Anda di halaman 1dari 3

MANAJEMEN PASCA TAMBANG.

Dalam menjalankan operasi penambangan, baik eksplorasi maupun eksploitasi, PT


Berau Coal selalu mematuhi perundang-undangan dan peraturan terkait lingkungan. Sebagai
perusahaan tambang yang beroperasi di Kalimantan timur, perusahaan memahami bahwa
mata seluruh dunia sedang tertuju ke Kalimantan, termasuk Kalimantan timur, sehubungan
dengan keprihatinan dunia terhadap laju kerusakan hutan tropis, sementara penurunan
kualitas kejernihan air di sungai-sungai Kalimantan timur juga diduga akibat kerusakan hutan
sebagai dampak dari beroperasinya perusahaan-perusahaan yang mengambil sumberdaya
alam.  Berbagai berita di media juga sering menyoroti praktik reklamasi dan revegetasi lahan
oleh perusahaan-perusahaan tambang. Sebagai warga korporat yang bertanggung jawab, PT
Berau Coal ikut merasakan keprihatinan masyarakat terhadap kerusakan hutan oleh
karenanya sejak awal beroperasinya selalu menjunjung tinggi komitmennya untuk memenuhi
praktik penambangan yang baik dan sejalan dengan peraturan yang ada, dari tahap
perencanaan sampai penutupan tambang. Sesuai dengan komitmen ini, seluruh operasional
penambangan di PT Berau Coal selalu berpegang pada Rencana Kerja Tahunan Teknis dan
Lingkungan (RKTTL) sehingga perusahaan dapat mengelola dampak operasinya pada area
terganggu.  Sejalan dengan  komitmen PT Berau Coal yang diterapkan melalui operasional
yang berpedoman pada RKTTL maka luas pembukaan kawasan hutan untuk eksploitasi
batubara tidak signifikan dibandingkan dengan luas wilayah konsesi yang diberikan kepada
perusahaan. Hal ini juga sejalan dengan sistem penambangan open pit mining yang tidak
membutuhkan luas lahan terlalu besar karena fokusnya adalah menggali di beberapa titik
untuk mendapatkan deposit batubara yang ekonomis, sehingga tidak melakukan pembukaan
dan penggalian di semua area lahan konsesi.  Pada saat ini PT Berau Coal telah memiliki
dokumen rencana penutupan tambang untuk Site Lati, yakni di Blok E, West, East, T 04, T
05, dan T06, site Binungan, khususnya di Blok 1-7, dan Site Sambarata, yaitu di Blok A, B
dan B1. Pada blok-blok tersebut telah direncanakan rona akhir tambang dan program
penutupan pascatambang.

Pengelolaan keanekaragaman hayati dilakukan dengan kebijakan untuk meminimalkan luas


lahan yang terganggu oleh aktivitas penambangan. inventarisasi vegetasi pada lokasi yang
akan dilakukan kegiatan penambangan dikerjakan sebelum proses land clearing. Pada saat
aktivitas pengupasan tanah, tanah (soil) dipindahkan ke tempat yang telah direncanakan,
sedangkan anakan berbagai tumbuhan yang ada dipindahkan ke nursery untuk digunakan
pada saat revegetasi.  Revegetasi yang telah dilakukan di beberapa tempat juga diarahkan
untuk menjadikan lahan bekas tambang sebagai habitat dari berbagai jenis fauna yang berasal
dari daerah tersebut.

Reklamasi

Setelah usai menambang, PT Berau Coal melakukan reklamasi dan revegetasi, yang
merupakan bagian dari proses tutup tambang, dimana lahan bekas tambang dikembalikan
sesuai dengan peruntukan. Lahan bekas selain ditanami kembali juga dimanfaatkan menjadi
kawasan bercocok tanam, peternakan ikan dan kawasan rekreasi. Proses reklamasi dan
revegetasi yang  dilaksanakan oleh perusahaan telah berjalan dengan baik, karena di area
revegetasi Binungan dan Sambarata telah ditemukan hewan-hewan yang singgah, bermukim
serta membuat sarang. Dalam waktu dua tahun setelah revegetasi,  kera, rusa, dan burung
Enggang sudah kembali ke sana
Revegetasi

