Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA MASA REMAJA

DAN PRANIKAH DENGAN FLUOR ALBUS PATOLOGI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Masa
Remaja dan Pranikah

Oleh:
Meiriska Eka Syasmi

NIM P05140420008

Pembimbing Akademik:
Elly Wahyuni, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan

“ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA MASA REMAJA DAN


PRANIKAH DENGAN FLUOR ALBUS PATOLOGI”

Oleh:
MEIRISKA EKA SYASMI
NIM. P05140420008

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Elly Wahyuni, M.Pd Fitri Andri Lestari, Str.Keb.SKM.


NIP. 197810142001122001 NIP.197512052006042030

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.
Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Praktik Asuhan
Kebidanan Holistik Kebidanan. Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan
dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bunda Mariati,SKM,M.PH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta,
2. Bunda Diah Eka Nugraheni,M,Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Jurusan

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta,


3. Bunda Elly Wahyuni, M.Pd selaku dosen pembimbing praktik,
4. Bidan Fitri Andri, S.ST selaku pembimbing lahan,
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari
bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir
kata, penulis berharap semoga laporan komprehensif ini bermanfaat bagi semua
pihak.

Bengkulu, 14 September 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iv

BAB I TINJAUAN TEORI.......................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN.......................................17

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................24

i
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. FLUOR ALBUS
1. Pengertian
Keputihan adalah semacam Silim yang keluar terlalu banyak, warnanya
putih seperti sagu kental dan agak kekuning-kuningan. Jika Silim atau lendir ini
tidak terlalu banyak, tidak menjadi persoalan (Kusmiran Eni, 2012). Keputihan
adalah gejala penyakit yang ditandai oleh keluarnya cairan dari organ reproduksi
dan bukan berupa darah. Keputihan yang berbahaya adalah keputihan yang tidak
normal (Mayasari, 2015)
Keputihan dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu keputihan yang normal
dan keputihan yang abnormal. Keputihan normal dapat terjadi pada masa
menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16
menstruasi dan juga melalui rangsangan seksual. sedangkan keputihan abnormal
dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang
senggama, mulut rahim, dan jaringan penyangga juga penyakit karena hubungan
kelamin) (Manuaba, 2009).
Pada keadaan normal, cairan yang keluar dari vagina wanita dewasa
sebelum menopause terdiri dari epitel vagina, cairan transudasi dari dinding
vagina, sekresi dari endoserviks berupa mucus, sekresi dari saluran yang lebih
atas dalam jumlah yang bervariasi serta mengandung berbagai mikroorganisme
terutama Laktobasilus doderlein.
Peranan L.doderlein dianggap sangat penting dalam menjaga suasana
vagina dengan menekan pertumbuhan mikroorganisme patologis karena basic
doderlein mempunyai kemampuan mengubah glikogen dari epitel vagina yang
terlepas menjadi asam laktat, sehingga vagina tetap dalam keadaan asam dengan
pH 3.0 – 4,5 pada wanita dalam masa reproduksi. Suasana inilah yang mencegah
mikroorganisme patologis untuk tumbuh.
Bila terjadi ketidakseimbangan suasana flora vagina yang disebabkan oleh
beberapa faktor maka terjafi penurunan fungsi basil doderlein dengan
berkurangnya jumlah glikogen karena fungsi proteksi basil doderlein berkurang

5
maka terjadi aktifitas dari mikroorganisme patologis yang selama ini ditekan oleh
flora normal vagina. Progresifitas MO patologis secara klinis akan memberikan
suatu reaksi inflamasi di daerah vagina. Sistem imun tubuh akan bekerja
membantu fungsi dari basil doderlein sehingga terjadi pengeluaran leukosit PMN
maka terjadilah fluor albus.

Secara normal sekret vagina mengandung: sel epitel, terutama yang paling
luar (superficial) yang terkelupas dan dilepaskan ke dalam rongga vagina;
beberapa sel darah putih (leukosit); bakteri bakteri normal, yang terbanyak
doderlein, dan beberapa jenis kokus seperti streptokokus dan stafilokokus, dan
Eschericia coli.

2. Etiologi Fluor Albus Patologis


Fluor albus patologis dapat dibagi menjadi infeksi dan non infeksi. Infeksi dapat
disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit dan virus. Sedangkan yang non patologis dapat
terjadi oleh benda asing, neoplasma/keganasan pada alat genitalis dan erosi.
a) Infeksi
1) Bakteri
a. Gonokokus
Cairan yang keluar dari vagina pada infeksi yang lebih dikenal

dengan nama gonore ini berwarna kekuningan yang sebetulnya


merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang

6
mengandung Neisseria gonorrhoe berbentuk pasangan dua dua
dalam sitoplasma sel. Gambaran ini kadang dapat terlihat pada
pemeriksan pap smear, tetapi lebih sering diketemukan dalam
pemerikasaan apus dengan pewarnaan gram. Bakteri ini mudah
mati bila terkena sabun, alcohol, detergen, dan sinar matahari.

Cara penularan penyakit ini melalui senggama.


b. Chlamidia Trachomatis
Bakteri ini sering menyebabkan penyakit pada mata (trakoma)
tetapi dapat juga ditemukan pada cairan vagina dan terlihat melalui
mikroskop setelah diwarnai dengan pewarnaan Giemsa. Bakteri ini
membentuk suatu badan inklusi yang berada dalam sitoplasma sel
sel vagina. Pada pemeriksaan Pap smear sukar ditemukan adanya
perubahan sel akibat infeksi klamidia ini karena siklus hidupnya
yang tak mudah dilacak.

c. Gardnerella vaginalis
Gardnerella menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik
dan kadang dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme normal
dalam vagina karena seringnya ditemukan. Bakteri ini biasanya
mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk bentukan yang
khas disebut sebagai clue cell. Gardnerella menghasilkan asam
amino yang diubah menjadi senyawa amin yang menimbulkan bau
amis seperti ikan. Cairan vagina tampak keabu abuan.
d. Treponema palidum

Bakteri ini merupakan penyebab sifilis. Pada perkembangan


penyakit dapat terlihat sebagai kutil kutil kecil di vulva dan vagina
yang disebut kondiloma lata. Bakteri berbentuk spiral dan tampak
bergerak aktif pada pemeriksaan lapangan gelap.
2) Jamur

Jamur yang menyebabkan fluor albus adalah dari spesies kandida. Cairan
yang keluar dari vagina biasanya kental, berwarna putih susu dan sering
disertai rasa gatal. Vagina biasanya tampak kemerahan akibat proses
peradangan. Dengan KOH 10% tanpak sel ragi (blastospora) atau hifa

semu. Beberapa keadaan yang dapat merupakan tempat yang subur bagi
pertumbuhan jamur ini adalah kehamilan, penyakit DM, pemakai pil

7
kontrasepsi. Suami atau pasangan penderita biasanya juga akan menderita
penyakit jamur ini. Keadaan yang saling menularkan antara pasangan
suami istri ini disebut sebagai fenomena pingpong.
3) Parasit
Etiologi fluor albus terbanyak karena parasit biasanya disebabkan

Trikomonas vaginalis. Parasit ini berbentuk lonjong dan mempunyai bulu


getar dan dapat bergerak berputar putar dengan cepat. Gerakan ini dapat
dipantau dengan mikroskop. Cara penularan penyakit ini melalui
senggama. Walaupun jarang dapat juga ditularkan melalui perlengkapan
mandi, seperti handuk dan pinggiran kloset. Cairan yang keluar dari
vagina biasanya banyak, berbuih menyerupai air sabun (berbusa),
berwarna hijau kekuningan dan berbau. Fluor albus oleh parasit ini tidak
selalu gatal, tetapi vagina tampak kemerahan dan timbul rasa nyeri bila
ditekan atau perih bila berkemih. Kadang terdapat perdarahan paska

koitus dan intermenstrual. Pada pria sering tanpa gejala, sehingga mereka
tidak menyadari dan menularkan pada istrinya.
4) Virus
Fluor albus akibat infeksi virus sering disebabkan oleh kondiloma
akuminata dan herpes simpleks tipe 2. Kondiloma ditandai dengan
tumbuhnya kutil kutil yang kadang sangat banyak dan dapat bersatu
membentuk jrngger ayam yang berukuran besar. Penyebabnya adalah
Human Papiloma Virus. Cairan di vagina sering berbau, tanpa rasa gatal.
Penyakit ini ditularkan melalui senggama dengan gambaran yang lebih

buruk bila disertai dengan gangguan system imun, seperti pada pemakaina
kortikosteroid yang lama, atau penderita AIDS.
Virus lainnya yaitu Herpes Simpleks Tipe 2 yang juga ditularkan melalui
senggama. Pada awal infeksi tampak kelainan kulit sepereti melepuh
terkena air panas yang kemudian pecah dan menimbulkan luka seperti
borok dan pasien merasa sakit.
a. Non Infeksi
1. Benda asing
Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda

tertentu yang dipakai pada waktu senggama, adanya cincin


pesarium yang digunakan wanita dengan prolapsus uteri dapat

8
merangsang pengeluaran cairan vagina yang berlebihan. Jika
rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi
infeksi penyerta dari flora normal yang berada di dalam vagina
sehingga timbul fluor albus.
2. Neoplasma/Keganasan

Kanker akan menyebabkan fluor albus patologis akibat gangguan


pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga menyebabkan
sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak,
akibatnya dapat terjadi pembusukan dan perdarahan akibat
pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan
makanan dan oksigen pada sel kanker tersebut. Pada keadaan
seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai
bau busuk akibat terjadinya proses pembusukan tadi dan seringkali
disertai oleh adanya darah yang tidak segar.

3. Menopause
Fluor albus pada menopause tidak semuanya patologis. Saat
menopause sel sel pada serviks uteri dan vagina mengalami
hambatan dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormone
pemacu, yaitu estrogen. Vagina menjadi kering dan lapisan sel
menjadi tipis, kadar glikogen menurun dan basil Doderlein
berkurang. Keadaan ini memudahkan terjadinya infeksi karena
tipisnya sel epitel sehingga mudah menimbulkan luka dan
akibatnya timbul fluor albus.

4. Erosi
Pada masa reproduksi wanita, umumnya epitel kolumner
endocerviks lebih keluar ke arah portio sehingga tampak bagian
merah mengelilingi ostium uteri internum. Bila daerah ini
terkelupas akan memudahkan terjadinya infeksi penyerta dari
flora normal di vagina sehingga timbul fluor albus. Menurut
Hamperl dan Kaufman (1959) penyebab erosi ini tidak diketahui,
kemungkinan terjadi akibat kenaikan estrogen.

3. Patofisiologi
Banyak hal sebenarnya yang membuat wanita rawan terkena keputihan

9
patologis. Biasanya penyebab keputihan patologis ini karena kuman. Di dalam vagina
sebenarnya bukan tempat yang steril, berbagai macam kuman ada disitu. Flora normal
didalam vagina membantu menjaga keasaman PH vagina, pada keadaan yang optimal.
PH vagina seharusnya antara 3,5-5,5. flora normal ini bisa terganggu. Misalnya
karena pemakaian antiseptic untuk daerah vagina bagian dalam. Ketidakseimbangan

ini mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuman-kuman yang lain. Padahal adanya
flora normal dibutuhkan untuk menekan tumbuhan yang lain itu untuk tidak tumbuh
subur. Kalau keasaman dalam vagina berubah, maka kuman-kuman lain dengan
mudah akan tumbuh sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang akhirnya
menyebabkan keputihan yang berbau, gatal dan menimbulkan ketidaknyamanan

4. Tanda Dan Gejala


a. Keluarnya cairan berwarna putih, kekuningan atau putih kelabu dari saluran
vagina. Cairan ini dapat encer atau kental dan kadang-kadang berbusa. Mungkin

gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid pada wanita
tertentu.
b. Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya. Biasanya keputihan
yang normal tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan juga dalam dialami oleh
wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar
cairan tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina
yang terinfeksi atau alat kelamin luar.
c. Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu hingga sepuluh hari dari
vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh hormone yang dihasilkan oleh

plasenta atau uri.


d. Gadis muda terkadang juga mengalami keputihan, sesaat sebelum masa pubertas.
Biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya.

5. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium.
a. Anamnesis
1) Usia

Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita atau wanita
dewasa, fluor albus yang terjadi mungkin karena pengaruh estrogen yang tinggi

1
dan merupakan fluor albus yang fisiologis. Wanita pada usia reproduksi harus
dipikirkan kemungkinan suatu penyakit hubungan seksual dan penyakit infeksi
lainnya. Pada wanita dengan usia yang lebih tua harus dipikrkan kemungkina
terjadinya keganasan terutama kanker cerviks.
2) Metode Kontrasepsi yang Dipakai

Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan sekresi kelenjar


serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya infeksi jamur. Pemakaian
IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada serviks yang merangsang
sekresi kelenjar serviks menjadi meningkat.
3) Kontak Seksual
Untuk mengantisipasi fluor albus akibat PHS seperti gonore, kondiloma
akuminata, herpes genitalis dan sebagainya. Hal yang perlu ditanyakan adalah
kontak seksual terakhir dan dengan siapa dilakukan.
4) Perilaku

Pasien yang tinggal bersama dengan teman temannya kemungkinan tertular


penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya fluor albus cukup besar. Contoh
kebiasaan yang kurang baik adalah tukar menukar alat mandi atau handuk.
5) Sifat fluor albus
Hal yang harus ditanyakan adalah jumlah, bau, warna, dan konsistensinya,
keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan telah berapa lama kejadian
tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara detil karena dengan
mengetahui hal hal tersebut dapat diperkirakan kemungkinan etiologinya.
6) Kemungkinan hamil atau menstruasi

7) Masa inkubasi
Bila fluor albus timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau pengaruh zat
kimia ataupun pengaruh rangsangan fisik.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, infeksi saluran kemihdan infeksi
lainnya yang mungkin berkaitan dengan fluor albus. Pemeriksaan yang harus
dilakukan adalah pemeriksaan genitalia, meliputi inspeksi dan palpasi genitalia
eksterna, pemeriksaan speculum untuk melihat bagian dalam vagina dan serviks,

pemeriksaan pelvis bimanual. Untuk menilai cairan dinding vagina hindari


kontaminasi dengan lender serviks.

1
Pada infeksi gonokokus, kelainan yang dapat ditemui adalah orifisium uretra
eksternum merah, edema, dan secret mukopurulen, labia mayora dapat bengkak,
merah dan nyeri tekan. Kadang kadang kelenjar Bartholini ikut meradang dan
terasa nyeri ketika waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan dalam terlihat
serviks merah dengan erosi dan secret mukopurulen.

Pada Trikomonas vaginalis, dinding vagina tampak merah dan sembab.


Kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang tampak
sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai strawberry appearance. Bila
secret banyak dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada lipat paha atau sekitar
genitalia eksterna.
Infeksi Gardnerella vaginalis memberikan gambaran vulva dan vagina yang
hiperemis, secret yang melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan
tipis atau berkilau.Pada pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi yang disertai
lendir bercampur darah yang keluar dari orificium uteri internum.

Pada Candidiasis vagina dapat ditemukan peradangan pada vulva dan vagina,
pada dinding vagina sering terdapat membrane membrane kecil berwarna putih
yang jika diangkat meninggalkan bercak yang agak berdarah.
Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna kemerahan dengan
permukaan yang tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang jadi granuler,
berbenjol benjol dan ulcerative disertai adanya jaringan nekrotik. Disanping itu
tampak secret yang kental berwarna coklat dan berbau busuk. Pada kanker serviks
lanjut, serviks menjadi nekrosis, berbenjol benjol, ulseratif dan permukaannya
bergranuler, memberikan gambaran seperti kembang kol.

Gambaran seperti kembang kol dapat juga ditemukan pada Kondiloma


akuminata pada vulva bahkan sampai keluar dari vagina maupun serviks.
Pada Herpes genitalis akan terlihat adanya vesikel vesikel pada vulva, labia
mayora, labia minora, vagina dan serviks. Pada keadaan lebih lanjut dapat dilihat
adanya ulkus pada vagina dan serviks.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
1. Penentuan pH
Penentuan pH dengan kertas indicator pH ( normal: 3.0 – 4,5 )

2. Penilaian sediaan basah


Penilaian diambil untuk pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% dan

1
pemeriksaan sediaan basah dengan garam fisiologis. Trikomonas vaginalis
akan terlihat jelas dengan garam fisiologis sebagai parasit berbentuk lonjong
dengan flagelanya dan gerakannya cepat. Sedangkan Candida albikans dapat
dilihat jelas dengan KOH 10% tampak sel ragi atau pseudohifa. Vaginitis non
spesifik yang disebabkan Gardnerella vaginalis pada sediaan dapat ditemukan

beberapa kelompok basil, beberapa lekosit, dan banyak sel sel epitel yang
sebagian besar permukaannya berbintik bintik dinamakan clue cell, yang
merupakan ciri khas infeksi Gardnerella vaginalis.

3. Pewarnaan Gram
Neisseria gonorrhoeae memberikan gambaran adanya gonokokus intra
dan ekstra seluler. Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang
batang berukuran kecil gram negative yang tidak dapat dihitung
jumlahnya dan banyak sel epitel dengan kokobasil, tanpa ditemukan
laktobasil.
4. Kultur
Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti,
tetapi seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati hati dalam
penafsiran.
5. Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes genitalis dan
Herpes Papiloma Virus dengan pemeriksaan ELISA.
6. Tes Pap smear
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada
serviks, infeksi termasuk Human Papiloma Virus, peradangan, sitologi
hormonal dan evaluasi hasil terapi.

1
5. Penatalaksanaan
1. Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti :

a. Alat Pelindung
Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan tertularnya PHS dapat
dilakukan dengan menggunakan kondom. Kondom cukup efektif
mencegah terhadap penularan PHS, termasuk AIDS
b. Pemakaian Obat / Profilaksis
Pemakaian antiseptic cair untuk membersihkan vagina pada hubungan
yang dicurigai menularkan penyakit kelamin relative tidak ada
manfaatnya jika tidak disertai dengan pengobatan terhadap MO penyebab
penyakitnya. Pemakaian antibiotic dengan dosis profilaksis atau dosis

yang tidak tepat juga akan merugikan karena selain kuman tidak terbunuh
juga terdapat kemungkinan kebal terhadap obat jenis tersebut. Pemakaian
obat mengandung estriol baik krim atau obat minum bermanfaat pada
pasien menopause dengan gejala yang berat.
c. Pemeriksaan dini
Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan pemeriksaan
Pap smear secara berkala. Dengan Pap smear dapat diamati adanya
perubahan sel sel normal menjadi kanker yang terjadi secara berangsur
angsur.

2. Kuratif
Terapi fluor albus harus disesuaikan dengan etiologinya.
a. Parasit
Pada infeksi Trikomonas vaginalis diberikan metronidazol 3 x 250mg PO
selama 10 hari. Karena sering timbul rekurens, maka dalam terapi harus
diperhatikan adanya infeksi kronis yang menyertainya, pemakaian
kondom, dan pengobatan pasangannya. Selain itu dapat juga digunakan
Klotrimazol 1 x 100mg intravaginal selama 7 hari.
b. Jamur

Pada infeksi Candida albikans dapat diberikan mikostatin 10.000 unit


intravaginal selama 14 hari. Untuk mencegah timbulnya residif tablet

1
vaginal mikostatin ini dapat diberikan seminggu sebelum haid selama
beberapa bulan. Obat lainnya adalah Itrakonazol 2 x 200mg PO dosis
sehari.
c. Bakteri:
- Gonokokus : -Tetrasiklin 4 x 250mg PO/hr selama 10hari

-Kanamisin 2 gr IM
-Sefalosporin do.awal 1gr selanjutnya
2x500mg selama 2 hari.
-Eritromisin 4 x 250mg PO selama 10 hari
- Gardnerella : -Klindamisin 2 x 300mg PO selama 7 hari

-Metronidazol 3 x 250 mg PO selama 7 hari


- Klamidia : -Tetrasiklin 4 x 500 mg PO selama 7-10 hari

- Treponema : -Benzatin Penisilin G 2,4 juta unit IM


-Doksisiklin 2 x 200 mg PO selama 2minggu
d. Virus
1) Virus Herpes Tipe 2: dapat diberikan obat anti virus dan simtomatis
untuk mengurangi rasa nyeri, gatal, serta pemberian obat topical
larutan neutral red 1 % atau larutan provlavine 0,1%
2) Human Papiloma Virus: pemberian vaksinasi mungkin cara
pengobatan yang frasional, tetapi vaksinasi ini masih dalam
penelitian.
3) Kondiloma Akuminata: dapat diobati dengan menggunakan suntikan
interfderon untuk kekebalan. Obat topical dapat diberikan podofilin
25% atau podofilotoksin 0,5% ditempat dimana kutil berada. Bila
kondiloma berukuran besar dapat dikauterisasi.
Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai
tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
i) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup,
hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
ii) Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk
mencegah penularan penyakit menular seksual.
iii) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap
kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan

1
bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat.
Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk
mencegah bakteri berkembang biak.
iv) Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari
arah depan ke belakang.

v) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena


dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis
dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
vi) Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada
daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
vii) Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas
kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya.

6. PROGNOSIS
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan
respon terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan
berulang. Dengan perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang
lebih efektif

1
BAB II

TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Manajemen Kebidanan SOAP

1. Pengertian Manajemen Kebidanan SOAP

Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan kebidanan

sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian harus akurat,
lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam

merumuskan suatu diagnosa kebidanan dan memberikan pelayanan kebidanan

sesuai dengan respon individu sebagaimana yang telah ditentukan sesuai standar

dalam praktek kebidanan dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor

900/MENKES/SK/VI/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan dan Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007

tentang Standar Profesi Bidan. Penyusuanan data sebagai indikator dari data yang

mendukung diagnosa kebidanan adalah suatu kegiatan kognitif yang komplek

dan bahkan pengelompokkan data fokus adalah suatu yang sulit.

2. Langkah-Langkah Manajemen SOAP

Adapun Langkah-langkah manajemen kebidanan SOAP adalah sebagai berikut :

a. Data Subjektif

Data subjektif merupakan pendokumentasikan hanya pengumpulan data klien

melalui anamnesa yaitu tentang apa yang dikatakan klien, seperti identitas

1
pasien, kemudiaan keluhan yang diungkapakan pasien pada saat melakukan

anamnesa kepada pasien (Rukiyah, 2014). Biodata yang antara lain :

1) Nama

Dikaji dengan masa yang jelas, lengkap, untuk menghindari adanya

kekeliruhan atau untuk membedakan dengan klien atau pasien lainnya.

2) Umur

Untuk mengetahui faktor resiko yang sangat berpengaruh terhadap proses

reproduksi seseorang.

3) Agama

Untuk memeberikan motivasi dorongan moril sesuai dengan agama yang

sedang di anut oleh pasien.

4) Suku bangsa

Untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan merugikan.

5) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat penerimaan informasi hal-

hal baru atau pengetahuan baru karena tingkat pendidikan yng lebih tinggi

mudah mendapatkan informasi.

6) Pekerjaan

Untuk mengetahui status ekonomi keluarga pasien.

7) Alamat

Untuk mengetahui tempat tinggal pasien.

8) Keluhan Utama

1
Untuk mengetahui keluhan yang sedang dirasakan pasien saat

pemeriksaan.

9) Riwayat Kesehatan

Untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien pada saat ini, dahulu maupun

riwayat kesehatan keluargany apakah terdapat penyakit menurun,

menahun, ataupun menular.

10) Pola Kebutuhan sehari-hari

a) Makanan

Frekuensi : Berapa kali makan dalam

sehari Jenis : Jenis makanan yang dikonsumsi

Keluhan : Ada atau tidak keluhan yang dirasakan

b) Minuman

Frekuensi : Berapa kali minum dalam sehari

Jenis : Jenis minum yang dikonsumsi

c) Eliminasi

Frekuensi : Berapa kali BAK dan BAB dalam sehari

Konsistensi : Untuk mengetahui apakah BAK dan BAB

pasien normal atau tidak

Keluhan : Ada atau tidak keluhan yang dirasakan

11) PersonalHygien

Dikaji untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihanya sehari-

hari.

12) Pola Aktifitas

Dikaji untuk mengetahui kegiatan apa yang dilakukan pasien sehari-hari.

13) Pola Istirahat

1
Untuk mengetahui pola istirahat pasien sehari-hari, seperti berapa lama

tidur malam dan tidur siang pasien.

b. Data Objektif

Data Objektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik

klien, hasil laboratorium, dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung assasment yaitu apa yang dilihat dan diraskan oleh

bidan setelah melakukan pemeriksaan terhadap pasien ( Rukiyah, 2014).

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan Umum

Untuk mengetahui keadaan umum pasien apakah baik, lemah atau

keadaan umummnya pasien pucat dan lemas.

b) Kesadaran

Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmetis, apatis,

ataupun samnolen.

c) TekananDarah

untuk mengetahui berapa tekanan darah pasien.

d) Suhu

Untuk mengetahui berapa suhu badan pasien.

e) Denyut Nadi

Untuk mengetahui berapa nadi pasien dihitung per menit.

f) Respirasi

Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung per

menit.

g) Berat Badan

Untuk mengetahui berapa berat badan pasien.

2
2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Untuk menilai bentuk kepala, dan kelainan.

b) Rambut

Untuk menilai warna, distribusi, kerontokan dan kebersihan.

c) Muka

Untuk menilai terdapat oedem atau chloasma pada muka.

d) Mata

Untuk menilai apakah kunjungtiva pucat atau merah, dan sklera

berwarna putih atau tidak.

e) Hidung

Untuk mengetahui kebersihan dan pembesaran polip.

f) Telinga

Mengetahui bentuk telinga simetris atau tidak, dan kebersihan telinga.

g) Mulut

Untuk mengetahui kebersihan, dan melihat adakah caries dan mukosa

bibir terlihat lembab atau tidak.

h) Leher

Untuk mengetahui adakah pembekaan vena jugularis, kelenjar tiroid,

dan kelenjar limfe.

i) Abdomen

Untuk menegtahui adakah bekas operasi, maupun nyeri tekan.

j) Genetalia

Untuk mengetahui adakah oedem dan varises vagina, dan kelainan

yang mengganggu.

2
k) Anus

Melihat adakah hemoroid dan keluhan lain.

l) Ektermitas

Melihat apakah bentuk simetris, melihat adakah edema, dan

mengecek bagian kaki adakah varisens dan respon terhadap cek

patella.

3) Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan jika memerlukan penegakan diagnosa.

c. Assesment

Assesment merupakan masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan

data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau

disimpulkan yang dibuat dari data subjektif dan objektif. ( Rukiyah, 2014).

Pendokumentasiaan hasil analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari dat

subjektif dan objektif. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan

data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pasien, dapat terus

diikuti dan dia,nil keputusan/tindakan yang tepat. (Rismalinda,2014).

d. Planning

Perencanaan atau planning adalah suatu pencatatan menggambarkan

pendokumentasiaan dari perencanaan dan evaluasi berdasrkan assesment yaitu

rencan apa yang akan dialkukan berdasarkan hasil evaluai tersebut

( Rukiyah,2014).

Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun

berdasarkan hasil analisis dan interprestasi data yang bertujuaan untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin

danmempertahankan kesejahteraanya (Rismalinda,2014).

2
RENCAANA ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DAN PRANIKAH DENGAN

FLUOR ALBUS PATOLOGI

Hari/Tanggal :
Pukul :

Identitas Pasien
a. Nama Pasien b. Nama Orang Tua
Nama : Nama :
Usia : Usia :
Agama : Agama :
Suku Bangsa : Suku Bangsa :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :

Alamat : Alamat :
S:
Nn. “…” mengatakan:
a. Sering mengalami keputihan yang berwarna kuning kehijauan dan berbau
b. Sering merasa gatal-gatal di area genetalianya
c. Merasa risih dengan apa yang dialami saat ini
O:
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum :

b. Kesadaran :
c. TD : N :

2
d. RR : T :
Pemeriksaan fisik
a. Kepala :
1) Muka :
2) Mata ;

3) Hidung :
4) Telinga :
b. Leher :
c. Abdomen :

A: Nn. “..” Usia “…”dengan fluor albus patologis


P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada pasien
2. Memberikan therapy antibiotic metronidazole untuk pengobatan fluor albus patologis
yang diderita pasien

3. Memfasilitasi konseling kepada pasien , pasien mulai membuka diri


4. KIE tentang personal hygiene yang baik dan benar
5. Memberitahu pentingnya menjaga personal hyegine

2
DAFTAR PUSTAKA

Mayasari, Intan Cristi, Siti Khuzaiyah, Rini Krisiyanti. Karakteristik Wanita dengan
Flu- or Albus. Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK); 2015; 3:3.

WHO. Basic Documents (Including amend- ments adopted up to 31 December 2014).

For- ty-eighth ed. Geneva: WHO Press; 2014:1.


Nduru, Leo Marthin. Hubungan Perilaku Mengenai Keputihan dengan Riwayat Keja-
dian Keputihan pada Ibu-ibu Nelayan di Kelu- rahan Bagan Deli
Kecamatan Medan Belawan [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera
Utara; 2016.

Handayani, Tri Asih. (2008). Memberantas dan mengobati keputihan,


http://sangwanita.blogspot.com. Di akses 14 Juni 2016

Manuaba, Ida bagus Gde, (2009). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.

Nanda NIC- NOC .2013 . Aplikasi Asuhan Kebidanan Berdasarkan Diagnosa Medis
Edisi Revisi Jilid II. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai