PDF LP Stase 1 Flour Albus
PDF LP Stase 1 Flour Albus
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Masa
Remaja dan Pranikah
Oleh:
Meiriska Eka Syasmi
NIM P05140420008
Pembimbing Akademik:
Elly Wahyuni, M.Pd
Laporan Pendahuluan
Oleh:
MEIRISKA EKA SYASMI
NIM. P05140420008
Menyetujui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.
Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Praktik Asuhan
Kebidanan Holistik Kebidanan. Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan
dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bunda Mariati,SKM,M.PH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta,
2. Bunda Diah Eka Nugraheni,M,Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Jurusan
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iv
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................24
i
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. FLUOR ALBUS
1. Pengertian
Keputihan adalah semacam Silim yang keluar terlalu banyak, warnanya
putih seperti sagu kental dan agak kekuning-kuningan. Jika Silim atau lendir ini
tidak terlalu banyak, tidak menjadi persoalan (Kusmiran Eni, 2012). Keputihan
adalah gejala penyakit yang ditandai oleh keluarnya cairan dari organ reproduksi
dan bukan berupa darah. Keputihan yang berbahaya adalah keputihan yang tidak
normal (Mayasari, 2015)
Keputihan dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu keputihan yang normal
dan keputihan yang abnormal. Keputihan normal dapat terjadi pada masa
menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16
menstruasi dan juga melalui rangsangan seksual. sedangkan keputihan abnormal
dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang
senggama, mulut rahim, dan jaringan penyangga juga penyakit karena hubungan
kelamin) (Manuaba, 2009).
Pada keadaan normal, cairan yang keluar dari vagina wanita dewasa
sebelum menopause terdiri dari epitel vagina, cairan transudasi dari dinding
vagina, sekresi dari endoserviks berupa mucus, sekresi dari saluran yang lebih
atas dalam jumlah yang bervariasi serta mengandung berbagai mikroorganisme
terutama Laktobasilus doderlein.
Peranan L.doderlein dianggap sangat penting dalam menjaga suasana
vagina dengan menekan pertumbuhan mikroorganisme patologis karena basic
doderlein mempunyai kemampuan mengubah glikogen dari epitel vagina yang
terlepas menjadi asam laktat, sehingga vagina tetap dalam keadaan asam dengan
pH 3.0 – 4,5 pada wanita dalam masa reproduksi. Suasana inilah yang mencegah
mikroorganisme patologis untuk tumbuh.
Bila terjadi ketidakseimbangan suasana flora vagina yang disebabkan oleh
beberapa faktor maka terjafi penurunan fungsi basil doderlein dengan
berkurangnya jumlah glikogen karena fungsi proteksi basil doderlein berkurang
5
maka terjadi aktifitas dari mikroorganisme patologis yang selama ini ditekan oleh
flora normal vagina. Progresifitas MO patologis secara klinis akan memberikan
suatu reaksi inflamasi di daerah vagina. Sistem imun tubuh akan bekerja
membantu fungsi dari basil doderlein sehingga terjadi pengeluaran leukosit PMN
maka terjadilah fluor albus.
Secara normal sekret vagina mengandung: sel epitel, terutama yang paling
luar (superficial) yang terkelupas dan dilepaskan ke dalam rongga vagina;
beberapa sel darah putih (leukosit); bakteri bakteri normal, yang terbanyak
doderlein, dan beberapa jenis kokus seperti streptokokus dan stafilokokus, dan
Eschericia coli.
6
mengandung Neisseria gonorrhoe berbentuk pasangan dua dua
dalam sitoplasma sel. Gambaran ini kadang dapat terlihat pada
pemeriksan pap smear, tetapi lebih sering diketemukan dalam
pemerikasaan apus dengan pewarnaan gram. Bakteri ini mudah
mati bila terkena sabun, alcohol, detergen, dan sinar matahari.
c. Gardnerella vaginalis
Gardnerella menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik
dan kadang dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme normal
dalam vagina karena seringnya ditemukan. Bakteri ini biasanya
mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk bentukan yang
khas disebut sebagai clue cell. Gardnerella menghasilkan asam
amino yang diubah menjadi senyawa amin yang menimbulkan bau
amis seperti ikan. Cairan vagina tampak keabu abuan.
d. Treponema palidum
Jamur yang menyebabkan fluor albus adalah dari spesies kandida. Cairan
yang keluar dari vagina biasanya kental, berwarna putih susu dan sering
disertai rasa gatal. Vagina biasanya tampak kemerahan akibat proses
peradangan. Dengan KOH 10% tanpak sel ragi (blastospora) atau hifa
semu. Beberapa keadaan yang dapat merupakan tempat yang subur bagi
pertumbuhan jamur ini adalah kehamilan, penyakit DM, pemakai pil
7
kontrasepsi. Suami atau pasangan penderita biasanya juga akan menderita
penyakit jamur ini. Keadaan yang saling menularkan antara pasangan
suami istri ini disebut sebagai fenomena pingpong.
3) Parasit
Etiologi fluor albus terbanyak karena parasit biasanya disebabkan
koitus dan intermenstrual. Pada pria sering tanpa gejala, sehingga mereka
tidak menyadari dan menularkan pada istrinya.
4) Virus
Fluor albus akibat infeksi virus sering disebabkan oleh kondiloma
akuminata dan herpes simpleks tipe 2. Kondiloma ditandai dengan
tumbuhnya kutil kutil yang kadang sangat banyak dan dapat bersatu
membentuk jrngger ayam yang berukuran besar. Penyebabnya adalah
Human Papiloma Virus. Cairan di vagina sering berbau, tanpa rasa gatal.
Penyakit ini ditularkan melalui senggama dengan gambaran yang lebih
buruk bila disertai dengan gangguan system imun, seperti pada pemakaina
kortikosteroid yang lama, atau penderita AIDS.
Virus lainnya yaitu Herpes Simpleks Tipe 2 yang juga ditularkan melalui
senggama. Pada awal infeksi tampak kelainan kulit sepereti melepuh
terkena air panas yang kemudian pecah dan menimbulkan luka seperti
borok dan pasien merasa sakit.
a. Non Infeksi
1. Benda asing
Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda
8
merangsang pengeluaran cairan vagina yang berlebihan. Jika
rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi
infeksi penyerta dari flora normal yang berada di dalam vagina
sehingga timbul fluor albus.
2. Neoplasma/Keganasan
3. Menopause
Fluor albus pada menopause tidak semuanya patologis. Saat
menopause sel sel pada serviks uteri dan vagina mengalami
hambatan dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormone
pemacu, yaitu estrogen. Vagina menjadi kering dan lapisan sel
menjadi tipis, kadar glikogen menurun dan basil Doderlein
berkurang. Keadaan ini memudahkan terjadinya infeksi karena
tipisnya sel epitel sehingga mudah menimbulkan luka dan
akibatnya timbul fluor albus.
4. Erosi
Pada masa reproduksi wanita, umumnya epitel kolumner
endocerviks lebih keluar ke arah portio sehingga tampak bagian
merah mengelilingi ostium uteri internum. Bila daerah ini
terkelupas akan memudahkan terjadinya infeksi penyerta dari
flora normal di vagina sehingga timbul fluor albus. Menurut
Hamperl dan Kaufman (1959) penyebab erosi ini tidak diketahui,
kemungkinan terjadi akibat kenaikan estrogen.
3. Patofisiologi
Banyak hal sebenarnya yang membuat wanita rawan terkena keputihan
9
patologis. Biasanya penyebab keputihan patologis ini karena kuman. Di dalam vagina
sebenarnya bukan tempat yang steril, berbagai macam kuman ada disitu. Flora normal
didalam vagina membantu menjaga keasaman PH vagina, pada keadaan yang optimal.
PH vagina seharusnya antara 3,5-5,5. flora normal ini bisa terganggu. Misalnya
karena pemakaian antiseptic untuk daerah vagina bagian dalam. Ketidakseimbangan
ini mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuman-kuman yang lain. Padahal adanya
flora normal dibutuhkan untuk menekan tumbuhan yang lain itu untuk tidak tumbuh
subur. Kalau keasaman dalam vagina berubah, maka kuman-kuman lain dengan
mudah akan tumbuh sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang akhirnya
menyebabkan keputihan yang berbau, gatal dan menimbulkan ketidaknyamanan
gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid pada wanita
tertentu.
b. Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya. Biasanya keputihan
yang normal tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan juga dalam dialami oleh
wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar
cairan tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina
yang terinfeksi atau alat kelamin luar.
c. Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu hingga sepuluh hari dari
vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh hormone yang dihasilkan oleh
5. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium.
a. Anamnesis
1) Usia
Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita atau wanita
dewasa, fluor albus yang terjadi mungkin karena pengaruh estrogen yang tinggi
1
dan merupakan fluor albus yang fisiologis. Wanita pada usia reproduksi harus
dipikirkan kemungkinan suatu penyakit hubungan seksual dan penyakit infeksi
lainnya. Pada wanita dengan usia yang lebih tua harus dipikrkan kemungkina
terjadinya keganasan terutama kanker cerviks.
2) Metode Kontrasepsi yang Dipakai
7) Masa inkubasi
Bila fluor albus timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau pengaruh zat
kimia ataupun pengaruh rangsangan fisik.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, infeksi saluran kemihdan infeksi
lainnya yang mungkin berkaitan dengan fluor albus. Pemeriksaan yang harus
dilakukan adalah pemeriksaan genitalia, meliputi inspeksi dan palpasi genitalia
eksterna, pemeriksaan speculum untuk melihat bagian dalam vagina dan serviks,
1
Pada infeksi gonokokus, kelainan yang dapat ditemui adalah orifisium uretra
eksternum merah, edema, dan secret mukopurulen, labia mayora dapat bengkak,
merah dan nyeri tekan. Kadang kadang kelenjar Bartholini ikut meradang dan
terasa nyeri ketika waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan dalam terlihat
serviks merah dengan erosi dan secret mukopurulen.
Pada Candidiasis vagina dapat ditemukan peradangan pada vulva dan vagina,
pada dinding vagina sering terdapat membrane membrane kecil berwarna putih
yang jika diangkat meninggalkan bercak yang agak berdarah.
Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna kemerahan dengan
permukaan yang tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang jadi granuler,
berbenjol benjol dan ulcerative disertai adanya jaringan nekrotik. Disanping itu
tampak secret yang kental berwarna coklat dan berbau busuk. Pada kanker serviks
lanjut, serviks menjadi nekrosis, berbenjol benjol, ulseratif dan permukaannya
bergranuler, memberikan gambaran seperti kembang kol.
1
pemeriksaan sediaan basah dengan garam fisiologis. Trikomonas vaginalis
akan terlihat jelas dengan garam fisiologis sebagai parasit berbentuk lonjong
dengan flagelanya dan gerakannya cepat. Sedangkan Candida albikans dapat
dilihat jelas dengan KOH 10% tampak sel ragi atau pseudohifa. Vaginitis non
spesifik yang disebabkan Gardnerella vaginalis pada sediaan dapat ditemukan
beberapa kelompok basil, beberapa lekosit, dan banyak sel sel epitel yang
sebagian besar permukaannya berbintik bintik dinamakan clue cell, yang
merupakan ciri khas infeksi Gardnerella vaginalis.
3. Pewarnaan Gram
Neisseria gonorrhoeae memberikan gambaran adanya gonokokus intra
dan ekstra seluler. Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang
batang berukuran kecil gram negative yang tidak dapat dihitung
jumlahnya dan banyak sel epitel dengan kokobasil, tanpa ditemukan
laktobasil.
4. Kultur
Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti,
tetapi seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati hati dalam
penafsiran.
5. Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes genitalis dan
Herpes Papiloma Virus dengan pemeriksaan ELISA.
6. Tes Pap smear
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada
serviks, infeksi termasuk Human Papiloma Virus, peradangan, sitologi
hormonal dan evaluasi hasil terapi.
1
5. Penatalaksanaan
1. Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti :
a. Alat Pelindung
Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan tertularnya PHS dapat
dilakukan dengan menggunakan kondom. Kondom cukup efektif
mencegah terhadap penularan PHS, termasuk AIDS
b. Pemakaian Obat / Profilaksis
Pemakaian antiseptic cair untuk membersihkan vagina pada hubungan
yang dicurigai menularkan penyakit kelamin relative tidak ada
manfaatnya jika tidak disertai dengan pengobatan terhadap MO penyebab
penyakitnya. Pemakaian antibiotic dengan dosis profilaksis atau dosis
yang tidak tepat juga akan merugikan karena selain kuman tidak terbunuh
juga terdapat kemungkinan kebal terhadap obat jenis tersebut. Pemakaian
obat mengandung estriol baik krim atau obat minum bermanfaat pada
pasien menopause dengan gejala yang berat.
c. Pemeriksaan dini
Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan pemeriksaan
Pap smear secara berkala. Dengan Pap smear dapat diamati adanya
perubahan sel sel normal menjadi kanker yang terjadi secara berangsur
angsur.
2. Kuratif
Terapi fluor albus harus disesuaikan dengan etiologinya.
a. Parasit
Pada infeksi Trikomonas vaginalis diberikan metronidazol 3 x 250mg PO
selama 10 hari. Karena sering timbul rekurens, maka dalam terapi harus
diperhatikan adanya infeksi kronis yang menyertainya, pemakaian
kondom, dan pengobatan pasangannya. Selain itu dapat juga digunakan
Klotrimazol 1 x 100mg intravaginal selama 7 hari.
b. Jamur
1
vaginal mikostatin ini dapat diberikan seminggu sebelum haid selama
beberapa bulan. Obat lainnya adalah Itrakonazol 2 x 200mg PO dosis
sehari.
c. Bakteri:
- Gonokokus : -Tetrasiklin 4 x 250mg PO/hr selama 10hari
-Kanamisin 2 gr IM
-Sefalosporin do.awal 1gr selanjutnya
2x500mg selama 2 hari.
-Eritromisin 4 x 250mg PO selama 10 hari
- Gardnerella : -Klindamisin 2 x 300mg PO selama 7 hari
1
bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat.
Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk
mencegah bakteri berkembang biak.
iv) Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari
arah depan ke belakang.
6. PROGNOSIS
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan
respon terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan
berulang. Dengan perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang
lebih efektif
1
BAB II
sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian harus akurat,
lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam
sesuai dengan respon individu sebagaimana yang telah ditentukan sesuai standar
tentang Standar Profesi Bidan. Penyusuanan data sebagai indikator dari data yang
a. Data Subjektif
melalui anamnesa yaitu tentang apa yang dikatakan klien, seperti identitas
1
pasien, kemudiaan keluhan yang diungkapakan pasien pada saat melakukan
1) Nama
2) Umur
reproduksi seseorang.
3) Agama
4) Suku bangsa
5) Pendidikan
hal baru atau pengetahuan baru karena tingkat pendidikan yng lebih tinggi
6) Pekerjaan
7) Alamat
8) Keluhan Utama
1
Untuk mengetahui keluhan yang sedang dirasakan pasien saat
pemeriksaan.
9) Riwayat Kesehatan
Untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien pada saat ini, dahulu maupun
a) Makanan
b) Minuman
c) Eliminasi
11) PersonalHygien
hari.
1
Untuk mengetahui pola istirahat pasien sehari-hari, seperti berapa lama
b. Data Objektif
klien, hasil laboratorium, dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung assasment yaitu apa yang dilihat dan diraskan oleh
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum
b) Kesadaran
ataupun samnolen.
c) TekananDarah
d) Suhu
e) Denyut Nadi
f) Respirasi
menit.
g) Berat Badan
2
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
b) Rambut
c) Muka
d) Mata
e) Hidung
f) Telinga
g) Mulut
h) Leher
i) Abdomen
j) Genetalia
yang mengganggu.
2
k) Anus
l) Ektermitas
patella.
3) Pemeriksaan Penunjang
c. Assesment
disimpulkan yang dibuat dari data subjektif dan objektif. ( Rukiyah, 2014).
subjektif dan objektif. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan
data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pasien, dapat terus
d. Planning
( Rukiyah,2014).
Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun
2
RENCAANA ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DAN PRANIKAH DENGAN
Hari/Tanggal :
Pukul :
Identitas Pasien
a. Nama Pasien b. Nama Orang Tua
Nama : Nama :
Usia : Usia :
Agama : Agama :
Suku Bangsa : Suku Bangsa :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
S:
Nn. “…” mengatakan:
a. Sering mengalami keputihan yang berwarna kuning kehijauan dan berbau
b. Sering merasa gatal-gatal di area genetalianya
c. Merasa risih dengan apa yang dialami saat ini
O:
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum :
b. Kesadaran :
c. TD : N :
2
d. RR : T :
Pemeriksaan fisik
a. Kepala :
1) Muka :
2) Mata ;
3) Hidung :
4) Telinga :
b. Leher :
c. Abdomen :
2
DAFTAR PUSTAKA
Mayasari, Intan Cristi, Siti Khuzaiyah, Rini Krisiyanti. Karakteristik Wanita dengan
Flu- or Albus. Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK); 2015; 3:3.
Manuaba, Ida bagus Gde, (2009). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
Nanda NIC- NOC .2013 . Aplikasi Asuhan Kebidanan Berdasarkan Diagnosa Medis
Edisi Revisi Jilid II. Jakarta: EGC.