Proses revegetasi disesuaikan dengan kondisi lahannya. Terdapat sekitar 30 jenis tanaman
kehutanan, perkebunan, dan tanaman hias, yaitu Agathis, Angsana, Bambu Cina, Bangkirai,
Bunga

Kana, Cemara Lilin, Cempedak, Durian, Gamal, Jambu Air, Jeruk, Johar, Kakao, Kaliandra,
Kapur, Karet, Kedondong, Kelengkeng, Ketapang, Langsat, Lavender, Mahoni, Meranti,
Nyatoh, Petai, Pinang, Rambutan, Salak, Sengon Buto, Sengon Laut, Sirsak, Sukun, dan
Trembesi.

Manajemen Energi

PT Berau Coal telah membentuk tim manajemen energi yang terdiri dari perwakilan 
departemen terkait. Selama 2013, tim ini difokuskan pada pengembangan inisiatif untuk
merealisasikan penghematan bahan bakar dan membuat laporan berkala kepada manajemen
atas konsumsi bahan bakar oleh PT Berau Coal dan mitra kerja. Konsumsi bahan bakar
adalah elemen kunci terhadap penilaian kinerja kontraktor yang diukur dan dibahas secara
berkala.

Pengelolaan tanah dan keanekaragaman hayati

Lahan terganggu dan revegetasi untuk operasi pertambangan dikendalikan melalui ketentuan
izin lingkungan yang memerlukan dana untuk disisihkan(‘Jaminan Reklamasi Tanah’) yang
dapat dicairkan ketika revegetasi disetujui, sebagaimana ditetapkan oleh Pemerintah. Pada
2013, tanah aktual terganggu tercatat lebih rendah dari rencana (57%), sedangkanjumlah
tanah yang direvegetasi tercatat lebih besar dari target (156%). Lahan terganggu berada di
bawah target karena perubahan rencana produksi akibat harga batubara yang rendah,
sehingga tiga area penimbunan lapisan penutup di luar pit di tambang Lati, tidak
direalisasikan. Sebagai tambahan,beberapa lahan yang sudah dinyatakan bebas, tetapi dituntut
ulang sebagai lahan belum bebas oleh masyarakat. Revegetasi telah melampaui rencana
karena penyelesaian awal beberapa blok di tambang Sambarata dan Binungan yang telah
ditanam sepanjang tahun.

Penutupan tambang

PT Berau Coal menerapkan program terpadu penutupan tambang, dengan menjadikan lahan
pascatambang memiliki manfaat bagi lingkungan dan berdampak positif bagi kelangsungan
kegiatan sosial ekonomi masyarakat seputar tambang.

Sesuai dengan Rencana Penutupan Tambang, terdapat tiga zona pemanfaatan lahan setelah
direklamasi, yakni :

(1) zona interest dialokasikan untuk pemukiman, sarana umum, pertanian dan peternakan dan
olahraga;

(2) zona intensif diperuntukkan untuk perkebunan, misalnyakakao, karet dan kelapa sawit;
dan
(3) zona buffer dialokasikan untuk hutan dan dikembalikan fungsinya sebagai ekosistem
hutan.

Sebagian besar lahan pascatambang di reklamasi dan ditanami dengan tanaman pionir,
komoditi dan tanaman asli. Penanaman tumbuhan ini mengembalikan kondisi lahan
pascatambang menjadi hutan kembali melalui pembuatan hutan arboretum. Program
penutupan lahan pascatambang melibatkan masyarakat sekitar tambang dan memberi manfaat
ekonomi bagi masyarakat sekitar tambang.

Program penutupan lahan pascatambang lainnya adalah pembangunan sarana olahraga,


wisata alam terpadu yang menggabungkan unsur alam, pendidikan dan wisata
(ecoedutourism) yang dapat dinikmati oleh seluruh anggota keluarga.

Anda mungkin juga menyukai