Anda di halaman 1dari 31

DESAIN PEMBELAJARAN DAN

PENGEMBANGAN KURIKULUM

EVALUASI DALAM KURIKULUM MERDEKA

Oleh : Kelompok 6

Takwim : 222012044
Gita Ristralia : 222012020
Fitri Yuliani Z : 222012018
Kurnia Wardani : 222012026

Dosen Pengampu :
DR. Hj.Asnelly Ilyas, MA

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
AHMAD YUNUS BATUSANGKAR
2022 M / 1444
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, Penulis sampaikan kehadirat Allah SWT. Karena berkat


rahmat dan karuniaNya jualah penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Evaluasi
dalam Kurikulum Merdeka dengan tujuan memenuhi tugas pada mata kuliah Desain
Pembelajaran dan Pengembangan Kurikulum.

Dalam membuat makalah ini butuh kerjasama yang baik dalam tim.
Alhamdulillah, hasil kerja keras penulis bersama tim, akhirnya makalah ini dapat di
selesaikan dengan baik. Kami menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini
karena berkat bimbingan, dan motivasi dari dosen.

Kami telah berusaha membuat makalah ini sebaik mungkin, tapi tak ada gading
yang tak retak, begitu juga dengan makalah ini, masih jauh dari kata sempurna, karena
itu saran dan kritikan untuk perbaikan makalah ini sangat kami harapkan dan kami
terima dengan senang hati. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan
khususnya bagi penulis sendiri. Wassalam.

Batusangkar, April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................3

A. Asesmen Diagnostik .........................................................................................3


B. Model Asesmen dalam Kurikulum Merdeka ..................................................7
C. Model Format Asesmen dalam Kurikulum Merdeka......................................10
D. Penentuan Nilai Rapor dalam Kurikulum Mserdeka.......................................13
E. Refleksi dan Tindak Lanjut ............................................................................23

BAB III PENUTUP ....................................................................................................27

A. Kesimpulan .....................................................................................................27
B. Saran ...............................................................................................................27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Kurikulum Merdeka yang merupakan upaya untuk pemulihan pembelajaran di


Indonesia, dimana Kurikulum ini dikenal fleksibel, lebih berfokus pada materi esensial
serta pengembangan karakter siswanya.

Karakteristik pengimplementasian kurikulum merdeka, yaitu sebagai berikut:

Pertama, Pembelajaran berbasis proyek untuk pengembangan soft skills dan karakter
sesuai profil pelajar Pancasila. Terdapat 6 Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dapat
guru pilih dalam implementasi P5 di satuan pendidikan sesuai dengan jenjang.

Kedua, Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang
mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi. Salah satu kelemahan
kurikulum sebelumnya yaitu guru maupun siswa mengeluhkan bahwa materi yang harus
disampaikan oleh siswa terlalu padat, yang menyebabkan kurang pahamnya siswa
dalam menerima materi.

Ketiga, Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi


sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks
dan muatan lokal.

Evaluasi Implementasi Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan, dapat dilakukan


dengan memperhatikan beberapa hal berikut ini:

Evaluasi kurikulum pada satuan pendidikan pelaksana Kurikulum Merdeka merupakan


serangkaian kegiatan terencana dan sistematis dalam mengumpulkan dan mengolah
informasi dan data yang valid dan reliabel.

Evaluasi kurikulum pada satuan pendidikan pelaksana Kurikulum Merdeka bertujuan


untuk menguji efektivitas, efisiensi, relevansi, dan kelayakan (feasibility) rancangan dan
implementasi kurikulum dan pembelajaran pada satuan pendidikan pelaksana
Kurikulum Merdeka.

Hasil dari evaluasi Implementasi kurikulum merdeka, nantunya dapat dijadikan


referensi dalam memperbaiki Rapor Pendidikan serta digunakan untuk menentukan

1
tindak lanjut yang sesuai dalam Implementasi kurikulum merdeka kedepannya dalam
Perencanaan Berbasis Data (PBD).

Evaluasi dilakukan terhadap komponen kurikulum pada satuan pendidikan pelaksana


Kurikulum Merdeka, yaitu mulai dari:

~ Struktur kurikulum

~ Capaian pembelajaran

~ Pembelajaran dan asesmen

~ Penggunaan perangkat ajar, dan

~ Kurikulum operasional satuan pendidikan.

Evaluasi pembelajaran pada satuan pendidikan pelaksana Kurikulum Merdeka


dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, dan
dapat melibatkan: Kementerian Agama, dinas pendidikan, komite satuan pendidikan,
dewan pendidikan, dan masyarakat. Satuan pendidikan pelaksana Kurikulum Merdeka
melakukan evaluasi pembelajaran secara mandiri dan berkala. Untuk mengetahui
langkah kedepan dalam pengembangan kurikulum satuan pendidikannya masing-
masing.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asesmen Diagnostik
1. Pengertian Asesmen Diagnostik

Berdasarkan penuturan yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia, asesmen diagnostik merupakan asesmen atau
penilaian yang dilakukan secara spesifik guna mengidentifikasi kompetensi,
kekuatan, dan kelemahan siswa sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai
dengan kompetensi dan kondisi siswa. Kegiatan asesmen perlu dilakukan
berkesinambungan agar guru bisa terus melakukan monitoring setiap
perubahan atau perkembangan siswa. Dengan begitu, guru dapat memperbaiki
bahkan menyempurnakan instrumen pembelajaran yang tepat untuk kegiatan
belajar siswa.

