Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH KMB 2

“ TINDAKAN POST OPERATIF”

Kelas : Tingkat 2A

Kelompok 5

Ananda Pratiwi

Fany Rahmawati

Lusiana

Nofia

Sinta Wulandari

Akademi keperawatan justitia palu

Prodi DIII Keperawatan

Tahun ajaran 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa, yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga kami dapat
menyelesaikan askep yang berjudul: “TINDAKAN POST OPERATIF”.

2
DAFTAR ISI

3
BAB I PENDALUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah sesuatu
yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya
pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar
dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi.
Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar teliti karena hal ini
menyangkut berbagai organ, terutama jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan
perawatan yang komprehensif dan menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai
dengan benar-benar aman dan tidak merugikan klien maupun petugas.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja tindakan post operatif

4
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Menyiapkan Tempat Tidur Eather Bed

a. D e fi n i s i

Tempat tidur pasca operasi (aether bed ) merupakan tempat tidur yangdisiapkan untuk

klien pasca operasi yang mendapat norkase (obat bius). Tujuannya adalah untuk

menhangatkan pasien dan juga untuk mencegah terjadinya penyakit atau komplikasi

pasien pasca operasi.

b. Persiapan alat

 Masker

 Hand Sanitizer

 Sarung tangan bersih

 Warm Water Zack (WWZ)

 Baskom berisi air panasf.

 Pengukur suhu

 Laken

 Perlak 2 buah

 Stik laken

 Boven laken

 Selimut

 Handuk

 Sarung bantal

c. T a h a p   K e r j a

1. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan.

5
2. Mencuci tangan.c.Memakai alat pelindung diri: sarung tangan bersih dan

masker.

3. Memasangkan laken pada tempat tidur. Untuk setiap bagian ujung-

ujungnya, buatlah lipatan berbentuk sudut.

4. Kemudian masukkan tepi laken ke bawah kasur hingga rapih dan tidak

adakerutan.

5. Pasangkan perlak diatas laken dengan posisi melebar, masukkan tepi perlak

ke bawah kasur.

6. Setelah itu pasangkan stik laken. Masukkan tepi stik laken ke bawah

kasur,rapihkan hingga tidak ada kerutan.

7. Pasangkan boven laken pada bagian kaki, rapihkan dengan

memasukkantepinya ke bawah kasur.i.Kemudian pasangkan selimut,

sejajar dengan boven laken. Rapihkan seluruh bagian tepinya.

8. Pasangkan sarung bantal pada bantal, lalu letakkan pada bagian kepala

tempattidur. Bagian yang terbuka diletakkan membelakangi pintu.

9. Siapkan buli-buli panas atau WWZ, dengan cara sebagai berikut

 Ukur suhu air panas yang telah disiapkan dengan menggunakan

pengukur suhu, tunggu 3-5 menit sampai menunjukkan hasil

ukurnya.Idealnya suhu air yang diperlukan yaitu 50-60°C.

 Setelah diukur, masukkan air ke dalam WWZ.

 Kemudian, lakukan pengecekan untuk memastikan apakah

adakebocoran atau tidak pada WWZ dengan cara menggoyangkannya.

10. Pada tempat tidur terbuka yang telah disiapkan sebelumnya, angkat

bantalterlebih dahulu.

6
11. Lalu, letakkan gulungan perlak dan handuk pada bagian kepala tempat

tidur.

12. Kemudian pasang selimut tambahan hingga menutupi seluruh bagian

tempattidur.

13. Letakkan buli-buli panas diantara laken dan selimut pada bagian kaki.

14. Angkat buli-buli panas sebelum pasien dibaringkan, setelah keluar dari

ruangoperasi.

15. Lipat selimut tambahan beserta selimut awal ke salah satu sisi tempat tidur

hingga batas pinggirannya.

16. Rapihkan peralatan.

17. Lepaskan sarung tangan dan masker.

18. Mencuci tangan.

d. Hal yang Perlu Diperhatikan :

 Alat tenun harus selalu bersih.

