Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL

PT INDUSTRI JAMU DAN FARMASI SIDO MUNCUL TBK.

DISUSUN OLEH :

NAMA : FIRZAH RHAMDINA


NIM : 43119120112
MATA KULIAH : MANAJEMEN RISIKO BISNIS
DOSEN : IWAN FIRDAUS, S.KOM, MM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA Jakarta
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah saya dengan judul
“MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL PT INDUSTRI JAMU DAN FARMASI SIDO
MUNCUL TBK.” dengan lancar. Saya pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap
terdapat kekurangan pada makalah saya ini.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita,
yaituNabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam
yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari bahwa banyak kekurangan dalam
penyusunan maupun materi didalamnya, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis
masih terbatas. Saya berharap tugas ini dapat berguna bagi para pembaca sekarang atau masa
depan dan menjadi pengalaman yang berharga bagi penyusun dalam proses pembuatannya.
Kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan.

Jakarta, 13 April 2022

Firzah Rhamdina

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................ 4

1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 5


1.3 TUJUAN ................................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5

2.1 SEJARAH PT SIDO MUNCUL, TBK ................................................................... 6

2.2 RISIKO BISNIS ..................................................................................................... 8


2.3 RISIKO OPERASIONAL ...................................................................................... 9
2.4 RISIKO OPERASIONAL PT.SIDO MUNCUL, TBK .......................................... 11

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 16

3.1 KESIMPULAN .................................................................................................... 16

3.2 SARAN ................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan bisnis industri jamu yang semakin ketat memaksa setiap perusahaan selalu
berebut perhatian konsumen melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, dengan
memperhatikan kecenderungan perubahan sosial, menganalisis kiat-kiat pesaing dan
mengamati perubahan teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa persaingan jamu dengan
berbagai merek semakin ketat. Salah satunya adalah produk herbal yang saat ini mulai diminati
oleh konsumen yang menjadi kompetitor merek jamu lainnya. PT Sido Muncul merupakan
salah satu perusahaan jamu yang besar dan terkenal. Produk unggulan dari perusahaan ini
adalah jamu Tolak Angin yang telah mendapatkan brand image. Penghargaan tersebut tidak
terlepas dari efektifitas pelaksaan bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, tempat
dan promosi yang dilakukan oleh perusahaan yang akan berpengaruh terhadap keputusan
pembelian.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan jenis tanaman yang berkhasiat sebagai
obat. Keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia di satu sisi mendorong masyarakat
untuk kembali ke alam (back to nature). Salah satu peluang besar bagi pengembangan
industri yakni pengembanganproduk herbal termasuk di dalamnya pengembangan jamu. Jamu
merupakan salah satu warisan Bangsa Indonesia sejak nenek moyang secara turun- temurun
mempunyai peluang usaha yang besar. Hal yang mendorong berkembangnya industri jamu
adalah tersedianya bahan-bahan untuk membuat jamu di Negara Indonesia sehingga sampai
saat ini pengembangan industri jamu mulai bertambah dengan menampilkan berbagai
keunggulan dari produk perusahaan jamu sehingga diminati dan dikonsumsi oleh masyarakat.
Persoalan yang umum dihadapi oleh semua perusahaan berkaitan dengan risiko
operasional adalah bagaimana risiko operasional diidentifikasi, diukur, dipantau, dan
dikendalikan. Karena itu, salah satu masalah yang paling besar dalam proses manajemen risiko
operasional adalah memutuskan apakah sebenarnya kerugian risiko itu. Persoalan dalam
memutuskan kerugian risiko operasional berawal dari kesulitan yang timbul untuk menentukan
penyebab kerugian. Secara umum risiko dapat diartikan dalam berbagai cara namun pengertian
risiko yang paling umum adalah seluruh hal yang dapat mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan. Jika risiko pasar diberikan pengertian sebagai risiko kerugian yang disebabkan
karena perubahan variabel makro ekonomi dan risiko kredit adalah risiko kerugian karena
pihak counterparty tidak mampu membayar kewajibanya, maka risiko operasional merupakan
kerugian finansial yang disebabkan oleh kegagalan proses internal perusahaan, kesalahan