2. Manfaat Asesmen Diagnostik

Asesmen diagnostik bermanfaat bagi siswa, guru, dan kepala sekolah.


Adapun manfaat dari asesmen diagnostik adalah sebagai berikut:

a. Siswa akan mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan


kompetensinya.
b. Memungkinkan siswa untuk bersikap lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
c. Pencapaian siswa dapat meningkatkan.
d. Memudahkan guru dalam menyusun rancangan pembelajaran yang
mengakomodir kompetensi dan kondisi siswa.
e. Guru mendapatkan umpan balik dari siswa pada setiap pembelajaran.

3
3. Jenis-jenis Asesmen Diagnostik

Terdapat dua jenis asesmen diagnostik, yaitu:

a. Asesmen Diagnostik Kognitif

Asesmen diagnostik kognitif merupakan asesmen yang dilakukan di


awal dan akhir pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu
memahami materi yang diajarkan. Asesmen ini dilaksanakan secara rutin pada
saat memulai dan mengakiri pembelajaran, atau bisa juga dikenal dengan
asesmen formatif. Selain itu, asesmen diagnostik kognitif juga bisa
dilaksanakan pada pertengahan atau akhir semester, yang biasa disebut asesmen
sumatif.

b. Asesmen Diagnostik Non-Kognitif

Asesmen diagnostik non-kognitif merupakan asesmen yang dilakukan


untuk mengetahui keadaan psikologi, emosional, dan sosial siswa. Asesmen ini
memang lebih ditujukan untuk menilai kondisi personal seorang siswa. Kondisi
personal merupakan hal penting yang jika tidak ditangani dengan tepat akan
mengganggu pencapaian seorang siswa. Untuk itu, asesmen ini juga tidak kalah
penting dengan asesmen diagnostik kognitif.

4. Tujuan Asesmen Diagnostik

Sesuai dengan jenisnya, tujuan asesmen diagnostik juga dibagi


berdasarkan jenisnya.

a. Tujuan Asesmen Diagnostik Kognitif

 Mengidentifikasi capaian kompetensi siswa.

4
 Merancang pembelajaran sesuai dengan kompetensi rata-rata yang
dimiliki siswa.
 Membentuk kelas remedial yang mampu mengakomodir siswa yang
memiliki capaian di bawah rata-rata.

b. Tujuan Asesmen Diagnostik Non-Kognitif

 Memahami tingkat kesejahteraan psikologi, emosi, dan sosial siswa.


 Mengetahui aktivitas siswa saat sedang belajar di rumah.
 Memahami kondisi keadaan keluarga siswa.
 Memahami latar belakang pergaulan siswa.
 Mengidentifikasi karakter, minat, dan gaya belajar siswa.

5. Tahap Asesmen Diagnostik

Masing-masing jenis asesmen diagnostik memiliki tahapan yang


berbeda karena hasil akhir yang dicapai juga berbeda.

a. Tahap Asesmen Diagnostik Kognitif

1) Tahap Persiapan

 Membuat jadwal pelaksanaan asesmen.


 Mengidentifikasi materi asesmen berdasarkan kompetensi dasar yang telah
disediakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
 Menyusun pertanyaan sederhana dengan format 2 soal sesuai kelasnya
menggunakan materi yang akan dipelajari, 6 soal menggunakan materi satu
kelas di bawah pada semester 1 dan 2, dan 2 soal menggunakan materi dua
kelas di bawah pada semester 2.

5
2) Tahap Pelaksanaan

Tahap ini diisi dengan pengerjaan soal-soal asesmen yang dibuat


guru untuk siswa. Soal ditujukan untuk seluruh siswa, baik yang belajar
secara daring ataupun luring.

3) Tahap Tindak Lanjut

Pada tahap ini, guru akan membuat kebijakan terkait hasil perolehan rata-rata
kompetensi siswa. Berikut adalah beberapa langkahnya:

 Mengolah hasil asesmen.


 Membagi siswa berdasarkan 3 kategori, seperti “paham utuh”, “paham
sebagian”, dan “tidak paham”.
 Menghitung rata-rata kelas. Siswa yang mendapat nilai rata-rata kelas akan
mengikuti pembelajaran sesuai fasenya. Siswa yang mendapat nilai di bawah
rata-rata diberikan pembelajaran khusus pada kompetensi yang dipahami. Dan
untuk siswa yang memiliki nilai di atas rata-rara kelas akan diberikan materi
pengayaan.
 Melakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum
mempelajari topik baru. Penting untuk selalu menyesuaikan kegiatan
pembelajaran dengan rata-rata kemampuan siswa.
 Mengulang proses yang sama pada setiap awal pembelajaran agar siswa
terbiasa menguasai pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa.

c. Tahap Asesmen Diagnostik Non-Kognitif


1) Tahap Persiapan

 Guru menyiapkan alat bantu berupa gambar ekspresi emosi.

6
 Guru membuat daftar pertanyaan kunci seperti “Apa saja kegiatan
yang mendukung semangat belajar saat berada di rumah?” atau
“Adakah hal menyenangkan dan tidak menyenangkan selama kamu
belajar di rumah?”

2) Tahap Pelaksanaan

 Guru memberikan gambar ekspresi emosi kepada siswa.


 Guru meminta siswa untuk mengekspresikan perasaan selama
belajar di rumah secara lisan, tulisan, atau gambar.

d. Tahap Tindak Lanjut

 Mengidentifikasi siswa yang mengekspresikan diri dengan gambar


ekspresi emosi negatif dan mengajak untuk berdiskusi secara
personal.
 Menentukan tindak lanjut yang tepat untuk membantu siswa dan
mengkomunikasikan dengan siswa juga orang tua.
 Mengulang kembali asesmen diagnostik non-kognitif pada awal
pembelajaran.

B. Model Asesmen dalam Kurikulum Merdeka

1. Model Asesmen Diagnostik

Asesmen diagnostik merupakan asesmen kurikulum merdeka yang


secara spesifik berguna dalam rangka melakukan identifikasi terhadap
kompetensi, kekuatan, dan juga kelemahan peserta didik, sehingga pendidik
dapat merancang pembelajaran sesuai dengan kompetensi dan juga kondisi dari
peserta didik. Peserta didik yang perkembangan atau hasil belajarnya paling

7
tertinggal berdasarkan hasil Asesmen Diagnostik, diberikan pendampingan
belajar secara khusus.
Pada implementasinya, salah satu model asesmen kurikulum merdeka ini, bisa
pendidik selenggarakan pada awal tahun ajaran, kemudian pada awal lingkup
materi, pada awal pembelajaran, ataupun sebelum menyusun pembelajaran
secara mandiri. Model asesmen diagnostik terdiri dari asesmen diagnostik non
kognitif yang bertujuan untuk mengetahui kondisi psikologi dan sosial emosi
peserta didik, gaya belajar, aktivitas peserta didik selama belajar dirumah, serta
kondisi keluarga peserta didik.
Selanjutnya terdapat asesmen diagnostik kognitif yang bertujuan untuk
mengidentifikasi capaian kompetensi peserta didik, menyesuaikan
pembelajaran dikelas dengan kom petensi rata-rata peserta didik, memberikan
kelas remedial atau pelajaran tambahan pada peserta didik yang nilainya berada
pada rata-rata bawah. Dalam penyusunannya, asesmen diagnostik memiliki
beberapa teknik yang meliputi tes terlulis, wawancara, observasi, dan juga
praktik. Instrumen asesmen dignostik terdiri dari instrumen soal tes tertulis,
pedoman wawancara, pedoman observasi, dan juga pedoman penilaian praktik.

2. Model Asesmen Formatif

Metode penilaian digunakan untuk menilai pemahaman siswa,


kebutuhan belajar, dan kemajuan dalam proses pembelajaran. Penilaian
formatif memantau pembelajaran siswa dan memberikan umpan balik yang
teratur dan berkelanjutan. Bagi siswa, penilaian formatif bertujuan untuk
membantu siswa mengidentifikasi kekuatan dan untuk pengembangan. Bagi
guru dan sekolah, penilaian formatif dimaksudkan untuk memberikan
informasi tentang tantangan yang dihadapi siswa selama pembelajaran berbasis
proyek sehingga dukungan yang memadai dapat diberikan. Penilaian formatif
dapat diberikan oleh guru, teman atau diri sendiri.

8
Model asesmen formatif pada kurikulum merdeka belajar berguna bagi
pendidik dalam hal mengawasi pembelajaran dari peserta didik, memastikan
perkembangan peserta didik, serta mengecek pemahaman peserta didik. Selain
bermanfaat bagi pendidik, model asesmen ini juga bermanfaat bagi peserta
didik dalam hal melakukan evaluasi pembelajaran terhadap diri sendiri,
membangun pengetahuan, melakukan identifikasi kekuatan serta kelemahan,
juga dapat meningkatkan kemampuan diri.

3. Model Asesmen Sumatif

Metode evaluasi atau asesmen kurikulum merdeka ini dapat pendidik


lakukan pada akhir pelajaran. Penilaian sumatif seringkali dinilai tinggi karena
mempengaruhi nilai akhir siswa, sehingga siswa sering diberikan preferensi
daripada penilaian formal. Umpan balik dari penilaian akhir (ringkasan) ini
dapat digunakan untuk mengukur kemajuan siswa untuk memandu guru dan
sekolah dalam merancang kegiatan mereka untuk proyek berikutnya.
Manfaat model asesmen kurikulum merdeka belajar yang berupa
asesmen sumatif dapat bermanfaat bagi pendidik yang meliputi membantu
pendidik dalam melakukan pengukuran terkait apakah peserta didik telah
memenuhi capaian pembelajaran ataupun sejauh mana peserta didik telah
mencapai akhir dari unit pembelajaran, kemudian juga dapat meningkatkan
proses pembelajaran selanjutnya. Asesmen sumatif juga berguna pada peserta
didik, yakni dalam hal memahami performa di akhir unit pembelajaran,
memahami apakah dirinya sudah memenuhi capaian pembelajaran dan sejauh
mana sudah mencapai akhir dalam unit pembelajaran.

9
C. Model Format Asesmen dalam Kurikulum Merdeka.

1. Pengertian Asesmen Formatif

Penilaian atau asesmen formatif bertujuan untuk memantau dan


memperbaiki proses pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian tujuan
pembelajaran. Sesuai dengan tujuannya, asesmen formatif dapat dilakukan di
awal dan di sepanjang proses pembelajaran. Melalui asesmen ini, guru dapat
mengidentifikasi kebutuhan belajar murid, hambatan atau kesulitan yang
mereka hadapi, serta untuk mendapatkan informasi perkembangan murid.
Informasi tersebut kemudian dijadikan umpan balik baik bagi murid maupun
guru.

2. Manfaat Asesmen Formatif

Asesmen Formatif sangat bermanfaat bagi murid dan guru dalam proses
pembelajaran, yaitu:

a. Bagi murid

Asesmen formatif berguna untuk melakukan refleksi, dengan


memonitor kemajuan belajarnya, tantangan yang dialaminya, serta langkah-
langkah yang perlu ia lakukan untuk meningkatkan terus capaiannya. Hal ini
merupakan proses belajar yang penting untuk menjadi pembelajar sepanjang
hayat.

b. Bagi guru

Asesmen formatif berguna untuk merefleksikan strategi pembelajaran


yang digunakannya, serta untuk meningkatkan efektivitasnya dalam merancang

10
dan melaksanakan pembelajaran. Asesmen ini juga memberikan informasi
tentang kebutuhan belajar muridnya.

Agar asesmen dapat bermanfaat bagi murid dan guru, beberapa hal yang
perlu diperhatilan guru dalam merancang asesmen formatif di antaranya
adalah sebagai berikut:

 Asesmen formatif tidak berisiko tinggi (high stake). Asesmen formatif


dirancang untuk tujuan pembelajaran dan tidak seharusnya
digunakan untuk menentukan nilai rapor, keputusan kenaikan
kelas, kelulusan, atau keputusan-keputusan penting lainnya.
 Asesmen formatif dapat menggunakan berbagai teknik dan/atau
instrumen. Suatu asesmen dikategorikan sebagai asesmen formatif jika
tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas proses belajar.
 Asesmen formatif dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran
yang sedang berlangsung sehingga asesmen formatif dan pembelajaran
menjadi suatu kesatuan.
 Asesmen formatif dapat menggunakan metode yang sederhana,
sehingga umpan balik hasil asesmen tersebut dapat diperoleh dengan
cepat.
 Asesmen formatif yang dilakukan di awal pembelajaran akan
memberikan informasi kepada guru tentang kesiapan belajar murid.
Berdasarkan asesmen ini, guru perlu menyesuaikan/ memodifikasi
rencana pelaksanaan pembelajarannya dan/atau membuat pembelajaran
diferensiasi agar sesuai dengan kebutuhan murid.
 Instrumen asesmen yang digunakan dapat memberikan informasi
tentang kekuatan, hal-hal yang masih perlu ditingkatkan oleh murid,
serta mengungkapkan cara untuk meningkatkan kualitas tulisan, karya,

11
atau performa yang diberi umpan balik. Dengan demikian, hasil
asesmen tidak sekadar sebuah angka.

2. Teknik Asesmen

Setelah tujuan dirumuskan, guru memilih dan/atau mengembangkan


instrumen asesmen yang sesuai. Instrumen asesmen dapat dikembangkan
berdasarkan teknik penilaian yang digunakan oleh guru. Berikut adalah
beberapa contoh teknik asesmen yang dapat diadaptasi untuk
melakukan asesmen formatif maupun sumatif:

a. Observasi

Penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan melalui


pengamatan perilaku secara berkala. Observasi dapat difokuskan untuk
semua murid maupun per individu. Observasi juga dapat dilakukan
dalam tugas atau aktivitas rutin/harian.

b. Kinerja

Penilaian yang menuntut murid untuk mendemonstrasikan dan


mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam berbagai macam konteks
sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Asesmen kinerja dapat berupa
praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, atau membuat
portofolio.

c. Projek

Kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi kegiatan


perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan, yang harus diselesaikan
dalam periode/ waktu tertentu.

12
d. Tes tertulis

Tes dengan soal dan jawaban yang disajikan secara tertulis, untuk
mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan murid. Tes
tertulis dapat berbentuk esai, pilihan ganda, uraian, atau bentuk-bentuk
tes tertulis lainnya.

e. Tes lisan

Pemberian soal/pertanyaan yang menuntut murid untuk menjawabnya


secara lisan, dan dapat diberikan secara klasikal (dilakukan untuk
seluruh kelas/kelompok besar) ketika pembelajaran.

f. Penugasan

Pemberian tugas kepada murid untuk mengukur pengetahuan, serta


memfasilitasi murid memperoleh atau meningkatkan pengetahuan.

g. Portofolio

Kumpulan dokumen hasil penilaian, penghargaan, dan karya murid


dalam bidang tertentu, yang mencerminkan perkembangannya secara
menyeluruh (holistis) dalam kurun waktu tertentu.

D. Penentuan Nilai rapor dalam Kurikulum Merdeka

Pengolahan hasil asesmen dilakukan dengan menganalisis secara


kuantitatif dan/atau kualitatif terhadap hasil asesmen. Hasil asesmen untuk
setiap Tujuan Pembelajaran diperoleh melalui data kualitatif (hasil amatan
atau rubrik) maupun data kuantitatif (berupa angka). Data-data ini diperoleh

13
dengan membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan
kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran, baik pada capaian pembelajaran di
akhir fase, maupun tujuan-tujuan pembelajaran turunannya.
- Mengolah hasil asesmen dalam satu tujuan pembelajaran

