Anda di halaman 1dari 6

Hama wereng coklat merupakan hama utama pada tanaman padi.

Wereng coklat mudah berkembang dan


beradaptasi pada suasana lembab oleh karena itu biasanya akan menyerang tanaman padi saat awal
musim hujan atau musim kemarau tetapi ada hujan. Jika menyerang tanaman padi berumur 15 hst hama
wereng bisa membentuk dua generasi, sedangkan jika menyerang tanaman padi sekitar umur 30 hst maka
dia hanya mampu hidup satu generasi. Populasi wereng satu generasi akan mencapai puncak saat satu
bulan setelah terjadinya serangan. Imago wereng coklat ada dua tipe yaitu wereng bersayap panjang dan
wereng bersayap pendek. Hama wereng coklat bersayap panjang akan mampu terbang dan berpindah jauh
dari tanaman satu ke tanaman lain. Wereng coklat bersayap panjang inilah yang menjadi penyebar
populasi hama wereng coklat. Hama wereng coklat mempunyai tipe mulut pencucuk penghisap yang
berupa stilet, alat ini berfungsi untuk menghisap bagian tanaman yang masih muda dan lunak. Hama ini
akan meletakkan telur pada pangkal pelepah daun, tempat ini pula yang menjadi tempat hidup nimfa
wereng coklat. Hama wereng coklat termasuk hama yang sulit dikendalikan karena mempunyai sifat:

1.Mampu berkembang biak dengan cepat.

2.Mampu memanfaatkan makanan dengan baik sebelum serangga lain ikut berkompetisi.

3.Hama ini mampu menemukan habitat baru dengan cepat sebelum habitat lama tidak berguna lagi Dari
satu pasang hama wereng coklat dalam 90 hari mampu berkembang biak menjadi 10.000 ekor wereng
coklat betina. Jika nisbah jantan betina 1:1 maka dari satu pasang wereng coklat dalam 3 bulan akan
menghasilkan keturunan 20.000 ekor. Satu betina wereng coklat mampu bertelur 100 hingga 500 butir
telur yang diletakkan berkelompok dengan masing masing kelompok antara 3 sampai 21 butir. Waktu
yang dibutuhkan untuk menetaskan telur wereng antara 7 sampai 10 hari. Setelah itu telur wereng coklat
akan menetas membentuk nimfa yang berumur antara 12 hingga 15 hari. Berakhirnya fase nimfa akan
membentuk wereng dewasa atau disebut imago. -maspary-