4
sumberdaya manusia, kegagalan sistem, kerugian yang disebabkan kejadian dari luar
perusahaan, dan kerugian karena pelanggaran peraturan dan hukum yang berlaku (Muslich,
2007). Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan pembahasan dalam bentuk makalah
“Manajemen Risiko Operasional PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, Adapun rumusan
masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud risiko bisnis?

2. Apa yang dimaksud risiko operasional?

3. Bagaimanakah perusahaan PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk dalam
menangani risiko operasional?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud risiko bisnis.

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud risiko operasional.

4. Untuk mengetahui perusahaan PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk dalam
menangani risiko operasional.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (IDX: SIDO) adalah perusahaan
jamu tradisional dan farmasi dengan menggunakan mesin-mesin mutakhir. Berawal pada tahun
1940 di Yogyakarta, dan dikelola oleh Ny. Rahkmat Sulistio, Sido Muncul yang semula berupa
industri rumahan ini secara perlahan berkembang menjadi perusahaan besar dan terkenal
seperti sekarang ini. Pada tahun 1951, Sido Muncul mulai berdiri. Pada tahun 1970 dibentuk
persekutuan komanditer dengan nama CV Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul dan
kemudian pada tahun 1975 diubah menjadi perseroan terbatas dengan nama PT Industri Jamu
dan Farmasi Sido Muncul hingga saat ini.
Di tengah persaingan sektor Industri jamu yang semakin ketat, Sido Muncul telah
berhasil memiliki market share terluas dan reputasi yang baik sebagai industri jamu terbesar di
Indonesia. Keberhasilan yang telah dicapai saat ini tentunya tidak terlepas dari peran dan
pelaku pendiri industri ini.
Perusahaan yang kini sudah berhasil masuk Bursa Efek Indonesia sejak Desember 2013
itu dilalui melalui perjalanan yang cukup panjang. Berawal dari keinginan pasangan suami
istri Siem Thiam Hie yang lahir pada tanggal 28 Januari 1897 dan wafat 12 April 1976 bersama
istrinya Ibu Rakhmat Sulistio yang terlahir pada tanggal 13 Agustus 1897 dengan nama Go
Djing Nio dan wafat 14 Februari 1983, memulai usaha pertamanya dengan membuka usaha
Melkrey, yaitu usaha pemerahan susu yang besar di Ambarawa.
Pada tahun 1928, terjadi perang Malese yang melanda dunia. Akibat perang ini, usaha
Melkrey yang mereka rintis terpaksa gulung tikar dan mengharuskan mereka pindah ke Solo,
pada 1930. Tanpa menyerah, pasangan ini kemudian memulai usaha toko roti dengan nama
Roti Muncul. Lima tahun kemudian, berbekal kemahiran Ibu Rakhmat Sulistio (Go Djing Nio)
dalam mengolah jamu dan rempah-rempah, pasangan ini memutuskan untuk membuka usaha
jamu di Yogyakarta.

