan upah rendah dapat
membatasi kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti
makanan, perumahan, pendidikan, dan layanan kesehatan.
 Kurangnya akses terhadap sumber daya produktif: Kemiskinan juga dapat disebabkan
oleh kurangnya akses terhadap sumber daya produktif, seperti lahan, modal,
teknologi, dan pelatihan keterampilan. Tanpa akses yang memadai terhadap sumber
daya ini, sulit bagi individu atau keluarga untuk mengembangkan usaha atau
meningkatkan produktivitas mereka, yang dapat membatasi potensi ekonomi dan
meningkatkan kemiskinan.
 Perubahan iklim dan bencana alam: Perubahan iklim dan bencana alam dapat
mempengaruhi tingkat kemiskinan. Bencana alam seperti banjir, kekeringan, atau
gempa bumi dapat menghancurkan infrastruktur, sumber daya, dan mata pencaharian
masyarakat miskin. Mereka menjadi rentan terhadap kerugian ekonomi dan kesulitan
pemulihan yang memperburuk kondisi kemiskinan.

B. Analisis Kebijakan Penganggatan


Pengertian Kebijakan Penganggatan:

Kebijakan penganggatan merujuk pada serangkaian langkah dan tindakan yang


diambil oleh pemerintah untuk mengatasi masalah stunting dan kemiskinan dalam suatu
wilayah. Kebijakan ini mencakup berbagai program dan intervensi yang bertujuan untuk
meningkatkan akses terhadap gizi yang baik, pendidikan, layanan kesehatan, dan kesempatan
ekonomi bagi individu dan keluarga yang terkena dampak stunting dan kemiskinan.

Relevansi Kebijakan Penganggatan dengan Konteks Tabalong:


Kebijakan penganggatan memiliki relevansi yang signifikan dengan konteks
Kabupaten Tabalong. Kabupaten ini dihadapkan pada tantangan stunting dan kemiskinan
yang mempengaruhi kualitas hidup dan perkembangan masyarakatnya. Data statistik dan
penelitian menunjukkan tingginya tingkat stunting dan kemiskinan di wilayah ini. Oleh
karena itu, diperlukan kebijakan yang spesifik dan terarah untuk mengatasi masalah ini.

Kabupaten Tabalong memiliki potensi sumber daya manusia yang berharga dan
beragam, serta sumber daya alam yang melimpah. Namun, ketidakmerataan akses dan
distribusi sumber daya menjadi kendala dalam mencapai kesejahteraan yang berkelanjutan
bagi semua warga. Kebijakan penganggatan yang berfokus pada peningkatan gizi,
pendidikan, dan kesempatan ekonomi akan memberikan landasan untuk mendorong
pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan di Kabupaten Tabalong.

Potensi Kebijakan Penganggatan dalam Mengatasi Stunting dan Kemiskinan di Tabalong:

a. Peningkatan gizi dan kesehatan: Kebijakan penganggatan dapat memperkuat program


pencegahan stunting dengan meningkatkan akses dan pendistribusian makanan bergizi,
pemberian suplemen gizi, pendidikan gizi, dan pemantauan tumbuh kembang anak. Selain
itu, kebijakan ini dapat meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, termasuk
imunisasi, perawatan ibu hamil, dan pengobatan penyakit infeksi yang berkontribusi pada
stunting.

b. Peningkatan akses terhadap pendidikan: Kebijakan penganggatan dapat memperkuat akses


dan kualitas pendidikan, terutama bagi anak-anak dari keluarga miskin. Program pemberian
bantuan biaya pendidikan, pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur pendidikan, serta
pemberdayaan pendidik, akan membantu mengurangi kesenjangan pendidikan dan
meningkatkan kesempatan pendidikan bagi anak-anak di Tabalong.

