Anda di halaman 1dari 12

82 Anjani et al., Media Gizi Indonesia (National Nutrition Journal). 2023.

18(1): 82–93
https://doi.org/10.20473/mgi.v18i1.82–93

POTENSI BUAH LOKAL (KERSEN (MUNTINGIA CALABURA),


KAWISTA (LIMONIA ACIDISSIMA) DAN TREMBESI (SAMANEA
SAMAN) SEBAGAI BAHAN PEMANIS DENGAN INDEKS DAN
BEBAN GLIKEMIK RENDAH
Potential of Local Fruits (Kersen (Muntingia calabura), Kawista (Limonia acidissima) and
Trembesi (Samanea saman) as Sweetener with Low Glycemic Index and Glycemic Load

Gemala Anjani 1*, Dewi M. Kurniawati1, Ahmad Syauqy1, Rachma Purwanti1, Diana N. Afifah1, Tasya S.
Meliasari1, Nur Faizah1
1Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Indonesia
*E-mail: gemaanjani@gmail.com

ABSTRAK
Diabetes merupakan penyakit metabolisme yang timbul pada seseorang ditandai dengan hiperglikemia. Diabetes
melitus salah satunya disebabkan oleh konsumsi gula sederhana berlebih sehingga diperlukan pengganti gula (sukrosa)
dengan pemanis alami yang berasal dari manis buah seperti kersen, kawista dan trembesi. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimental pembuatan pemanis alami dari buah kersen, kawista dan trembesi. Pemanis alami bubuk
buah kersen, kawista dan trembesi dianalisis kandungan protein, lemak, serat pangan, abu, air, dan karbohidrat. Uji
kelarutan dilakukan dengan metode AOAC, brix dengan refraktometri, kandungan gula dengan spektrofotometri, sifat
organoleptik dengan uji kesukaan. Pemanis alami bubuk buah trembesi dianalisis indeks glikemik dengan metode
Wolever dan beban glikemik dihitung dari uji indeks glikemik makanan dengan mempertimbangkan jumlah karbohidrat
yang tersedia dalam ukuran porsi. Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada kelarutan, indeks brix, kandungan
gula total, sukrosa, tingkat kesukaan sifat organoleptik, kandungan air, abu, lemak, protein, karbohidrat. Tidak terdapat
perbedaan yang signifikan (p>0,05) terhadap kandungan serat pangan dan gula pereduksi diantara ketiga jenis bubuk
buah. Nilai indeks glikemik dan beban glikemik pemanis alami dari bubuk buah trembesi yaitu 29,09 dan 7,09. Pemanis
alami dari trembesi memiliki kandungan karbohidrat paling tinggi dibandingkan bubuk buah kersen dan kawista.
Pemanis alami bubuk buah trembesi memiliki indeks glikemik dan beban glikemik yang rendah yaitu sebesar 29,09
dan 7,09.

Kata kunci: Pemanis alami, kersen, trembesi, indeks glikemik, beban glikemik.

ABSTRACT
Diabetes is a metabolic disease that occurs in a person characterized by hyperglycemia. One of the cause of diabetes
melitus is excessive consumption of simple sugar, so it is necessary to replace sugar (sucrose) with natural sweteeners
derived from sweet fruit such as kersen, kawista and trembesi. This research is an experimental study to make natural
sweeteners from kersen, kawista and trembesi fruit powder. The natural sweeteners of kersen, kawista dan trembesi
fruit powder were analyzed for protein, fat, dietary fiber, ash, water, and carbohydrates. The solubility tests was carried
out by the AOAC method, brix with refractometry, sugar content by spectrophotometry, organoleptic properties by
hedonic test. The natural sweetener of trembesi fruit powder was analyzed glycemic index by the method of Wolever
et al. (2001) and glycemic load was calculated from glycemic index test of food taking into account the amount of
carbohydrates available in the serving size. There was a significant difference (p<0,05) in solubility, brix index, total
sugar, sucrose content, organoleptic preference level moisture, ash, fat, protein, and carbohydrate content among the
three types of fruit powder but there was no significant difference (p>0,05) on the dietary fiber and reducing sugar
content. The glycemic index and glycemic load value of trembesi fruit powder were 29,09 and 7,09. Natural sweeteners
from trembesi fruit powder has highest carbohydrate content compared to kersen and kawista fruit powder. Natural
sweetener from trembesi fruit powder has low glycemic index (29,09) and glycemic load (7,09).

Keywords: Natural sweetener, kersen, trembesi, glycemic index, glycemic load.

©2023. The formal legal provisions for access to digital articles of this electronic journal are subject to the terms of the Creative Commons
-Attribution-NonCommercial-ShareAlike license (CC BY-NC-SA 4.0). Received 18-05-2022, Accepted 31-10-2022, Published online 31-01-2023.
Anjani et al., Media Gizi Indonesia (National Nutrition Journal). 2023.18(1): 82–93 83
https://doi.org/10.20473/mgi.v18i1.82–93