6
Tahun 1941, mereka memformulasikan Jamu Tolak Angin yang saat itu menggunakan
nama Jamu Tujuh Angin. Ketika perang kolonial Belanda yang kedua pada tahun 1949, mereka
mengungsi ke Semarang dan mendirikan usaha jamu dengan nama Sido Muncul, yang artinya
"impian yang terwujud". Di Jalan Mlaten Trenggulun No. 104 itulah, usaha jamu rumahan
dimulai dengan di bantu oleh tiga orang karyawan.
Pada tahun 1951, keluarga Ny. Rahkmat Sulistioningsih (Go Djing Nio) pindah ke
Semarang, dan di sana mereka mendirikan pabrik jamu secara sederhana namun produknya
diterima masyarakat secara luas. Karena semakin bersarnya usaha keluarga ini, maka
modernisasi pabrik juga merupakan suatu hal yang mendesak.
Pada 1984, PT. Sido Muncul memulai modernisasi pabriknya, dengan merelokasi
pabrik sederhananya ke pabrik yang representatrif dengan mesin-mesin modern. Pada 11
November 2000, PT Sido Muncul kembali meresmikan pabrik baru di Ungaran yang lebih luas
dan modern. Peresmian dilakukan oleh Menteri Kesehatan waktu itu, dan pada saat itu pula PT
Sido Muncul memperoleh 2 penghargaan sekaligus, yakni Cara Pembuatan Obat Tradisional
yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) setara dengan farmasi, dan
sertifikat inilah yang menjadikan PT. SidoMuncul sebagai salah satu pabrik jamu berstandar
farmasi. Lokasi pabrik sendiri terdiri dari bangunan pabrik seluas 7 hektare, lahan
Agrowisata,1,5 hektare, dan sisanya menjadi kawasan pendukung lingkungan pabrik.
Pada 18 Agustus 2005, PT Sido Muncul dihibahkan perkebunan milik Bob
Hasan seluas 7,5 ha di Jonggol, Bogor untuk dijadikan sebuah apotek hidup terbesar, serta
ditempat lain bersama Bob Hasan ia juga memberdayakan para penyandang Disabilitas dengan
diberi sebuah perkebunan untuk dikelola dan dinikmati mereka. Pada tanggal 10 Februari 2010
telah dilakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik bahan baku herbal seluas 3.000
m2.

Komitmen
Sido Muncul Store hadir untuk mempermudah konsumen dalam mencari produk-produk Sido
Muncul dengan cara belanja online sejak tahun 2016. Tersedia hampir lebih dari 165 produk
Sido Muncul, mulai dari Tolak Angin, Kuku Bima Ener-G!, Sido Muncul Natural, Tolak Linu,
minuman kesehatan, sampai jamu tradisional dapat dipesan secara online di Sido Muncul Store.

Visi
 Mempermudah komunikasi antara Sido Muncul dengan konsumen
 Memperluas jangkauan calon konsumen di seluruh wilayah Indonesia
 Mempermudah segala aktivitas jual beli karena dapat dilakukan secara online

Misi
Produk Sido Muncul diproduksi di pabrik yang higienis, canggih dan modern berstandar GMP
(Good Manufacturing Practices) sehingga setiap produknya terstandarisasi dengan baik.

7
2.2 Pengertian Risiko Bisnis

Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dan dapat menyebabkan
kerugian atau kegagalan bisnis. Ketidakpastian menyulitkan perusahaan untuk mencapai target.
Beberapa risiko mungkin berada dalam kendali perusahaan. Dalam arti, perusahaan masih bisa
mengelolanya. Namun, beberapa risiko berada di luar kendali perusahaan. Mereka hanya dapat
beradaptasi dan meminimalkan dampaknya terhadap perusahaan.

Risiko bisnis adalah kerentanan perusahaan terhadap faktor-faktor yang dapat


menurunkan keuntungannya atau menyebabkan perusahaan gagal. Sebuah bisnis dapat
mengalami risiko internal dan eksternal. Misalnya, kurangnya keamanan data dapat menjadi
risiko internal, karena membuka peluang bagi karyawan untuk membocorkan data. Kurangnya
keamanan ini juga dapat menjadi risiko eksternal untuk pelanggaran data dari sumber luar.