 Buli-buli panas jangan sampai bocor (periksa dulu sebelum dipakai)

dantutupnya jangan sampai lepas/kurang kencang.

 Buli-buli panas jangan dapat dipakai kembali jika diperlukan kembali

jikadiperlukan, anti airnya juga dapat dipakai kembali jika sudah dingin.

2.2 Anamnesi dan Observasi Sikulasi (TTV)

1. Definisi

Anamnesa merupakan pengambilan data yang di lakukan oleh seorang dokter

maupun perawat dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan

pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan terentu dengan penolong

pasien. Sedangka obsevarsi sirkulasi adalah pengamatan yang dilakukan dokter

7
maupun perawat untuk membandingkan data pemeriksaan yang pernah di

ambil dengan data yang baru dimulai.

2. Anamnese dan Observasi Sirkulasi (TD, Nadi, Pernapasan, dan Suhu)

Komponen Anamnesa

A. Mengidentifikasi informasi
1. Nama
2. Usia
3. Ras/etik
4. Alamat/telepon
5. Agama
6. Status pernikahan
7.  Pekerjaan
8. Jenis kelamin

B. Keluhan Utama (KU)                                                         


C. Riwayat Penyakit Saat ini
D. Riwayat Medis Terdahulu dan Perawatan Primer
1. Penyakit pada masa kanak-kanak/imunisasi seperti campak (tipe), gondongan, dan
cacar air
2. Uji skrining laboratorium yang dilakukan baru-baru ini untuk penyakit infeksi
(hepatitis, campak, tuberkulosis, HIV) : tanggal, hasil
3. Penyakit utama (pneumonia, hepatitis, demam reumatik, difteri, polio)
4. Rawat inap ; tanggal, alasan
5. Pembedahan ; tanggal, alasan
6. Kecelakaan ; fraktur, cedera, tidak sadar
7. Tranfusi darah ; tanggal, alasan, reaksi
8. Alergi (makanan, demam Hay, lingkungan, debu, binatang ; asma)
9. Alergi obat
10. Penyalahgunaan alkohol/alkoholisme; perawatan
11.  Penyalahgunaan/ ketergantungan obat; zat, perawatan
12.  Kebiasaan
13. Pola tidur
14. Diet/malnutrisi
15. Olahraga/ aktivitas bersenang-senang
16. Bahaya ditempat kerja : posisi (berdiri,duduk) tegangan (mata,otot), ventlisasi,
terpajan zat kimia beracun

8
17. Bahayan lingkungan : udara, air, pembuangan limbah, jumlah jendela kurang,
tempat perapian yang tebuka, cat
18. Penganiayaan fisik/seksual pada masa kanak-kanak
19. Kekreasan rumah tangga/ pemukulan/ pemerkosaan/ isolasi pada masa yang lalu,
saat ini keamanan
20. Uji skrining genetik, jika didapat lakukan (mis. Sel sabit,tay sachs, fibrosis kritis);
hasil
21. Penyakit spesifik
22. Pengobatan

E. Pemeriksaan Fisik Sistem vaskuler

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-


kelainan dari suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh dengan cara melihat (inspeksi),
meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). Urutan pemeriksaan
berjalan secara logis dari kepala ke kaki, dan bila telah terlatih dapat dilakukan hanya
dalam waktu sekitar 10 menit :

1. keadaan umum,
2. tekanan darah,
3. nadi,
4. tangan,
5. kepala dan leher,
6. jantung,
7. paru,
8. abdomen dan
9. kaki serta tungkai.

1. Pemeriksaan Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, dan volume,
laju serta kekentalan (viskositas) darah. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai
rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolic, dengan nilai dewasa normalnya berkisar
dari 100/60 sampai 140/90. Teknik penggukuran tekanan darah meliputi :

a. Manset spignomanometer diikatkan pada lengan atas, stetoskop ditempatkan pada


arteri brakialis pada permukaan ventral siku agak bawah manset spigmomanometer.
b.  Tekanan dalam spigmomanometer dinaikkan dengan memompa udara ke dalam
manset sampai denyut radial dan brachial menghilang. Manset dikembangkan lagi

9
sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial kemudian tekanan
didalam spigmomanometer di turunkan secara perlahan.
c. Pada saat denyut nadi mulai terdengar kembali, baca tekanan yang tercantum pada
skala spigmomanometer, tekanan ini adalah tekanan sistolik.
d. Suara denyutan nadi selanjutnya agak keras dan tetap terdengar sekeras itu sampai
suatu saat denyutannya melemah atau menghilang sama sekali. Suara denyutan
terakhir adalah tekanan diastolic.

