Anda di halaman 1dari 20

RESILIENCE USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH UNTUK MENGHADAPI ERA REVOLUSI

INDUSTRI 4.0. (STUDI KASUS DI REJANG LEBONG, BENGKULU)

PROPOSAL TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Magister

Oleh:
ROSYID
NIM:

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU TERNAK


MINAT REPRODUKSI DAN PEMULIHAN TERNAK

PROGRAM PASCA SARJANA


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN TESIS

Judul : Resilience Usaha Peternakan Sapi Perah Untuk Menghadapi Era


Revolusi Industri 4.0. (Studi Kasus Di Rejang Lebong, Bengkulu)"

Nama : Rosyid

NIM :

DIsetujui:

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Diketahui:
Fakultas Peternakan
Program Studi Magister Ilmu Ternak

Dr. Ir. Tri Eko Susilorini, MP., IPM., ASEAN. Eng.


NIP: 196506271990021001
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal tesis dengan judul “Resilience Usaha Peternakan Sapi Perah Untuk
Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0. (Studi Kasus Di Rejang Lebong, Bengkulu)". Penulis juga
sangat berterima kasih kepada yang terhormat:
1.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..........................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN..................................................................ii
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR........................................................................................................................IV
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................v
DAFTAR SIMBOL SINGKATAN DAN ISTILAH..........................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................4
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu......................................................................................................4
2.2 Rejang Lebong, Bengkulu......................................................................................................6
2.3 Resilience Usaha....................................................................................................................6
2.4 Usaha Peternakan Sapi Perah.................................................................................................6
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN...............................................................................9
3.1 Kerangka Pikir........................................................................................................................9
3.2 Pertanyaan Penelitian............................................................................................................10
BAB IV MATERI DAN METODE PENELITIAN.........................................................................11
4.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian...............................................................................................11
4.2 Metode Penelitian.................................................................................................................11
4.3 Teknik Pengumpulan Data....................................................................................................11
4.4 Jenis dan Sumber Data..........................................................................................................11
4.5 Analisis Data........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................14

iii
DAFTAR SINGKATAN

PKH = peternakan dan kesehatan hewan

Dkk = dan kawan-kawan

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Seiring dengan perkembangan zaman, tantangan, dan hambatan terus menerus mengalami
perkembangan dan perubahan salah satunya pada usaha peternakan sapi perah. Pada era globalisasi ini
usaha peternakan sapi perah tidak hanya dituntut pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi melainkan
juga harus menyesuaikan dengan kondisi dan tantangan di era globalisasi. Susu merupakan bahan
makanan asal ternak yang memiliki kandungan gizi tinggi. Hal ini mengakibatkan permintaan akan
susu meningkat seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya konsumsi makanan untuk
meningkatkan imunitas dan meningkatnya daya beli setelah pemulihan ekonomi (saat kondisi new
normal) (Septianti, dkk., 2020),.
Permintaan susu terus meningkat sepanjang tahun, pada tahun 2015 produksi susu sebesar
835.124,60 ton menjadi 947.685 ton pada tahun 2020 (Ditjen PKH, 2021). Meningkatnya permintaan
susu tidak menjamin terpenuhinya permintaan dalam negeri, kebutuhan susu dalam negeri hanya
terpenuhi 20% dan sisanya terpenuhi melalui impor (Ditjen PKH, 2021). Widiati, dkk. (2012) hampir
semua produksi susu nasional disuplai oleh peternak skala kecil. Data Populasi Ternak Menurut
Kabupaten/Kota dan Jenis Ternak di Provinsi Bengkulu (ribu ekor), 2019 dan 2020 disajikan dalam
tabel berikut :
Tabel 1 data populasi sapi perah provinsi bengkuku
Kabupaten/kota Sapi Perah
Regency/Municipality 2019 2020
Bengkulu Selatan 0,00 0,00
Rejang Lebong 0,17 0,15
Bengkulu Utara 0,00 0,00
Kaur 0,00 0,00
Seluma 0,00 0,00
Mukomuko 0,00 0,00
Lebong 0,02 0,02
Kepahiang 0,09 0,16
Bengkulu Tengah 0,00 0,00
Kota Bengkulu 0,00 0,00
Bengkulu 0,28 0,33
Sumber : dinas peternakan dan kesehatan hewan propinsi bengkulu
Kabupaten Rejang Lebong merupakan salah satu sentra produksi susu sapi perah di Bengkulu.
Secara geografis, kabupaten rejang lebong adalah derah dataran tinggi yang memiliki suhu yang
dingin (15-24°C) dan juga memiliki sumberdaya alam yang melimpah berupa hijauan rumput dan
limbah pertanian yang cukup banyak sebagai sumber pakan ternak sapi perah. Prospek pengembangan
usaha sapi perah saat ini cukup besar mengingat permintaan susu yang terus meningkat dari tahun ke
tahun. Menurut Widi (2018) pertumbuhan populasi, urbanisasi, kemajuan ekonomi, dan perubahan
preferensi konsumen mendorong peningkatan permintaan produk ternak. Para peternak harus memiliki
strategi untuk dapat menentukan keberlanjutan usahanya.
Salah satu faktor penting yang menentukan keberlanjutan usaha peternakan sapi perah yaitu
pendekatan pengembangan agribisnis. Yulia, dkk. (2015) menyatakan bahwa peternakan merupakan
sektor tangguh yang mampu bertahan dalam kondisi kritis. Hal ini karena sektor peternakan
merupakan kegiatan agribisnis yang memiliki peranan cukup strategis dalam menyerap tenaga kerja