Risiko melekat pada setiap lingkungan dan bisnis. Risiko tidak dapat dihindari dan
harus ditangani secara langsung untuk meminimalkan dampaknya. Langkah pertama dalam
manajemen risiko adalah mengidentifikasi risiko untuk menghasilkan strategi manajemen
risiko.
1. Menganalisis sumber yang dapat memicu masalah
Penting untuk mengidentifikasi dan menganalisis sumber yang dapat menyebabkan
masalah. Pemicu risiko dapat bersifat internal atau eksternal.
2. Bertindak sekarang
Manajer tidak boleh menunggu potensi masalah menjadi masalah aktual sebelum
mereka mulai melakukan sesuatu. Saat suatu masalah dianggap sebagai ancaman, maka
harus segera ditangani oleh eksekutif perusahaan dengan menyusun rencana tindakan
jika risiko tersebut menjadi perhatian besar yang sebenarnya dihadapi perusahaan.
3. Libatkan karyawan
Mengidentifikasi risiko bukan hanya tanggung jawab manajer dan pejabat tingkat atas.
Manajemen harus melibatkan karyawan mereka dalam mengidentifikasi risiko yang
mereka lihat di departemen masing-masing dan melatih mereka untuk menangani risiko
tersebut di tingkat mereka.
4. Buat daftar risiko spesifik industri
Dengan melihat ke dalam industri tempat perusahaan beroperasi, manajer akan dapat
mengidentifikasi kemungkinan risiko yang mungkin dihadapi bisnis. Jika risiko yang

8
sama terjadi pada perusahaan lain di industri yang sama, kemungkinan besar hal itu
juga akan terjadi pada perusahaan Anda. Oleh karena itu, pelaku bisnis harus siap
dengan daftar solusi atau langkah untuk mengatasi risiko tersebut.
5. Buat catatan risiko
Terkadang, risiko yang sama muncul berulang kali. Dengan membuat catatan tentang
semua risiko yang dialami perusahaan sejak awal, manajemen akan dapat melakukan
tinjauan berkala terhadap peristiwa masa lalu untuk mendeteksi pola yang dapat lebih
mempersiapkan perusahaan untuk risiko masa depan.

2.3. Pengertian Risiko Operasional

Risiko operational merupakan risiko yang umumnya bersumber dari masalah internal
perusahaan, dimana risiko tersebut terjadi disebabkan oleh lamanya sistem kontrol
manajemen (management controlsystem). Yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan.
Misalnya risiko operational adalah risiko pada komputer karena telah terserang virus,
kerusakan maintenance pabrik, kecelakaan kerja, kesalahan dalam pencatatan pembelian
barang dan tidak adanya kesepakatan bahwa barang yan dibeli dapat ditukar kembali dan
sebagainya.

Risiko operasional adalah risiko yang timbul karena tidak berfungsinya sistem internal
yang berlaku, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan faktor eksternal seperti bencana alam,
demontrasi besar, dll. Sumber terjadinya risiko operasional paling luas dibanding risiko lainnya
yakni selain bersumber dari aktivitas di atas juga bersumber dari kegiatan operasional dan jasa,
akuntansi, sistem tekhnologi informasi, sistem informasi manajemen atau sistem pengelolaan
sumber daya manusia. Secara umum, risiko operasional terkait dengan sejumlah masalah yang
berasal dari kegagalan suatu proses atau prosedur. Risiko operasional merupakan risiko yang
mempengaruhi semua kegiatan usaha karena merupakan suatu hal yang inherent dalam
pelaksanaan suatu proses atau aktivitas operasional.

Terdapat empat jenis kejadian risiko operasional berdasarkan frekuensi dan dampak, yaitu :

1. Low Frequency/Low Impact(LF/LI) – jarang terjadi dan dampaknya rendah.


2. Low Frequency/High Impact(LF/HI) – jarang terjadi namun dampaknya sangat besar.
3. High Frequency/Low Impact (HF/LI) – sering terjadi namun dampaknya rendah.
4. High Frequency/High Impact (HF/HI) – sering terjadi dan dampaknya sangat besar.

9
Karena itu untuk memastikan bahwa manajemen risiko operasional berjalan dengan baik
dan kontinu, biasanya akan dibentuk pertahanan yang disebut three lines of defense.

Manajemen Risiko Operasional terdiri dari 4 tahapan yang saling terkait, dimulai dari
identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian.