   Wereng coklat (Nilaparvata lugens) adalah salah satu hama padi yang paling berbahaya dan merugikan,
terutama di Asia Tenggara dan Asia Timur. Serangga kecil ini menghisap cairan tumbuhan dan sekaligus
juga menyebarkan beberapa virus (terutama reovirus) yang menyebabkan penyakit tungro). Kumbang
lembing memakan wereng dan anaknya sedangkan sejumlah lebah berperan sebagai pemangsa telurnya.
Pemangsa alami ini dapat mengendalikan populasi wereng di bawah batas ambang populasi wereng
terutama musim tanam dengan jumlah hama sedikit sehingga mencegah berjangkitnya virus utama.
Klasifikasi ilmiah. Kerajaan: Animalia; Filum: Arthropoda; Upafilum: Hexapoda; Kelas: Insecta; Ordo:
Hemiptera; Famili: Delphacidae; Genus: Nilaparvata; Spesies: Nilaparvata lugens. Nama binomial:
Nilaparvata lugens; Nama Indonesia: Wereng Coklat, Wereng Batang Coklat Wereng Batang Coklat
(Nilaparvata lugens) atau disebut juga Wereng Coklat merupakan salah satu hama tanaman padi yang
paling berbahaya dan sulit dibasmi. Bersama beberapa jenis wereng lainnya seperti wereng hijau
(Nephotettix spp.) dan wereng punggung putih (Sogatella furcifera), wereng batang coklat telah banyak
merugikan Petani padi bahkan mengakibatkan puso dan gagal panen. Wereng batang coklat, sebagaimana
jenis wereng lainnya, menjadi parasit dengan menghisap cairan tumbuhan sehingga mengakibatkan
perkembangan tumbuhan menjadi terganggu bahkan mati. Selain itu, wereng batang coklat (Nilaparvata
lugens) juga menjadi vektor (organisme penyebar penyakit) bagi penularan sejumlah penyakit tumbuhan
yang diakibatkan virus serta menyebabkan tungro. Ciri ciri tanaman padi yang diserang hama wereng
batang cokelat adalah warnanya berubah menjadi kekuningan, pertumbuhan terhambat dan tanaman
menjadi kerdil. Pada serangan yang parah keseluruhan tanaman padi menjadi kering dan mati,
perkembangan akar merana dan bagian bawah tanaman yang terserang menjadi terlapisi oleh jamur.
Hama wereng batang coklat hidup pada pangkal batang padi. Binatang ini mempunyai siklus hidup antara
3-4 minggu yang dimulai dari telur (selama 7-10 hari), Nimfa (8-17 hari) dan Imago (18-28 hari). Saat
menjadi nimfa dan imago inilah wereng batang coklat menghisap cairan dari batang padi. Wereng
menjadi hama padi yang paling berbahaya dan paling sulit dikendalikan apalagi dibasmi. Sulitnya
memberantas hama padi ini lantaran wereng batang coklat mempunyai daya perkembangbiakan yang
cepat dan cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Tidak jarang, hama wereng batang
coklat ( Nilaparvata lugens) tahan terhadap berbagai insektisida dan pestisida, sehingga sering kali para
petani memberikan dosis pestisida yang berlipat ganda bahkan dengan mengoplos beberapa merk
pestisida sekaligus. Dan semua usaha pengendalian dan pengobatan dengan menggunakan pestisida itu
tidak pernah berhasil tuntas membasmi wereng batang coklat. 

Penggunaan varietas bibit padi yang tahan hama juga tidak dapat bertahan lama dan terus menerus. Sekali
dua kali musim tanam memang varietas padi tahan wereng mampu melawan, namun untuk selanjutnya
varietas tersebutpun musti takluk oleh wereng batang coklat (Nilaparvata lugens).Dalam kondisi normal,
alam selalu mampu menjaga keseimbangan. Keseimbangan alam selalu menjaga agar tidak pernah ada
sebuah spesies yang membludak populasi karena akan dikendalikan oleh spesies lainnya. Populasi tikus
dikendalikan oleh ular dan elang, populasi rusa dikendalikan oleh harimau. Demikian juga populasi
berbagai jenis hama lainnya tak terkecuali wereng batang coklat.

Predator-predator yang secara alami menjadi pemangsa dan mengendalikan populasi wereng batang
coklat (Nilaparvata lugens) antara lain beberapa jenis laba-laba, kumbang, belalang, kepik, hingga
capung, seperti:

Laba-laba serigala (Pardosa pseudoannulata)

Laba-laba bermata jalang (Oxyopes javanus)

Laba-lababerahang empat (Tetragnatha maxillosa).

Kepik permukaan air (Microvellia douglasi)

Kepik mirid (Cyrtorhinus lividipennis)

Kumbang stacfilinea (Paederus fuscipes)

Kumbang koksinelid (Synharmonia octomaculata)

Kumbang tanah atau kumbang karabid (Ophionea nigrofasciata)

Belalang bertanduk panjang (Conocephalous longipennis)

Capung kecil atau kinjeng dom (Agriocnemis spp.)