1
dan pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Namun bukan berati peternakan sapi perah tak
mempunyai kendala, beberapa kendala yang dihadapi peternak sapi perah diantaranya kurangnya
modal, jumlah ternak, dan kurangnya pengetahuan peternak dalam memenejemen usaha ternak sapi
perah seperti pemerahan, pemberian pakan, sanitasi, dan pencegahan penyakit (Afrizal, dkk., 2020).
Kendala tersebut harus diantisipasi terutama di zaman sekarang yang sudah maju seperti di era
revolusi 4.0.
Revolusi Industri 4.0 atau dikenal dengan Era Disrupsi. Oleh karena itu, dunia usaha perlu
mengantisipasi tantangan era ini melalui kompetensi 4C. Communication pemenuhan proses interaksi
sosial, Collaboration menjalin kerjasama, Critical Thinking membangun tradisi pemikiran kritis
dan Creativity mendorong proses kreatif. Perluasan usaha ternak sapi perah diperkirakan bisa
meningkatkan SDM peternak. Salah satu bentuk perluasan usaha yaitu dengan meningkatnya adopsi
teknologi, informasi, dan komunikasi (Mardiana dan Irianto, 2011).
Adopsi teknologi pada level yang rendah dapat meningkatkan produktivitas. Hal tersebut
terjadi pada organisasi atau perusahaan yang memiliki sumber daya melimpah, dan mungkin akan
berakibat pada penurunan kualitas SDM peternak sapi perah ketika adopsi teknologi dilakukan pada
level yang tinggi. SDM peternak sapi perah meiliki peranan penting karena merupakan individu yang
bekerja sebagai penggerak, sehingga sapi perah tersebut dapat menghasilkan (memproduksi) susu. Era
industri 4.0 secara sistem mengutamakan komputerisasi pabrik diperkirakan akan memberikan efek
domino pada perluasan usaha ternak sapi perah, baik dari segi peluang dan resikonya. Efek domino
pada penelitian ini bertujuan untuk menemukan akibat yang disebabkan dari pengaruh dinamika
kelompok, konteks kerentanan, dan pengembangan usaha ternak sapi perah. Tujuan penelitian ini yaitu
menemukan faktor peluang dan ancaman usaha ternak sapi perah di era revolusi industri 4.0.
Pada era revolusi 4.0 diharapkan para peternak sapi perah lokal bisa mengikuti perkembangan
informasi dan teknologi peternakan sapi perah terkini di Indonesia dan dunia pada umumnya.
Kemampuan beradaptasi inilah yang menjadi komponen penting yang harus dimiliki oleh masyarakat
untuk menuju resiliensi. Menurut Jordan dan Javernick-Will (2012) resiliensi merupakan potensi yang
dimiliki dalam menghadapi pengaruh yang ditimbulkan dari suatu bencana serta upaya mengatasi
pengaruh bencana tersebut, untuk kemudian pulih seperti kondisi sebelumnya dengan cepat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul Resilience
Usaha Peternakan Sapi Perah Untuk Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0. (Studi Kasus Di Rejang
Lebong, Bengkulu)". Melalui penelitian ini dapat diketahui bagaimana resilience usaha peternakan
sapi perah yang di lakukan di Rejang Lebong Bengkulu dalam menghadapi era revolusi.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka didapatkan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana resilience usaha peternakan sapi perah di rejang lebong, bengkulu ?
2. Bagaimana usaha peternakan sapi perah untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 di rejang
lebong, bengkulu ?