c. Pemberdayaan ekonomi dan peningkatan pendapatan: Kebijakan penganggatan dapat


mendorong pengembangan potensi ekonomi lokal dan memberikan akses terhadap pelatihan
keterampilan, modal usaha, dan pasar kerja yang memadai. Langkah-langkah kebijakan
seperti program pelatihan keterampilan, pemberian kredit usaha, pengembangan sektor
ekonomi lokal, dan pemberdayaan perempuan akan meningkatkan kesempatan ekonomi bagi
masyarakat Tabalong. Dengan meningkatnya pendapatan, keluarga dapat memenuhi
kebutuhan dasar mereka dan keluar dari lingkaran kemiskinan.
d. Penguatan sistem kelembagaan dan koordinasi: Kebijakan penganggatan juga harus
didukung oleh penguatan sistem kelembagaan dan koordinasi antar sektor terkait. Pemerintah
daerah perlu memastikan adanya koordinasi yang baik antara dinas-dinas terkait, lembaga
swadaya masyarakat, sektor swasta, dan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan kebijakan. Selain itu, transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat
dalam proses pengambilan keputusan juga penting untuk keberhasilan kebijakan
penganggatan.

Potensi kebijakan penganggatan dalam mengatasi stunting dan kemiskinan di Tabalong


sangatlah besar. Dengan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi, kebijakan ini dapat
memberikan dampak signifikan dalam mengurangi tingkat stunting dan kemiskinan serta
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun, keberhasilan kebijakan ini juga bergantung
pada komitmen dan dukungan penuh dari pemerintah daerah, stakeholder terkait, serta
partisipasi aktif masyarakat dalam implementasi dan pemantauannya.

C. Tinjauan Kebijakan Penganggatan di Kabupaten Tambalong


Ada beberapa kebijakan yang telah diimplementasikan terkait dengan upaya mengatasi
stunting dan kemiskinan di Kabupaten Tabalong. Berikut adalah beberapa contoh kebijakan :

Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Sekolah:

Program ini bertujuan untuk meningkatkan gizi anak-anak melalui pemberian


makanan tambahan yang bergizi di sekolah. Dalam program ini, anak-anak dari keluarga
miskin mendapatkan makanan tambahan secara gratis atau dengan biaya yang terjangkau.
PMT di sekolah dapat membantu meningkatkan asupan nutrisi anak-anak dan mencegah
stunting.

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN):

JKN merupakan program asuransi kesehatan yang memberikan akses terhadap


layanan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia, termasuk di Kabupaten Tabalong.
Program ini memastikan bahwa semua penduduk memiliki akses terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan terjangkau. Dengan adanya JKN, diharapkan masyarakat
dapat mengakses perawatan kesehatan yang diperlukan untuk mencegah dan mengatasi
masalah stunting serta penyakit terkait.

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin:


Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat miskin melalui berbagai program pemberdayaan ekonomi. Program-program ini
mencakup pelatihan keterampilan, pemberian modal usaha, akses ke pasar, serta
pendampingan dalam pengembangan usaha. Dengan meningkatkan pendapatan, masyarakat
miskin di Tabalong dapat keluar dari lingkaran kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup
mereka.

Program Peningkatan Akses Pendidikan:

Kebijakan ini berfokus pada peningkatan akses dan kualitas pendidikan bagi anak-
anak dari keluarga miskin. Program ini meliputi pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur
pendidikan, pemberian bantuan biaya pendidikan, serta pengembangan kurikulum yang
relevan dengan kebutuhan lokal. Dengan meningkatnya akses dan kualitas pendidikan,
diharapkan anak-anak di Tabalong memiliki kesempatan yang lebih baik untuk
mengembangkan potensi mereka dan keluar dari kemiskinan.

Kelebihan dan kekurangan kebijakan yang sudah ada terkait dengan upaya mengatasi
stunting dan kemiskinan di Kabupaten Tabalong perlu diperhatikan agar dapat melakukan
evaluasi dan perbaikan yang diperlukan. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan
kebijakan yang telah diimplementasikan:

Kelebihan kebijakan yang sudah ada:

Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Sekolah:

Kelebihan: Program ini dapat meningkatkan asupan gizi anak-anak dari keluarga miskin yang
mungkin memiliki akses terbatas terhadap makanan bergizi. PMT di sekolah memberikan
makanan tambahan secara teratur, sehingga membantu meningkatkan status gizi dan
mencegah stunting pada anak-anak.

