LANDASAN.TEORI
A. Defenisi Implementasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia implementasi
diartikan dengan pelaksanaan atau penerapan. Biasanya kata
implementasi berkaitan dengan sebuah aktivitas yang
dilakukan untuk tercapainya suatu tujuan. Salah satu cara
untuk merealisasikan suatau sistem kinerja adalah
implementasi, tanpa adanya implementasi konsep yang
dirancang tidak akan pernah tercapai dan berjalan sesuai
harapan, oleh karena itu dalam merencanakan sesuatu yang
menghasilkan kinerja yang baik, implementasi sangat
dibutuhkan.
Dalam kamus Websitester, Meringkas secara singkat
bahwa implementasi berarti menyediakan sarana untuk
carringout (sarana yang disediakan), memberi efek praktis
(menimbulkan dampak pada sesuatu). Pengertian tersebut
memiliki arti dimana implementasi adalah pelaksanaan yang
harus disertai dengan fasilitas pendukung yang dapat
berdampak pada pelaksanaannya.
Agustino (2010: 139) menjelaskan implementasi
merupakan sebuah proses yang aktif, yang didalamnya
adalah kebijakan dalam menjalankan suatu aktivitas dan
pada akhirnya tujuan atau sasaran kebijakan tersebut dapat
memperoleh hasil yang sesuai dengan kinerja yang
dilakukan, oleh karena itu dalam rangka melaksanakan
12
tujuan dan sasaran pelaksanaan harus disiapkan dengan
cermat.
Proses implementasi biasanya dilakukan setelah
perencanaan. Implementasi juga diartikan sebagai suatu
kegiatan yang bersumber dari bahasa inggris Implement yang
artinya pelaksanaan (Elmuyasa, 2013: 56) Guntur Setiawan
mengemukakan, pelaksanaan adalah mengembangkan
kegiatan untuk menyesuaikan proses interaksi antara tujuan
dan tindakan untuk pencapaian sesuai kebutuhan dalam
jaringan pelaksanaan birokrasi yang efektif (Guntur
Setiawan, 2004: 39).
Implementasi ialah suatu kegiatan yang terencana yang
telah tersusun secara terstruktur, tidak sekedar aktifitas dan
dilakukan secara benar yang berlandaskan asas-asas spesifik
untuk tercitanya suatu kegiatan. Oleh sebab itu,
impelementasi dipengaruhi oleh objek lainnya yaitu
kurikulum dan tidak berdiri sendiri. Proses penerapan ide
merupakan implementasi dari kurikulum dengan program
terstruktur dan diharapkan masyarakat bisa menerimanya
dan dapat melakukan perubahan memperoleh hasil yang
diharapkan.
Sebagai seorang pendidik, guru juga harus
memperhatikan perubahan dan perperkembangan jiwa dan
tingkah laku peserta didik jangan sampai jauh dari syriat
Islam. Tanpa meperhatikan perubahan serta mengetahui
perubahan jiwa atau tingkat laku, daya serap peserta didik,
guru akan sulit menadapatkan hal-hal positif sesuai yang
diharapkan untuk dapat mencapai kesuksesan dalam
pembelajaran.
Sebagaimana Firman Allah SWT, dalam surah al-Naḥl
ayat 125 yaitu:
ُۚ ۡ ِ ۡ ِ ِۖ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ
ك بِٱۡلِك ىم ِة ىوٱل ىموعِظىِة ٱۡلى ىسنىِة ىو ٰىجدۡلُم بِٱلَِِّت ه ىي أىح ىس ُن إِ َّن ىربَّ ى
ك ُه ىو ٱدعُ إِ ى َٰل ىسبِ ِيل ىربِ ى
َّاس ىما نُ ِزىل اِلىْي ِه ْم ىولى ىعلَّ ُه ْم يىتى ىف َّك ُرْو ىن
ِ ّي لِلن ِ ِ واىنْزلْنآ اِلىي
ك الذ ْكىر لتُبىِ ى
ى ىى ْ ى
Artinya: “Sudah kami turunkan kepadamu Al-
Quran, biar kalian bisa menerangkan pada segala umat
apa yang sudah diturunkan kepada mereka serta
mengupayan agar mereka bisa memikirkannya”. (Q.S
An-Nahl:44)
Penjelasan dalam surah An-Nahl dapat dikaitkan
dengan masalah implementasi media pembelajaran
berbasis digital, dan sebagai seorang pendidik sudah
menjadi tutuntan untuk tetap mengawasi peningkatan
jiwa dan akhlak peserta didik, jangan sampai peserta
didik lepas kontrol dan terpengeruh kepada hal-hal yang
membuat mereka semakin jauh dari agama karena faktor
inilah yang nantinya akan menjadi maksud dari media
pembelajaran.
Pengertian dasar literasi adalah proses menulis,
membaca, berkomunikasi, mendengar, menghayalkan,
dan menfokuskan penglihatannya dalam teknik
membaca yang melibatkan proses kognitif, linguistik,
dan aktivitas sosial. Literacy dapat didefenisikan
sebagai kemampuan tulis baca. Dalam literasi juga
mengikut sertakan serangkaian pembelajaran yang
memotivasi individu untuk meluaskan pengetahuan dan
potensi yang dimilikinya, dan turut serta penuh dalam
masyarakat luas yang pastinya mengandalkan akal dan
fikiran yang sehat karena orang yang memiliki literasi
adalah orang yang mempunyai akal atau sering disebut
ulul albab. Sebagaimana dijelaskan dalam Firman Allah
SWT surat Yusuf ayat 111
ِِۗ وَل ْاّلىلْبى
اب ىما ىكا ىن ىح ِديْثًا يُّ ْف ى َٰتى ىوٰلكِ ْن ِ ُص ِه ْم عِ ْْبةٌ ِّل
ِ لى ىق ْد ىكا ىن ِِف قىص
ْ ى
ى
صْي ىل ُك ِل ىش ْي ٍء َّو ُه ًدى َّوىر ْْحىةً لِىق ْوٍم يُّ ْؤِمنُ ْو ىن
ِ تىص ِديق الَّ ِذي بّي ي ىدي ِه وتى ْف
ْ ْ ى ْ ىْ ى ى ْ ى
Artinya: “Terlihat, pada kisah- kisah itu ada pelajaran
untuk orang yang mempunyai pemikiran .( Al- Quran)
itu tidaklah cerita yang direkayasa, namun
membenarkan ( kitab- kitab) yang tadinya menarangkan
sesuatu, serta ( selaku) petunjuk serta rahmat untuk
orang- orang yang beriman”.
Dari penjelasan ayat diatas menceritakan orang
yang mempunyai akal dan fikiran adalah orang-orang
yang mampu berfikir kritis, dengan cara merenungi
hingga dapat membuat keputusan untuk mengambil
pembelajaran dan mamfaat dari apa yang telah
diketahuinya berdasarkan pemikirannya.
Orang yang mempunyai akal akan senantiasa tekun
dalam mencari ilmu, mampu mebedakan yang benar dan
yang salah, kritis dalam menentukan tindakan,
menimbang-nimbang ucapan, dan bersedia mentranfer
ilmunya keorang lain. Dalam hal ini sejalan dengan
peran literasi digital, yang mampu membawa pelakunya
menju kecakapan dalam menemukan, mengevaluasi, dan
memanfaatkannya secara bijak.
Digital berasal dari kata digitus, didalam bahasa
Yunani bisa diatikan jari- jemari. Jari- jemari individu
apabila dihitung, hingga akan berjumlah 10 (sepuluh).
Nilai 10( sepuluh) terdiri dari 2 radix, ialah 1 dan 0.