1.3 Tujuan penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka didapatkan tujuan
sebagai berikut :
1. Mengembangkan resilience usaha peternakan sapi perah di rejang lebong, bengkulu
2. Mengembangkan usaha peternakan sapi perah untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 di rejang
lebong, bengkulu

2
1.4 Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka didapatkan manfaat
sebagai berikut :
1. Memberikan informasi dan kajian ilmiah bagi pembaca tentang resilience usaha peternakan sapi
perah
2. Memberikan informasi dan kajian ilmiah bagi pembaca tentang usaha peternakan sapi perah untuk
menghadapi era revolusi industri 4.0

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil penelitian terdahulu


Matondang, dkk. (2012) melakukan penelitian yang berjudul prospek pengembangan sapi
perah di luar pulau jawa mendukung swasembada susu di indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dan menjelaskan prospek pengembangan sapi perah di luar pulau jawa mendukung
swasembada susu di indonesia. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengembangan usaha peternakan sapi perah di luar
Pulau Jawa sudah saatnya direalisasikan dan sangat memungkinkan berdasarkan beberapa kekuatan
dalam hal peluang pasar susu, luas lahan yang tersedia, potensi sumber pakan dan kesesuaian iklim
yang kondusif bagi pengembangan sapi perah. Faktor-faktor seperti kesesuaian iklim, pendukung
kebijakan dan sosial budaya merupakan aspek utama yang perlu mendapat perhatian terkait dengan
pengembangan usaha sapi perah di luar Pulau Jawa.
Mariyani, dkk. (2019) melakukan penelitian yang berjudul resiliensi komunitas petani sawah
tadah hujan terhadap ancaman kerawanan pangan akibat perubahan iklim (kasus lampung selatan).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis resiliensi komunitas petani sawah tadah hujan
terhadap ancaman kerawanan pangan akibat perubahan iklim. Penelitian dilakukan di Desa Marga
Kaya, Provinsi Lampung. Pengumpulan data menggunakan metode survei menggunakan simple
random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas petani sawah tadah hujan resilien dalam
menghadapi ancaman kerawanan pangan akibat perubahan iklim. Komunitas petani sawah tadah hujan
melalui jaringan kapasitas adaptif, terutama modal sosial dan mengelola sumberdaya yang dimiliki
dapat mempertahankan keberadaan kelembagaan lumbung pangan untuk menghadapi ancaman
kerawanan pangan.
Suartana, dkk. (2020) melakukan penelitian yang berjudul Resiliensi Bisnis Badan Usaha
Milik Desa Pada Era Pandemi: Sebuah Pendekatan Studi Kasus. Penelitian ini bertujuan untuk
membuat model pengembangan kapasitas kelembagaan untuk kesuksesan BUM Desa di Bali.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kombinasi kualitatif dan
kuantitatif. Pendekatan kualitatif bersifat studi kasus. Pendekatan kuantitatif bersifat deskriptif dengan
menampilkan data statistik berupa trend. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara kuota.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dana stimulus dan perencanaan bisnis menjadi model
ketahanan bisnis bagi BUMDes. Kedua prasyarat tersebut yang seharusnya wajib dipenuhi bagi BUM
Desa di Bali agar bisa tetap eksis dan menampakkan identitasnya di tengah-tengah situasi
perekonomian dan keterpurukan saat ini.
Bachtiar (2020) melakukan penelitian dengan judul Tantangan dan Peran BULOG di Era
Industri 4.0. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi permasalahan dalam pengelolaan
pangan di Indonesia; (2) menganalisis peran dan upaya yang telah dilakukan BULOG sebagai lembaga
pangan yang diamanatkan Pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan; serta (3) menelaah upaya
yang dilakukan BULOG dalam menjaga ketahanan pangan nasional di Era Industri 4.0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat Beberapa permasalahan pengelolaan pangan di
Indonesia yaitu kebijakan pengelolaan, pengembangan dan teknologi komoditas pangan hanya
terfokus pada beras; teknologi pasca panen belum diterapkan dengan baik; prasarana dan sarana
transportasi belum memadai; ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi sistem pemasaran hasil-
hasil pangan. Peran dan upaya yang dilakukan BULOG di antaranya adalah integrasi pengelolaan stok
beras pemerintah yang dinilai cukup efektif. Untuk itu integrasi pengelolaan stok beras pemerintah

4
disarankan untuk diteruskan dan ditingkatkan kapasitasnya. BULOG belum efektif melakukan
pengelolaan komoditas jagung dan kedelai nasional.
Purwaningsih, dkk. (2021), melakukan penelitian dengan judul karakteristik peternak sapi
potong berbasis media sosial pada era revolusi industri 4.0. Tujuan penelitian untuk mempelajari
hubungan karakteristik peternak meliputi tingkat pendidikan peternak, umur peternak, dan lama
beternak dengan tingkat penggunaan media sosial pada peternak sapi potong di kecamatan bawang
kabupaten banjarnegara. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey dengan sasaran
peternak sapi potong yang tergabung dan masih aktif dalam kelompok ternak. Teknik penentuan
sampel disetiap wilayah dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan peternak dengan tingkat penggunaan media sosial. Tidak ada hubungan yang signifikan
antara umur peternak dengan penggunaan media sosial. Tidak ada hubungan yang signifikan antara
lama beternak dengan penggunaan media sosial.