Sayangnya spesies-spesies yang secara alami mempunyai kemampuan membasmi dan mengendalikan
hama wereng batang coklat tersebut banyak yang telah sirna akibat pola tanam dan pengelolaan pertanian
yang kurang ramah lingkungan. Wereng coklat adalah hama yang mampu beradaptasi dengan berbagai
lingkungan pada waktu yang cepat bahkan bisa menghasilkan populasi baru (biotipe) dalam waktu
singkat. Wereng coklat juga mampu melemahkan kerja insektisida yang dianggap ampuh mengatasi hama
ini sebelumnya. Dengan sifat-sifat yang dimilikinya, hingga kini tidak mudah untuk mengatasinya. Pola
perkembangan hama ini bersifat Biological Clock, artinya, wereng coklat dapat berkembang biak dan
merusak tanaman padi disebabkan lingkungan yang cocok, baik dimusim hujan maupun musim kemarau.
Demikian diungkapkan oleh Prof. Dr. Ir. Baehaki Suherlan Effendi, peneliti dari BBP Padi, pada Elfa
Hermawan dari Majalah Agrotek, dan para peserta seminar yang diselenggarakan Puslitbang Tanaman
Pangan beberapa waktu lalu. Penanaman padi yang terus menerus dengan menggunakan varietas yang
sama dengan memiliki gen tahan tunggal juga dituding dapat mempercepat timbulnya biotipe baru
wereng coklat. Ini terbukti, ketika dilepasnya varietas “Pelita I” pada tahun 1971, pada tahun 1972
muncul wereng coklat berubah menjadi wereng coklat Biotipe 1.

Untuk menghadapi biotipe 1 lalu diperkenalkan varietas “IR26” pada tahun 1975. Namun dalam waktu
setahun terjadi ledakan hebat untuk hama ini di beberapa daerah sentra produksi padi. Hal ini
menandakan berubahnya wereng coklat Biotipe 1 menjadi wereng coklat Biotipe 2. Pada tahun 1981 pun,
wereng coklat Biotipe 2 berubah menjadi wereng coklat Biotipe 3. “Wereng coklat Biotipe 3 ternyata
memakan waktu 25 tahun untuk mengalami perubahan menjadi wereng coklat Biotipe 4, kini tipe 4 mulai
terdektesi di wilayah Asahan Sumatera Utara,” ungkap Baehaki. Keberadaan wereng coklat Biotipe 3
terbilang lama untuk beradaptasi. Hal ini, lanjut Baehaki, disebabkan varietas “IR64″ merupakan varietas
durable resistance yang mampu menghambat perubahan wereng coklat ke tipe baru lagi. Untuk
mengurangi perusakan yang disebabkan oleh wereng coklat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh para petani dan penyuluh. “Wereng coklat pada 2 bulan pertama berkembangbiaknya sangat rendah,
akan tetapi pada hari ke 90 dia bisa mencapai 12.000 ekor,” ungkap Baehaki. Oleh karena itu mereka
harus jeli dalam memperhatikan daerah persawahannya. Bahkan mereka harus rajin untuk mengkontrol
padi yang ada. Selain itu pemilihan varietas yang tahan wereng coklat pun dapat membantu petani. Dalam
menggunakan obat pun jangan sembarangan. Tentu saja para petani tidak bisa melakukan itu sendirian,
diperlukan pengawasan oleh para penyuluh. Secara langsung wereng coklat akan menghisap cairan sel
tanaman padi sehingga tanaman menjadi kering dan akhirnya mati.

Berikut cara pengendalian Hama Wereng Coklat: 

Tanam padi Serempak

Pola tanam serempak dalam areal yang luas dan tidak dibatasi oleh admisistrasi dapat mengantisipasi
penyebaran serangan wereng coklat karena jika serempak, hama dapat berpindah-pindah ke lahan padi
yang belum Wereng coklat terbang bermigrasi tidak dapat dihalangi oleh sungai atay lautan.

Perangkap Lampu

Perangkap lampu merupakan perangkap yang paling umum untuk pemantauan migrasi dan pendugaan
populasi serangga yang tertarik pada cahaya, khususnya wereng

Perangkap lampu dipasang pada pematang (tempat) yang bebas dari naungan dengan ketinggian sekitar
1,5 meter diatas permukaan Lampu yang digunakan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan perangkap lampu antara lain, kekontrasan lampu yang
digunakan pada perangkap lampu yang terdapat di Semakin kontras cahaya lampu yang digunakan maka
akan luas jangkauan tangkapannya. Kemampuan serangga untuk menghindari lampu perangkap yang
dipasang. lampu pijar 40 watt dengan voltase 220 volt. Lampu dinyalakan pada jam 18.00 sampai dengan
06.00 pagi. Agar serangga yang tertangkap tidak terbang lagi, maka pada penampungan serangga yang
berisi air ditambahkan sedikit deterjen.

