Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENENTEUAN JADWAL JANGKA PENDEK

Dosen Pengampu : Sharnuke Asrilsyak, S.K.M., M.M.

Disusun Oleh :
Tasya Putri Maharani 2102110414
Siti Aminah 2102110412
Finy Zahra Putri 2102125042
Dwi Joyandanila 2102111120

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala limpah rahmat, inayah taufik dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyususnan makalah ini tepat pada
waktunya. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunujuk maupun
pedoman bagi pembaca untuk memperdalam ilmu Manajemen Operasional Lanjutan.

Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan terhadap makalah ini. Oleh karena itu,
penulis berharap bagi para pembaca untuk memberikan masukan yang bermanfaat yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini agar dapat diperbaiki bentuk maupun isi makalah
sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik.

Pekanbaru, 21 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3

BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5

BAB 2. PEMBAHASAN ......................................................................................... 6

2.1 Konsep Penjadwalan Jangka Pendek ................................................................. 6


2.2 Penjadwalan Mundur (backward scheduling) .................................................... 7
2.3 Loading Jobs In Work ......................................................................................... 7
2.4 Assigment Method .............................................................................................. 8
2.5 Aturan Pengurutan Pekerjaan (sequencing rule) ................................................. 16
2.6 Teori Kendala (theory of constraint) ................................................................... 17
2.7 Bonttleneck Work Cender ................................................................................... 21

BAB 3. PENUTUP ................................................................................................... 24


3.2 Kesimpulan ........................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 25

3
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menjadwal mesin, alat-alat, dan orang-orang untuk membuat bagian-bagian dalam
perusahaan adalah pekerjaan computer mainframe. Computer akses menjadwalkan produksi
bagian-bagian kesistem pemesinan fleksibel (FMS), dimana manajer membuat keputusan
penjadwalan final. Sistem pemesinan fleksibel memungkinkan bagian-bagian dari ukuran dan
bentuk itu bisa dibuat tanpa menggangu produksi. Kecakapan dalam menjadwal menyebabkan
bagian-bagian itu siap berdasarkan just in time, dengan waktu set up yang rendah, sedikitnya
barang dalam proses dan tingginya utilisasi mesin. Penjadwalan yang efisien adalah bagaimana
perusahaan seperti norhtrop Grumman bisa memenuhi batas tanggal seperti yang di janjikan
kepada pelanggan dan menghadapi kompetisi berdasarkan waktu.

Dengan penjadwalan secara efektif perusahaan menggunakan assetnya dengan efektif dan
menghasilkan kapasitas dolar yang di investasikan menjadi lebih besar, yang sebaliknya akan
mengurangi biaya. Penjadwalan menambah kapasitas dan fleksibilitas yang terkait memberikan
waktu pengiriman yang lebih cepat dan pelayanan kepada pelanggan menjadilebih baik.
Keuntungan penjadwalan adalah keunggulan kompetitif dengan pengiriman yang
bisa di andalkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep Penjadwalan Jangka Pendek?
2. Apa yang dimaksud dengan Penjadwalan Mundur (backward scheduling)?
3. Bagaimana Loading Jobs In Work?
4. Apa itu Assigment Method?
5. Bagaimana Aturan Pengurutan Pekerjaan (sequencing rule)?
6. Apa yang dimaksud dengan Teori Kendala (theory of constraint)?
7. Apa itu Bonttleneck Work Cender?

4
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep Penjadwalan Jangka Pendek
2. Untuk Mengetahui Penjadwalan Mundur (backward scheduling)
3. Untuk Mengetahui Loading Jobs In Work
4. Untuk Mengetahui Apa itu Assigment Method
5. Untuk Mengetahui Aturan Pengurutan Pekerjaan (sequencing rule)
6. Untuk Mengrtahui Teori Kendala (theory of constraint)
7. Untuk Mengetahui Apa itu Bonttleneck Work Cender

5
BAB 2.

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Penjadwalan Jangka Pendek

Penjadwalan jangka pendek : penterjemahan keputusan kapasitas, perencanaan agregat, serta


jadwal induk ke dalam urutan pekerjaan dan pekerjaan tertentu atas karyawan, material, dan
permesinan (untuk memenuhi permintaan karyawan dan peralatan tertentu dalam basis harian
atau jam).
Tujuan penjadwalan adalah mengalokasikan dan memprioritaaskan permintaan yang dihasilkan
oleh perkiraan atau pesanan pelanggan pada fasilitas yang ada. Dua factor penting dalam
melakukan alokasi dan prioritas ini adalah (1) jenis penjadwalan, maju atau mundur, dan (2)
kriteria prioritas.
Pentingnya strategis penjadwalan karena:
 Penjadwalan yang efektif secara internal berarti pergerakan barang dan jasa yang lebih
cepat menggunakan fasilitas dan penggunaan aset yang lebih besar. Hasilnya adalah
kapasitas yang lebih besar per dolar yang diinvestasikan, yang diterjemahkan ke dalam
biaya yang lebih rendah.
 Penjadwalan yang baik secara eksternal menyediakan hasil output yang lebih cepat,
fleksibilitas yang ditambahkan, dan pengiriman yang lebih dapat diandalkan, sehingga
dapat meningkatkan layanan pelanggan.
Tiga faktor penting dalam penjadwalan:
1. menghasilkan jadwal maju atau mundur.
2. pemuatan terbatas dan tak terbatas.
3. kriteria (prioritas) untuk mengurutkan pekerjaan.
Dari ketiga faktor tersebut akan kita dibahas berikut ini.
a. Penjadwalan Maju dan Mundur
Penjadwalan mencakup penugasan batas waktu pada pekerjaan tertentu, tetapi banyak
pekerjaan bersaingan secara bersamaan dengan mengguna-kan sumberdaya yang sama. Untuk
mengatasi berbagai kesulitan dalam penjadwalan, teknik penjadwalan dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu penjadwalan maju, dan penjadwalan mundur
1. Penjadwalan maju (fordward scheduling) adalah penjadwalan yang memulai jadwal setelah
persyaratan suatu pekerjaan diketahui.
Penjadwalan maju digunakan dalam berbagai organisasi seperti : rumah sakit, klinik, rumah
makan mewah, dan produsen peralatan mesin.

6
Pekerjaan dilakukan sesuai dengan pesanan pelanggan, dan biasanya minta dikirim sesegera
mungkin. Penjadwalan maju umumnya dirancang untuk menghasilkan sebuah jadwal yang dapat
dipenuhi, sekalipun hal ini berarti batas waktunya tidak dapat dipenuhi.Dalam banyak kejadian,
penjadwalan maju menyebabkan penumpukan barang setengah jadi.
2.2 Penjadwalan mundur (backward scheduling)
Penjadwalan mundur adalah penjadwalan yang dimulai dari batas waktu, dan menjadwalkan
operasi yang terakhir terlebih dahulu dan urutan pekerjaan dijadwalkan satu demi satu dalam
urutan terbalik. Dengan mengurangi waktu tunggu (lead time) untuk setiap barang, di peroleh
waktu mulai. Penjadwalan mundur digunakan dalam banyak lingkungan manufaktur seperti:
lingkungan jasa yang menyajikan sebuah penjamuan katering atau menjadwalkan operasi. Pada
praktiknyaa, kombinasi antara penentuan jadwal maju dan mundur sering sekali dipergunakan
untuk menemukan kemungkinan trade-off antara kendala kapasitas dengan pengharapan
konsumen.
2.3 Loading Jobs In Work
Pemuatan yang terbatas dan tak terbatas
Pemuatan (loading) merupakan proses penugasan pekerjaan kepada sentra kerja atau proses.
Teknik penentuan jadwal yang memuat (menugaskan) pengerjaan hanya sampai pada kapasitas
proses yang disebut dengan pemuatan yang terbatas (finite loading). Keuntungan dari pemuatan
yang dapat ditentukan yaitu, secara teori, seluruh pengerjaan yang telah ditugaskan dapat
diselesaikan. Namun, karena hanya pengerjaan yang dapat diselesaikan yang akan dimuat ke
sentra kerja- pada kenyataanya, ketika terdapat pengerjaan yang melebihi kapasitas – tanggal
jatuh tempo akan terdorong hingga waktu mendatang yang tak dapat diterima.
Teknik yang memuat pengerjaan tanpa mengacu pada kepastian dari proses adalah pemuatan
yang tak terbatas. Keseluruhan pengerjaan yang harus di selesaikan dalam suatu periode waktu
yang ditugaskan. Kapasitas dari proses tidak dipertimbangkan. Sebagian besar sistem
perencanaan kebutuhan bahan material (MRP) merupakan sistem pemuatan yang tidak dapat
ditentukan (infinite loading system). Keuntungan dari pemuatan yang tidak dapat ditentukan
adalah jadwal awal yang dapat memenuhi hingga tanggal jatuh tempo. Tentu saja, ketika beban
pengerjaan melebihi kapasitas atau jadwal akan disesuaikan.
Kriteria penentuan jadwal
Teknik penentuan jadwal yang tepat bergantung pada volume order, sifat kegiatan operasioanl,
dan keseluruhan tingkat kerumitan pengerjaan, sejalan dengan pentingnya penempatan 4 kriteria:
1. Meminimalkan waktu penyelesaian : dievaluasi dengan menentukan rata-rata waktu
penyelesaian.
2. Memaksimal kan pemanfaatan : dievaluasi dengan menentukan persentase waktu saat
tempat faslitas dimanfaatkan.
3. Meminimalkan persediaan dalam proses (work-in-process-WIP inventory) : Dievaluasi
dengan menentukan rata-rata jumlah pengerjaan dalam suatu sistem. Hubungan antara

7
jumlah pengerjaan dalam sistem dengan persediaan dalam proses akan tinggi. Oleh
karena itu, semakin sedikit jumlah pengerjaan yang terdapat dalam suatu sistem,
persediaan akan semakin kecil.
4. Meminimalkan waktu tunggu konsumen: Dievaluasi dengan menentukan rata-rata jumlah
keterlambatan dalam hari atau jam.

2.4 Assigment Method


Manajemen produksi sering menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan alokasi
optimal dari berbagai sumber daya yang produktif, terutama tenaga kerja atau personalia, yang
mempunyai tingkat efisiensi berbeda-beda untuk pekerjaan yang berbeda pula. Masalah ini
disebut masalah penugasan, yang merupakan suatu kasus khusus dari masalah lincar
programming pada umumnya.

Masalah penugasan adalah jumlah tugas kepada sejumlah penerima tugas dalam basis satu-
satu, artinya seorang pekerja harus menjalankan satu pekerjaan. Tujuan untuk memecahkan
persoalan, penempatan sumber-sumber yang ada pada kegiatan-kegiatan yang dituju, sehingga
kerugiannya agak minimal dan keuntungannya maksimal.

