Kelas : Tingkat 2A
Kelompok 5
Ananda Pratiwi
Fany Rahmawati
Lusiana
Nofia
Sinta Wulandari
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa, yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga kami dapat
menyelesaikan askep yang berjudul: “TINDAKAN POST OPERATIF”.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I PENDALUAN
4
BAB II PEMBAHASAN
a. D e fi n i s i
Tempat tidur pasca operasi (aether bed ) merupakan tempat tidur yangdisiapkan untuk
klien pasca operasi yang mendapat norkase (obat bius). Tujuannya adalah untuk
menhangatkan pasien dan juga untuk mencegah terjadinya penyakit atau komplikasi
b. Persiapan alat
Masker
Hand Sanitizer
Pengukur suhu
Laken
Perlak 2 buah
Stik laken
Boven laken
Selimut
Handuk
Sarung bantal
c. T a h a p K e r j a
5
2. Mencuci tangan.c.Memakai alat pelindung diri: sarung tangan bersih dan
masker.
4. Kemudian masukkan tepi laken ke bawah kasur hingga rapih dan tidak
adakerutan.
5. Pasangkan perlak diatas laken dengan posisi melebar, masukkan tepi perlak
ke bawah kasur.
6. Setelah itu pasangkan stik laken. Masukkan tepi stik laken ke bawah
8. Pasangkan sarung bantal pada bantal, lalu letakkan pada bagian kepala
10. Pada tempat tidur terbuka yang telah disiapkan sebelumnya, angkat
bantalterlebih dahulu.
6
11. Lalu, letakkan gulungan perlak dan handuk pada bagian kepala tempat
tidur.
tempattidur.
13. Letakkan buli-buli panas diantara laken dan selimut pada bagian kaki.
14. Angkat buli-buli panas sebelum pasien dibaringkan, setelah keluar dari
ruangoperasi.
15. Lipat selimut tambahan beserta selimut awal ke salah satu sisi tempat tidur
jikadiperlukan, anti airnya juga dapat dipakai kembali jika sudah dingin.
1. Definisi
pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan terentu dengan penolong
7
maupun perawat untuk membandingkan data pemeriksaan yang pernah di
Komponen Anamnesa
A. Mengidentifikasi informasi
1. Nama
2. Usia
3. Ras/etik
4. Alamat/telepon
5. Agama
6. Status pernikahan
7. Pekerjaan
8. Jenis kelamin
8
17. Bahayan lingkungan : udara, air, pembuangan limbah, jumlah jendela kurang,
tempat perapian yang tebuka, cat
18. Penganiayaan fisik/seksual pada masa kanak-kanak
19. Kekreasan rumah tangga/ pemukulan/ pemerkosaan/ isolasi pada masa yang lalu,
saat ini keamanan
20. Uji skrining genetik, jika didapat lakukan (mis. Sel sabit,tay sachs, fibrosis kritis);
hasil
21. Penyakit spesifik
22. Pengobatan
1. keadaan umum,
2. tekanan darah,
3. nadi,
4. tangan,
5. kepala dan leher,
6. jantung,
7. paru,
8. abdomen dan
9. kaki serta tungkai.
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, dan volume,
laju serta kekentalan (viskositas) darah. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai
rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolic, dengan nilai dewasa normalnya berkisar
dari 100/60 sampai 140/90. Teknik penggukuran tekanan darah meliputi :
9
sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial kemudian tekanan
didalam spigmomanometer di turunkan secara perlahan.
c. Pada saat denyut nadi mulai terdengar kembali, baca tekanan yang tercantum pada
skala spigmomanometer, tekanan ini adalah tekanan sistolik.
d. Suara denyutan nadi selanjutnya agak keras dan tetap terdengar sekeras itu sampai
suatu saat denyutannya melemah atau menghilang sama sekali. Suara denyutan
terakhir adalah tekanan diastolic.
2. Pemeriksaan Nadi
Palpasi
Penilaian palpasi meliputi frekuensi, irama, kualitas, konfigurasi gelombang, dan keadaan
Bayi 120-160/mnt
todler 90-140/mnt
Prasekolah 80-110/mnt
Remaja 60-90/mnt
Dewasa 60-100/mnt
1) Irama
Secara normal irama merupakan interval reguler yang terjadi antara setiap denyut
nadi atau jantung. Bila irama nadi tidak teratur, maka frekuensi jantung harus dihitung
dengan melakukan auskultasi denyut apikal selama satu menit penuh sambil meraba
denyut nadi. Setiap perbadaan antara kontraksi yang terdengar dan nadi yang teraba
harus dicatat. Gangguan irama (disritmia) sering mengakibatkan defisit nadi, suatu
perbedaan antara frekuensi apeks (frekuensi jantung yang terdengar di apeks jantung)
dan frekuensi nadi. Defisit nadi biasanya terjadi pada fibrilasi atrium, flutter atrium,
kontraksi ventrikel premature dan berbagai derajat blok jantung.
2) Kekuatan nadi
10
Kekuatan atau amplitudo dari nadi menunjukkan volume darah yang
diejeksikan ke dinding arteri pada setiap kontraksi jantung dan kondisi sistem
pembuluh darah arterial yang mengarah pada nadi. Secara normal, kekuatan nadi tetap
sama pada setiap denyut jantung.
0 Tidak ada, tidak dapat dipalpasi
2. Pemeriksaan pernafasan
Mengukur suhu tubuh dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu yang paling umum
adalah dengan melakukan pengukuran di ketiak, mulut dan dubur. Termometer yang
digunakan,sebaiknya termometer digital (elektronik) untuk memberikan hasil yang tepat
dan akurat
11
Mengukur suhu tubuh yang paling mudah dan memberikan hasil yang cukup akurat
adalah melalui mulut. Untuk mengukur suhu tubuh ini dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
a. Defines
b. Indikasi
bedah
c. Tujuan
12
d. Persiapan klien
e. Persiapan lingkungan
f. Prosedur
3. P e r a w a t m e n c a t a t p a d a R M p a s i e n , j u m l a h p e r d a r a h a n yang terjadi
5. A p a b i l a t e r j a d i p e r d a r a h a n d a n t a n d a - t a n d a s y o k hipovolemi segera
6. P e r a w a t c u c i t a n g a n
e. E v a l u a s i d a n d o k u m e n t a s i
catatan.
13
4. Bersihkan dan kembalikan peralatan yang digunakan pada
tempatnya
3.1 Kesimpulan
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical di mana
gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan model konsep yang lain yang
memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah gangguan pada jiwa semata, tidak
14
pengkajian spesifik dan pengelompokkasn gejala dalam sindroma spesifik. Perilaku abnormal
Jenis terapi biologis meliputi terapi obat, terapi elektrokonvulsif dan terapi psikosurgery.
Pada gangguan jiwa di lakukan terapi biologis seperti pengikatan, isolasi, terapi kejang
3.2 saran
Sampai dengan saat ini belum ada jenis terapi modalitas tunggal yang dapat mengatasi
semua masalah gangguan jiwa klien. Kombinasi terapi modalitas merupakan suatu keharusan.
Untuk itu perawat mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengkombinasikan
berbagai terapi modalitas sehingga perubahan prilaku yang di capai akan maksimal. Untuk
mencapai langkah ini tentu di perlukan tingkatan kemampuan perawat dalam melaksanakan
Daftar Pustaka
15