Keputusan yang diambil setelah ada wereng pada perangkap lampu, yaitu wereng-wereng yang
tertangkap dikubur, atau keringkan pertanaman padi sampai retak, dan segera setelah dikeringkan
kendalikan wereng pada tanaman padi dengan insektisida yang.

Tuntaskan pengendalian pada generasi 1

 Menurut Baihaki (2011), perkembangan wereng coklat pada pertanaman padi dapat terbagi menjadi 4
(empat) generasi yaitu :

generasi 0 (G0) = umur padi 0-20 HST (hari Sesudah Tanam)

Generasi 1 (G1) = Umur padi 20-30 HST, wereng coklat akan menjadi imago wereng coklat generasi ke-1

Generasi 2 (G2) = Umur padi 30-60 HST, wereng coklat akan menjadi imago wereng coklat generasi ke-2

Generasi 3 (G3) = umur padi diatas 60 Pengendalian wereng yang baik yaitu :

Pada saat generasi nol (G0) dan generasi 1 (G1).

Gunakan insektisida berbahan aktif buprofezin, BPMC, fipronil dan

Pengendalian wereng harus selesai pada generasi ke-1 (G1) atau paling lampat pada generasi ke -2 (G2).

Pengendalian saat generasi ke-3 (G3) atau puso tidak akan berhasil

Penggunaan Insektisida

Keringkan pertanaman padi sebelum aplikasi insektisida baik yang disemprot atau butiran

Aplikasi insektisida dilakukan saat air embun tidak ada, yaitu antara pukul 00 pagi sampai pukul 11.00,
dilanjutkan sore hari. Insektisida harus sampai pada batang pagi.

Tepat dosis dan jenis yaitu berbahan aktif buprofezin, BPMC, fipronil dan

Beberapa insektisida yang direkomendasikan untuk menghasilkan hama wereng coklat:

Bahan aktif Biasanya dengan nama dagang Applaud. Dengan formulasi EC, WP dan F insektisida ini
mempunyai cara kerja yang spesifik yaitu menghambat pergantian kulit pada hama wereng coklat.
Walaupun hama penghisap ini tidak langsung mati tetapi applaud termasuk insektisida yang lumayan
dengan harga yang relatif murah.

Bahan aktif Dipasaran dijual dengan nama bermacam-macam diantaranya Confidor, Winder, Imidor,
Dagger dan masih banyak lagi insektisida yang beredar dengan bahan aktif imidakloprid ini. Insektisida
ini mempunyai cara kerja sistemik dan sampai saat ini masih bisa diandalkan untuk mengendalikan hama
wereng coklat.

Bahan aktif BBMC. Dijual dengan merek dagang Bassa, Baycarb, Dharmabas, Hopsin, Kiltop dan lain-
lain. Cara kerja insektisida ini adalah Walaupun harganya murah namun dalam penggunaannya harus
dengan konsentrasi yang besar sekitar 2-4 ml/ liter.
Bahan aktif MIPC. Dipasaran biasanya dikenal dengan nama Mipcin, Mipcindo, Mipcinta, Micarb dan
lain-lain. Sebenarnya MIPC ini masih satu golongan dengan BBMC yaitu kategori golongan Karbamat.
Cara kerja kontak dan efikasi dalam menendalikan hama wereng coklat masih diatas BBMC.

Bahan aktif Fipronil. Insektisida ini biasa kita kenal dengan nama Regent. Dengan formulasi SC regent
mampu mengendalikan hama wereng coklat dengan cara Formulasi terbaru regent WDG (sacset) ternyata
lebih ampuh.

Bahan aktif klorantraniliprol dan Merupakan insektisida generasi terbaru yang memiliki spektrum luas
untuk mengendalkan beberapa hama pada tanaman padi. Bahan aktif ini biasa kita kenal dengan nama
dagang Virtako. Walaupun bagus untuk mengendalikan wereng coklat cuma sayang harganya sangat
mahal.

Insektisida Insektisida ini sangat ramah lingkungan dengan bahan baku bisa kita dapatkan melimpah
disekitar kita. Ada beberapa kelemahan dan kelebihan Insektisida organik. Contoh insektisida organik
untuk mengendalikan hama wereng adalah daun sirsak.

Penggunaan Pestisida Nabati Secara umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan
dasarnya berasal dari tumbuhan. Dengan adanya kemajuan dalam bidang ilmu kimia dan pengembangan
alat-alat analisis, banyak senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan telah diisolasi dan diidentifikasi
bahkan telah disintesis. Kandungan senyawa-senyawa tumbuhan dapat menunjukkan berbagai macam
aktivitas biologi pada serangga seperti penghambatan/penolakan makan, aktivitas penolakan peneluran,
aktivitas penghambat pertumbuhan dan perkembangan, dan efek kematian, karena itu bioaktif tersebut
dapat digunakan untuk pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Hasil deskripsi Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat terdapat 54 jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai pestisida
nabati. Saat ini penelitian terhadap tumbuhan bahan pestisida nabati terus berkembang.

Beberapa contoh tumbuhan yang telah diuji efektivitas daya racunnya antara lain sebagai berikut:

Nimba/Mimba (Azadirachta indica) Cara sederhana membuat larutan siap semprot adalah dengan
menumbuk biji sampai

Bagian Tanaman yang digunakan adalah daun dan biji, mengandung senyawa kimia zat Azadirachtin,
Meliantriol, Salanin. Efektif untuk hama wereng coklat.

Nimba mampu mengendalikan sekitar 127 jenis hama dan mampu berperan sebagai insektisida, fungisida,
bakterisida, nematisida, moluskisida, antivirus, dan mitisida.

Nimba tidak membunuh hama secara cepat tetapi berpengaruh terhadap penghambatan daya/ nafsu
makan, pertumbuhan, reproduksi, pemandulan, peletakan telur, proses ganti kulit, perkawinan, daya tetas
telur dan pembentukan khitin yang akhirnya dapatNimba/Mimba (Azadirachta indica) menyebabkan
kematian hama.halus masukkan dalam air sambil diaduk-aduk dan dibiarkan 24 jam kemudian disaring,
untuk 1 kg biji yang telah ditumbuk halus dilarutkan kedalam 20 lt air. Untuk daun jumlahnya 2 kali (2 kg
daun mimba yang telah ditumbuk dilarutkan dalam 20 lt air)Mengingat nimba mudah ditanam oleh
petani, maka dapat dikatakan bahwa nimba adalah sebagai biopestisida mandiri bagi petani di masa
depan.

Gadung Racun (Dioscorea hispida)


Bagian tanaman yang digunakan adalah umbi, sebagai pestisida, yang mengandung zat diosgenin dan
saponin.

Bengkuang (Pachyrryzus erosus)

Bagian tanaman yang digunakan adalah biji polong, yang mengandung zat pachyrrizid (rotenoid)
merupakan racun yang menghambat operasional Diketahui efektif terhadap beberapa OPT antara lain ulat
grayak, ulat krop dan ulat daun kubis.

Rumput Babandotan (Ageratum conyzoides)

Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun, batang, bunga dan akar, sebagai pestisida yang
mengandung zat saponin, polifenol, flavonoid dan minyak atsiri

Sirsak (Annona muricata L)

Bagian tumbuhan yang digunakan adalah biji dan daun, yang mengandung zat annonain, bermanfaat
sebagai insektisida menyebabkan kematian sel, sebagai penolak serangga dan penolak tidak mau makan.

Selasih (Ocimum bacilicum)

Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan biji, mengandung zat juvocimene, yang bersifat toksis/
mengganggu perkembangan

Selasih lebih dikenal sebagai pemikat lalat buah. Daun diekstrak lalu dicampur sedikit air, dan lebih
efektif dengan cara menyuling sehingga menghasilkan minyak atsiri. Dipasang dengan menggunakan
perangkap lalat buah.

Anda mungkin juga menyukai