Berarti digital ialah cerminan sesuatu keadaan bilangan
yang terbilang dari angka 0 serta 1 ataupun off serta on
(sistem bilangan biner, bisa pula disebut dengan bit (
Binary Gigit).
Mula-mula Paul Glister mendefenisikan sebutan
literasi digital didalam bukunya yang berjudul ( Glister,
1997 dalam Riel, et. 2012: 3). P Glister menarangkan
literasi digital yang merupakan ktrampilan dalam
mengaplikasikan technology and information fitur
digital secara baik serta efesien diberbagai keperluan
semacam dibidang pembelajaran serta karir dalam
kehidupan tiap hari. Komentar Glister tersebut seolah
memperluas penafsiran media digital yang aslinya terdiri
dari bermacam berbagai wujud data semacam audio,
foto, vidio serta contet.
Williams (1999), merumuskan literasi digital “a
large collection of computers in networks that are tied
together so that many users can share their vast
resources”. Maksud dari pernyataan yang dikemukakan
adalah William pembelajaran digital termasuk bagian
perangkat keras (infrastruktur) yang termasuk perangkat
komputer yang ada kaitan antara satu perangkat dengan
perangkat yang lain dan mempunyai fasilitas untuk
mentransfer data, seperti contet, pesan, vidio, dan
gambar.
Kemudian Bawden (2001) menebar apresiasi baru
terhadap literasi digital yang lahir dari berkembangnya
literasi komputer di tahun 1980-an ketika
mikrokomputer semakin banyak digunakan oleh banyak
orang, bukan hanya dalam dunia bisnis, di lingkungan
masyarakat juga telah berkembang. Literasi informasi
telah berkembang pada tahun 1990-an ketika itu
informasi tidak sulit untuk diakses dan dikembangkan
melalui teknologi informasi dan komunikasi dalam
jaringan. Bawden (2001) telah menyusun konsep literasi
digital yang lebih komprehensif pada literasi pada
penggunaan komputer. Bawden menyebutkan bahwa
literasi digital menyangkut beberapa aspek.
Berikut ini beberapa aspek literasi digital
1) Aplikasi dari pengetahuan yaitu pemahaman dalam
mencari informasi dari sumber-sumber yang
terpercaya.
2) Pemahaman dalam mengemas informasi yang di
dalamnya termasuk informasi berfikir kritis dan
menganalisa informasi dengan mewaspadai
keabsahan data dan kelengkapan sumber informasi
yang diakses dari internet.
3) Kecakapan dalam memahami bacaan dan
menganalisa materi-materi informasi yang secara
langsung tidak berurutan (non squential) dan
dinamis.
4) Menyadari akan pentingnya media pembelajaran
dan memadukannya dengan perangkat
pembelajaran yang terkoneksi terkoneksi dengan
internet
5) Kesadaran dalam menggunakan internet untuk
mengakses jaringan sosial sebagai sumber rujukan
6) Penggunaan dalam menyaring informasi- informasi
kekenian.
7) Merasakan kenyamanan dan mempunyai akses
supaya dapat dikomunikasikan dan dipublikasikan
informasi-informasi yang relevan.
Berdasarkan defenisi diatas digital literacy adalah
minat, sikap, dan potensi seseorang dalam
mengaplikasikan digital technology and communication
tools seperti smartphones, tablets, laptops and desktop
PCs agar dapar mengakses, mengorganisasikan,
menganalisa dan mengevaluasikan informasi,
membentuk pengetahuan baru, dengan berkreasi dan
selalu dapat terhubung dengan orang lain sehingga dapat
melibatkan diri secara aktif.
Menurut Martin (2005) digital literacy adalah
kompetensi dalam menemukan, mengerjakan,
menghasilkan, dan menghubungkan informasi,
menyadari sikap dan potensi seseorang dalam
mengaplikasikan perangkat digital dengan tepat dan
bijak dalam menemui, accsess, mengelola,
mengintegrasikan, mengevaluasi, analyze, dan
memadukan sumber daya digital, membangun
pengetahuan baru, menciptakan ekspresi mediadan
dapat berkomunikasi dengan orang lain dalam waktu
yang bersamaan, dalam konteks bisa disesuaikan dengan
kondisi tertentu, secara berurutan untuk memungkinkan
tindakan sosial yang konstruktif; ”(Martin, 2005, hlm.