Asesmen sumatif dilaksanakan secara periodik setiap selesai satu atau


lebih tujuan pembelajaran. Hasil asesmen perlu diolah menjadi capaian dari
tujuan pembelajaran setiap peserta didik. Pendidik dapat menggunakan data
kualitatif sebagai hasil asesmen tujuan pemeblajaran peserta didik. Namun,
dapat juga menggunakan data kuantitaif dan mendsikripsikannya secara
kualitatif. Pendidik diberi keleluasaan untuk mengolah data kuantitatif, baik
secara rerata maupun proporsional.
- Mengolah capaian tujuan pembelajaran menjadi nilai akhir
Capaian tujuan pembelajaran peserta didik menjadi bahan yang diolah
menjadi nilai akhir mata pelajaran dalam kurun waktu pelaporan (biasanya
satu semester). Untuk mendapatkan nilai akhir mata pelajaran tersebut, data
kuantitatif langsung diolah, sedangkan untuk deskripsi, pendidik dapat
memberikan penjelasan mengenai kompetensi yang sudah dikuasai peserta
didik, mana kompetensi yang belum dikuasai, dan dapat ditambahkan tindak
lanjut secara ringkas bila ada. Penting untuk diperhatikan bahwa pendidik
tidak mencampur penghitungan dari hasil asesmen formatif dan sumatif
karena asesmen formatif dan sumatif memiliki fungsi yang berbeda.
Asesmen formatif bertujuan untuk memberikan umpan balik pada proses
sehingga asesmen formatif bukan menjadi penentu atau pembagi untuk nilai
akhir. Dalam mengolah dan menentukan hasil akhir asesmen sumatif,
pendidik perlu membagi asesmennya ke dalam beberapa kegiatan asesmen
sumatif agar peserta didik dapat menyelesaikan asesmen sumatifnya dalam
kondisi yang optimal (tidak terburu-buru atau tidak terlalu padat). Untuk

14
situasi ini, nilai akhir merupakan gabungan dari beberapa kegiatan asesmen
tersebut.

Pengolahan Hasil Asesmen untuk Rapor


Pengolahan hasil asesmen dilakukan dengan memanfaatkan hasil
formatif dan sumatif. Terdapat 2 jenis data, yaitu data hasil asesmen yang
berupa angka (kuantitatif) serta data hasil asesmen yang berupa narasi
(kualitatif). Pengolahan hasil asesmen dalam bentuk angka (kuantitatif)
didasarkan hanya pada hasil asesmen sumatif, sementara asesmen formatif
sebagaimana diuraikan sebelumnya, berupa data atau informasi yang bersifat
kualitatif, digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan pembelajaran
sekaligus sebagai bahan pertimbangan menyusun deskripsi capaian
kompetensi setiap peserta didik.

Contoh Pengolahan Nilai Rapor:

15
Pelaporan Hasil Belajar

Pelaporan hasil penilaian atau asesmen dituangkan dalam bentuk


laporan kemajuan belajar, yang berupa laporan hasil belajar, yang disusun
berdasarkan pengolahan hasil Penilaian. Laporan hasil belajar paling sedikit
memberikan informasi mengenai pencapaian hasil belajar peserta didik. Pada
PAUD, selain memuat informasi tersebut, laporan hasil belajar juga memuat
informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak. Satuan
pendidikan perlu melaporkan hasil belajar dalam bentuk rapor.
Sebagaimana diuraikan pada prinsip asesmen di atas, laporan hasil belajar
hendaknya bersifat sederhana dan informatif, dapat memberikan informasi
yang bermanfaat dan kompetensi yang dicapai, serta strategi tindak lanjut
bagi pendidik, satuan pendidikan dan orang tua untuk mendukung capaian
pembelajaran.
Pada PAUD, laporan hasil belajar dapat juga ditambahkan informasi
tentang tumbuh kembang anak. Dalam format laporan terakhir, selain
laporan ketercapaian CP, ada juga informasi tentang tinggi dan berat badan
anak, kepemilikan NIK serta refleksi orang tua tentang perkembangan anak.
Rapor peserta didik PAUD minimal meliputi komponen:

1. Identitas peserta Didik,


2. Nama satuan pendidikan,
3. Kelompok usia,
4. Semester,
5. perkembangan dan pertumbuhan anak,
6. Deskripsi perkembangan capaian pembelajaran, dan
7. Refleksi orang tua.
8. Identitas peserta didik,
9. Nama satuan pendidikan,

16
10. Kelas,
11. Semester,
12. Mata pelajaran,
13. Nilai,
14. Deskripsi,
15. Catatan guru,
16. Presensi, dan
17. Kegiatan ekstrakurikuler.
Komponen rapor peserta didik SD/MI, SMP/ MTs, SMA/MA, dan
SMK/MAK atau sederajat minimal memuat informasi mengenai:

Pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK atau sederajat, satuan


pendidikan dan pendidik memiliki keleluasaan untuk menentukan deskripsi dalam
menjelaskan makna nilai yang diperoleh peserta didik. Satuan pendidikan memiliki
keleluasaan untuk menentukan mekanisme dan format pelaporan hasil belajar
kepada orang tua/wali. Pelaporan hasil belajar disampaikan sekurang-kurangnya
pada setiap akhir semester. Di samping itu, satuan pendidikan menyampaikan rapor
peserta didik secara berkala melalui e-rapor/dapodik.