PENDAHULUAN meningkatkan toleransi glukosa pada tikus yang


Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit diinduksi alloxan. Ekstrak methanol kawista juga
kronis yang terjadi karena adanya peningkatan dapat menurunkan glukosa darah puasa tikus yang
kadar glukosa darah di atas normal (hiperglikemi), diinduksi streptozotocin secara signifikan melalui
sebab tubuh tidak dapat memproduksi insulin pemberian dosis 200 dan 400 mg/kgBB selama 30
yang cukup, kelainan kerja insulin atau keduanya. hari (Vijayvargia & Vijayvergia, 2014).
Indonesia menempati peringkat ke tujuh prevalensi Penggunaan buah murni yang diolah menjadi
diabetes melitus tertinggi di dunia yaitu sebesar pemanis dalam bentuk cair, akan mengalami
10,7 juta kasus pada tahun 2019 (International fermentasi apabila disimpan dalam jangka waktu
Diabetes Federation, 2019). Prevalensi diabetes yang lama dan membentuk rasa yang kurang baik.
melitus pada penduduk ≥ 15 tahun di Indonesia Sedangkan pemanis buah dalam bentuk bubuk
sebesar 6,9% pada tahun 2013 dan terjadi memiliki umur simpan lebih panjang. Sehingga
peningkatan 10,9% pada tahun 2018 (Kementrian pemanis buah diolah dalam bentuk bubuk lebih
Kesehatan Republik Indonesia, 2018). baik dibandingkan dalam bentuk cair karena
Pengendalian glukosa darah penderita diabetes mencegah kerusakan oleh mikroorganisme dengan
melitus dapat dilakukan dengan beberapa cara, meminimumkan kandungan air dalam buah,
diantaranya membatasi konsumsi gula, mengganti memperpanjang umur simpan, dan mengecilkan
gula dengan pemanis buatan dan pemanis alami, volume bahan untuk memudahkan penyimpanan
mengkonsumsi makanan berindeks glikemik dan (Dharmananda, 2004; Garba & Oviosa, 2019;
beban glikemik rendah (Asif, 2014; Passos et al., Vonna & Esfahani, 2011).
2015). Pembatasan gula sukrosa yang dikonsumsi Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti
pasien diabetes tidak boleh lebih dari 5% total tertarik untuk melakukan eksplorasi buah untuk
asupan energi atau sekitar 25 gram/hari (Soelistijo membuat pemanis alami yang berasal dari buah
et al., 2015). Penggunaan gula pasir pada penderita kersen, kawista dan trembesi dalam bentuk bubuk
diabetes dapat digantikan oleh pemanis buatan buah, menganalisis karakteristik fisik, indeks
seperti aspartam, siklamat, sakarin, dan pemanis brix, kandungan gula, dan sifat organoleptik dari
alami seperti stevia, agave, madu, sirup maple. ketiga bubuk buah tersebut, serta indeks glikemik
(Wal et al., 2019). dan beban glikemik pemanis alami bubuk buah
Terdapat beberapa jenis buah lokal yang trembesi.
berpotensi sebagai pemanis alami untuk penderita
diabetes melitus diantaranya adalah buah METODE
kersen, kawista dan trembesi. Buah–buahan Penelitian pembuatan pemanis alami dari
tersebut memiliki nilai ekonomi rendah dan daging buah kersen, kawista dan trembesi ini
pemanfaatannya masih terbatas. Buah kersen dilaksanakan dengan metode eksperimental.
biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai Pembuatan sampel menggunakan metode ekstraksi
makanan burung (Pramono & Santoso, 2014). dan kristalisasi untuk mendapatkan kristal
Buah kawista biasanya oleh masyarakat dijadikan gula buah. Gula tersebut kemudian akan diuji
sebagai bahan dasar untuk minuman, sirup, jeli, karakteristik fisik, tingkat kemanisan, kandungan
selai, dodol (Pandey et al., 2014). Sedangkan, buah gula, sifat organoleptik, kandungan gizi, indeks
trembesi biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat dan beban glikemik.
sebagai bahan makanan hewan ruminansia (Siano
et al., 2017). Prosedur Pembuatan Sampel
Pemberian kersen 100 mg/kg berat badan
Buah kersen, buah kawista dan buah trembesi
dapat menurunkan glukosa darah secara signifikan
diblender hingga menjadi bubur buah. Untuk buah
pada tikus yang diinduksi streptozotocin (Pramono
kawista diberi penambahan aquades 1:1. Kemudian
& Santoso, 2014). Pemberian kersen 30 g/hari
dikeringkan menggunakan oven pada suhu 60oC
juga membuktikan penurunan kadar glukosa darah
masing-masing selama ± 2, 3, dan 1,5 jam. Setelah
pada pasien diabetes melitus tipe 2 (Agustina &
Bahri, 2016). Pemberian ekstrak buah kawista
84 Anjani et al., Media Gizi Indonesia (National Nutrition Journal). 2023.18(1): 82–93
https://doi.org/10.20473/mgi.v18i1.82–93

dikeringkan, sampel diblender hingga menjadi g : karbohidrat available x 100 (Omage & Omage,
bubuk dan diayak menggunakan ayakan 80 mesh. 2018). Sampel yang diberikan pada responden
Pengujian dilakukan dengan 3 kali yaitu glukosa murni dan bubuk buah trembesi
pengulangan dengan total sebanyak 63 sampel. sebanyak 25 gram dan 61,5 gram.
Perbedaan karakteristik ketiga gula buah diuji dan Responden yang memenuhi kriteria inklusi
dibandingkan dengan karakteristik gula pasir. Uji dan eksklusi diberikan pangan standar (glukosa
warna kristal dan warna larutan menggunakan murni) dan pangan uji (pemanis alami bubuk
digital colorimeter dengan panjang gelombang buah trembesi). Kemudian, dilakukan intervensi
420 nm. Sampel gula untuk uji warna larutan pertama pada pagi setelah responden puasa 10 jam
dipersiapkan sebanyak 50 gram yang dilarutkan (diperbolehkan minum air putih). Sampel darah
dengan aquades 50 mL dan 1 gram keishelgur. puasa diambil pada menit ke – 0, kemudian setelah
Uji besar jenis butir dilakukan dengan ayakan pengambilan darah responden diberikan pangan
12, 16, 20, 30, dan 50 mesh yang kemudian akan standar (25 gram glukosa murni yang dilarutkan
ditimbang dan ditentukan persentase bobotnya. Uji dalam 250 mL air). Sampel darah diambil kembali
susut pengeringan dilakukan dengan menghitung pada menit ke – 30, 60, 90 dan 120. Selanjutnya,
pengurangan bobot setelah dikeringkan pada dilakukan intervensi kedua yang diberi jarak 3 hari
suhu 105oC selama 3 jam (Badan Standardisasi dari intervensi pertama. Intervensi kedua memiliki
Nasional, 2010). tahapan seperti intervensi pertama namun dengan
Analisis tingkat kemanisan dilakukan sampel yang diganti makanan uji yang telah
menggunakan alat refraktometer dengan cara ditentukan.
mengukur total padatan terlarut pada sampel yang Data glukosa darah responden ditebar pada
dinyatakan dalam indeks brix (Ismawati et al., sumbu X sebagai waktu (menit) dan sumbu Y
2016). Analisis kandungan gula pereduksi dan non sebagai kadar glukosa darah. Besar indeks
pereduksi dilakukan menggunakan metode Luff- glikemik dihitung dengan membandingkan luas
Schoorl. Kandungan gula pereduksi ditunjukkan daerah di bawah kurva pangan uji (pemanis alami
oleh kadar gula sebelum inversi. Sedangkan dari bubuk buah trembesi) dan pangan standar
kandungan gula non-pereduksi ditunjukkan oleh (glukosa murni), kemudian hasilnya dirata–rata.
selisih kandungan gula sebelum dan sesudah Pengujian beban glikemik (BG) diukur berdasarkan
inversi (Wulandari, 2017). nilai indeks glikemik dan kadar karbohidrat yang
Uji organoleptik dilakukan dengan uji tersedia per porsi makanan yang disajikan.
pembedaan pasangan pada masing-masing gula
buah dan satu sampel baku. Panelis merupakan 25
orang panelis agak terlatih. Pengujian kandungan
gizi dilakukan dengan metode SNI 2006 dan
Analisis univariat digunakan untuk
SNI 2010 dengan 3x pengulangan secara duplo.
mendeskripsikan rerata variabel yang diteliti
Kandungan protein diuji dengan metode kjeldahl,
berupa karakteristik fisik, tingkat kemanisan,
lemak diuji dengan metode soxhlet, serat pangan,
dan kandungan gula. Uji normalitas dilakukan
abu dan air diuji dengan metode gravimetric dan
dengan Kolmogorov-smirnov. Perbedaan diuji
karbohidrat diuji dengan metode by difference.
menggunakan One Way Anova dengan derajat
Pengujian indeks glikemik ditentukan
dengan metode Wolever et al. (2001) (Omage
& Omage, 2018). Indeks glikemik makanan uji
ditentukan melalui pemberian makanan berupa
pangan standar (glukosa murni) dan pangan uji
(bubuk buah kersen, kawista dan trembesi) ke
10 responden. Ukuran porsi pangan standar dan
pangan uji yang diberikan disesuaikan jumlahnya
dengan 25 g karbohidrat available. Kemudian Gambar 1. Dari Kiri Ke Kanan: Bubuk Buah Kersen,
berat sampel yang diberikan ditentukan dengan 25 Kawista, Trembesi
Anjani et al., Media Gizi Indonesia (National Nutrition Journal). 2023.18(1): 82–93 85
https://doi.org/10.20473/mgi.v18i1.82–93

kepercayaan 95%. Analisis data organoleptik Tabel 2. Persentase Kelarutan Bubuk Buah Kersen,
menggunakan Tabel Hipotesis Dua Arah. Uji Kawista, Trembesi
normalitas kandungan gizi menggunakan Jenis Bubuk Kelarutan di Suhu Kelarutan di Suhu
Saphiro – Wilk. Kandungan proksimat dianalisis Buah 25°C (% ) 80°C (% )
menggunakan One Way Anova dilanjutkan uji Kersen 44,09±3,94b 38,10±3,24a
lanjut multiple comparation (posthoc test) Kawista 39,70±2,03a 42,51±0,34b
Bonferroni dan Tamhane. Kandungan serat pangan Trembesi 62,68±2,22c 65,34±2,67c
dianalisis menggunakan Krusskal – Wallis yang Nilai p < 0,001* < 0,001*
dilanjutkan dengan uji lanjut Mann – Whitney Keterangan: Angka yang diikuti huruf superscript berbeda (a, b, c)
untuk mengetahui perbedaan kandungan gizi ketiga menunjukkan beda nyata
*Pengujian dengan One Way ANOVA
jenis bubuk buah. Indeks glikemik dan beban **Kelarutan sukrosa di suhu 25oC = 207%, kelarutan sukrosa
glikemik pemanis alami bubuk buah trembesi di suhu 80oC = 369%(Yao et al., 2011)
dianalisis menggunakan analisis deskriptif.
perbedaan tingkat kelarutan diantara ketiga jenis
HASIL DAN DISKUSI bubuk buah baik pada suhu 25oC maupun 80oC.
Kelarutan mengukur kuantitas maksimal
Rendemen zat terlarut yang dapat larut dalam pelarut untuk
Hasil percobaan menunjukkan bahwa bubuk membentuk larutan homogen (Indriaty & Assah,
trembesi memiliki rendemen paling tinggi yaitu 2015; Gong, Grant, & Brittain, 2007). Kelarutan
sebesar 78,00% diikuti bubuk kawista 31,25% bubuk kawista dan trembesi meningkat seiring
kemudian bubuk kersen sebesar 20,00%. dengan meningkatnya suhu, pada bubuk kersen
Hal ini dikarenakan buah trembesi memiliki kelarutannya justru menurun. Pada suhu tinggi,
kadar air yang lebih rendah dibandingkan buah akan tersedia kalor yang menyebabkan jarak
kawista dan buah kersen. Buah trembesi segar antar molekul zat terlarut merenggang. Kekuatan
yang belum diolah memiliki kandungan air sebesar gaya antar molekul zat terlarut menjadi lemah
15,18% (Hagan, 2013). Buah kawista mengandung sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik molekul
air sebesar 64,63% sedangkan buah kersen air (Haryanto, 2016). Namun, hal tersebut tidak
mengandung air sebesar 76,30% (Rahman et al., berlaku pada semua jenis zat terlarut karena
2010; Anitha et al., 2016). Semakin banyak air bergantung dari reaksi yang terbentuk saat zat
yang terkandung dalam buah maka rendemennya terlarut dilarutkan yaitu reaksi endotermik maupun
akan semakin kecil. Hal tersebut disebabkan eksotermik. Dalam reaksi endotermik, ikatan antara
zat terlarut dengan pelarut akan menghasilkan
energi panas yang dapat diserap ke dalam sistem
Tabel 1. Persentase Rendemen Bubuk Buah Kersen, saat zat terlarut bercampur dengan pelarut sehingga
Kawista, Trembesi
kelarutannya akan meningkat saat suhu bertambah.
Jenis Bubuk Buah Rendemen (% ) Dalam reaksi eksotermik, peningkatan suhu justru
Kersen 20,00 menurunkan kelarutan zat terlarut karena energi
Kawista 31,25 yang dilepaskan ketika zat terlarut dalam larutan.
Trembesi 78,00 Peningkatan suhu dapat menyebabkan lebih
banyak panas masuk ke dalam sistem sehingga
sistem akan menyesuaikan kelebihan energi panas
oleh kandungan air yang menguap selama proses
dengan menghambat proses pelarutan (Lu &
pengeringan bubuk buah (Andriani et al., 2013).
Murray, 2019; Humayun et al., 2016). Dengan
Kelarutan demikian dapat diketahui bahwa proses pelarutan
bubuk kawista dan trembesi merupakan proses
Pengujian kelarutan pada bubuk buah endotermik sedangkan proses pelarutan bubuk
dilakukan pada suhu 25oC dan 80oC (Yao et al., kersen merupakan proses eksotermik.
2011). Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat
86 Anjani et al., Media Gizi Indonesia (National Nutrition Journal). 2023.18(1): 82–93
https://doi.org/10.20473/mgi.v18i1.82–93