135–136).
Menurut Frau-Meigs, O’Neill, Soriani, & Tomé
(2017) dengan berkembangnya literasi digital secara
pribadi ada manfaat profesional, keterampilan sosial dan
bukan hanya sekedar opsional akan tetapi yang
terpenting adalah komponen kewarganegaraan.
Menurut Alt D & Raichel (2018) keterampilan digital
meliputi membaca dan menulis, berbicara dan
mendengarkan, mengetahui teknologi baru, melihat
contet komunikasi visual secara kritis, dan kemampuan
untuk membuat pesan menggunakan berbagai macam
teknologi (Alt & Raichel, 2018). Pesan atau teks terdiri
dari mode ekspresi dan komunikasi yang menggunakan
sistem simbol: bahasa, gambar, desain grafis, ikon,
suara, musik, dan lain sebagainya (Hobbs, 2011).
Keterampilan ini mungkin merangsang keingintahuan
dan kreativitas, membantu meningkatkan pemahaman,
memperluas pemikiran kritis, dan mengembangkan
penilaian dan keterampilan (Horton, 2007).
Menurut Azevedo R., Moos, D. C., Greene, J. A.,
Winters, F. I., & Cromley, J. G. (2008) mendefenisikan
lingkungan digital merupakan lingkungan hypermedia
(perpaduan antara teks, gambar, grafik, bunyi, animasi,
vidio, musik dan lain-lain. Dalam hal ini peserta didik
akan terkendala dalam menggabungkan representasi
informasi yang berbeda di hypermedia kalau tidak
faham dalam mengaplikasikannya.
Menurut penulis, literasi digital berkaitan dengan
sikap dan potensi individu dalam penggunaan teknologi
digital dan alat komunikasi untuk mengakses,
mengelola, membuat dan berkomunikasi dengan orang
lain agar dapat berpartisipasi secara efektif. Sebagai
seorang pendidik, memungkin para guru untuk
membekali pembelajaran digital dengan keterampilan
kognitif yang diperlukan untuk mengetahui informasi,
seperti; pemecahan masalah, pemikiran kritis, dan
kreativitas, ketekunan keingin tahuan dan inisiatif
(Passig, 2000 dalam Eyal, 2012).
Dari defenisi diatas penulis sependapat dengan
Martin (2005) yang menyatakan literasi digital adalah
kompetensi seseorang dalam menemukan, mengerjakan,
menghasilkan, dan menghubungkan informasi,
kesadaran, sikap dan kemampuan individu dalam
menggunakan perangkat digital dengan tepat dan untuk
dapat menemukan, mengakses, mengelola,
mengintegrasikan, mengevaluasi, menganalisis, dan
mensintesis sumber daya digital, membangun
pengetahuan baru, menciptakan ekspresi media, dan
dapat berkomunikasi dengan orang lain, dalam konteks
situasi dan kondisi tertentu. Situasi yang dimaksud
seperti dimasa pandemi yang kita rasakan saat ini yang
sistim pembelajarannya dilaksanakan secara daring
dengan menggunakan media pembelajaran berbasis
digital.
2. Komponen Literasi Digital
Dengan hadirnya industri berbasis online tidak
hanya sekedar menguasai ilmu komputer, namun
teknologi mobile sudah menjadi endemik (mewabah)
dan hampir seluruh masyarakat diluar maupun didalam
negeri dapat terkoneksi secara online. Pendidikan di
Indonesia juga diharuskan agar dapat melakukan
transformasi agar lebih maju menuju Revolusi Industri
4.0 melalui penggunaan teknologi pembelajaran
berbasis digital.
Semakin canggihnya perkembangan dunia
didalamnya harus mengedepankan SDM (sumbe rdaya
manusia) yang faham dalam menyaring berita yang
didapat dengan cermat untuk memenuhi keperluannya.
Adapun unsur penting digital literacy diantaranya
information literacy yaitu keterampilan dalam
menggunakan informasi secara baik dan bijak dalam
proses searching informasi, penggunaan sampai
pemahaman informasi yang diperoleh untuk kebutuhan
individual maupun untuk disebarluaskan (Hasugian, J,
2008: 34–44) .
Sukono juga mendukung pendapat tersebut yang
dijelaskan dalam Seminar Nasional IKA UNY11 dalam
menggunakan teknologi digital dibutuhkan kemampuan
digital untuk mengerjakan berbagai tugas, dan
meningkatkan keterampilan guru maupun peserta didik
untuk menghadapi dan berevolusi dengan
perkembangan zaman .
Penjelasan mengenai penggunaan teknologi digital
telah dijelaskan didalam Al-Qur’an surah An-Naml (27)
28 – 30 dalam ayat ini menjelaskan tentang penggunaan
media yang dijelaskan dalam kisah Nabi Sulaiman dan
Ratu Balkis;
ب بِكِتى ِاِب ىه ىذا فىأىلْ ِق ِه إِلىْي ِه ْم ُُثَّ تى ىوَّل ىعْن ُه ْم فىانْظُْر ىما ىذاى يىْرِجعُو ىن ِ
ْ ا ْذ ىه
ِ ِ َّقىالىت َي أىيُّها الْمأل إِِّن أُلْ ِقي إِ ى
ُاب ىك ِريٌ ىَ إِنَّهُ م ْن ُسلىْي ىما ىن ىوإِنَّه
ٌ َل كتى ى ْ ى ى ى
الرِحي ِم َّ ِاَّلل
َّ الر ْْحى ِن َّ بِ ْس ِم
Artinya: "Pergilah dengan (membawa) surat saya, lalu
taruh pada mereka, lalu menjauhlah dari mereka, lalu
perhatikan apa yang mereka bicarakan." Dia berkata
(Balqis): "Wahai para penguasa, Sungguh surat yang
mulia telah dijatuhkan kepadaku, Sungguh surat yang
dari Sulaiman dan Sesungguhnya (isi):" Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang (QS An-Naml (27) 28-30)
Jailani menafsirkan, dikatakan alkisah “Pergilah
dengan suratku ini, kemudian taruh pada ratu Balqis dan
bangsanya setelah itu pergi dan tinggalkan mereka
dengan jarak yang bisa ditelusuri dan kemudian fokus
pada hal yang mereka diskusikan yaitu , apa jawaban
yang ingin dilakukan setelah itu. Setelah selesai Hud-
hud pergi membawakan surat tersebut dan menghampiri
ratu Balqis yang posisinya di tengah-tengah pasukannya
saat itu. Setelah itu burung Hud-hud melepaskan surat
dari Nabi Sulaiman sesuai dengan perintah di pangkuan
ratu Balqis, ketika membaca surat itu anggota tubuhnya
mulai bergetar dan rileks ketakutan serta berfikir
mengenai isi surat itu.
Kemudian ratu Balqis mengatakan kepada petinggi
bangsanya, (Wahai penguasa! Sebenarnya aku) bisa
dibaca Al Mala-u Inni dan Al Mala-u winni, yaitu
membaca Tahqiq dan Tas-hil (surat yang telah
dijatuhkan pada saya dengan pesan dari yang mulia)
yaitu surat yang telah distempel. (Ternyata surat itu dari
Sulaiman dan sebenarnya isinya) berupa isi surat,
(Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang) (Jalaluddin Asy-Syuyuthi &
Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al -Mahalliy, 2009).
Dari alkisah Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis penulis
dapat menyimpulkan bahwa telah terjadi teknologi
komunikasi yang tersampaikan dengan begitu canggih.
Pada masa itu nabi Sulaiman memanfaatkan burung
Hud-Hud sebagai alat/media penghubung untuk
menyampaikan pesan dalam wujud surat yang
dikirimkan nabi sulaiman kepada Ratu Balqis, sehingga
surat tersebut tersampaikan pada tujuan yang
dikehendaki sehingga Ratu Balqis tertarik dan merasa
nyaman berada di istana nabi Sulaiman dan singkat
cerita akhirnya nabi Sulaiman menjadikan Ratu Balqis
di istananya sebagai isteri.
Kisah dari nabi Sulaiman dan Ratu Balqis
menjelaskan kepada kita bahwa teknologi memang
sudah ada sejak zaman dahulu sebagai alat penghubung
sesorang untuk dapat berinteraksi dalam berkomunikasi
secara tidak langsung, akan tetapi dapat tersampaikan
sesuai haran dengan menggunakan suatu teknologi yang
memanfaatkan media burung Hud-Hud yang
diperintahkan oleh nabi Sulaiman ketika hendak
menyampaikan pesan melalui surat kepada Ratu Balqis
dan dari kisah ini telah menjelaskan implementasi
teknologi pada masa itu.
Demikian halnya dalam dunia pendidikan,
penyampaian pesan harus bisa tersampaikan kepada
peserta menggunakan media pembelajaran yang kita
anggap efektif untuk melancarkan komunikasi dan
interaksi dalam proses kegiatannya, oleh karena itu
literasi digital sudah menjadi kebutuhan individu baik
didunia pendidikan untuk dapat terciptanya tujuan
pembelajaran yang sesungguhnya dan menggunakan
sarana yang dapat menjadikan peserta didik nyaman,
sehingga terciptanya tujuan pembelajaran secara
maksimal dengan memahami komponen-komponen
literasi digital.
Komponen literasi digital dapat diartikan sebagai
keterampilan seseorang dalam menggunakan alat
teknologi berbasis digital sebagai media dalam kegiatan
pembelajaran mandiri baik melalui pembelajaran di
dalam maupun di luar kelas (Setyaningsih, Rila,
Abdullah, Edy Prihantono, dan Hustinawati, 2019,
1200-1214 ). Selain sebagai keterampilan dalam
menggunakan media pembelajaran, literasi digital juga
mencakup kemampuan literasi media yaitu kemampuan
individu untuk memilih, memilah, dan mengelola media
digital yang ada untuk digunakan dengan baik dan bijak
dalam proses pemenuhan kebutuhannya ( Rianto, P,
2016: 90-96.)
Selain itu terdapat pula komponen teknologi literasi
digital yaitu kemampuan seseorang dalam
menggunakan media digital berbasis TIK (Teknologi
Informasi dan Komunikasi) dalam rutinitasnya,
terutama dalam kaitannya dengan proses pembelajaran
(Budhirianto, S, 2016: 19- 36). Komponen selanjutnya
adalah carrier and identity management, yang artinya
kemahiran dalam mengatur identitas diri, seperti dalam
pembuatan username, password, icon yang akan
menjadi acuan bagi orang lain untuk mengidentifikasi
profil kita (Damayanti, TMY Setiani, dan B.Oetojo,
2007: 99-113).
Kemudian keterampilan lain yang paling utama dari
literasi digital adalah keterampilan dalam berkerjasama
dan berkomunikasi, dalam proses kehidupan sosial
kerjasama dan komunikasi sebagai ujung tombak untuk
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Dengan adanya komponen media digital harus mampu
menjadikan kehidupan sosial yang jauh lebih baik
melalui kemampuan kolaborasi dan komunikasi dengan
sesama.