2.2 Rejang lebong, bengkulu


Suku Rejang adalah salah satu suku bangsa tertua di Sumatera. Suku Rejang mendominasi
wilayah Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten
Bengkulu Utara, dan Kabupaten Lebong. Berdasarkan perbendaharaan kata dan dialek yang dimiliki
bahasa Rejang, suku bangsa ini dikategorikan Melayu Proto. Populasi ternak di Kabupaten Rejang
Lebong seperti tahun-tahun sebelumnya dibagi menjadi 3 kelompok : kelompok pertama adalah ternak
besar yang meliputi: sapi potong, sapi perah, dan kerbau. Kelompok kedua disebut ternak kecil
meliputi: kambing, domba, dan kelinci. Sedangkan kelompok ke-3 meliputi: ayam buras, ayam
petelur, ayam potong, dan itik.

2.3 Resilience usaha


Mulyani (2011) resiliensi merupakan proses dinamis dimana individu menunjukan fungsi
adaptif dalam mengahadapi adversity yang berperan penting bagi dirinya. Menurut Jordan &
Javernick-Will (2012) resiliensi merupakan potensi yang dimiliki dalam menghadapi pengaruh yang
ditimbulkan dari suatu bencana serta upaya mengatasi pengaruh bencana tersebut, untuk kemudian
pulih seperti kondisi sebelumnya dengan cepat. Resiliensi meliputi kualitas pribadi yang
memungkinkan individu untuk bangkit ketika menghadapi kesulitan (Roellyana dan Listiyandini,
2016).
Kemampuan untuk mengatasi rasa sakit dan mentransformasikan diri, atau kapasitas untuk
memelihara kondisi (diri) agar tetap berfungsi secara kompeten dalam menghadapi berbagai stresor
dalam hidup (Hendriani, 2018). Resiliensi ditandai oleh sejumlah karakteristik, yaitu adanya
kemampuan dalam menghadapi kesulitan, ketangguhan dalam mengahadapi stres ataupun bangkit dari
trauma yang dialami (Hendriani, 2018).

2.4 Usaha peternakan sapi perah


Usaha ternak sapi perah merupakan salah satu cabang usaha tani yang telah dilakukan oleh
mayoritas peternak di Indonesia. Karakteristik geografis di Indonesia memberi dampak positif
terhadap usaha ternak sapi perah, persentase kelembaban yang berkisar antara antara 74% hingga 87%
sangat cocok untuk budidaya sapi perah khususnya pada daerah dataran tinggi (Nurtini dan UM,
2018). Jenis sapi perah yang cocok dengan iklim negara Indonesia, yaitu sapi peranakan Friesian
Holstein (PFH) dan Simmental.

5
Populasi sapi PFH di Indonesia tergolong cukup banyak karena sapi PFH mampu
memproduksi susu sapi hingga ± 10 liter/hari dengan pemerahan sebanyak dua kali sehari biasanya
pada pagi hari dan sore hari (Firman, 2010). Air susu yang dihasilkan oleh sapi perah ini memiliki
komposisi air sebesar 87,90%, bahan kering 12,10% yang terdiri dari lemak 3,45% dan bahan kering
tanpa lemak sebesar 8,65% (Laryska, dkk., 2013). Tujuan-tujuan tertentu dilakukan oleh peternak
rakyat untuk memperoleh keuntungan. Pemeliharaan sapi PFH ini biasanya ditujukan untuk
menghasilkan anak jantan yang digemukkan, sedangkan untuk anak sapi betina yang berkualitas bagus
digunakan untuk pemanfaatan susunya (Utomo, dkk., 2010).
Usaha ternak sapi perah ini menjadi salah satu sumber pendapatan dan lapangan kerja bagi
warga. Meski kondisi geografis dan populasi sapi perah yang mendukung, produksi susu sapi di
Indonesia masih dikatakan dalam golongan rendah. Hal ini disebabkan karena lebih dari 90% usaha
sapi perah yang dilaksanakan oleh peternak rakyat masih dalam skala kecil dan menggunakan sistem
pemeliharaan konvensional atau tradisional, sehingga tingkat efisiensi dan efektivitas produksinya
rendah (Astuti, dkk., 2010). Tujuan dilakukannya usaha ternak sapi perah dari sisi peternak adalah
memperoleh keuntungan dari susu yang dihasilkan, penjualan pedet dan penjualan sapi yang sudah
tidak produktif (Taslim, 2011).