1. Identification (Identifikasi)
Proses untuk melihat dan identifikasi secara kontinu atas paparan risiko operasional dan
penerapan manajemen risiko operasional serta melakukan pelaporan internal/eksternal
atas paparan risiko yang terjadi.
2. Measurement (Pengukuran)
Proses menilai paparan risiko operasional pada produk, jasa, proses, dan sistem untuk
mengetahui profil risiko perusahaan secara kuantitatif serta efektifitas penerapan
manajemen risiko operasional.
3. Monitoring (Pemantauan)
Proses untuk mengamati secara berkelanjutan atas paparan risiko operasional dan
penerapan manajemen risiko operasional serta melakukan pelaporan internal/eksternal
atas paparan risiko yang terjadi.
4. Controlling (Pengendalian)
Proses kontrol atau pengendalian untuk memastikan risiko operasional berada pada
tingkat yang minimal dan masih dapat diterima oleh perusahaan.

Untuk membantu ke-4 tahapan proses tersebut diatas, kita dapat menggunakan perangkat kerja
Manajemen Risiko Operasional yang biasa dikenal sebagai berikut:

1. RCSA (Risk Control Self Assessment)

Perangkat untuk melakukan penilaian diri sendiri atas risiko dan kontrol yang ada di unit
kerja.

2. R/LED (Risk/ Loss Event Database)

Perangkat yang digunakan untuk mencatat data kejadian atau kerugian yang disebabkan
oleh risiko operasional.

10
3. KRI (Key Risk Indicator)

Perangkat untuk mengidentifikasi potensi risiko kritikal dengan memonitor indikator yang
berfungsi sebagai sinyal peringatan awal sebelum risiko tersebut terjadi.

2.4 Risiko Operasional PT. Sido Muncul, Tbk

Risiko-risiko utama Perseroan yang berhubungan dengan kegiatan operasional dan mitigasinya
adalah sebagai berikut:

a. Risiko Pandemi Covid-19


Pandemi Covid-19 yang mulai menyebar di Indonesia sejak bulan Maret 2020
menimbulkan disrupsi pada aspek kesehatan, sosial dan ekonomi mengingat risiko penularan
yang sangat tinggi yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang serius. Guna menekan
penyebaran virus, pemerintah menerapkan pembatasan yang menyebabkan berkurangnya
interaksi dan kegiatan bermasyarakat dimana juga berdampak pada aktivitas kegiatan
usaha. Perseroan berada pada industri yang diperkenankan untuk tetap beroperasi selama masa
pembatasan. Untuk memastikan kegiatan operasional dapat berjalan dengan baik, Perseroan
menjaga tingkat ketersediaan bahan baku dan melakukan proses produksi dan distribusi dengan
langkah-langkah penanganan kesehatan.

Untuk memitigasi risiko tersebut, Perseroan senantiasa mematuhi protokol kesehatan


yang ditetapkan oleh pemerintah dan menerapkan pedoman pencegahan penularan bagi seluruh
karyawan.

b. Risiko Ketersediaan Bahan Baku


Perseroan menggunakan bahan baku utama berupa bahan atau ramuan alami (herbal)
yang diperoleh dari petani atau pemasok. Perubahan cuaca dan kondisi alam yang tidak
bersahabat serta risiko musiman berpengaruh terhadap ketersediaan bahan baku tersebut dan
mempengaruhi keberlanjutan proses produksi Perseroan. Selain keberlanjutan proses produksi,
ketersediaan bahan baku juga berpengaruh terhadap biaya produksi. Kelangkaan bahan baku
dapat membuat kenaikan harga bahan baku tersebut. Di samping kenaikan biaya produksi
karena tingginya harga bahan baku, kelangkaan bahan baku juga berpotensi menambah biaya
operasional Perseroan karena harus mencari sumber pasokan bahan baku dari tempat lain.

