Anda di halaman 1dari 1

Berdasarkan buku yang saya kutip dari Prof.

Dede Rosyada, MA, dalam


bukunya yang berjudul Madrasah dan Profesionalisme Guru Dalam Arus
Dinamika Pendidikan Islam di Era Otonomi Daerah menyatakan bahwa:
Seorang guru adalah pencetak generasi yang akan datang, yang juga harus
terlahir sebagai generasi dengan kompetensi komprehensif antara hard skill dan
soft skill. Dengan demikian, mereka harus kreatif mengembangkan proses
pembelajaran yang dapat membina para siswanya agar memiliki kompetensi
komprehensif untuk memasuki lapangan profesi mereka. Salah satu seminar yang
diselenggarakan di USA, kolaborasi antara Partnership for 21 st Century Skill,
Society for Human Resource Management, dan Corporate Voice for Working
Families, yang diselenggarakan tahun 2006, dengan judul “Are They Really
Ready to Work? Employers’ Perspectives on the Basic Knowledge and Applied
Skillsof New Entrants to the 21st Century U.S. Workforce,” membahas masalah
yang kita gelisahkan saat ini, yakni keseimbangan antara hard skill dan soft skill
untuk menjadi seorang professional yang siap memasuki lapangan kerja.
Kesimpulan umum yang dihasilkan, sebagaimana dikemukakan Richard
Cavanagh (2006) bahwa setiap professional muda alumni sebuah perguruan tinggi
harus memiliki empat soft skill untuk sukses di tempat kerja, yakni: a)
professionalism and work ethic; b) oral and written communication; c) team work
and collaboration; dan d) critical thinking and problem solving.1
Rumusan masalah yang disarankan oleh Prof. Dede Rosyada:
1. Bagaimana model implementasi pendidikan life skill?
2. Persiapan kurikulumnya seperti apa?
3. Kegiatannya bagaimana?
4. Guru-gurunya bagaimana?
5. Rencana pembelajarannya apa?
6. Proses kegiatannya?
7. Evaluasinya?

1
Richard, Cavanagh, et al, 2006 “Are They Really Ready to Work? Employers’
Perspectives on the Basic Knowledge and Applied Skillsof New Entrants to the 21st
Century U.S. Workforce, Executive Summary of the Conference, the Conference Board,
USA.

Anda mungkin juga menyukai