2.5 Usaha di era revolusi 4.0


Menurut Kanselir Jerman dan Angela Merkel (2014) revolusi industri 4.0 adalah transformasi
komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan
internet dengan industri konvensional. Sedangkan menurut Schlechtendahl, et.al., (2015) revolusi
industri menekankan kepada unsur kecepatan dari ketersediaan informasi, yakni lingkungan industri di
mana seluruh entitasnya selalu terhubung dan mampu berbagi informasi satu dengan yang lain.
Sehingga, revolusi industri 4.0 adalah era industri di mana seluruh entitas yang ada di dalamnya dapat
saling berkomunikasi secara real time kapan saja dengan berlandaskan pemanfaatan teknologi internet
dan CPS guna mencapai tujuan tercapainya kreasi nilai baru.
Revolusi 4.0 adalah peristiwa nyatanya belum terjadi dan masih dalam bentuk gagasan (Drath
dan Horch, 2014). Menurut Herman, dkk. (2015) mengatakan bahwa Revolusi Industri 4.0 adalah
sebuah era industri digital dimana seluruh bagian yang ada di dalamnya saling berkolaborasi dan
berkomunikasi secara real time dimana saja kapan saja dengan pemanfaatan IT (teknologi informasi)
berupa internet dan CPS, IoT dan IoS guna menghasilkan inovasi baru atau optimasi lainnya yang
lebih efektif dan efisien.

6
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN

2.1 Kerangka pikir


Penelitian ini merupakan rangkaian studi untuk menganalisis Resilience Usaha Peternakan
Sapi Perah Untuk Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0. (Studi Kasus Di Rejang Lebong, Bengkulu).
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat menghasilkan sebuah rekomendasi untuk
pengembangan peternakan sapi perah di Rejang Lebong, Bengkulu, sebagai daerah yang mengadopsi
sektor agribisnis sapi perah sehingga dapat membangkitkan kembali ekonomi masyarakat sekitar
khususnya peternak sapi perah.
Peternakan sapi perah adalah usaha yang mempunyai sifat maju, akan tetapi peternak masih
menggunakan teknologi sederhana dan pengetahuan pemeliharaan sapi perah masih diperoleh secara
turun-temurun. Usaha sapi perah yang ada dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu usaha peternakan
komersial dan semikomersial. Petenakan komersial berarti usaha sapi perah ini dikhususkan produk
utamanya adalah susu. Peternakan semikomersial, berarti usaha sapi perah ini selain menghasilkan
susu sebagai hasil utama, juga mempergunakan sapi tersebut sebagai alat dalam bidang pertanian,
yaitu menggunakan tenaga sapi ini untuk mengerjakan sawah.
Usaha peternakan sapi perah tidak memerlukan sapi yang banyak, hanya cukup beberapa ekor
(Mulyana, 2006). Indonesia saat ini berada pada posisi sebagai net-consumer dalam peta perdagangan
internasional produk-produk susu. Indonesia akan terus menjadi negara pengimpor hasil ternak
khususnya susu sapi jika kondisi ini tidak diperbaiki dengan membangun sistem agribisnis yang
berbasis peternakan (Daryanto,2012).
Peternakan sapi perah di Indonesia seharusnya mampu bertahan dan bangkit. Seperti konsep
resilience yang merupakan kemampuan sistem untuk menyerap perubahan dan tahan terhadap
gangguan juga untuk beradaptasi terhadap perubahan tanpa kehilangan fungsinya. Kemampuan
melakukan perubahan juga sangat diperlukan dalam era revolusi 4.0 dimana semua aspek dituntut
untuk dapat mengenal dan menggunakan teknologi dalam pekerjaannya. Tak terkecuali dalam usaha
peternakan sapi perah ini, peternak diharapkan mampu beralih dari teknologi tradisional ke teknologi
modern yang lebih canggih agar lebih efektif dan efisien dalam bekerja.

2.2 Pertanyaan penelitian


Berdasarkan kerangka pemikiran dan tujuan penelitian maka hipotesis penelitian ini yaitu; 1)
Diduga Kecamatan Rejang Lebong, Bengkulu dapat mengembangkan resilience usaha peternakan sapi
perah dan 2) Diduga Kecamatan Rejang Lebong, Bengkulu memiliki potensi pengembangan agribisnis
sapi perah di era revolusi 4.0

7
Peternakan Sapi Perah Di Rejang Lebong, Bengkulu

Resilience Peternakan Sapi Perah Di Rejang Lebong,


Bengkulu

kemampuan dalam menghadapi kesulitan

ketangguhan dalam mengahadapi stres

ketangguhan bangkit dari trauma yang


dialami

Era revolusi 4.0 Peternakan Sapi Perah Di Rejang Lebong,


Bengkulu

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

8
BAB IV
MATERI DAN METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2022. Lokasi penelitian bertempat di kabupaten
rejang lebong, bengkulu. Pemilihan tempat di kabupaten rejang lebong, bengkulu sebagai lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive).

4.2 Metode penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan
agar hasil penelitian yang dilakukan dapat memberikan gambaran yang factual dan akurat tentang
obyek yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT yang dilakukan dengan
wawancara dan observasi secara langsung dilapangan sehingga dapat diperoleh gambaran dan realitas
sosial berdasarkan kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan.

4.3 Teknik pengumpulan data


Teknik pengambilan data dilakukan dengan wawancara terstruktur beserta membawa daftar
pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumya sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam rangka
mencari jawaban atas permasalahan penelitian. Di samping itu, peneliti juga melakukan wawancara
mendalam terhadap responden dan juga melakukan observasi guna menggali informasi mengenai
usaha peternakan sapi perah.

4.4 Jenis dan sumber data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh langsung dari lapangan yang bersumber dari peternak sapi perah melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi. Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk mengetahui strategi resiliensi
usaha yang dilakukan peternak sapi dalam menghadapi era 4.0. Data sekunder diperoleh melalui
dokumen instansi, studi literasi dan informasi dari penelitian terdahulu. Pengumpulan data sekunder
dimaksudkan untuk menunjang data-data primer untuk menghindari bias dan demi kelengkapan data.

4.5 Analisis Data


Analisis SWOT digunakan dengan tujuan merumuskan strategi resiliensi usaha. Mengacu
pada Rangkuti (2016), analisis SWOT merupakan upaya identifikasi berbagai faktor yang dilakukan
secara sistematis untuk merumuskan strategi pengelolaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) yang ada pada saat ini. Pada analisis
SWOT dilakukan pembobotan terhadap komponen faktor-faktor baik internal maupun eksternal.
Adapun berikut cara pembobotan faktor internal dan eksternal dalam analisis SWOT menurut
Rangkuti, 1997 adalah sebagai berikut:
1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
perusahaan dalam kolom 1.
2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1 (paling penting)
sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi

9
strategis perusahaan. (Total bobot pada faktor internal harus berjumlah 1, hal yang sama
dengan total bobot pada faktor eksternal juga harus berjumlah 1).
3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk faktor yang bersifat positif (kekuatan dan peluang)
dengan memberikan skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 3 (baik) dengan
membandingkan dengan rata-rata industry atau dengan pesaing utama. Sedangkan pada
faktor yang bersifat negatif (kelemahan dan ancaman), jika kelemahan perusahaan besar
sekali dibandingkan dengan rata-rata industry, nilainya adalah 1, jika kelemahan tidak
terlalu besar bisa diisi dengana nilai 2.
4. Mengkalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pad kolom 3 untuk memperoleh nilai
skor pada kolom 4.
5. Menjumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor pembobotan
pada faktor internal dan eksternal.
Pembobotan SWOT dilakukan oleh peneliti setelah melakukan semua pengambilan data,
setelah menganalisis resiliensi usaha dan setelah melakukan wawancara mendalam kepada para
peternak usaha sapi perah dan setelah observasi lapangan ke lokasi peternakan sapi perah di Desa
Rejang Lebong, Bengkulu. Nilai dari pembobotan tersebut nantinya digunakan untuk mentukan letak
kudran dalam diagram analisis SWOT. Nilai X didapat dengan melakukan pengurangan total skor
kekuatan dengan kelemahan. Nilai Y didapat dengan melakukan pengurangan total skor peluang
dengan ancaman. Letak kuadran akan menggambarkan kondisi yang sedang dihadapi dalam strategi
resiliensi usaha peternakan sapi perah.
Adapun diagram analisis SWOT tergambar seperti di bawah ini:

Gambar 2. Diagram Kuadran SWOT

Kemudian dilakukan perumusan strategi dengan membandingkan antara faktor


kekuatan dengan peluang yang menghasilkan strategi SO, faktor kekuatan dengan ancaman
yang mengahasilkan strategi ST, faktor kelemahan dengan peluang yang menghasilkan
strategi WO, faktor kelemahan dengan ancaman yang menghasilkan strategi WT. Hasil
perumusan strategi tersebut kemudian dimasukan ke dalam matriks SWOT. Rangkuman
analisis SWOT pada matriks SWOT disajikan pada tabel berikut:

10
Tabel 2. Matriks SWOT

Internal Kekuatan/Strengths (S) Kelemahan/Weaknesses(W)


Faktor-faktor kekuatan Faktor-faktor kelemahan internal
Eksternal internal
Peluang/Opportunities (O) Strategi SO - Ciptakan Strategi WO - Ciptakan strategi yang
Faktor-faktor peluang strategi yang menggunakan meminimalkan kelemahan untuk
eksternal kekuatan untuk memanfaatkan peluang
memanfaatkan peluang
Ancaman/ Threats (T) Strategi ST - Ciptakan Strategi WT - Ciptakan strategi yang
Faktor-faktor ancaman strategi yang menggunakan meminimalkan kelemahan dan
eksternal kekuatan untuk mengatasi menghindari ancaman
ancaman
Sumber: Rangkuti (2016).

11
DAFTAR PUSTAKA

Afrizzal, M. Y., Budiraharjo, K., dan Roessali, W. 2020. Kontribusi Usahatani Sapi Perah Terhadap
Penerimaan Rumah Tangga Pada Kelompok Tani Ternak Pangudi Mulyo Di Kecamatan
Gunungpati, Kota Semarang. Agroland: Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, 27(2), 163-171.
Amam, A., Harsita, P. A., dan Soetriono, S. 2019. Efek Domino Industri 4.0: Peluang Dan Ancaman
Usaha Ternak Sapi Perah. UNEJ E-Proceeding
Astuti, M., Widiati, R., dan Suranindyah, Y. Y. 2010. Efisiensi Produksi Usaha Sapi Perah Rakyat
(Studi Kasus pada Peternak Anggota Koperasi Usaha Peternakan dan Pemerahan Sapi Perah
Kaliurang, Sleman, Yogyakarta) (Production Efficiency of Smallholder Dairy Cattle Farming
(Case Study on The Farmer Members of. Buletin Peternakan, 34(1), 64-69.
Djam’an, Satori dan Aan, Komariah. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan Ke-6. Bandung:
Cv Alfabeta
Drath, R, & Horch, A. 2014. Industrie 4.0: Hit or hype? [industry forum]. IEEE industrial electronic
magazine.8(2), pp.56-58.
Firman, A. 2010. Agribisnis Sapi perah. Bandung: Widya.
Hendriani, W. 2018. Resiliensi Psikologis. 1rd Ed. Jakarta Timur: Prenadamedia Group.
Herman, M., Tobias, P., and Boris, O. 2015. Design Principles for Industrie 4.0 Scenario: A
Literature Riview. Dortmund: Technische Universitat Dortmund.
Tribratabkl Bengkulu. 2022. 702 Ekor sapi di Rejang Lebong Sembuh PMK. 20 Juli. Diakses: 16
Agustus 2022. https://tribratanews.bengkulu.polri.go.id/702-ekor-sapi-di-rejang-lebong-
sembuh-pmk/
Topan, Mohammad Ali. 2019. Sebut Revolusi Industri 4.0 Peternak Sapi Perah Perlu Edukasi Program
Kemitraan. 21 Oktober. Diakses: 16 Agustus 2022.
Https://Wartaekonomi.Co.Id/Read252633/Sebut-Revolusi-Industri-40-Peternak-Sapi-Perah-
Perlu-Edukasi-Program-Kemitraan Diakses 16 Agustus 2022
Diskominfo Rejang Lebong. 2022. Profil Daerah Sejarah, Aspek Geografi, Demografi, dan Lambang
Daerah Kabupaten Rejang Lebong. Diakses 5 Agustus 2022.
https://www.rejanglebongkab.go.id/profil-daerah/
Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian. 2020. Laporan Kinerja
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2020. Jakarta: Kementerian
Pertanian.
Jordan, E., and Javernick-Will, A. 2012. Measuring Community Resilience and Recovery: A Content
Analysis Of Indicators. In Construction Research Congress 2012: Construction Challenges In
A Flat World (Pp. 2190–2199). Tib University Library
Laryska.N dan Nurhajati T. 2013. Peningkatan kadar lemak susu sapi perah dengan pemberian pakan
konsentrat komersial dibandingkan dengan ampas tahu. Agroveteriner. 3, 79 – 87
Mariyani, S., Pandjaitan, N. K., and Sihaloho, M. 2019. Resilience of Rainfed Lowland Farming
Communities on the Threat of Food Insecurity due to Climate Change (A Case in South
Lampung). Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 7(3), 236-251.
Matondang, R. H., Talib, C., dan Herawati, T. 2012. Prospek pengembangan sapi perah di luar Pulau
Jawa mendukung swasembada susu di Indonesia. Wartazoa, 22(4), 161-168..
Merkel, A. 2014. Speech by Federal Chancellor Angela Merkel to the OECD Conference.
https://www.bundesregierung.de/Content/EN/Reden/2014/2014-02-19- oecd-merkel-
paris_en.html Diakses: 5 Agustus 2022
Mulyani, N, S. 2011. Resiliensi Daya Tahan Menghadapi Trauma Kehidupan. Medan: Usu Press.