Bubuk trembesi memiliki kelarutan yang diikuti bubuk kersen kemudian bubuk trembesi
tinggi karena bubuk trembesi mengandung gula dengan kelarutan paling tinggi.
lebih banyak dari bubuk kersen dan kawista, seperti
yang ditunjukkan oleh Tabel 4. Gula bersifat Indeks Brix
higroskopis karena memiliki gugus polihidroksil Indeks brix digunakan untuk menyatakan
bebas yang reaktif dan mampu membentuk ikatan tingkat kemanisan bubuk buah (Varzakas et al.,
hidrogen dengan air sehingga mudah menyerap air 2012; Tripathi et al., 2017). Berdasarkan Tabel 3
dan larut dalam air. Sifat higroskopis pada bubuk diketahui bahwa bubuk trembesi memiliki indeks
buah juga dapat disebabkan oleh adanya panas brix paling tinggi diikuti oleh bubuk kersen
pada saat pengolahan bubuk buah. Dalam sebuah kemudian bubuk kawista. Indeks brix bubuk
penelitian, gula pasir yang digiling dengan suhu trembesi paling tinggi dikarenakan bubuk trembesi
panas menyebabkan gula tersebut lebih mudah memiliki kandungan gula total dan sukrosa lebih
menggumpal dibandingkan yang belum digiling tinggi dibandingkan bubuk kersen dan kawista,
(Kurniawan et al., 54rendah dapat disebabkan seperti ditunjukkan pada Tabel 4. Oleh karena
karena bubuk buah tersebut mengandung lebih itu, bubuk buah trembesi merupakan yang paling
sedikit komponen yang mudah larut dalam manis diikuti bubuk buah kersen kemudian bubuk
air. Tabel 3 menunjukkan nilai total padatan kawista.
terlarut bubuk kersen dan kawista lebih rendah Indeks brix ketiga bubuk buah tersebut masih
dibandingkan bubuk trembesi. Jika komponen lebih rendah jika dibandingkan dengan gula pasir
zat yang terkandung dalam bubuk buah mudah tebu dan bit yang memiliki indeks brix 99%.
larut dalam air maka kandungan total padatan Ketiga bubuk buah memiliki indeks brix rendah
terlarut dan kelarutan bubuk buah akan meningkat karena dalam pengolahannya belum melalui proses
(Simarmata et al., 2019). pemurnian sehingga masih banyak mengandung
Ketiga bubuk buah memiliki tingkat kelarutan komponen bukan gula yang tidak larut air. Potensi
yang masih lebih rendah jika dibandingkan dengan pemanis alami bubuk buah dapat dimaksimalkan
pemanis lain seperti gula pasir maupun bubuk apabila dilakukan pemurnian seperti pada
stevia. Kelarutan gula pasir dapat mencapai 207% pengolahan gula pasir (Organisation for Economic
sedangkan kelarutan stevia dapat mencapai 90% Co-operation and Development, 2011).
(Yao et al., 2011; Wuryantoro & Susanto, 2014).
Kelarutan bubuk buah yang rendah tersebut Kandungan Gula
berkaitan dengan kadar serat pangan pada bubuk Hasil analisis statistik kandungan gula sesuai
buah. Ketiga bubuk buah mengandung serat pada Tabel 4 menunjukkan terdapat perbedaan
pangan tak larut yang lebih banyak dari serat kandungan gula total dan sukrosa diantara ketiga
pangan terlarut. Bubuk buah dengan kandungan jenis bubuk buah, sementara pada kandungan
serat paling tinggi yaitu bubuk kawista, kemudian gula pereduksi tidak terdapat perbedaan. Bubuk
bubuk kersen dan paling rendah bubuk trembesi.
Hal ini sesuai dengan Tabel 2 bahwa kelarutan
bubuk kawista merupakan yang paling rendah, Tabel 4. Kandungan Gula Bubuk Buah Kersen,
Kawista, Trembesi
Kandungan Gula
Jenis
Gula
Tabel 3. Indeks Brix Bubuk Buah Kersen, Kawista, Bubuk Gula Total Gula
Pereduksi
Buah (%) Sukrosa (%)
Trembesi (%)
Jenis Bubuk Buah Indeks Brix (%) Nilai p Kersen 37,77±3,23a 32,13±3,18a 5,63±0,49a
Kersen 4,6±0,08b Kawista 40,31±8,43a 35,21±9,30a 5,09±1,19a
Kawista 3,9±0,30a < 0,001* Trembesi 65,41±0,41b 34,42±1,94a 30,98±1,98b
Trembesi 6,8±0,48c Nilai p < 0,001* 0,642* < 0,001*

Keterangan: Angka yang diikuti huruf superscript berbeda (a, b, c) Keterangan: Angka yang diikuti huruf superscript berbeda
menunjukkan beda nyata (a, b, c) menunjukkan beda nyata
*Pengujian dengan One Way ANOVA *Pengujian dengan One Way ANOVA
Anjani et al., Media Gizi Indonesia (National Nutrition Journal). 2023.18(1): 82–93 87
https://doi.org/10.20473/mgi.v18i1.82–93

trembesi memiliki kandungan gula total dan lebih rendah dikarenakan pengolahan bubuk buah
kandungan sukrosa tertinggi dibandingkan tidak melalui proses pemurnian sukrosa seperti
bubuk kersen dan kawista. Tingginya kandungan pada proses pengolahan gula pasir (Organisation
gula bubuk trembesi dapat membuat rasanya for Economic Co-operation and Development,
menjadi manis. Akan tetapi kulit bagian dalam 2011).
buah yang mengandung tanin dan saponin dapat
menyamarkan rasa manis tersebut dengan rasa Sifat Organoleptik
pahit. (Sariri & Kustantinah, 2022) Pengujian sifat organoleptik dilakukan dengan
Bubuk kersen dan kawista memiliki uji hedonik untuk mengetahui tingkat kesukaan
kandungan gula pereduksi yang lebih tinggi panelis terhadap bubuk buah kersen, kawista dan
dibandingkan kandungan gula sukrosanya. Hal ini trembesi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
dapat disebabkan oleh tingginya tingkat inversi terdapat perbedaan tingkat kesukaan diantara
sukrosa menjadi gula pereduksi. Peningkatan ketiga jenis bubuk buah.
inversi disebabkan oleh pengeringan bubuk Uji kesukaan dilakukan terhadap sifat
buah menggunakan panas. Pada bubuk kawista, organoleptik terdiri dari warna, aroma, tekstur
kandungan asam organik buah kawista juga dan rasa. Berdasarkan parameter warna, bubuk
mendukung terjadinya proses inversi sehingga buah yang paling disukai panelis adalah bubuk
bubuk kawista memiliki kandungan gula pereduksi kersen karena warnanya lebih menarik dan lebih
yang lebih tinggi dari bubuk kersen dan trembesi. cerah jika dibandingkan dengan bubuk kawista
Semakin rendah pH dan semakin tinggi suhu dan trembesi. Panelis menganggap bahwa warna
pengolahan maka laju inversi bertambah sehingga kecokelatan dan lebih gelap pada bubuk kawista
kandungan gula pereduksi akan meningkat dan trembesi kurang menarik karena menyerupai
(Sukoyo et al., 2014). Namun, kandungan gula produk yang gosong saat diolah.
pereduksi yang tinggi pada bubuk kawista tidak Berdasarkan parameter aroma, bubuk
menyebabkan bubuk kawista memiliki rasa yang kersen lebih disukai dikarenakan aromanya yang
manis dikarenakan adanya kombinasi rasa asam. harum menyerupai aroma buah dan juga biskuit
Dalam sebuah penelitian mengenai pengolahan sehingga lebih dapat diterima oleh panelis. Bubuk
buah kawista, pengeringan menggunakan panas kawista memiliki aroma yang asam dan agak
akan menyebabkan karbohidrat terkonversi menjadi menyengat. Aroma asam tersebut disebabkan
asam dan dapat mempengaruhi karakteristik kawista mengandung senyawa volatil asam yang
sensoriknya terutama rasa dan aroma (Snecha & berasal dari 44 komponen volatile diantaranya
Deb, 2018). asam karboksilat 3-methyl valeric acid, 2-ethyl
Jika dibandingkan dengan pemanis lain, ketiga hexanoic acid, butyric acid, acetate acid, dan
bubuk buah memiliki kandungan gula yang masih isovaleric acid. Kandungan komponen volatil
terbesar buah kawista yaitu ethyl butyrate dan
methyl butyrate yang memiliki karakter aroma
Tabel 5. Sifat Organoleptik Bubuk Buah Kersen,
menyerupai campuran asam dengan buah
Kawista, Trembesi
pisang (Apriyantono & Kumara, 2004). Aroma
Jenis Bubuk Buah bubuk kawista lebih asam dan lebih menyengat
Aspek Nilai p
Kersen Kawista Trembesi dibandingkan buah kawista segar dikarenakan
3,48±0,58c 2,72±0,73ab 2,88±0,72ab semakin meningkatnya kandungan asam setelah
Warna 0,001*
(suka) (suka) (suka)
adanya pemanasan. Pengolahan menggunakan
3,44±0,58c 2,32±0,80ab 2,84±1,02ab
Aroma < 0,001* suhu panas dapat menyebabkan karbohidrat banyak
(suka) (tidak suka) (suka)
3,08±0,40c 3,20±0,76c 2,40±0,81b
terkonversi menjadi asam (Snecha & Deb, 2018).
Tekstur < 0,001* Pada bubuk trembesi, aroma yang muncul lebih
(suka) (suka) (tidak suka)
3,04±0,67c 2,00±0,64a 2,44±0,76b harum dibandingkan aroma bubuk kawista.
Rasa < 0,001*
(suka) (tidak suka) (tidak suka) Berdasarkan parameter tekstur, bubuk kawista
Keterangan: Angka yang diikuti huruf superscript berbeda (a, b, c) lebih disukai karena teksturnya yang lebih halus
menunjukkan beda nyata dibandingkan bubuk kersen dan trembesi. Bubuk
*Pengujian dengan Kruskall Wallis Test
88 Anjani et al., Media Gizi Indonesia (National Nutrition Journal). 2023.18(1): 82–93
https://doi.org/10.20473/mgi.v18i1.82–93

kersen memiliki tekstur masih agak basah, kurang trembesi, kawista, dan terakhir kersen. Buah
lembut serta cenderung menggumpal. Bubuk trembesi, kawista, dan kersen segar yang belum
trembesi memiliki tekstur lengket seperti gula diolah memiliki kandungan air sebesar 19,30%,
merah, cenderung menggumpal jika dibandingkan 64,63%, dan 76,3%. Kandungan air pada pemanis
dengan bubuk kersen dan kawista, namun ada alami dari ketiga buah segar mengalami penurunan
pula panelis yang menganggap bubuk trembesi setelah melewati proses pengeringan menjadi
memiliki tekstur yang unik. bubuk buah karena proses pengeluaran air dari
Berdasarkan parameter rasa, bubuk kersen suatu bahan menuju kadar air yang seimbang
lebih disukai dibandingkan bubuk kawista dan dengan udara sekeliling (Garba & Oviosa, 2019).
trembesi. Bubuk kersen dianggap memiliki rasa Buah trembesi, kawista, dan kersen segar
yang lebih enak namun masih kurang manis jika memiliki kandungan abu, protein, lemak, dan
dibandingkan gula pasir. Bubuk kawista memiliki karbohidrat secara berurutan sebagai berikut:
rasa cenderung asam dikarenakan pengolahan trembesi (2,09%; 10,98%; 2,52%; 57,53%),
bubuk buah yang menggunakan pemanasan dapat kawista (1,55%; 6,78%; 1,38%; 20,66%), kersen
meningkatkan kandungan asam organik (Snecha (1,4%; 2,1%; 2,3%; 17,9%). Urutan kandungan
& Deb, 2018). abu pemanis alami dari yang tertinggi yaitu
Bubuk trembesi memiliki rasa yang manis bubuk buah trembesi, kawista kemudian kersen.
agak pahit. Pada dasarnya buah trembesi memiliki Urutan kandungan protein pemanis alami yang
rasa yang sangat manis. Rasa yang agak pahit pada tertinggi yaitu bubuk buah kersen, kawista
bubuk trembesi disebabkan pada saat pengolahan, kemudian trembesi. Urutan kandungan lemak
kulit bagian dalam buah trembesi sulit dipisahkan pemanis alami yang tertinggi yaitu bubuk buah
dari daging buah sehingga ikut diolah menjadi kersen, kawista dan terakhir trembesi. Urutan
bubuk buah dan menyebabkan rasa pahit lebih kandungan karbohidrat total pemanis alami yang
dominan dari rasa manisnya. tertinggi yaitu bubuk buah trembesi, kawista
dan tearkhir kersen. Kandungan protein, lemak,
Kandungan Gizi Pemanis Alami dari Bubuk abu, karbohidrat total pada pemanis alami ketiga
Buah buah mengalami peningkatan setelah melewati
Hasil analisis kandungan gizi pemanis alami proses pengeringan menjadi bubuk buah. Hal ini
dari bubuk buah dapat dilihat pada Tabel 6. Bubuk dikarenakan adanya penurunan kandungan air pada
buah kersen memiliki kandungan protein dan pemanis alami ketiga buah setelah diolah menjadi
lemak yang tinggi, dimana dalam 100 g terdapat bubuk buah sehingga meningkatkan kandungan
protein sebesar 26,2 % dan lemak sebesar 4,27 gizi dan kualitas dari pemanis alami ketiga bubuk
%. buah.(Garba & Oviosa, 2019)
Hasil Tabel 6 menunjukkan bahwa kandungan Serat pangan total pemanis alami dari ketiga
air pemanis alami dari ketiga bubuk buah secara bubuk buah cukup tinggi yang disebabkan
berurutan dari yang tertinggi yaitu bubuk buah pengolahan masih menggunakan buah utuh dan

Tabel 6. Rerata Kandungan Gizi per 100 g Bubuk Buah Kersen, Kawista, Trembesi

Kandungan Gizi Bubuk Buah


Jenis Bubuk
buah Karbohidrat Serat Pangan
Lemak (%) Protein (%) Abu (%) Air (%)
(%) (%)
Kersen 54,36±3,46 4,27±0,11 26,2±2,35 4,07±0,12 11,1±1,35 29,98±1,12

Kawista 64,63±1,54 3,79±0,05 15,87±1,24 4,45±0,21 11,26±0,57 42,28±0,56

Trembesi 67,51±0,89 3,34±0,12 13,14±0,50 4,71±0,13 11,30±0,35 26,89±0,92


Nilai p p= 0,001* P<0,001* P<0,001* p= 0,007* p= 0,945 p= 0,027*
Uji one way-anova, bonferoni dan tamhane, derajat kepercayaan 95%.
*signifikan
Anjani et al., Media Gizi Indonesia (National Nutrition Journal). 2023.18(1): 82–93 89
https://doi.org/10.20473/mgi.v18i1.82–93