Berdasarkan komponen literasi digital di atas, agar
lebih terstruktur, berikut penulis berikan gambaran
tentang penguatan literasi digital melalui model
pengembangan kurikulum berbasis media seperti yang
dijelaskan oleh Beetham, Littlejohn dan McGill (2009)
yang dikutip oleh Sarah Davies (2015) .
Tujuh komponen elemen literasi digital tersebut
meliputi:
1). Information Literacy yang berati pengetahuan
dalam mencari, mengevakuasi serta memanfaatkan
segala bentuk informasi yang diperlukan secara
efektif (Hasugian, 2008).
2). Digital Scholarsip keterampilan dalam partisipasi
secara aktif menggunakan media digital sebagai
sumber referensi data, yang berkaitan dengan
penelitian untuk penyelesaian pekerjaan rumah
sebagai tugas dari sekolah (Stefani, 2017).
3). Learning Skills adalah kemampuan dalam
memanfaatkan fitur-fitur menarik dan lengkap
dalam aktivitas pembelajaran yang
direkomendasikan dari teknologi digital baik dalam
pembelajaran secara tatap muka maupun dalam
pembelajaran online.
4). ICT literacy adalah keterampilan seseorang dalam
menyesuaikan dan menggunakan perangkat digital
seperti komputer atau proyek/power point yang
telah dirancang semenarik mungkin supaya bisa
digunakan sesuai dengan pemahaman dan
kebutuhannya, yang telah terkonek dalam jaringan
internet (Budhirianto, 2016)
5). Career and indenty management berkaitan dengan
bagaimana mengatur identitas seseorang secara
online. Identitas seseorang dapat direpresentasikan
oleh sejumlah avatar (karakter) berbeda yang
mampu berinteraksi lebih banyak pada waktu yang
hampir bersamaan (Damayanti, Maria Nala;
Yuwono, 2013)
6). Communication and collaboration adalah
keterampilan dalam menentukan partisipasi aktif
individu untuk pembelajaran dan penelitian melalui
internet dengan menggunakan perangkat digital
7). Media literacy Literasi media mencakup
keterampilan individu secara kritis dalam membaca
dan secara kreatif dalam berkomunikasi secara
akademis dan profesional di berbagai media.
Kehadiran media literacy mempengaruhi
masyarakat untuk tidak mudah mempercayai
informasi yang sekilas memenuhi dan memuaskan
kebutuhan psikologis dan sosial mereka (Rianto,
2016).
Kehadiran seorang pendidik dalam bimbingan dan
pengawasan pemanfaatan perangkat digital dalam
proses pembelajaran Fikih khusnya bab
“penyelenggaraan jenazah” menjadi faktor utama dalam
pembentukan literasi digital peserta didik. Hal ini ada
keterkaitannya bagaimana peserta didik merasa
mempunyai hak istimewa dengan memberi batas
aktivitas apa yang dilarang secara tepat dan jelas,
sehingga muncul keberanian untuk merumuskan dan
mengkritisi pengetahuan yang diperoleh melalui
aktivitas literasi dengan perangkat digital. (Asep
Ginanja , dkk/ Harmony4(2), 2019).
Dari komponen-komponen literasi digital diatas,
penulis mendukung teori Beetham, Littlejohn dan
McGill (2009) dikutip dari Sarah Davies (2015) yang
menyebutkan tujuh elemen (komponen) penting dalam
literasi digital, dan dengan tujuh elemen tersebut
seseorang telah berliterasi digital dan diharapkan dapat
mendorong kemampuan peserta didik dalam mencari,
menyebarkan dan menggunakan perangkat digital
sehingga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu mereka
untuk membuat, mengevaluasi informasi secara kritis .