12
Nurtini, S., dan UM, M. A. 2018. Profil peternakan sapi perah rakyat di Indonesia. UGM PRESS.
Purwaningsih, H., Setianto, N. A., & Pangesti, E. 2021. Karakteristik Peternak Sapi Potong Berbasis
Media Sosial Pada Era Revolusi Industri 4.0. In Prosiding Seminar Teknologi Agribisnis
Peternakan (Stap) Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman (Vol. 8, pp. 592-601).
Roellyana, S., & Listiyandini, R. A. 2016. Peranan Optimisme Terhadap Resiliensi Pada Mahasiswa
Tingkat Akhir Yang Mengerjakan Skripsi. Prosiding Konferensi Nasional Peneliti Muda
Psikologi Indonesia, 1(1), 29-37
Schlechtendahl, J., Keinert, M., Kretschmer, F., Lechler, A., et.al. 2015. Making existing production
systems Industry 4.0-ready. Production Engineering, 9(1), 143-148.
Septianti, K. S., Ariningsih, E., & Saliem, H. P. 2020. Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah
Rakyat di Era New Normal Baru. In Prosiding Seminar Teknologi dan Agribisnis Peternakan:
Prospek Peternakan di Era Neew Normal Baru Pasca Pandemi COVID-19 isbn (pp. 978-602).
Suartana, I. W., Yasa, G. W., Setyari, N. P. W., et.al. 2020. Resiliensi Bisnis Badan Usaha Milik Desa
Pada Era Pandemi: Sebuah Pendekatan Studi Kasus. Matrik: Jurnal Manajemen, Strategi
Bisnis dan Kewirausahaan, 253-263.
Taslim. 2011. Pengaruh Faktor Produksi Susu Usaha Ternak Sapi Perah Melalui Pendekatan Analisis
Jalur di Jawa Barat. Jurnal Ilmu Ternak. 10(1): 52-56.
Utomo, B. 2020. Tantangan Dan Peran Bulog Di Era Industri 4.0. The Chalenges And Role Of Bulog
In The Industry 4.0 Era.Jurnal Pangan, 29(1), 71-86.
Utomo, B., dan Pertiwi, M. D. 2010. Tampilan produksi susu sapi perah yang mendapat perbaikan
manajeman pemeliharaan. Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture, 25(1), 21-25.
Widi, T., S., M. 2018. Current Situation And Future Prospects For Beff Cattle Production In
Indonesia- A Review. Asian-Australian Journal Of Animal Ciences 31 (7) 976-983. Doi:
10.5713/Ajas.18.0233 5 Agustus 2022
Widiati, R., Adiarto, A., and Hertanto, B. S. 2012. Profitability Of Smallholder Dairy Farms Based On
The Performance Of Lactating Cows And Fresh Milk Market Prices At Lowland Areas Of
Yogyakarta. Journal Of The Indonesian Tropical Animal Agriculture, 37(2), 132-138.
Yulia, Y., Baga, L. M., dan Tinaprilla, N. 2015. Peran dan strategi pengembangan subsektor
peternakan dalam pembangunan Kabupaten Agam Sumatera Barat. Jurnal Agribisnis
Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness), 3(2), 159-176.
https://media.neliti.com/media/publications/73528-id-peran-danstrategi pengembangan-
subsekto.pdf diakses 5 agustus 2022

13
PEDOMAN WAWANCARA

1. Apakah anda mengalami permasalahan dalam usaha peternakan sapi perah?


2. Bagaimana anda menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi?
3. Upaya apa yang anda lakukan dalam menghadapi permasalahan tersebut?
4. Kekuatan apa yang membuat anda bertahan dalam menjalankan usaha peternakan sapi
perah?
5. Bagaimana strategi anda selanjutnya dalam menyikapi permasalahan tersebut?
6. Mengapa anda menggunakan strategi tersebut?
7. Bagaimana kondisi usaha peternakan sapi perah saat di era 4.0?
8. Apa rencana kedepannya agar peternakan sapi perah anda dapat bersaing di era 4.0?
9. Strategi apa yang akan anda lakukan untuk dapat bersaing di era 4.0?
10. Bagaimana anda merealisasikan rencana anda tersebut?

14

Anda mungkin juga menyukai