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN):

Kelebihan: JKN memberikan akses terhadap layanan kesehatan yang terjangkau dan
berkualitas bagi seluruh penduduk, termasuk di Kabupaten Tabalong. Program ini
memastikan bahwa masyarakat memiliki jaminan keuangan untuk mendapatkan perawatan
kesehatan yang diperlukan. Dengan adanya JKN, diharapkan masyarakat Tabalong dapat
mengakses pelayanan kesehatan yang penting dalam upaya mengatasi stunting dan masalah
kesehatan terkait lainnya.
Kekurangan kebijakan yang sudah ada:

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin:

Kekurangan: Meskipun program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan


kesejahteraan masyarakat miskin, terdapat beberapa kekurangan dalam implementasinya.
Beberapa kendala yang mungkin dihadapi adalah kurangnya pemantauan dan evaluasi yang
efektif, kesenjangan dalam akses terhadap pelatihan keterampilan dan modal usaha, serta
keterbatasan dalam pengembangan usaha yang berkelanjutan.

Program Peningkatan Akses Pendidikan:

Kekurangan: Salah satu kekurangan yang mungkin terkait dengan program ini adalah
kualitas infrastruktur pendidikan yang belum memadai, terutama di daerah pedesaan. Selain
itu, ada juga tantangan dalam memberikan bantuan biaya pendidikan yang memadai kepada
semua anak dari keluarga miskin, sehingga masih ada anak-anak yang kesulitan mengakses
pendidikan berkualitas.

Evaluasi implementasi kebijakan yang sudah ada sangat penting untuk memahami
sejauh mana kebijakan tersebut berhasil mencapai tujuannya dalam mengatasi stunting dan
kemiskinan di Kabupaten Tabalong. Berikut adalah beberapa aspek evaluasi yang dapat
dilakukan:

 Efektivitas: Evaluasi harus melihat sejauh mana kebijakan yang ada telah berhasil
mencapai tujuannya. Misalnya, dalam program PMT di sekolah, dapat dilakukan
penilaian terhadap peningkatan status gizi anak-anak dan pengurangan kasus stunting.
Pada program pemberdayaan ekonomi, evaluasi dapat menilai peningkatan
pendapatan dan pengurangan tingkat kemiskinan di antara peserta program.
 Efisiensi: Evaluasi juga harus memperhatikan efisiensi dalam implementasi
kebijakan. Hal ini mencakup aspek-alasan biaya dan sumber daya yang digunakan
untuk menjalankan program. Misalnya, penilaian dapat dilakukan terkait dengan
alokasi anggaran dan penggunaan sumber daya lainnya dalam program pemberdayaan
ekonomi dan program peningkatan akses Pendidikan.
 Partisipasi dan keterlibatan masyarakat: Evaluasi harus menilai tingkat partisipasi dan
keterlibatan masyarakat dalam implementasi kebijakan. Partisipasi aktif masyarakat
dapat meningkatkan keberlanjutan dan penerimaan kebijakan tersebut. Misalnya,
evaluasi dapat melibatkan pendapat dan masukan dari masyarakat mengenai
keberhasilan program dan kendala yang dihadapi
 Keadilan: Evaluasi harus melihat apakah kebijakan yang ada telah memberikan
manfaat secara adil kepada kelompok yang membutuhkan. Dalam konteks stunting
dan kemiskinan, evaluasi harus memperhatikan apakah kebijakan telah mengurangi
kesenjangan sosial-ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan kelompok yang rentan.
 Keberlanjutan: Evaluasi juga harus menilai keberlanjutan kebijakan dalam jangka
panjang. Hal ini melibatkan penilaian terhadap kemampuan kebijakan untuk bertahan
dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat Tabalong. Evaluasi dapat
melibatkan analisis terhadap keberlanjutan pendanaan, dukungan kelembagaan, dan
kapasitas pelaksanaan kebijakan

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Rancangan Kebijakan Penganggatan Untuk Mengatasi Stunting dan Kemiskinan
Rancangan kebijakan penganggatan untuk mengatasi stunting dan kemiskinan di
Kabupaten Tabalong memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai. Tujuan utama dari
kebijakan ini adalah sebagai berikut:

1. Mencegah dan mengurangi tingkat stunting: Salah satu tujuan utama kebijakan
penganggatan adalah mencegah dan mengurangi tingkat stunting di Kabupaten
Tabalong. Langkah-langkah pencegahan yang efektif, seperti pemberian makanan
tambahan yang bergizi kepada anak-anak, pemantauan pertumbuhan anak secara
rutin, dan penyuluhan gizi kepada ibu hamil dan menyusui, harus diterapkan. Tujuan
ini akan membantu meningkatkan status gizi anak-anak dan mencegah dampak buruk
stunting pada perkembangan mereka.
2. Mengurangi tingkat kemiskinan: Kebijakan penganggatan juga bertujuan untuk
mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Tabalong. Langkah-langkah ini dapat
melibatkan pemberian bantuan ekonomi kepada keluarga miskin, pelatihan
keterampilan untuk meningkatkan kesempatan kerja, pengembangan usaha mikro dan
kecil, dan akses yang lebih baik terhadap layanan keuangan dan pasar. Tujuan ini akan
membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga mereka
dapat keluar dari lingkaran kemiskinan.
3. Meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan: Salah satu tujuan penting dari
kebijakan penganggatan adalah meningkatkan akses masyarakat Tabalong terhadap
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Ini dapat dicapai dengan memperkuat
infrastruktur kesehatan, memperluas jangkauan fasilitas kesehatan, meningkatkan
ketersediaan tenaga medis dan obat-obatan, serta memberikan pendidikan dan
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Tujuan ini akan membantu masyarakat
mendapatkan perawatan kesehatan yang diperlukan untuk mencegah dan mengatasi
masalah stunting dan penyakit terkait.
4. Meningkatkan akses terhadap pendidikan berkualitas: Kebijakan penganggatan juga
bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat Tabalong terhadap pendidikan
berkualitas. Ini melibatkan upaya untuk memperbaiki dan memperluas infrastruktur
pendidikan, meningkatkan ketersediaan guru yang berkualitas, memberikan bantuan
biaya pendidikan kepada keluarga miskin, dan mengembangkan kurikulum yang
relevan dengan kebutuhan lokal. Tujuan ini akan membantu anak-anak di Tabalong
memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mengembangkan potensi mereka melalui
pendidikan.

Implementasi kebijakan penganggatan untuk mengatasi stunting dan kemiskinan di


Kabupaten Tabalong memerlukan strategi yang komprehensif dan terintegrasi. Berikut adalah
beberapa strategi implementasi yang dapat dilakukan:

1. Penguatan Koordinasi antarstakeholder: Penting untuk memperkuat koordinasi dan


sinergi antara pemerintah daerah, lembaga terkait, sektor swasta, dan masyarakat
dalam mengimplementasikan kebijakan penganggatan. Dibutuhkan forum koordinasi
yang berkala untuk mendiskusikan masalah terkait, berbagi informasi, dan
mengkoordinasikan upaya untuk mencapai tujuan kebijakan. Kolaborasi yang baik
akan memastikan keterpaduan program dan optimalisasi sumber daya yang ada.
2. Pendekatan lintas sektor: Implementasi kebijakan penganggatan harus melibatkan
berbagai sektor yang saling terkait, seperti kesehatan, pendidikan, pertanian, sosial,
dan ekonomi. Pendekatan lintas sektor memungkinkan identifikasi dan penanganan
masalah stunting dan kemiskinan secara komprehensif. Misalnya, integrasi program
gizi dengan program pertanian untuk meningkatkan ketersediaan pangan bergizi
secara lokal.
3. Pemberdayaan masyarakat: Penting untuk melibatkan masyarakat secara aktif dalam
implementasi kebijakan penganggatan. Dalam hal ini, perlu dilakukan sosialisasi dan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai manfaat kesehatan dan gizi yang baik,
praktik perawatan anak yang optimal, dan pentingnya pendidikan. Selain itu,
pendekatan partisipatif dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam pengambilan
keputusan, perencanaan, dan pemantauan kebijakan.
4. Penyediaan sumber daya yang memadai: Implementasi kebijakan penganggatan
membutuhkan dukungan sumber daya yang memadai, termasuk anggaran yang cukup,
tenaga kerja yang terlatih, infrastruktur yang memadai, dan akses terhadap teknologi
yang diperlukan. Pemerintah daerah perlu mengalokasikan dana yang cukup dan
memastikan penggunaan yang efisien serta transparan. Kolaborasi dengan pihak
swasta, lembaga donor, dan organisasi internasional juga dapat membantu dalam
penyediaan sumber daya.
5. Monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan: Penting untuk melakukan pemantauan
dan evaluasi yang berkelanjutan terhadap implementasi kebijakan penganggatan.
Melalui pemantauan, dapat diidentifikasi kendala dan permasalahan yang muncul,
sehingga dapat diambil tindakan perbaikan yang diperlukan. Evaluasi berkala juga
membantu mengukur efektivitas kebijakan dan dampaknya terhadap pengurangan
stunting dan kemiskinan di Tabalong.

Program dan kegiatan dalam kebijakan penganggatan untuk mengatasi stunting dan
kemiskinan di Kabupaten Tabalong harus dirancang dengan cermat untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Berikut adalah rincian beberapa program dan kegiatan yang dapat
dilakukan:

Program Gizi Anak dan Ibu Hamil:

 Peningkatan akses dan distribusi makanan tambahan yang bergizi untuk anak-anak
dan ibu hamil.
 Pelatihan kepada ibu hamil dan ibu menyusui mengenai pentingnya gizi dan praktik
pemberian makan yang sehat.
 Peningkatan pemantauan pertumbuhan anak secara rutin melalui posyandu dan klinik
gizi.
 Pengembangan kampanye penyuluhan dan edukasi gizi kepada masyarakat.

Program Pemberdayaan Ekonomi:


 Pelatihan keterampilan dan pengembangan usaha mikro dan kecil bagi keluarga
miskin.
 Pemberian modal usaha dan bantuan teknis kepada kelompok masyarakat yang
rentan.
 Fasilitasi akses ke pasar dan pengembangan jaringan bisnis untuk meningkatkan
peluang ekonomi masyarakat.
 Program pemberdayaan perempuan untuk meningkatkan partisipasi ekonomi dan
pengambilan keputusan.

Program Peningkatan Akses Pendidikan:

 Peningkatan akses dan kualitas pendidikan anak-anak melalui pembangunan dan


perbaikan infrastruktur sekolah.
 Penyediaan beasiswa dan bantuan biaya pendidikan bagi keluarga miskin.
 Pelatihan dan peningkatan kualitas guru untuk memberikan pendidikan yang
berkualitas.
 Program pengurangan angka putus sekolah dengan mengidentifikasi penyebab putus
sekolah dan memberikan solusi yang tepat.

Program Peningkatan Akses Kesehatan:

 Peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas.


 Peningkatan jangkauan dan kapasitas fasilitas kesehatan di daerah pedesaan.
 Penyediaan tenaga medis dan perawat yang memadai di wilayah pedesaan.
 Penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang praktik kesehatan
yang baik.

Program Pengembangan Infrastruktur:

 Pembangunan infrastruktur dasar, seperti jalan, air bersih, sanitasi, dan listrik, untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
 Pengembangan fasilitas pertanian, seperti irigasi, pembenihan unggul, dan akses pasar
yang baik, untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian.