2. Pemeriksaan Nadi
Palpasi

Penilaian palpasi meliputi frekuensi, irama, kualitas, konfigurasi gelombang, dan keadaan

pembuluh darah. Frekuensi jantung normal

Usia Frekuensi jantung (denyut/menit)

Bayi 120-160/mnt

todler 90-140/mnt

Prasekolah 80-110/mnt

Usia sekolah 75-100/mnt

Remaja 60-90/mnt

Dewasa 60-100/mnt

1) Irama
Secara normal irama merupakan interval reguler yang terjadi antara setiap denyut
nadi atau jantung. Bila irama nadi tidak teratur, maka frekuensi jantung harus dihitung
dengan melakukan auskultasi denyut apikal selama satu menit penuh sambil meraba
denyut nadi. Setiap perbadaan antara kontraksi yang terdengar dan nadi yang teraba
harus dicatat. Gangguan irama (disritmia) sering mengakibatkan defisit nadi, suatu
perbedaan antara frekuensi apeks (frekuensi jantung yang terdengar di apeks jantung)
dan frekuensi nadi. Defisit nadi biasanya terjadi pada fibrilasi atrium, flutter atrium,
kontraksi ventrikel premature dan berbagai derajat blok jantung.

2) Kekuatan nadi

10
Kekuatan atau amplitudo dari nadi menunjukkan volume darah yang
diejeksikan ke dinding arteri pada setiap kontraksi jantung dan kondisi sistem
pembuluh darah arterial yang mengarah pada nadi. Secara normal, kekuatan nadi tetap
sama pada setiap denyut jantung.
0 Tidak ada, tidak dapat dipalpasi

1+ Nadi hilang, sangat sulit dipalpasi, mudah hilang 

2+ Mudah dipalpasi, nadi normal 

3+ Nadi penuh, meningkat 

4+ Kuat, nadi memantul, tidak dapat hilang 

2. Pemeriksaan pernafasan

Frekuensi napas normal tergantung umur :


1. Usia baru lahir sekitar 35 – 50 x/menit
2. Usia < 2 tahun 25 – 35 x/menit
3. Usia 2-12 tahun 18 – 26 x/menit
4. Dewasa 16 – 20 x/menit.
5. Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit
6. Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut
7. Apnea : Bila tidak bernapas .

3. Mengukur suhu tubuh

Mengukur suhu tubuh dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu yang paling umum
adalah dengan melakukan pengukuran di ketiak, mulut dan dubur. Termometer yang
digunakan,sebaiknya termometer digital (elektronik) untuk memberikan hasil yang tepat
dan akurat

1). Mengukur Suhu Tubuh Di Bawah Ketiak


 Pengukuran suhu tubuh yang paling umum dan mudah adalah di ketiak.
Langkah pengukuran sebagai berikut:
 Ujung termometer dibersihkan.
 Letakkan ujung termometer di ketiak, dan jepit dengan erat.
 Tahan termometer hingga berbunyi.
 Termometer dikeluarkan dan baca hasilnya.
 Bersihkan termometer.

2). Mengukur Suhu Tubuh Lewat Mulut

11
Mengukur suhu tubuh yang paling mudah dan memberikan hasil yang cukup akurat
adalah melalui mulut. Untuk mengukur suhu tubuh ini dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:

 Ujung termometer dibersihkan.