Tabel 7. Karakteristik responden penelitian – rata respon glukosa darah setelah mengkonsumsi
Karakteristik Rerata ± SB
glukosa murni dan bubuk buah trembesi dapat
Umur (Tahun) 21,30 ± 0,82 dilihat pada Gambar 2.
Berat badan (kg) 51,02 ± 4,85 Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa
Tinggi badan (m) 1,56 ± 0,06 perubahan glukosa darah pada bubuk buah
IMT (kg/m2) 21,03 ± 1,14 trembesi berada di bawah dari perubahan glukosa
Glukosa darah puasa (mg/dl) 78,10 ± 3,78 darah pangan standar (glukosa murni). Puncak
respon glikemik dari pemanis (bubuk buah
Nilai mempersentasikan rerata ± SB (n = 10)
trembesi) yang diteliti dan kontrol (glukosa murni)
muncul pada menit ke-30 setelah mengkonsumsi
tidak melalui ekstraksi sehingga mengandung
pemanis alami bubuk buah trembesi dan glukosa
banyak padatan buah. Pemanis alami ketiga
murni. Perubahan respon glukosa darah yang
bubuk buah mengandung serat pangan tidak larut
terjadi antara menit 30 sampai 120 membentuk
lebih banyak dibandingkan dengan serat pangan
sistem untuk memulihkan homeostatis
terlarut. Kandungan serat pangan total paling tinggi
karbohidrat. Akumulasi monosakarida dalam
yaitu bubuk buah kawista kemudian dan terakhir
darah merangsang pankreas mensekresi insulin
trembesi (Lestari et al., 2017).
untuk meningkatkan penyerapan glukosa oleh
Indeks Glikemik dan Beban Glikemik sel–sel otot, hati dan adiposit untuk metabolisme
tubuh. Hal ini menyebabkan penurunan kadar
Karakteristik Subjek Penelitian glukosa darah secara bertahap dan berakhir stabil.
Stabilisasi disebabkan oleh sekresi hormon seperti
Pengujian indeks dan beban glikemik
glukagon, epinefrin dan kortisol (Anselme et al.,
dilakukan pada 10 sepuluh subjek sehat dengan
2018).
karakteristik tertulis dalam tabel 7. Sepuluh
subjek tersebut telah mengisi formulir informed Nilai Indeks Glikemik
consent.
Indeks glikemik buah trembesi diperoleh dari
Pengujian Respon Glukosa Darah hasil rata – rata indeks glikemik 10 orang subjek.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 8.
Uji indeks glikemik dan beban glikemik
Berdasarkan tabel 8, diketahui bahwa nilai
dilakukan dengan sampel bubuk buah trembesi
indeks glikemik bubuk buah trembesi termasuk
karena diantara ketiga bubuk buah yang diteliti,
ke dalam kategori rendah. Dengan nilai indeks
trembesi memiliki tingkat kemanisan tertinggi.
glikemik sebesar 29,09%. Pangan dengan indeks
Responden diberi pangan standar (glukosa
glikemik rendah akan dicerna dan diubah menjadi
murni) dan pangan uji (pemanis alami bubuk
glukosa secara bertahap dan perlahan–lahan,
buah trembesi) setara dengan 25 g karbohidrat
sehingga puncak kadar glukosa darah juga
available yaitu sebesar 25 g dan 61,5 g. Hasil rata
rendah. Indeks glikemik pemanis alami bubuk
buah trembesi dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya kandungan serat dan kandungan gula
(Hoerudin, 2012).
Kandungan serat pangan total pemanis alami
bubuk buah trembesi sebesar 26,89%. Serat

Tabel 8. Nilai Indeks Glikemik Bubuk Buah Trembesi


Luas Area di Indeks
Bubuk
Bawah Kurva Glikemik Kategori*
buah
(cm2) (%)
Trembesi 960 29,09 Rendah
Gambar 2. Perubahan Glukosa Darah pada Pemberian *Kategori: IG rendah (<55), sedang (55-70), IG tinggi (>70)
Glukosa Murni dan Bubuk Buah Trembesi. (Rimbawan & Siagian, 2004)
90 Anjani et al., Media Gizi Indonesia (National Nutrition Journal). 2023.18(1): 82–93
https://doi.org/10.20473/mgi.v18i1.82–93

dapat mempengaruhi indeks glikemik pangan Kandungan karbohidrat available pada 60


dengan meningkatkan visikositas, memperlambat g pemanis alami bubuk buah trembesi sebesar
pengosongan lambung, memberikan rasa kenyang 24,37%. Berdasarkan hasil pengukuran beban
yang lebih lama menunda dan mengurangi glikemik pemanis alami bubuk buah trembesi yang
penyerapan makronutrien seperti karbohidrat, disajikan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah
menurunkan respon insulin sehingga dapat porsi pemanis alami bubuk buah trembesi yaitu 60
menyeimbangkan dan menstabilkan kadar glukosa g memiliki beban glikemik yang rendah.
darah (Aeni et al., 2019). Menurut Venn dan Green (2007), makanan
Rendahnya indeks glikemik pada pemanis dengan indeks glikemik yang tinggi dapat
alami bubuk buah trembesi dapat disebabkan memberikan nilai beban glikemik yang rendah
adanya kandungan fruktosa yang diperoleh dari bila dikonsumsi dalam jumlah kecil, sebaliknya
hidrolisa sukrosa sebelum diserap oleh tubuh. makanan dengan nilai indeks glikemik rendah
Proses penyerapan fruktosa diusus kecil terjadi dapat memberikan nilai beban glikemik yang tinggi
lebih lambat dibandingkan monosakarida lainnya, ketika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan
yaitu melalui proses difusi yang difasilitasi (Lestari et al., 2017).
glucose transporters 5 (GLUT5). Di samping itu,
setelah diserap, fruktosa secara cepat diambil dari KESIMPULAN DAN SARAN
peredaran darah dan mengalami metabolisme di
hati, sehingga tidak menimbulkan respon glikemik Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05)
yang tinggi (Hoerudin, 2012). pada kelarutan, indeks brix, kandungan gula
Pemanis alami bubuk buah trembesi memiliki total dan sukrosa diantara tiga jenis bubuk buah
indeks glikemik yang lebih rendah dibandingkan namun tidak terdapat perbedaan signifikan pada
dengan gula pasir. Gula pasir memiliki indeks kandungan gula pereduksi. Bubuk buah yang
glikemik sebesar 81 sedangkan indeks glikemik direkomendasikan sebagai pemanis alami untuk
pemanis alami bubuk buah trembesi yaitu 29,09 diabetes yaitu bubuk trembesi. Bubuk trembesi
(Wedowati et al., 2015). memiliki kelarutan, indeks brix, kandungan gula
total dan sukrosa tertinggi dibandingkan bubuk
Nilai Beban Glikemik kersen dan kawista namun sifat organoleptiknya
masih kurang disukai. Bubuk buah dengan
Beban glikemik memberikan informasi yang
tingkat kesukaan sifat organoleptik tertinggi ialah
lebih lengkap mengenai pengaruh konsumsi pangan
bubuk kersen. Pemanis alami dari bubuk buah
aktual terhadap peningkatan glukosa (Rimbawan &
trembesi memiliki kandungan karbohidrat tertinggi
Siagian, 2004).
dibandingkan dengan pemanis alami bubuk buah
Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa nilai
kersen dan kawista. Pemanis alami dari bubuk
beban glikemik bubuk buah trembesi termasuk
buah trembesi memiliki indeks glikemik dan beban
ke dalam kategori rendah. Dengan nilai beban
glikemik yang rendah yaitu 29,09% dan 7,09%.
glikemik sebesar 7,09%.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Porsi penyajian pemanis alami bubuk buah
terhadap bubuk kersen, kawista, dan trembesi agar
trembesi adalah 60 g. Jumlah ini sudah disesuaikan
kelarutannya dapat meningkat, misalnya dengan
dengan porsi penyajian bubuk buah berdasarkan
penambahan penyalut seperti maltodekstrin,
international table of glycemic index and glycemic
penggunaan surfaktan, dilakukan permurnian
load values : 2002 (Foster-powell et al., 2006).
maupun ekstraksi untuk mengekstrak gula yang