Melalui beberapa kebijakan yang telah diterapkan juga kemudian Bupati Tabalong Dr.
Drs H. Anana Syakhfiani, M.si pada acara Roadshow Menteri Koordinator Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan untuk Percepatan Penurunan Stunting Kemiskinan Ekstrem yang
dilaksanakan di Tanjung, 16 Februari 2023 menyampaikan beberapa hal terkait program
Percepatan Penurnan Stunting & Penghapusan Kemiskinan Ekstrem Di Kabupaten Tabalong:
Kabupaten Tabalong memiliki Luas Wilayah 3.555.35 Km2 Dengan Jumlah Penduduk yang
tercatat pada tahun 2021 ( BPS ) 256.903 Jiwa dengan spesifikasi Laki Laki 130,327 Jiwa
dan Perempuan 126,576 Jiwa. Kabupaten Tabalong terdiri dari 12 Kecamatan, 121 Desa dan
10 Kelurahan. Pada tahun 2020-2021 laju atau tingkat dari pertumbuhan Tabalong berada di
angka 1,06 %.

Kondisi Stunting & Kemiskinan Ekstrem di Kabupaten Tabalong


Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jumlah Jiwa Miskin yang ada di
Kabupaten Tabalong pada tahun 2021 : 16.128 Jiwa dan mengalami penurunan di tahun 2022
menjadi 15.240 Jiwa dan pada Kategori Miskin Ekstrem di tahun 2021 sebanyak 3.498 jiwa
dan di tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 2.055 Jiwa. Dengan begitu melalui
beberapa program yang telah diterapkan dan dijalankan oleh pihak pemerintahan hal ini
terbukti dapat membantu untuk menurunkan jumlah masyarakat yang terkategori miskin atau
miskin ekstrem yang ada di Kabupaten Tabalong.

Tata Kelola Percepatan Penurnan Stunting Di Kabupaten Tabalong, Melalui


KOORDINASI TPPS Kabupaten, Kecamatan dan Desa yang tertuang pada Kep Bup No
188.45/98/2022 Dengan detail :
SDM Kesehatan

 Dari Total 131 Desa total bidan yang ada 112 bidan serta 15 Tenaga Gizi
 Jumlah Posyandu 280 Buah
 Antopometri 165 Posyandu

Anggaran yang tersedia di tahun 2022 meliputi atau diperoleh dari ( APBD, APBN,
PIHAK LAIN ) Sebesar Rp. 177.820.658.564

Kemudian Terdapat beberapa Program yang juga disampaikan yaitu


Walaupun demikian ternyata dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa kendala
diantaranya:

1. SDM Kes khususnya Bidan dan Gizi masih kurang dan yang berstatus PNS baru
79 bidan.
2. Capaian Pemeriksaan Anemia Remaja Putri masih rendah 19,77 % (ketersediaan
Stik HB kurang)
3. Untuk RS PONEK masih ada peralatan yang belum tersedia. Tenaga perawat
belum dilatih NICU level 3.
4. Puskesmas PONED tenaga masih ada yang belum dilatih,
5. USG baru ada di 5 Pusk, masih dibutuhkan untuk 13 Puskesmas.
6. Baru 165 Posyandu yang mempunyai antropometri standar (58,9%), 115
psoyandu belum mempunyai antropometri
7. Kader posyandu sering berganti.
8. Ada Puskesmas (Panaan) yang harus relokasi tapi terkendala karena lokasi hutan.
9. Kemampuan petugas dalam melakukan edukasi kepada masyarakat masih belum
optimal (perilaku masy belum mendukung sepenuhnya thd prog percepatan
penurunan stunting)

BAB IV

PENUTUP
Berdasarkan pembahasan di atas, stunting dan kemiskinan merupakan dua masalah
serius yang dihadapi Kabupaten Tabalong. Stunting memiliki dampak negatif jangka panjang
terhadap perkembangan anak, sedangkan kemiskinan menyebabkan keterbatasan akses
terhadap pangan, pendidikan, dan layanan kesehatan. Untuk mengatasi masalah ini, kebijakan
penganggatan menjadi solusi yang tepat dengan pendekatan yang terintegrasi dan holistik.

Kebijakan penganggatan harus didukung oleh strategi yang melibatkan lintas sektor dan
melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Pendekatan ini memungkinkan sinergi antara
program gizi, pemberdayaan ekonomi, akses pendidikan, akses kesehatan, dan pembangunan
infrastruktur. Melalui langkah-langkah seperti peningkatan akses terhadap makanan bergizi,
pelatihan keterampilan, bantuan biaya pendidikan, peningkatan akses kesehatan, dan
pembangunan infrastruktur yang memadai, diharapkan tingkat stunting dan kemiskinan di
Kabupaten Tabalong dapat dikurangi secara signifikan.

Saran:

Untuk suksesnya implementasi kebijakan penganggatan, beberapa saran dapat diusulkan:

Meningkatkan koordinasi dan sinergi antarstakeholder: Perlu adanya kolaborasi yang erat
antara pemerintah daerah, lembaga terkait, sektor swasta, dan masyarakat dalam
mengimplementasikan kebijakan. Diperlukan forum koordinasi rutin untuk berbagi informasi,
pemantauan progres, dan evaluasi kebijakan.

Memperkuat pemantauan dan evaluasi: Perlu dilakukan pemantauan yang berkala dan
evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan penganggatan. Ini akan membantu dalam
mengidentifikasi kendala, permasalahan, dan keberhasilan dari program-program yang telah
dilaksanakan, sehingga dapat dilakukan perbaikan yang diperlukan.

Pemberdayaan masyarakat: Masyarakat perlu dilibatkan secara aktif dalam proses


perencanaan, implementasi, dan pemantauan kebijakan penganggatan. Perlu ada pendekatan
partisipatif yang melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan, serta pemberian
edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya gizi, kesehatan, dan
pendidikan yang berkualitas.

Pengalokasian sumber daya yang memadai: Pemerintah daerah perlu mengalokasikan sumber
daya yang memadai, baik dalam hal anggaran maupun tenaga kerja, untuk mendukung
implementasi kebijakan penganggatan. Diperlukan juga kolaborasi dengan pihak swasta,
lembaga donor, dan organisasi internasional dalam penyediaan sumber daya yang memadai.
REFERENCE

Bhutta, Z. A., Das, J. K., Rizvi, A., Gaffey, M. F., Walker, N., Horton, S., Webb, P., Lartey, A., & Black, R. E.
(2013). Evidence-based interventions for improvement of maternal and child nutrition: What can be
done and at what cost? In The Lancet (Vol. 382, Issue 9890, pp. 452–477). Elsevier B.V.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(13)60996-4

De Onis, M., Blössner, M., & Borghi, E. (2012). Prevalence and trends of stunting among pre-school
children, 1990-2020. Public Health Nutrition, 15(1), 142–148.
https://doi.org/10.1017/S1368980011001315

Gunawan Wicaksono. (2022). Evaluasi Program Peningkatan Sarana Produksi Pupuk Organik di Kawasan
Perdesaan Beras Organik Kabupaten Karanganyar. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, 20(1), 23–41.
https://doi.org/10.36762/jurnaljateng.v20i1.929

Hoddinott, J., Behrman, J. R., Maluccio, J. A., Melgar, P., Quisumbing, A. R., Ramirez-Zea, M., Stein, A. D.,
Yount, K. M., & Martorell, R. (2013). Adult consequences of growth failure in early childhood.
American Journal of Clinical Nutrition, 98(5), 1170–1178. https://doi.org/10.3945/ajcn.113.064584

The Economics of Poverty. (n.d.).


The problem of maternal and child undernutrition in developing countries. (n.d.).

Anda mungkin juga menyukai