Persoalan penugasan merupakan salah satu persoalan transportasi dan dapat dinyatakan
sebagai berikut : “ Dengan tersedianya fasilitas untuk melaksanakan jenis pekerjaan (jobs)
dimana masing-masing fasilitas (mesin, orang, dan tenaga), persoalannya ialah bagaimana
menentukan jenis pekerjaan yang mana, agar jumlah pengorbanan (uang, waktu dan tenaga)
minimum”. Persoalan penugasan luas penggunanya dalam bidang manajemen khusunya
keputusan untuk menetukan jenis pekerjaan yang harus dikerjakan.

Salah satu tenik pemecahan masalah-masalah penugasan yang tersedia adalah metode
hungarian, yang mula-mula di kembangkan oleh seorang ahli matematika berkebangsaan
hungarian bernama D. Konig dalam tahun 1916.

Pengertian Masalah Penugasan

Menurut Zulian Zamid (1995) “Masalah penugasan berkaitan dengan penugasan atas sejumlah
item untuk sejumlah item yang lain secara satu persatu agar dicapai efektivitas optimum
(minimum biaya atau maksimum keuntungan).

8
Menurut Pangestu Subagyo (1993) “ Masalah penugasan berhubungan dengan penugasan
optimal dari bermacam-macam sumber yang produktif atau personalia yang mempunyai tingkat
efisiensi yang berbeda-beda untuk tugas-tugas yang berbeda-beda pula”.

Karena masalah yang akan dioptimumkan dapat berupa biaya atau laba, Maka metode penugasan
ada 2 :

1. Masalah Minimasi = Dasarnya Biaya


2. Masalah Maksimasi = Dasarnya Keuntungan

Masalah Minimasi

Contoh :

Sebuah perusahaan pengecoran logam mempunyai 4 jenis mesin yaitu M1, M2, M3, dan M4.
Setiap mesin mempunyai kapasitas yang berbeda dalam pengoperasiannya. Dalam minggu
mendatang perusahaan mendapatkan pesanan untuk menyelesaikan 4 jenis pekerjaan yaitu P1,
P2, P3, dan P4. Biaya pengoperasian setiap pekerjaan oleh keempat masin dapat dilihat dalam
tabel berikut :

Pekerjaan Mesin
M1 M2 M3 M4
P1 210 150 180 130
P2 140 160 200 190
P3 150 175 220 200
P4 200 115 160 190

Bagaimana menugaskan keempat mesin untuk menyelesaikan keempat jenis pekerjaan agar total
biayanya minimum (dalam rupiah) ?

9
Langkah Pengerjaan

Langkah 1

Mengubah matriks biaya menjadi matriks oppurtunity cost (biaya karena adanya kesempatan
yang hilang). Ini dicapai dengan memilih elemen terkecil dari setiap baris dari matriks biaya
mula-mula. Kemudian kurangi setiap elemen dalam setiap baris dengan angka terkecil tadi.

Pekerjaan Mesin
M1 M2 M3 M4
P1 210 150 180 130
P2 140 160 200 190
P3 150 175 220 200
P4 200 115 160 190

Hasil setelah dilakukan pengurangan

Pekerjaan Mesin
M1 M2 M3 M4
P1 80 20 50 0
P2 0 20 60 50
P3 0 25 70 50
P4 85 0 45 75

Langkah 2

Karena dalam setiap kolom masih ada kolom yang belum ada angka nolnya, maka matriks itu
perlu dilanjutkan untuk mendapatkan total oppurtunity cost matriks. Hal ini dapat dicapai dengan
memilih elemen terkecil pada setiap kolom.

Kemudian lakukan pengurangan pada seluruh elemen kolom tersebut dengan angka terkecil tadi.
Pada contoh diatas, hanya dilakukan pada kolom 3 karena kolom lainnya sudah memiliki
minimal 1 angka nol.

10
Note : Apabila dalam oppurtunity cost matriks telah menghasilkan paling sedikit 1 angka 0 pada
setiap kolom, maka langkah kedua dapat dihilangkan.

Hasil dari pengurangan kolom

Pekerjaan Mesin
M1 M2 M3 M4
P1 80 20 5 0
P2 0 20 15 50
P3 0 25 25 50
P4 85 0 0 75

Langkah 3

Melakukan test for optimalitaty atau mencari skedul penugasan. Caranya dengan menarik
sejumlah minimum garis horizontal dan atau vertical untuk meliput semua angka 0 dalam total
oppurtinity cost matriks.