Terdapat 3 opsi dalam menyusun deskripsi capaian kompetensi pada rapor,


ketiga opsi tersebut sebagai berikut :

1. Penyusunan deskripsi berdasarkan Capaian Pembelajaran

2. Penyusunan deskripsi berdasarkan Alur Tujuan Pembelajaran

3. Penyusunan deskripsi mengambil dari poin-poin penting dari materi yang


sudah diberikan

17
Contoh Rapor SD

Catatan :

1. Format rapor di atas dapat disesuaikan berdasarkan struktur kurikulum


masing-masing jenjang.

2. Deskripsi capaian kompetensi peserta didik berisi informasi tentang


kompetensi yang sudah dicapai dan kompetensi yang perlu ditingkatkan.
Deskripsi ditulis menggunakan kalimat positif dan memotivasi.

Untuk melengkapi pelaporan, satuan pendidikan dapat juga menambahkan


bentuk laporan lainnya, seperti portofolio, diskusi/konferensi, pameran karya, dan
skill passport.
- Portofolio

18
Portofolio bertujuan untuk melihat perkembangan belajar peserta didik melalui
dokumentasi hasil karya peserta didik. Isi portofolio adalah hasil karya yang dipilih
oleh peserta didik berdasarkan hasil diskusi dengan pendidik. Portofolio juga perlu
dilengkapi refleksi pendidik dan peserta didik terhadap pencapaian pembelajaran
selama ini.

- Diskusi/Konferensi

Diskusi/konferensi bertujuan untuk berbagi informasi capaian hasil belajar antara


pendidik, peserta didik, dan orang tua. Diskusi/konferensi dapat dilakukan dalam
suasana formal maupun informal.
- Pameran Karya

Pameran karya berperan sebagai bentuk perayaan proses belajar dan juga sebagai
asesmen sumatif. Dalam pelaksanaan pameran karya, orang tua, komunitas sekolah,
peserta didik dan pendidik dari sekolah lain dapat diundang untuk saling belajar dan
mendapatkan umpan balik dari audiens yang lebih luas.

- Skill Pasport

Skill passport merupakan catatan kompetensi yang dikuasai selama peserta didik
belajar di SMK dan dunia kerja. Skill passport memudahkan peserta didik, pendidik,
dan dunia kerja untuk menerapkan pengendalian berbasis identitas melalui catatan
uji kompetensi yang dapat diverifikasi

Mekanisme Kenaikan Kelas dan Kelulusan

Satuan pendidikan memiliki keleluasaan untuk menentukan kriteria


kenaikan kelas. Penentuan kenaikan kelas dilakukan dengan mempertimbangkan
laporan kemajuan belajar yang mencerminkan pencapaian peserta didik pada
semua mata pelajaran dan ekstrakurikuler serta prestasi lain selama 1 (satu) tahun

19
ajaran. Untuk menilai pencapaian hasil belajar peserta didik sebagai dasar
penentuan kenaikan kelas dapat berdasarkan penilaian sumatif. Penilaian
pencapaian hasil belajar peserta didik untuk kenaikan kelas dilakukan dengan
membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kriteria
ketercapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran terdiferensiasi sesuai tahap
capaian peserta didik menjadi salah satu praktik yang dianjurkan dalam Kurikulum
Merdeka. Penggunaan fase dalam Capaian Pembelajaran adalah salah satu alasan
mengapa peserta didik dapat terus naik kelas bersama teman- teman sebayanya
meskipun ia dinilai belum sepenuhnya mencapai kompetensi yang ditetapkan
dalam Capaian Pembelajaran di fase sebelumnya atau tujuan pembelajaran yang
ditargetkan untuk dicapai pada kelas tersebut. Ilustrasi berikut diharapkan dapat
menjelaskan bagaimana proses belajar dalam suatu fase dan lintas fase dapat
berjalan seiring dengan kenaikan kelas.

Apabila terdapat tujuan pembelajaran pada mata pelajaran tertentu yang


tidak tercapai sampai saatnya kenaikan kelas, maka pada rapor peserta didik
tersebut dituangkan nilai aktual yang dicapai dan dideskripsikan bahwa peserta
didik tersebut masih memiliki tujuan pembelajaran yang perlu ditindaklanjuti di
kelas berikutnya. Dalam proses penentuan peserta didik tidak naik kelas, perlu
dilakukan musyawarah dan pertimbangan yang matang sehingga opsi tidak naik
kelas menjadi pilihan paling akhir apabila seluruh pertimbangan dan perlakuan
telah dilaksanakan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa tinggal kelas tidak
memberikan manfaat signifikan untuk peserta didik, bahkan cenderung
memberikan dampak buruk terhadap persepsi diri peserta didik (Jacobs & Mantiri,
2022; OECD, 2020; Powell, 2010). Di berbagai negara, kebijakan tinggal kelas
secara empiris tidak meningkatkan prestasi akademik peserta didik, terutama yang
mengalami kesulitan belajar. Dalam survei PISA 2018, skor capaian kognitif peserta
didik yang pernah tinggal kelas secara statistik lebih rendah dibandingkan mereka
yang tidak pernah tinggal kelas (OECD, 2021). Hal ini menunjukkan bahwa

20
mengulang pelajaran yang sama selama satu tahun tidak membuat peserta didik
memiliki kemampuan akademik yang setara dengan teman-temannya, melainkan
tetap lebih rendah. Hal ini dimungkinkan karena yang dibutuhkan oleh peserta didik
tersebut adalah pendekatan atau strategi belajar yang berbeda, bantuan belajar yang
lebih intensif, waktu yang sedikit lebih panjang, namun bukan mengulang seluruh
pelajaran selama setahun.