11
Untuk memitigasi risiko tersebut, Perseroan menerapkan kebijakan tingkat persediaan
dan pemesanan bahan baku yang disesuaikan dengan permintaan dan lead time setiap jenis
bahan serta senatiasa menjaga hubungan baik dengan seluruh pemangku kepentingan termasuk
hubungan baik dengan berbagai sumber pemasok bahan baku produksi Perseroan. Selain itu,
Perseroan juga tengah menggalakan budi daya tanaman-tanaman bahan baku yang vital dengan
memanfaatkan teknologi modern serta dengan bekerja sama dengan petani-petani.

c. Risiko Persaingan Usaha


Pertumbuhan dan prospek industri obat tradisional yang menjanjikan, mendorong
pelaku usaha untuk terus berinovasi menghasilkan produk yang terbaik. Persaingan usaha
menjadi semakin kompetitif karena pesaing berusaha untuk menciptakan produk yang sejenis
dengan produk unggulan Perseroan yang sudah menjadi pemimpin pasar, seperti Tolak Angin,
Tolak Linu, dan KukuBima Ener-G!. Beberapa pesaing bahkan sudah menunjukkan daya saing
produknya terhadap produk Perseroan melalui tagline yang ditayangkan dalam iklan-iklannya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa persaingan dalam industri jamu ini semakin kompetitif. Di
pasar global, Perseroan juga harus bersaing dengan produk-produk obat tradisional yang
dikembangkan oleh negara-negara tujuan ekspor, seperti ginseng sebagai obat tradisional dari
Korea. Di samping itu, Perseroan juga harus bersaing dengan industri farmasi murni untuk
dapat merebut pangsa pasar produk-produk obat dimana hal tersebut memerlukan usaha yang
lebih mengingat pola pikir masyarakat terhadap obat tradisional yang belum sepenuhnya
terbuka.

Untuk memitigasi risiko tersebut, Perseroan selalu meningkatkan pelayanan terhadap


konsumen dan menjaga hubungan baik dengan setiap agen/distributor dan konsumen.
Selanjutnya, Perseroan juga terus melakukan inovasi pengembangan produk dan menjaga
konsistensi pemilihan serta penggunaan bahan baku yang benar, baik dari segi jenis, jumlah
maupun kualitasnya sehingga dapat menghasilkan jamu dan produk lainnya yang prima
sehingga mampu menghadapi persaingan usaha yang semakin kompetitif.

d. Risiko Jaringan Distribusi dan Mata Rantai Pasokan


Sebagian besar produk Perseroan didistribusikan melalui grosir, pasar swalayan, agen,
warung, dan pedagang eceran yang tersebar di wilayah Indonesia. Terganggunya mata rantai
distribusi di hilir dapat mempengaruhi tingkat penjualan produk Perseroan.

12
Untuk memitigasi risiko tersebut, Perseroan bekerja sama dengan seluruh
agen/distributor dalam hal memberikan masukan mengenai preferensi konsumen atas jenis dan
model serta kemasan produk.

e. Risiko Kegagalan Kampanye Pemasaran


Dalam melakukan kegiatan pemasaran, Perseroan secara rutin memasang iklan di
media massa, salah satunya di media televisi. Jika kegiatan pemasaran yang dilakukan kurang
berhasil, maka dapat mengakibatkan kerugian secara finansial dan berdampak terhadap
kegiatan usaha Perseroan.

Untuk memitigasi risiko tersebut, Perseroan selalu dengan cermat menyusun konsep,
tema, memilih talent dan media, serta saat yang tepat dalam melakukan kampanye pemasaran
sesuai dengan karakter produk serta target pasarnya.

f. Risiko Kerusakan Mesin dan Peralatan


Kerusakan pada mesin pabrik yang digunakan dalam proses produksi dapat
mengganggu kelancaran kegiatan produksi Perseroan yang dapat berakibat pada menurunnya
kinerja produksi sehingga akan mempengaruhi tercapainya target produksi Perseroan.

Untuk memitigasi risiko tersebut, Perseroan melakukan pemeliharaan prediktif dan


penggantian suku cadang rutin atas mesin dan peralatan produksi sehingga bilamana terjadi
kerusakan maka hal tersebut dapat diantisipasi sesegera mungkin. Di beberapa bagian penting
Perseroan senantiasa mempersiapkan kapasitas cadangan.

g. Risiko Produk Rusak dan Penarikan Produk dari Pasar


Terganggunya sistem produksi memungkinkan terjadinya produk jadi yang tidak sesuai
standar produksi Perseroan. Risiko tersebut dapat terjadi akibat ketidaktelitian mulai dari saat
pengadaan bahan baku sampai dengan dilakukannya proses pengemasan. Mengingat produk
yang dihasilkan berkaitan erat dengan masalah kesehatan dan pengobatan untuk kesehatan,
maka untuk menghindari risiko atas produk rusak tersebut, Perseroan harus melakukan
penarikan atas produk yang beredar di pasar apabila produk-produk tersebut mengalami
kejadian antara lain sebagai berikut:

 Produk yang menyebabkan luka, penyakit, atau akibat sampingan lainnya.

 Produk yang terkontaminasi, produk rusak, atau pemalsuan produk lainnya.

13
 Adanya gugatan hukum jika konsumen merasa dirugikan dan bermasalah dengan
kesehatan akibat dari penggunaan produk Perseroan.
Penarikan produk dari pasar dapat mengakibatkan kerugian yang signifikan, kerusakan
persediaan barang dan hilangnya kesempatan penjualan produk akibat ketidaktersediaan
produk dalam jangka waktu tertentu.

Untuk memitigasi risiko tersebut, Perseroan secara terusmenerus melakukan


pemantauan dan pengujian kualitas dan selalu menyimpan sample dari setiap batch produksi
selama 3 tahun.

h. Risiko Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia (SDM), baik manajemen senior maupun karyawan operasional
yang sudah terlatih, merupakan salah satu faktor yang perlu dijaga oleh Perseroan untuk dapat
tetap mempertahankan keberlangsungan kegiatan produksi dan operasional Perseroan.
Kekurangan SDM yang berkualitas mungkin dapat berdampak terhadap kegiatan usaha, hasil
operasi, dan prospek Perseroan. Perseroan juga bergantung pada kemampuannya untuk
mencari dan mempertahankan SDM agar dapat melanjutkan pertumbuhan dan kesuksesan
kegiatan usaha Perseroan.

Untuk memitigasi risiko tersebut, Perseroan melakukan rekrutmen untuk memenuhi


kebutuhan SDM dan secara rutin memberikan pelatihan/program pengembangan kompetensi
untuk menjaga dan meningkatkan keahlian dan keterampilan SDM yang dimiliki. Perseroan
juga melakukan regenerasi dan promosi secara berkesinambungan serta melaksanakan sistem
penilaian kinerja yang adil dan terbuka sebagai dasar untuk memberikan penghargaan atas
kinerja karyawan.

i. Risiko Pemogokan Tenaga Kerja


Untuk mendukung kegiatan usahanya dan proses produksinya, Perseroan
membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang banyak. Apabila terjadi pemogokan tenaga
kerja secara massal, maka hal tersebut akan mengganggu proses produksi yang dapat
menyebabkan tidak terpenuhinya target produksi Perseroan.

Untuk memitigasi risiko tersebut, Perseroan senantiasa menjaga hubungan industrial


yang baik, serta memperhatikan kesejahteraan karyawan dengan memberikan hak-hak
karyawan baik dalam bentuk finansial maupun non-finansial sebagaimana diatur di dalam
Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

14
j. Risiko Terjadinya Bencana Alam dan Kebakaran
Bencana alam dan kebakaran merupakan suatu risiko yang tidak dapat diprediksi.
Apabila hal tersebut terjadi, maka bahan baku, mesin pabrik dan fasilitas produksi dapat
mengalami gangguan atau kerusakan, sehingga mengganggu proses produksi dan
mempengaruhi kinerja keuangan Perseroan.

Untuk memitigasi risiko tersebut, Perseroan merancang pabrik dan fasilitas


infrastruktur sedemikian rupa dengan memperhitungkan berbagai aspek bencana dan
kedaruratan. Selain itu Perseroan juga mengasuransikan bangunan dan fasilitas pabriknya
dengan asuransi yang jenis dan nilai pertanggungannya ditinjau secara berkala untuk
mengantisipasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sehingga kerugian yang mungkin
timbul dapat ditutup secara layak.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Risiko operasional adalah risiko yang timbul karena tidak berfungsinya sistem internal
yang berlaku, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan faktor eksternal seperti bencana alam,
demontrasi besar, dll. Sumber terjadinya risiko operasional paling luas dibanding risiko lainnya
yakni selain bersumber dari aktivitas di atas juga bersumber dari kegiatan operasional dan jasa,
akuntansi, sistem tekhnologi informasi, sistem informasi manajemen atau sistem pengelolaan
sumber daya manusia. Secara umum, risiko operasional terkait dengan sejumlah masalah yang
berasal dari kegagalan suatu proses atau prosedur. Risiko operasional merupakan risiko yang
mempengaruhi semua kegiatan usaha karena merupakan suatu hal yang inherent dalam
pelaksanaan suatu proses atau aktivitas operasional.

PT.Sido Muncul sebagai pembuat produk jamu di Indonesia seharusnya bisa


mengembangkan sayap usahanya lebih baik lagi. Dilihat dari kualitas produknya PT.Sido
Muncul harus bisa mengenalkan produk jamu khas indonesia ke berbagai penjuru dunia lebih
baik lagi dan tidak hanya mengandalkan 1 atau 2 produknya tetapi semua produknya sehingga
bisa mengenalkan olahan rempah-rempah khas Indonesia.

PT. Sido Muncul, Tbk mengelola semua risiko secara efektif dan efisien serta
memastikan kesinambungan pertumbuhan bisnis melalui pengelolaan risiko secara proaktif,
berfokus pada risiko yang terpenting, dan dilakukan secara terkoordinasi dan terintegrasi.
Dalam menjalankan manajemen risiko, Perseroan selalu berinovasi untuk mendapatkan cara-
cara yang lebih efektif dan efisien.

3.2 Saran

Seperti yang diketahui dari pembahasan diatas bahwan PT. Sido Muncul, Tbk memiliki
tim untuk mengelola segala risiko yang ada di perusahaan. Perseroan harus menyediakan
informasi terkini dan objektif kepada seluruh jajaran manajemen agar mampu mengidentifikasi
dan memitigasi risiko serta menentukan langkah-langkah strategis. Perseroan telah
mengidentifikasi beberapa profil risiko, namun tidak terbatas pada adanya potensi risiko yang
muncul di masa depan. Kebijakan manajemen risiko akan ditinjau secara berkala sesuai dengan
perubahan kondisi bisnis Perseroan dan faktor-faktor lainnya agar terus di pertahankan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Chernobai, A. S., S. T. Rachev dan F. J. Fabozzi (2007); Operational Risk: A Guide to Basel
II Capital Requirement, Models and Analysis, John Wiley & Sons.

Hoffman, D. G. (2002); Managing Operational Risk: 20 Firmwide Best Practice Strategies;


John Wiley & Sons.

Jack L. King (2001); Operational Risk: Measurement and Modelling; John Wiley & Sons

https://cerdasco.com/risiko-bisnis/
https://wartaekonomi.co.id/read371238/apa-itu-risiko-bisnis?page=4
https://www.sidomuncul.co.id/id/visi_misi.html
https://ibfgi.com/manajemen-risiko-operasional/

17

Anda mungkin juga menyukai