 Masukkan ujung termometer ke bawah lidah.
 Tahan termometer dalam mulut minimal 1 menit, atau sampai termometer
berbunyi.
 Keluarkan termometer dan baca hasilnya.
 Bersihkan termometer kembali.
3). Mengukur Suhu Tubuh Lewat Dubur
Tempat lain untuk mengukur suhu tubuh adalah di dubur. Namun pengukuran di
tempat ini cukup merepotkan, terutama pada bayi atau anak-anak. Langkah
pengukuran pada bayi/anak-anak dilakukan sebagai berikut:

 Oleskan pelumas (Aquagel) pada ujung termometer.


 Tengkurapkan atau telentangkan bayi di pangkuan.
 Masukkan 1,5-2,5 cm ujung termometer ke dalam dubur dengan hati-hati.
 Tahan posisi tersebut hingga termometer berbunyi. Posisi bayi harus ditahan
idak bergerak, sebab jika bergerak, dapat menyebabkan termometer masuk
lebih dalam dan menyebabkan luka.
 Keluarkan termometer dan baca hasilnya.

2.3 Mengobservasi pendarahan

a. Defines

Observasi perdarahan adalah suatu tindakan keperawatan/

kebidananuntuk melakukan evaluasi perdarahan pada pasien post partum

operatif maupun seksio sesarea.

b. Indikasi

Pasien dengan Perdarahan pada kasus bedah & Perdarahankasus non

bedah

c. Tujuan

Untuk mencegah terjadinya syok

12
d. Persiapan klien

 Pastikan identitas pasien benar

 Kaji kondisi pasien

 Jaga privasi pasien

 Atur posisi pasien

e. Persiapan lingkungan

 Jaga privacy klien dengan cara memasang sampiranatau menutup

hordeng pembatas kamar

 Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

f. Prosedur

1. Perawat melakukan cuci tangan sebelum melakukantindakan

2. Perawat melihat perdarahan pada pasien

3. P e r a w a t m e n c a t a t p a d a R M p a s i e n , j u m l a h p e r d a r a h a n yang terjadi

4. Perawat melakukan monitor vital sign dan mencatat padaRM pasien

(antisipasi awal terjadinya syok hipovolemi)

5. A p a b i l a t e r j a d i p e r d a r a h a n d a n t a n d a - t a n d a s y o k hipovolemi segera

lapor dokter yang merawat

6. P e r a w a t c u c i t a n g a n

e. E v a l u a s i d a n d o k u m e n t a s i

1. Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan

2. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksaan.

3. Catat hasil tindakan (respons subjektif dan objektif) didalam

catatan.

13
4. Bersihkan dan kembalikan peralatan yang digunakan pada

tempatnya

2.4 Pemeriksaan Kesadaran

2.5 Mengorsevsi bising usus

2.6 Membimbing nafas dalam

2.7 Membimbing batu efektif

2.8 Melatih ambulasi

2.9 Evaluasi asuhan keperawatan operatif

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical di mana

gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan model konsep yang lain yang

memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah gangguan pada jiwa semata, tidak

mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis. Tekanan model medical adalah

14
pengkajian spesifik dan pengelompokkasn gejala dalam sindroma spesifik. Perilaku abnormal

dipercaya akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu.

Jenis terapi biologis meliputi terapi obat, terapi elektrokonvulsif dan terapi psikosurgery.

Pada gangguan jiwa di lakukan terapi biologis seperti pengikatan, isolasi, terapi kejang

listrik, dan fototerapi

3.2 saran

Sampai dengan saat ini belum ada jenis terapi modalitas tunggal yang dapat mengatasi

semua masalah gangguan jiwa klien. Kombinasi terapi modalitas merupakan suatu keharusan.

Untuk itu perawat mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengkombinasikan

berbagai terapi modalitas sehingga perubahan prilaku yang di capai akan maksimal. Untuk

mencapai langkah ini tentu di perlukan tingkatan kemampuan perawat dalam melaksanakan

berbagai pendekatan/strategi terapi modalitas ini. Belajar berkelanjutan karenanya menjadi

hal yang wajib di lakukan bagi setiap perawat jiwa

Daftar Pustaka

15

Anda mungkin juga menyukai