Dalam hal terjadi kasus luar biasa, jika terdapat banyak mata pelajaran yang
tidak tercapai oleh peserta didik dan/atau terkait isu sikap dan karakter peserta
didik, maka satuan pendidikan dapat menetapkan mekanisme untuk menetapkan
peserta didik tidak naik kelas. Namun demikian, keputusan ini sebaiknya
dipertimbangkan dengan sangat hati-hati mengingat dampaknya terhadap kondisi
psikologis peserta didik. Selain itu, tinggal kelas juga memberatkan secara
ekonomi. Hasil tes PISA 2018 menunjukkan bahwa di berbagai negara, mayoritas
siswa yang pernah tidak naik kelas adalah siswa dari keluarga kelas menengah ke
bawah (OECD, 2020). Ketika mereka tinggal kelas, biaya untuk mengulang satu
tahun belajar memberatkan keluarga sehingga mereka semakin rentan putus
sekolah. Dengan demikian, kebijakan tidak naik kelas adalah kebijakan yang tidak
efisien. Peserta didik harus mengulang semua mata pelajaran untuk jangka waktu
satu tahun penuh, padahal mungkin bukan itu yang menjadi kebutuhan belajar
mereka. Berikut ini adalah contoh- contoh isu yang biasanya menjadi faktor
pendorong keputusan tidak naik kelas, serta alternatif solusi yang lebih sesuai
dengan perkembangan dan kesejahteraan (well-being) peserta didik.

Mekanisme Kelulusan

Untuk menilai pencapaian hasil belajar peserta didik sebagai dasar kelulusan
dapat berdasarkan penilaian sumatif, yang dapat dialkukan dalam bentuk tes tulis,
tugas untuk performa, portofolio, atau kombinasi. Penilaian pencapaian hasil

21
belajar peserta didik untuk kelulusandilakukan dengan membandingkan
pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kriteria ketercapaian tujuan
pembelajaran. Penilaian sumatif yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
dilaksanakan pada semester ganjil dan/atau semester genap pada akhir jenjang
dengan mempertimbangkan capaian kompetensi lulusan.

Seperti halnya kenaikan kelas, penentuan kelulusan ditentukan oleh satuan


pendidikan. Penentuan kelulusan dari satuan pendidikan dilakukan dengan
mempertimbangkan laporan kemajuan belajar yang mencerminkan pencapaian
peserta didik pada semua mata pelajaran dan ekstrakurikuler serta prestasi lain pada:

a. kelas V dan kelas VI untuk sekolah dasar atau bentuk lain yang sederajat;
dan
b. setiap tingkatan kelas untuk sekolah menengah pertama atau bentuk lain
yang sederajat dan sekolah menengah atas atau bentuk lain yang sederajat.

Catatan:

• Untuk PAUD tidak memiliki evaluasi untuk kelulusan, tetapi diharapkan anak
yang telah menyelesaikan fase pondasi (PAUD) dapat mencapai profil peserta
didik yang tergambar dalam STPPA.
• Pendidik perlu memonitor dan mengkomunikasikan sepanjang proses
pembelajaran dan bukan hanya di akhir semester/tahun, misalnya terhadap
permasalahan kehadiran, seharusnya tidak diketahui di akhir tahun; namun
sudah ada intervensi sebelumnya.
• Kenaikan kelas/kelulusan bukan menjadi hukuman bagi siswa. Pendidik
bekerja sama dengan orangtua untuk mendeteksi permasalahan di sepanjang
proses pembelajaran. Dengan demikian jika ditemui permasalahan, maka dapat
segera diatasi dan diberikan intervensi.
• Pendidik menggunakan umpan balik/refleksi untuk mengetahui dan

22
menentukan strategi untuk membantu peserta didik yang mengalami
ketertinggalan pada sepanjang proses pembelajaran.

E. Refleksi danTindak Lanjut

Pembelajaran danAsesmen

Asesmen tanpa umpan balik hanyalah data administratif yang kurang


bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran dan asesmen. Hasil asesmen
peserta didik pada periode waktu tertentu dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi
pendidik untuk melakukan refleksi dan evaluasi.

Refleksi Diri

Pendidik perlu melakukan refleksi diri terhadap perencanaan dan pelaksanaan


pembelajaran dan asesmen yang telah dilakukan. Pendidik yang bersangkutan
perlu melakukan refleksi paling sedikit satu kali dalam satu semester. Dalam
melakukan refleksi diri terhadap proses perencanaan dan proses pembelajaran,
pendidik dapat menggunakan pertanyaan- pertanyaan berikut untuk membantu
melakukan proses refleksi:

1. Apa tujuan saya mengajar semester/tahun ini?


2. Apa yang saya sukai dari proses belajar mengajar semester/tahun ini.

Refleksi Sesama Pendidik

Penilaian oleh sesama pendidik merupakan asesmen oleh sesama pendidik atas
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik yang
bersangkutan. Hal ini ditujukan untuk membangun budaya saling belajar,
kerjasama Asesmen terhadap perencanaan pembelajaran dapat dilakukan dengan
cara (Permendikbud Nomor 16 Tahun 2022):

23
1. Refleksi diri terhadap perencanaan dan proses pembelajaran
2. Refleksi diri terhadap hasil asesmen yang dilakukan oleh sesama
Pendidik, kepala Satuan Pendidikan, dan/atau Peserta Didik
3. Aspek/hal apa dalam pengajaran dan asesmen yang berhasil?
4. Aspek/hal apa dalam pengajaran dan asesmen yang perlu peningkatan?
5. Apa yang perlu saya lakukan tahun ini untuk hal yang lebih baik tahun
depan?
6. Apa saja tantangan terbesar yang saya hadapi dalam semester/tahun ini?
7. Bagaimana cara saya mengatasi tantangan- tantangan tersebut?

Pertanyaan-pertanyaan ini dapat ditambah dan dikembangkan sendiri sesuai


dengan kebutuhan. Selain untuk refleksi diri, pertanyaan ini juga dapat digunakan
oleh sesama pendidik dan kepala sekolah. Sebagaimana refleksi diri, refleksi sesama
pendidik dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu semester.

Berikut adalah tiga hal yang dapat dilakukan oleh sesama peserta didik:

1. berdiskusi mengenai proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran


(dapat menggunakan/ menyesuaikan pertanyaan untuk refleksi diri)
2. mengamati proses pelaksanaan pembelajaran

3. melakukan refleksi terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

Refleksi oleh Kepala Sekolah

Penilaian oleh kepala sekolah bertujuan untuk:

- membangun budaya reflektif


merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendorong terjadinya refleksi atas
proses pembelajaran secara terus menerus dan menjadi bagian yang menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran itu sendiri.

24
- memberi umpan balik yang konstruktif

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh kepala Satuan Pendidikan untuk memberi
masukan, saran, dan keteladanan kepada pendidik untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.

Kepala sekolah dapat memfasilitasi Pendidik dalam proses refleksi. Dengan


mengadakan diskusi tentang apa yang perlu dilakukan sekolah untuk membantu
proses Pembelajaran. Kepala Sekolah dapat pula memberikan pertanyaan-
pertanyaan pemantik untuk peningkatan kualitas pembelajaran dan asesmen.
Kepala sekolah dapat juga secara acak masuk untuk observasi untuk melihat
langsung proses pembelajaran di dalam kelas.

Pada saat Pengawas melakukan kunjungan, diharapkan dapat mendampingi


Pendidik dalam melakukan refleksi. Refleksi ini bisa dalam bentuk refleksi dialogis
dan bersifat non-judgmental. Dengan kata lain, guru diajak berdialog dan berpikir
terbuka namun tanpa harus menghakimi atau menyalahkan. Dalam proses refleksi,
Pengawas tidak dianjurkan meminta laporan administrasi yang membebani
Pendidik.

Refleksi oleh Peserta Didik

Penilaian oleh peserta didik bertujuan untuk:


1. membangun kemandirian dan tanggung jawab dalam proses pembelajaran dan
kehidupan sehari-hari

2. membangun budaya transparansi, objektivitas, saling menghargai, dan


mengapresiasi keragaman pendapat dalam menilai proses pembelajaran
3. membangun suasana pembelajaran yang partisipatif dan untuk memberi
umpan balik kepada pendidik dan peserta didik; dan
4. melatih peserta didik untuk mampu berpikir kritis.

25
Dalam pelaksanaannya pendidik dapat membuat questioner yang dapat
memberikan informasi tentang evaluasi perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran. Kegiatan refleksi ini paling sedikit dilakukan satu kali dalam satu
semester. Setelah Pendidik melakukan refleksi dan mendapatkan masukan dari
sesama pendidik, kepala sekolah, pengawas/penilik, dan peserta didik; pendidik
kemudian menyusun rencana perbaikan-perbaikan kualitas pembelajaran. Dengan
demikian Pendidik akan terus meningkatkan kualitas pengajaran yang bermuara
pada kualitas/mutu peserta didik.

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Evaluasi kurikulum pada satuan pendidikan pelaksana Kurikulum Merdeka


merupakan serangkaian kegiatan terencana dan sistematis dalam mengumpulkan dan
mengolah informasi dan data yang valid dan reliabel.

Evaluasi kurikulum pada satuan pendidikan pelaksana Kurikulum Merdeka


bertujuan untuk menguji efektivitas, efisiensi, relevansi, dan kelayakan (feasibility)
rancangan dan implementasi kurikulum dan pembelajaran pada satuan pendidikan
pelaksana Kurikulum Merdeka.

Evaluasi dilakukan terhadap komponen kurikulum pada satuan pendidikan


pelaksana Kurikulum Merdeka, yaitu mulai dari: Struktur kurikulum, Capaian
pembelajaran, Pembelajaran dan asesmen, Penggunaan perangkat ajar, dan Kurikulum
operasional satuan pendidikan.

B. Saran

Dengan mengetahui evaluasi dalam kurikulum merdeka dapat membantu kepala


sekolah dan guru dalam melaksanakan kurikulum merdeka di sekolahnya masing –
masing dan diterapkan sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh
Kemendikbud.

27
DAFTAR PUSTAKA

Anggraena, Yogi, dkk (2022) Panduan Pembelajaran dan Asesmen : Jakarta


Anhusadar, L.O. (2013). Asesmen dalam Pendidikan Anak. Jurnal Al Ta’dib, 6 (1), 58
– 70

Arumsari, A. D., Putri, V. M., Noratama, U., & Dini, A.U. (2020). Asesmen
Perkembanga Anak 1.4 (1), 154 – 160

https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2022/06/Panduan-
Pembelajaran-dan-Asesmen.pdf

28

Anda mungkin juga menyukai