Tabel 9. Nilai Beban Glikemik Bubuk Buah Trembesi


Available
Jenis Bubuk Available Beban
Jumlah penyajian (g) Carbohydrate / porsi Kategori*
Buah Carbohydrate (%) Glikemik*
(%)*
60 (Foster-powell et al.,
Trembesi 40,62 24,37 7,09 Rendah
2006)
*Kategori = beban glikemik rendah (<10), beban glikemik sedang (11 – 19), beban glikemik tinggi (>20).(Eleazu, 2016)
Anjani et al., Media Gizi Indonesia (National Nutrition Journal). 2023.18(1): 82–93 91
https://doi.org/10.20473/mgi.v18i1.82–93

terkandung dalam buah. Selain itu penelitian terkait and solutions . African Health Sciences, 16(2),
indeks glikemik dan beban glikemik pemanis alami 468–479.
bubuk buah kersen dan kawista serta penelitian Foster-powell, K., Holt, S. H. A., & Brand-miller, J.
lebih lanjut mengenai efek pemberian pemanis C. (2006). International table of glycemic index
alami bubuk buah trembesi terhadap kadar glukosa and glycemic load values : 2002. American
darah penderita diabetes melitus tipe 2 dapat Society for Clinical Nutrition, 76, 5–56.
Garba, Z. N., & Oviosa, S. (2019). The effect of
dilakukan untuk mengembangkan studi mengenai
different drying methods on the elemental and
bubuk buah sebagai alternatif pemanis alami.
nutritional composition of Vernonia amygdalina
( bitter leaf ). Journal of Taibah University for
DAFTAR PUSTAKA Science, 13(1), 396–401. https://doi.org/10.10
80/16583655.2019.1582148
Aeni, S., Ervira, P., & Dessy Putriningtyas, N.
Gong, Y., Grant, D., & Brittain, H. (2007).
(2019). Susu Kacang Tanah Efektif Menurunkan
Principles of Solubility. In Solvent Systems
Berat Badan dan Kadar Glukosa Darah Remaja
and Their Selection in Pharmaceutics and
Putri Overweight. Sport and Nutrition Journal,
Biopharmaceutics (pp. 1–28). AAPS PRESS.
1(1), 33–39.
Hagan, M. A. S. (2013). Nutritive Value of Samanea
Agustina, A., & Bahri, T. S. (2016). Pengaruh
saman Seed and Whole Pod Meals as Feed
Pemberian Muntingia Calabura L. Terhadap
Ingredients for Broiler Chickens.
Kadar Glukosa Darah Pada Pasien DM Tipe
Haryanto, B. (2016). Pengaruh Konsentrasi Putih
II di Aceh Besar.
Telur terhadap Sifat Fisik, Kadar Antosianin
Andriani, M., Ananditho, B. K., & Nurhartadi, E.
dan Aktivitas Antioksidan Bubuk Instan Ekstrak
(2013). The Influence of Drying Temperature
Kulit Manggis (Garcinia mangostana) dengan
to Physical and Sensory Characteristic of
Metode Foam Mat Drying. Jurnal Kesehatan,
Overripe Tempeh Flour. Jurnal Teknologi Hasil
7(1), 1–8.
Pertanian, 6(2), 95–102.
Hoerudin. (2012). Indeks Glikemik Buah dan
Anitha, S., Hiremath, U., & Veena, B. (2016).
Implikasinya Dalam Pengendalian Kadar
Development of Value Added Wood Apple
Glukosa Darah. Buletin Teknologi Pascapanen
Leather and Its Nutrient Composition. Indian
Pertanian, 8(2), 80–98.
Journal of Science, 23(82), 459–470.
Humayun, H. Y., Shaarani, M. N., Warrior, A.,
Anselme, A. L., Albarin, G. G., Jean-louis, K. K.,
Abdullah, B., & Salam, M. A. (2016). The Effect
Brice, G. J., & Jean, N. G. (2018). Glycemic
of Co-solvent on the Solubility of a Sparingly
Index of Sugars Extracted from Immature
Soluble Crystal of Benzoic Acid. Procedia
Coconut Water : Case of Coconut Palms ( Cocos
Engineering, 1320–1325.
nucifera L .) WAT , MYD and PB121+. Journal
Indriaty, F., & Assah, Y. F. (2015). Pengaruh
of Biosciences and Medicines, 6, 99–110.
Penambahan Gula dan Sari Buah terhadap
https://doi.org/10.4236/jbm.2018.68008
Kualitas Minuman Serbuk Daging Buah Pala.
Apriyantono, A., & Kumara, B. (2004). Identifikasi
Jurnal Penelitian Teknologi Industri, 7(1),
Character Impact Odorants Buah Kawista.
49–60.
Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan, 15(1),
International Diabetes Federation. (2019). IDF
35–46.
Diabetes Atlas (9th ed.). International Diabetes
Asif, M. (2014). The prevention and control
Federation.
the type-2 diabetes by changing lifestyle
Ismawati, N., Nurwantoro, & Pramono, Y. (2016).
and dietary pattern. Journal Education and
Nilai pH, total padatan terlarut dan sifat sensoris
Health Promotion, 3(1), 1–8. https://doi.
ypghurt dengan penambahan ekstrak bit. J Apl
org/10.4103/2277-9531.127541
Teknol Pangan, 5(3), 89–93.
Badan Standardisasi Nasional. (2010). Bagian 3 -
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018).
Putih. In Gula Kristal (pp. 1–18).
Hasil Utama Riskesdas 2018. Kementrian
Dharmananda, S. (2004). Luo Han Guo Sweet Fruit
Kesehatan Republik Indonesia.
Used as Sugar Subtitute and Medicinal Herb.
Kurniawan, H., Bintoro, N., & Nugroho, J.
Eleazu, C. O. (2016). The concept of low glycemic
(2018). Shelf Life Prediction of Palm Sugar on
index and glycemic load foods as panacea for
Packaging using Arrhenius Equation. Jurnal
type 2 diabetes mellitus ; prospects , challenges
92 Anjani et al., Media Gizi Indonesia (National Nutrition Journal). 2023.18(1): 82–93
https://doi.org/10.20473/mgi.v18i1.82–93

Ilmiah Rekayasa Pertanian Dan Biosistem, of Rain Tree ( Samanea saman ) Pods for Village
6(1), 93–99. Level Hydrous Bioethanol Production. Journal
Lestari, O.A., Dewi, Y.S.K., & Purwayantie, of Biotechnology and Bioenginerring, 11(2),
S. (2017). Indeks Glikemik (IG) dan Beban 168–173.
Glikemik (BG) Olahan Buah Etnik Kalimantan Simarmata, E. F., Herawati, M. M., Sutrisno,
Barat Cempedak dengan Teknologi Penggoreng A. J., & Handoko, Y. A. (2019). Komposisi
Vakum. Ekstrak Stevia terhadap Karakteristik Sirup Bit.
Lu, J. X., & Murray, J. (2019). Biochemistry, Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 17(3),
Dissolution and Solubility. StatPearls 215–223.
Publishing. Snecha, & Deb, P. (2018). Effect of Drying Methods
Omage, K., & Omage, S. O. (2018). Evaluation of and Pre-drying Treatments on Chemical
the glycemic indices of three commonly eaten Quality of Wood Apple Pulp Powder. Journal
mixed meals in Okada , Edo State. Food Science of Pharmacognosy and Phytochemistry, 7(3),
Nutrition, 6(October 2017), 220–228. https:// 1–4.
doi.org/10.1002/fsn3.550 Soelistijo, S. A., Novida, H., Rudijanto, A.,
Organisation for Economic Co-operation and Soewondo, P., Suastika, K., Manaf, A., Lindarto,
Development. (2011). Consensus Document D., Shahab, A., Pramono, B., Langi, Y. A.,
on Compositional Considerations for New Purnamasari, D., Soetedjo, N. N., & Saraswati,
Varieties if Sugarcane: Key Food and Feed M. R. (2015). Konsensus Pengelolaan dan
Nutrients, Anti-nutrients and Toxicants. Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Pandey, S., Satpathy, G., & Gupta, R. K. (2014). Indonesia 2015 (Pertama). PB PERKENI.
Evaluation of nutritional , phytochemical Sukoyo, A., Argo, B. D., & Yulianingsih, R. (2014).
, antioxidant and antibacterial activity of Analisis Pengaruh Suhu Pengolahan dan Derajat
exotic fruit “ Limonia acidissima .” Journal Brix terhadap Karakteristik Fisikokimia dan
of Pharmacognosy and Phytochemistry, 3(2), Sensoris Gula Kelapa Cair dengan Metode
81–88. Pengolahan Vakum. Jurnal Bioproses Komoditas
Passos, T. U., Alves, H., Sampaio, D. C., Olganê, Tropis, 2(2), 170–179.
M., Sabry, D., Luisa, M., Melo, P. De, Auristela, Tripathi, S., Singh, N., Mali, S., Naik, J. R.,
M., Coelho, M., Wellington, J., & Lima, D. O. & Pritesh, S. M. (2017). Sugarcane Juice
(2015). Glycemic index and glycemic load of Quality Evaluation by FT-NIR Spectrometer.
tropical fruits and the potential risk for chronic International Journal of Current Microbiology
diseases. Food Science and Technology, 35(1), and Applied Sciences, 6(9), 3025–3032.
66–73. Varzakas, T., Labropoulos, A., & Anestis, S. (2012).
Pramono, V. J., & Santoso, R. (2014). Pengaruh Sweeteners: Nutritional Aspects, Applications,
Ekstrak Buah Kersen (Muntingia calabura) and Production Technology. CRC Press.
Terhadap Kadar Gula Darah Tikus Putih (Rattus Vijayakumar, P., Punitha, K., & Banupriya, L.
novergicus) yang Diinduksi Streptozotocin (2013). Drying Characteristics and Quality
(STZ). Jurnal Sain Veteriner, 32 (2), 218– Evaluation of Wood Apple Fruit Pulp Powder.
223. International Journal, 2(1), 147–150.
Rahman, M. M., Fakir, M. S. A., & Rahman, M. M. Vijayvargia, P., & Vijayvergia, R. (2014). A Review
(2010). Fruit Growth of China Cherry (Muntingia on Limonia acidissima l .: Multipotential
calabura). Botany Research International, 3(2), Medicinal Plant. International Journal
56–60. Pharmaceutical Science Review and Research,
Rimbawan, & Siagian, A. (2004). Indeks Glikemik 28(36), 191–195.
Pangan Cara Mudah Memilih Pangan yang Vonna, Z. A., & Esfahani, Z. H. (2011). Date and
Menyehatkan. Penebar Swadya. Date Processing : A Review. Food Reviews
Sariri, A.K. & Kustantinah (2022). Secondary International, 27, 101–133. https://doi.org/10.
Metabolites of Saponin and Tanin in Trembesi 1080/87559129.2010.535231
(Samanea saman) and Potential as Ruminant Wal, P., Pal, R. S., & Wal, A. (2019). A Review on
Feed. Advances in Biological Science Research, The Sugar Alternates. International Journal
18, 35-38. of Pharmaceutical Sciences and Reserch,
Siano, D. B., Mateo, W. C., Taylan, V. T., & Cuaresma, 10(4), 1595–1604. https://doi.org/10.13040/
F. D. (2017). Processing and Economic Analysis IJPSR.0975-8232.10(4).1595-04
Anjani et al., Media Gizi Indonesia (National Nutrition Journal). 2023.18(1): 82–93 93
https://doi.org/10.20473/mgi.v18i1.82–93

Wedowati, E. R., Puspitasari, D., Rejeki, F. S., Wuryantoro, H., & Susanto, W. H. (2014).
& Kadir, A. (2015). Gula Siwalan Sebagai Penyusunan Standard Operating Procedures
Bahan Pemanis Alami dan Aman : Tinjauan Industri Rumah Tangga Pangan Pemanis Alami
dari Kandungan Kalori dan Indeks Glikemik. Instan Sari Stevia (Stevia rebaudiana). Jurnal
Prosiding Seminar Agroindustri Dan Lokalkarya Pangan Dan Agroindustri, 2(3), 76–87.
Nasional FKPT -TPI Program Studi TIP-UTM, Yao, W., Yu, X., Lee, J. W., Yuan, X., & Schmidt,
A-33. S. J. (2011). Measuring the Deliquescence
Wulandari, D. (2017). Kualitas madu (keasaman, Point of Crystalline Sucrose as a Function of
kadar air, dan kadar gula pereduksi) berdasarkan Temperature Using a New Automatic Isotherm
perbedaan suhu penyimpanan. J Kim Ris, 2(1), Generator. International Journal of Food
16–22. Properties, 14, 882–893.

Anda mungkin juga menyukai