Ketentuannya :

Jumlah minum garis = jumlah baris/kolom

Langkah 4

Karena pada test pertama jumlah garis tidak sama dengan jumlah baris/kolom, maka penugasan
belum optimal sehingga perlu diadakan revisi. Caranya :

 Memilih bilangan terkecil yang tidak tercoret garis


 Mengurangkan seluruh bilangan yang tidak tercoret garis dengan bilangan terkecil tadi
 Bilangan bilangan pada garis 2 yang berpotongan ditambah dengan bilangan kecil tadi
 Lakukan tes lagi seperti pada langkah ke-3. Jika jumlah garis = jumlah baris/kolom maka
penugasan optimal tercapai

11
Pekerjaan Mesin
M1 M2 M3 M4
P1 80 20 5 0
P2 0 20 15 50
P3 0 25 25 50
P4 85 0 0 75

Pekerjaan Mesin
M1 M2 M3 M4
P1 95 20 5 0
P2 0 5 0 35
P3 0 10 10 35
P4 100 0 0 75

Langkah 5

Lakukan penugasan dengan dasar nilai-nilai nol tersebut. Dahulukan yang hanya punya 1 angka
0

Pekerjaan Mesin
M1 M2 M3 M4
P1 95 20 5 0
P2 0 5 0 35
P3 0 10 10 35
P4 100 0 0 75
P4 dikerjakan di M2 dengan biaya = 115

P1 dikerjakan di M4 dengan biaya =130

P2 dikerjakan di M3 dengan biaya =200 595

P3 dikerjakan di M1 dengan biaya =150

Dengan informasi seperti itu, perusahaan akan mendapatkan biaya paling minimal yaitu Rp.595

12
Masalah Maksimasi

Contoh :

Sebuah perusahaan mempunyai 5 orang karyawan yang harus ditempatkan di 5 pekerjaan yang
berbeda. Kontribusi keuntungan dari masing-masing karyawan bila ditempatkan di tugas-tugas
yang ada dapat dilihat dalam tabel berikut:

Karyawan Tugas
1 2 3 4 5
A 10 12 10 8 15
B 14 10 9 15 13
C 9 8 7 8 12
D 13 15 8 16 11
E 10 13 14 11 17

Bagaimana menugaskan ke-4 karyawan untuk menyelesaikan ke empat jenis tugas agar total
keuntungannya maksimum (dalam rupiah)?

Langkah pengerjaan

Langkah 1

Mengubah matriks biaya menjadi matriks oppurtunity loss (kerugian karena adanya kesempatan
hilang). Ini dicapai dengan memilih elemen terbesar dari setiap baris dari matriks biaya mula-
mula. Kemudian kurangi setiap elemen dalam setiap baris dengan angka terbesar tadi.

Karyawan Tugas
1 2 3 4 5
A 10 12 10 8 15
B 14 10 9 15 13
C 9 8 7 8 12
D 13 15 8 16 11
E 10 13 14 11 17

13
Hasil setelah dilakukan pengurangan

Karyawan Tugas
1 2 3 4 5
A 5 3 5 7 0
B 1 5 6 0 2
C 3 4 5 4 0
D 13 1 8 0 5
E 7 4 3 6 0

Langkah 2

Karena dalam setiap kolom masih ada kolom yang belum ada angka nolnya, maka matriks itu
perlu dilanjutkan untuk mendapatkan total oppurtunity loaa matriks. Hal ini dapat dicapai dengan
memilih elemen terkecil pada setiap kolom.

Kemudian lakukan pengurangan pada seluruh elemen kolom tersebut dengan angka terkecil tadi.

Pada contoh diatas, hanya dilakukan pada kolom 1, 2, dan 3 karena kolom lainnya sudah
memiliki minimal 1 angka nol.

Note : apabila dalam oppurtunity cost matriks telah menghasilkan paling sedikit 1 angka 0 pada
setiap kolom, maka langkah kedua dapat dihilangkan.

Hasil dari pengurangan kolom

Karyawan Tugas
1 2 3 4 5
A 4 2 2 7 0
B 0 4 3 0 2
C 2 3 2 4 0
D 2 0 5 0 5
E 6 3 0 6 0

14
Langkah 3

Melakukan tes for oppurtunity atau mencari skedul penugasan. Caranya dengan menarik
sejumlah minimum garis horizontal dan atau vertical untuk meliput semua angka 0 dalam total
oppurtunity cost matriks.

Jumlah miminum garis = jumlah baris/kolom

Langkah 4

Karena pada test pertama jumlah garis tidak sama dengan jumlah baris/kolom, maka belum
optimal sehingga perlu diadakan revisi. Caranya (seperti pada minimasi).

 Memilih bilangan terkecil yang tidak tercoret garis


 Mengurangkan seluruh bilangan yang tidak tercoret garis dengan bilangan terkecil tadi
 Bilangan-bilangan pada 2 garis yang berpotongan ditambah dengan bilangan terkecil tadi
 Lakukan tes lagi seperti pada langkah ke-3. Jika jumlah garis = jumlah baris/kolom maka
penugasan optimal telah tercapai

Karyawan Tugas
1 2 3 4 5
A 4 2 2 7 0
B 0 4 3 0 2
C 2 3 2 4 0
D 2 0 5 0 5
E 6 3 0 6 0
Karyawan Tugas
1 2 3 4 5
A 2 0 0 5 0
B 0 4 3 0 4
C 0 1 0 2 0
D 2 0 5 0 7
E 6 3 0 6 2

15
Langkah 5

Lakukan penugasan dengan dasar nilai-nilai nol tersebut. Dahulukan yang hanya punya 1 angka
0

Karyawan Tugas
1 2 3 4 5
A 2 0 0 5 0
B 0 4 3 0 4
C 0 1 0 2 0
D 2 0 5 0 7
E 6 3 0 6 2

E mengerjakan tugas 3 dengan keuntungan = 14

A mengerjakan tugas 2 dengan keuntungan = 12

C mengerjakan tugas 1 dengan keuntungan = 14 68

D mengerjakan tugas 4 dengan keuntungan = 16

Sehingga maksimal keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan dengan informasi tersebut
adalah sebesar Rp. 68

2.5 Aturan Pengurutan Pekerjaan (sequencing rule)


Penjadwalan memberikan dasar untuk membebankan pekerjaan pada pusat kerja. Pembebanan
adalah sebuah teknik pengendalian kapasitas yang menyoroti masalah pemberian beban yang
terlalu berat dan ringan. Pengurutan(sequencing – disebut pembagian tugas atau dispatching)
menentukan urutan pekerjaan yang harus dilakukan pada setiap pusat kerja.
Aturan Prioritas untuk Membagikan Tugas
Aturan prioritas (priority rule) memberikan panduan untuk mengurutkan pekerjaan yang harus
dilakukan. Aturan ini terutama diterapkan untuk aturan fasilitas yang terfokus pada proses,
seperti klinik, percetakan, dan bengkel kerja. Beberapa aturan prioritas yang paling terkenal akan
dibahas. Aturan prioritas mencoba untuk meminimalkan waktu penyelesaian, jumlah pekerjaan
dalam sistem, dan keterlambatan pekerjaan seraya memaksimalkan penggunaan fasilitas.
Berikut aturan prioritas yang paling populer.

16
 FCFS (first come, first served): yang pertama datang, yang pertama dilayani. Pekerjaan
pertama yang datang di sebuah pusat kerja diproses terlebih dahulu.
 SPT (shortest processing time): waktu pemrosesan terpendek. Pekerjaan yang memiliki
waktu pemrosesan terpendek ditangani dan diselesaikan terlebih dahulu.
 EDD (earliest due date): batas waktu paling awal. Pekerjaan dengan batas waktu yang
paling awal dikerjakan terlebih dahulu.
 LPT (longest processing time): waktu pemrosesan terpanjang. Pekerjaan yang memiliki
waktu pemrosesan lebih panjang, lebih besar biasanya sangat penting dan diutamakan
terlebih dahulu.
Tidak ada satu pun aturan pengurutan yang unggul dalam semua kriteria. Pengalaman
menunjukkan hal berikut.
1. SPT biasanya merupakan teknik terbaik untuk meminimalkan aliran pekerjaan dan
meminimalkan jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem. Kelemahan utamanya adalah
pekerjaan yang memiliki waktu pemrosesan panjang dapat tidak dikerjakan secara terus
menerus, karena pekerjaan yang memiliki waktu pemrosesan pendek selalu didahulukan.
Pelanggan dapat melihat hal ini secara samar, dan penyesuaian berkalal untuk pekerjaan
yang panjang harus dilakukan.
2. FCFS tidak menghasilkan kinerja yang baik pada hampir semua kriteria ( tetapi juga
tidak begitu buruk ). Bagaimanapun, FCFS memiliki kelebihan karena terlihat adil oleh
pelanggan; suatu hal yang sangat penting dalam sistem jasa.
3. EDD meminimalkan keterlambatan maksimal yang mungkin perlu untuk pekerjaan yang
memiliki penalti setelah tanggal tertentu. Secara umum, EDD bekerja baikketika
keterlambatan menjadi sebuah isu.
2.6 TEORI KENDALA (THEORY OF CONSTRAINT)
Teori Kendala (Theory of Constraint) adalah suatu filosofi dan metode untuk melakukan
perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus dengan fokus terhadap identifikasi faktor
pembatas yang disebut constraint (kendala). Constraint yang terus-menerus dieliminasi akan
memaksimalkan proses produksi, meningkatkan keuntungan serta meminimalisasikan biaya
untuk pencapaian tujuan perusahaan di masa yang akan datang.
Teori Kendala (Theory of Constraint)
Theory of Constraints (TOC) pertama kali dikenalkan oleh seorang ilmuwan fisika bernama Dr.
Eliyahu M. Goldratt melalui bukunya yang berjudul The Goal: A Process of Ongoing
Improvement pada tahun 1986. Theory of Constraints (TOC) merupakan pengembangan dari
Optimized Production Technology (OPT). Konsep dari TOC adalah memasukkan filosofi
manajemen dalam perbaikan berdasarkan pengidentifikasian kendala-kendala untuk
meningkatkan keuntungan.
Konsep dasar dari Theory of Constraint (TOC) adalah bahwa setiap organisasi mempunyai
kendala-kendala yang menghambat pencapaian kinerja (performance) yang tinggi. Kendala-
kendala ini seharusnya diidentifikasi dan diatur untuk memperbaiki kinerja. Jika suatu kendala

17
telah terpecahkan, maka kendala berikutnya dapat diidentifikasi dan diperbaharui yang pada
akhirnya bertujuan untuk meningkatkan hasil produk jadi keseluruhan yang terjual (Throughput),
mengurangi persediaan (Inventory) dan mengurangi biaya operasional (Operational expenses).
Pengertian Teori Kendala (Theory of Constraint)
Berikut definisi dan pengertian teori kendala atau Theory of Constraint (TOC) dari beberapa
sumber buku dan referensi:
Menurut Sulistiowati (2004), TOC adalah suatu filosofi perbaikan terus-menerus yang fokusnya
pada identifikasi atas kendala untuk pencapaian tujuan perusahaan, yaitu menghasilkan uang saat
ini dan dimasa yang akan datang, serta untuk menetapkan suatu proses perbaikan terus-menerus.
Menurut Dendi (2012), TOC adalah suatu filosofi manajemen yang membantu sebuah
perusahaan dalam meningkatkan keuntungan dalam memaksimalkan proses produksinya dan
meminimalisasikan semua ongkos atau biaya yang relevan seperti biaya simpan, biaya langsung,
biaya tidak langsung, dan biaya modal.
Menurut Kurniawan Budi (2017), TOC adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan
peningkatan secara terus-menerus dalam aktivitas manufacturing dan nonmanufacturing. Hal ini
dikarakterkan sebagai thingking process yang dimulai dengan mengakui bahwa semua sumber
daya (resources) terbatas. Faktor yang terbatas tersebut dinamakan constraint (kendala).
Constraint dapat dikendalikan untuk meningkatkan kinerja, dalam mengendalikannya yang harus
dilakukan yaitu dengan mengidentifikasi dan mengeksploitasi dan proses ini harus diulangi terus
menerus sampai constraint dapat dieliminasi.
Jenis-jenis Kendala
Setiap perusahaan akan menghadapi berbagai keterbatasan yang disebut sebagai kendala. TOC
dapat digunakan untuk mengembangkan pendekatan spesifik untuk mengelola kendala guna
mendukung tujuan perbaikan yang berkelanjutan. Menurut Hansen dan Mowen (2000),
berdasarkan asalnya, kendala dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
 Kendala internal (internal constraint), adalah faktor-faktor yang membatasi perusahaan
yang berasal dari dalam perusahaan, misalnya keterbatasan jam mesin. Kendala internal
harus dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan throughput semaksimal mungkin
tanpa meningkatkan persediaan dan biaya operasional.
 Kendala eksternal (external constraint), adalah faktor-faktor yang membatasi perusahaan
yang berasal dari luar perusahaan, misalnya permintaan pasar atau kuantitas bahan baku
yang tersedia dari pemasok. Kendala eksternal yang berupa volume produk yang dapat
dijual, dapat diatasi dengan menemukan pasar, meningkatkan permintaan pasar ataupun
dengan mengembangkan produk baru.
Selain itu, berdasarkan sifatnya kendala dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
 Kendala mengikat (binding constraint), adalah kendala yang terdapat pada sumber daya
yang telah dimanfaatkan sepenuhnya.

18
 Kendala tidak mengikat atau kendur (loose constraint), adalah kendala yang terdapat pada
sumber daya yang terbatas yang tidak dimanfaatkan sepenuhnya.
Adapun menurut Kaplan dan Atkinson (2000), kendala dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
sebagai berikut:
1. Kendala sumberdaya (resource constraint). Kendala ini dapat berupa kemampuan factor
input produksi seperti bahan baku, tenaga kerja dan jam mesin.
2. Kendala pasar (market resource). Kendala yang merupakan tingkat minimal dan
maksimal dari penjualan yang mungkin selama dalam periode perencanaan.
3. Kendala keseimbangan (balanced constraint). Diidentifikasi sebagai produksi dalam
siklus produksi.
Aspek-aspek TOC
Theory of Constraint (TOC) memiliki tiga aspek atau unsur penilaian yang digunakan dalam
pengukuran operasional perusahaan, yaitu sebagai berikut (Hansen dan Mowen, 2000):
a. Throughput
Throughput adalah suatu ukuran dimana suatu perusahaan menghasilkan uang melalui penjualan.
Dalam istilah operasional, throughput adalah perbedaan antara pendapatan penjualan dan biaya
variabel di tingkat unit, seperti bahan baku dan tenaga listrik. Throughput yang berkaitan dengan
margin kontribusi disebut throughput ontribution, dimana yaitu penjualan dikurangi dengan
biaya bahan baku langsung. Proses produksi dan distribusi yang tidak mempengaruhi throughput
bukan merupakan kendala yang mengikat, sehingga perhatian pada hal-hal tersebut menjadi lebih
rendah dibandingkan dengan perhatian terhadap pemborosan kendala mengikat). Dalam
lingkungan manufaktur yang baru, throughput diukur melalui pengurangan sales dengan biaya-
biaya langsung dari sales tersebut.
b. Persediaan
Persediaan adalah semua dana yang dikeluarkan perusahaan untuk mengubah bahan baku
mentah melalui throughput. Bahan persediaan dalam TOC merupakan semua aktiva yang
memiliki dan tersedia secara potensial untuk penjualan. Persediaan produk jadi hanya difokuskan
pada tingkat yang diperlukan untuk menghadapi perubahan permintaan pelanggan guna
memberikan pelayanan yang baik. Pengadaan persediaan bahan baku, barang dalam proses dan
barang jadi di atas tingkat minimum tidak akan menambah throughput dan merupakan biaya
yang tidak bernilai tambah.
c. Biaya-biaya operasional
Biaya-biaya operasional sebagai semua uang yang dikeluarkan perusahaan untuk mengubah
persediaan menjadi throughput. Biaya operasi ini terjadi untuk mendukung dan mengoptimalkan
throughput pada suatu teori kendala. Berdasarkan tiga ukuran ini, tujuan pihak manajemen dapat
dikatakan sebagai berikut: menaikkan throughput, meminimalkan persediaan, dan menurunkan
biaya-biaya operasional.

19
Prinsip Dasar TOC
Menurut Dettmer (1997), langkah-langkah atau tahapan dalam Theory of Constraint (TOC),
dapat digambarkan dan dijelaskan sebagai berikut:

1. Identifikasi constraint (identifying the constraint). Mengidentifikasi bagian sistem


manakah yang paling lemah kemudian melihat kelemahanya apakah kelemahan fisik atau
kebijakan.
2. Eksploitasi constraint (exploiting the constraint). Menentukan cara menghilangkan atau
mengelola constraint dengan biaya yang paling rendah.
3. Subordinasi sumber lainnya (subordinating the remaining resources). Setelah menemukan
constraint dan telah diputuskan bagaimana mengelola constraint tersebut maka harus
mengevaluasi apakah costraint tersebut masih menjadi costraint pada performansi sistem
atau tidak. Jika tidak maka akan menuju ke langkah kelima, tetapi jika ya maka akan
menuju ke langkah keempat.
4. Elevasi constraint (Elevating the constraint). Jika langkah ini dilakukan, maka langkah
kedua dan ketiga tidak berhasil menangani constraint. Maka harus ada perubahan besar
dalam sistem, seperti reorganisasi, perbaikan modal, atau modifikasi substansi sistem.
5. Mengulangi proses keseluruhan (repeating the process). Jika langkah ketiga dan keempat
telah berhasil dilakukan maka akan mengulangi lagi dari langkah pertama. Proses ini
akan berputar sebagai siklus. Tetap waspada bahwa suatu solusi dapat menimbulkan
constraint baru perlu dilakukan.
Adapun menurut Billington, dkk (1995), terdapat sembilan prinsip dasar Theory of Constraint
(TOC) yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan TOC, yaitu sebagai berikut:
1. Seimbangkan aliran produksi, bukan kapasitas produksi. Diasumsikan perusahaan
memiliki kapasitas tidak seimbang dengan jumlah permintaan pasar (demand) karena
keseimbangan kapasitas menghambat pencapaian tujuan (goal) perusahaan.

20
2. Tingkat utilitas non bottleneck tidak ditentukan oleh potensi stasiun kerja tersebut tetapi
oleh stasiun kerja bottleneck atau sumber kritis lainnya. Hanya stasiun kerja yang
mengalami bottleneck yang perlu dijalankan dengan utilitas 100%.
3. Aktivitas tidak selalu sama dengan utilitas. Menjalankan non bottleneck dapat
mengakibatkan bertumpuknya work in process (buffer) dalam jumlah yang berlebihan.
4. Satu jam kehilangan pada bottleneck merupakan satu jam kehilangan sistem keseluruhan.
5. Satu jam penghematan pada non bottleneck merupakan suatu fatamorgana.
6. Bottleneck mempengaruhi throughput dan inventory.
7. Batch transfer tidak selalu sama jumlahnya dengan batch proses.
8. Batch proses sebaiknya tidak tetap (variabel).
9. Penjadwalan (kapasitas dan prioritas) dilakukan dengan memperhatikan semua kendala
(constraint) yang ada secara simultan.
Manfaat TOC
Menurut Hansen dan Mowen (2000), penerapan Theory of Constraint (TOC) memiliki beberapa
manfaat dan keunggulan, antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Produk yang lebih baik. Perusahaan dapat menghasilkan produk dengan kualitas lebih
baik dan menyediakan produk yang sudah diperbaiki tersebut secara cepat ke pasar.
Persediaan yang lebih rendah menyebabkan deteksi atas kerusakan dapat dilakukan lebih
cepat dan penyebab masalah bisa segera dinilai. Persediaan yang rendah memungkinkan
perubahan produk untuk diperkenalkan secara lebih cepat karena perusahaan mempunyai
persediaan produk lama yang lebih sedikit dan harus segera dijual atau dibuang.
2. Harga yang lebih rendah. Persediaan rendah akan menyebabkan menurunnya biaya
penyimpanan, biaya investasi per unit dan beban operasi lain seperti lembur dan
pengiriman khusus. Dengan menurunnya biaya-biaya maka penetapan harga akan
menjadi lebih fleksibel, sehingga perusahaan tidak harus melakukan strategi pemotongan
harga.
3. Daya tanggap. Persediaan yang lebih rendah memungkinkan waktu tunggu aktual untuk
diamati secara lebih saksama dan tanggal pengiriman yang lebih akurat dapat terpenuhi.
Tingkat persediaan yang tinggi terhadap pesaing akan mengakibatkan kelemahan
kompetitif, dengan teori kendala maka perusahaan dapat menekan pengurangan
persediaan dengan mengurangi waktu tunggu.

2.7 Bonttleneck Work Cender


Bottleneck merupakan suatu kondisi yang dapat terjadi pada kegiatan operasional
suatu usaha. Secara sederhana, kondisi bottleneck atau leher botol diilustrasikan sebagai
ketidakmampuan suatu unit usaha dalam mengelola sumber daya yang dimiliki dengan
baik. Kondisi ini dapat terjadi karena dua faktor. Faktor pertama, jumlah bahan baku
yang perlu diolah oleh unit usaha jauh lebih tinggi dari pada sumber daya manusia atau
peralatan yang tersedia untuk mengolah bahan baku tersebut. Faktor kedua, unit usaha
tidak memiliki proses pengolahan produk yang efektif dan efisien.

21
Manajer operasional memiliki tanggung jawab untuk membentuk proses yang dapat
menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen
menggunakan sumber daya yang tersedia. Berdasarkan keputusan proses yang
ditentukan, selanjutnya manajer operasional dihadapkan pada tantangan apakah proses
tersebut dapat dilakukan tanpa terjadinya bottleneck. Strategi tata letak (layout strategies)
merupakan keputusan lain yang perlu ditentukan oleh manajer operasional dalam rangka
meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari proses pengolahan sumber daya menjadi
produk pada rangkaian kegiatan operasional usaha. Heizer, Render, dan Munson (2014)
memaparkan bahwa tujuan dari strategi tata letak adalah membentuk suatu tata letak yang
efektif dan efisien dalam rangka mencapai keunggulan kompetitif.

Apabila dikelompokkan ke dalam kelompok besar, keputusan strategi tata letak


oleh manajer operasional dapat dibagi ke dalam tiga strategi: (1) fixed-position layout;
(2) process-oriented layout; dan (3) product-oriented layout. Tata letak tetap (fixed-
position layout) merupakan strategi tata letak yang umum digunakan pada unit usaha
yang menghasilkan produk pada suatu titik tertentu dalam pabrik, dengan faktor produksi
keluar dan masuk ke dalam titik tersebut untuk menghasilkan suatu produk. Apabila
diilustrasikan, tata letak tetap umum ditemukan pada unit usaha di sektor pertanian,
perkebunan, atau peternakan. Titik untuk menanam tanaman atau memelihara hewan
telah ditentukan pada suatu lahan dan sulit untuk dipindahkan. Faktor produksi lain
seperti petani, peternak, pakan hewan, dan peralatan lain akan diarahkan menuju titik
dimana tanaman dan hewan ditentukan untuk melakukan proses produksi pada titik
tersebut. Terakhir, produk yang telah dihasilkan seperti buah atau susu akan dikeluarkan
dari titik tersebut untuk didistribusikan kepada konsumen.

Tata letak berorientasi proses (process-oriented layout) merupakan strategi tata


letak yang dapat ditemukan pada unit usaha yang menghasilkan variasi jenis produk yang
beragam namun dalam jumlah rendah. Tata letak ini memungkinkan beberapa jenis
produk dihasilkan secara bersamaan tanpa mengurangi kualitas dari produk yang
dihasilkan. Beberapa ilustrasi dari aplikasi tata letak berorientasi proses dapat ditemukan
pada unit usaha di sektor jasa, salah satunya rumah sakit. Berbagai jenis pasien dapat
diarahkan menuju poli yang berbeda sesuai dengan keluhan penyakit pasien. Sumber
daya operasional seperti dokter dan peralatan medis pada masing-masing poli telah
disesuaikan dengan kategori poli yang bersangkutan sehingga masing-masing pasien
mendapatkan peralatan sesuai dengan penyakit yang diderita.

Terakhir, tata letak berorientasi produk (product-oriented layout) merupakan tata


letak yang dapat ditemukan pada unit usaha yang hanya menghasilkan sedikit variasi
jenis produk namun diproduksi dalam jumlah besar. Tata letak ini diilustrasikan sebagai
penataan sumber daya produksi (manusia dan peralatan) dalam suatu aliran tertentu di
dalam pabrik, dengan bahan baku yang akan bergerak secara bergiliran dari work center
pertama hingga akhir. Masalah bottleneck umum ditemukan pada tata letak berorientasi
produk. Tata letak ini memang memungkinkan jumlah produksi yang besar, namun

22
apabila salah satu work center mengalami masalah, produk work in progress akan
terhambat pada work center tersebut dan apabila aliran bahan baku tidak dihentikan maka
jumlah bahan baku yang tidak diolah akan jauh lebih tinggi dibandingkan kapasitas work
center untuk mengolah bahan baku tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut, kehandalan
dan strategi pemeliharan yang baik sangat dibutuhkan pada tata letak berorientasi produk.

23
BAB 3.
PENUTUP
2.8 Kesimpulan
Dengan penjadwalan secara efektif perusahaan menggunakan assetnya
dengan efektif dnmenghasilkan kapasitas dolar yang di investasikan menjadi lebih
besar, yang sebaliknya akan mengurangi biaya. Penjadwalan menambah kapasitas
dan fleksibilitas yang terkaitmemmberikan waktu pengiriman yang lebih cepat dan
pelayanan kepada pelanggan menjadilebih baik. Keuntungan penjadwalan adalah
keunggulan kompetitif denga pengiriman yangbisa di andalkan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Sulistiowati, Martin. 2004. Penerapan TOC Sebagai Alat Bantu Untuk Mengidentifikasi Kendala
Dalam Proses Produksi Pada PT. Panca Mas Jaya Prakarsa. Malang: STIE Malang.
Dettmer, W. H. 1997. Goldratt’s Theory of Constraints A System Approach to Continuous
Improvement. Wisconsin: ASQ Quality Press.
Billington, P., Narasimhan, S., dan McLeavy, D.W. 1995. Production Planning and Inventory
Control. New Jersey: Prentice Hall.
Hansen, D.R. dan M.M. Mowen. 2000. Cost Management: Accounting and Control. South-
Western. Singapore. Terjemahan Tim Penerjemah. 2001. Manajemen Biaya: Akuntansi dan
Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.
Kaplan, Robert S. dan Norton, David P. 2000. Balanced Scorecard: Menerjemahkan Strategi
Menjadi Aksi. Jakarta: Erlangga.
Heizer, Jay dan Render, Barry. 2015. Manajemen Operasi: Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat

25
26

Anda mungkin juga menyukai