Selanjutnya, juga dapat meningkatkan rasa
keingintahuan peserta didik bagaimana cara
menyesuaikan dan menggunakan perangkat digital dan
media berbasis TIK misalnya komputer atau LCD
proyek power point yang telah dirancang semenarik
mungkin supaya dapat pergunakan sesuai dengan
pemahamannya, sebagai contoh peserta didik sudah
mampu pelan-pelan membuat vidio interaktif editorial
mengenai perdebatan seperti ”Yang mana yang lebih
dulu tercipta, apakah telur atau ayam” dengan
membubuhkan animasi-animasi yang menarik
https://youtu.be/bBOx-0FCLSs (M. Fadhli, Lampiran
12, Data Hasil Wawancara 14 Oktober 2020: B No 3
ىحيىا ُؤُك ْم ىوىك ِفنُوا فِ ىيها ىم ْو ىَت ُك ْم فىإِ ََّّنىا ِم ْن ِ ِمن الثِيى
ْ اب فىلْيى لْبى ْس ىها أ ْ
ىخ ِْْي ثِيىابِ ُك ْم
Artinya: Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: “Berpakaianlah kamu dengan
pakaian yang berwarna putih, karena pakaian putih
itu merupakan pakaian terbaikmu”. (H.R. An.
Nasa’i).
Cara menggunakan kain kafan pertama
lembaran kain kafan yang paling lebar lentangkan,
kemudian disusun lembaran- lembaran lainnya, dan
kemudian masing-masing ditaburi dengan kapur
baruz (Hanut). Lalu mayit dilentangkan diatas kain
yang telah dihamparkan tersebut, lalu diberi kapas
pada bagian mulut mayit, hidung, telinga, kedua
kemaluannya, serta diikat kedua pangkal pahanya
dengan perca (yaitu ujung kain yang telah sobel
hingga membentuk tali yang digunakan untuk
mengikat mayit). Setelah itu kain kafan dibalutkan
satu persatu, dan diikat agar tidak terlepas ketika
mengangkatnya, ikatan itu dibuka kembali setelah
mayit berada dalam kuburannya (Supiana,
2009:27).
c. Menshalatkan
Salat jenazah terdiri dari Empat takbir
kemudian salam, tidak ada rukuk dan sujud seperti
sholat pada umumnya. Shalat jenazah hukumnya
fardhu kifayah. Adapun tatacara melaksanakan
shalat jenazah yakni: pertama, menempatkan
jenazah di depan jamah yang akan menyalatkannya
atau di depan imam jika shalat jenazah dilakukan
dengan berjamaah. Apabila jenazah tersebut
seorang laki-laki, imam atau orang menyalatkannya
(jika sendirian) berdiri sejajar dengan kepala
jenazah, dan apabila jenazah itu seorang perempuan
imam/ orang yang menyalatkannya berdiri sejajar
dengan tengah-tengah badannya.
Jika ada lebih dari satu jenazah yang akan
dishalatkankan dan terdiri dari jenazah laki-laki dan
perempuan, maka diperbolehkan penghitungan
ulang jenazah laki-laki secara mandiri dan jenazah
perempuan juga boleh dilakukansecara mandiri.
Namun, keduanya juga diperbolehkan untuk
dikonversi sekaligus. Jika cara kedua ini dilakukan,
maka jenazah pria diletakkan lebih dekat dengan
imam, sedangkan jenazah wanita diletakkan lebih
dekat dengan kiblat. Hal-hal yang sunnah dalam
shalat janazah adalah mengangkat tangan setiap
mengucapkan takbir dan meletakkannya di bawah
dada seperti pada shalat lainnya, ta'awudz sebelum
al-Fatihah, membaca pelan-pelan, baik siang
maupun malam, dan tidak mengaji iftitah dan doa.
surah (Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi, 2004:
93).
d. Menguburkan
Menguburkan jenazah merupakan fardhu
kifayah bagi umat Islam yang mengetahui
kematian. Dengan sebagian Muslim yang
mengetahuinya, tanggung jawab ini akan selesai.
Al-Qur'an dan hadits Nabi SAW telah menjelaskan
bahwa menguburkan jenazah adalah ketentuan yang
sudah diatur dalam agama. Firman Allah SWT
dalam surah 'Abasa ayat 21: