A. Unsur Jurnalistik
Jurnalistik, menurut Fraser Bond (1964: 12) “Embraces all the
forms in which and through which the news and the moments on the
news reach the public,” meliputi semua kegiatan yang menyebabkan
berita mengenai suatu peristiwa atau keadaan sampai kepada publik.
Secara lebih gamblang Jamaluddin Malik atau Adinegoro (1951:3)
mendefinisikan jurnalistik sebagai semacam kepandaian karang-
mengarang yang pada pokoknya memberi perkabaran pada
masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya.
Salah seorang pendiri Kantor Berita Antara, Sumanang SH
(1948: 19) memberikan definisi yang lebih sederhana. Menurut
Sumanang, jurnalistik adalah segala sesuatu yang menyangkut
kewartawanan.
Dalam melakukan kegiatan jurnalistik, seorang wartawan
berhadapan dengan peristiwa, fenomena dan fakta. Sebagai orang
yang menjadi pengamat terhadap peristiwa, fonemena dan fakta tadi,
wartawan berkeinginan menyampaikan kepada orang lain. Wartawan
mengumpulkan sebagian pemahamannya terhadap peristiwa,
fenomena dan fakta tersebut. Pemahaman tersebut berupa data. Data
yang dikumpulkan wartawan diolah dan disusun untuk kemudian
disampaikan kepada orang lain. Proses penyusunan data tersebut
dilakukan sedemikian rupa dengan menggunakan ilmu dan
1
pengalaman. Proses tersebut dapat disebut sebagai pemetaan terhadap
data. Hasil pemetaan tersebut menjadi berita yang disampaikan
kepada orang lain.
Banyak pendapat para akademisi maupun para praktisi tentang
pengertian jurnalistik. Namun dari semua pendapat yang dikemukakan
dapat diambil beberapa titik temu dan fokus perhatian yang sama.
2
sumber (source) sebelum penyandi/penyampai (decoder) sebuah pesan
(message). Sumber disini bisa peristiwa, fenomena dan fakta atau
orang.
Peristiwa merupakan titik awal yang menyebabkan orang
melakukan kegiatan jurnalistik. Tanpa peristiwa, jurnalistik
kehilangan bahan dasar yang akan diolah. Jurnalistik saja tidak
mungkin dikembangkan tanpa adanya peristiwa. Peristiwa menjadi
tidak bermakna tanpa kegiatan jurnalistik.
Dengan kata lain, jurnalistik memberi makna terhadap
peristiwa. Manusia yang tidak ikut mengamati peristiwa secara
langsung memperoleh akses kesempatan untuk memperoleh segala
sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa.
Setiap orang tidak mungkin mengamati seluruh peristiwa yang
ada, karena peristiwa terikat dengan waktu dan ruang. Jurnalistik
“memindahkan” setiap peristiwa, melewati waktu dan ruang, untuk
dihantarkan ke depan setiap orang yang ingin mengetahuinya.
D. Data
Peristiwa, fenomena yang berisi fakta diamati oleh jurnalis.
Dalam kegiatan jurnalistik, jurnalis melakukan pengumpulan data,
yaitu pengumpulan terhadap pemahamannya terhadap fenomena dan
fakta yang ada dalam peristiwa. Jurnalis tidak mungkin
mengumpulkan “fakta” dalam arti sesungguhnya, karena fakta itu ada
di dalam peristiwa dan tidak (mungkin lebih sering sulit) untuk
dibawa.
Data yang dibawa oleh seorang jurnalis kemungkinan besar
tidak sama dengan data yang dibawa oleh jurnalis lain, karena data
adalah hasil pemahaman masing-masing terhadap fenomena dan fakta
dalam peristiwa.
Data juga merupakan deskripsi atau penggambaran terhadap
fenomena atau fakta yang ada dalam peristiwa, sesuai kemampuan si
jurnalis.
Bentuk data dapat berupa angka, deskripsi atau narasi. Data
4
berupa angka disebut juga data kuantitatif. Data deskripsi dan narasi
disebut juga data kualitatif. Data deskripsi dan narasi bisa berbentuk
tulisan, audio atau audio visual. Data tersebut bisa berupa sketsa,
gambar, foto, rekaman suara, rekaman gambar dan suara.
Bagaimanapun dekatnya wujud data dengan fakta peristiwa,
tetap saja data adalah hasil pemahaman jurnalis terhadap peristiwa.
Data tersebut bukan fakta peristiwa, karena fakta peristiwa tidak
mungkin atau sulit dibawa.
Tetap saja data yang dibawa oleh seorang jurnalis punya
kemungkinan untuk berbeda dengan data yang dibawa oleh jurnalis
lain.
Usaha jurnalis dalam mendekatkan kebenaran data dengan
peristiwa disebut dengan usaha menghasilkan data obyektif. Disini
jurnalis harus berusaha memahami peristiwa semaksimal
kemampuannya. Usaha tersebut bisa dilakukan dengan melakukan
pengamatan seteliti mungkin, melakukan pengamatan ulang, atau
disebut dengan “re check” (ricek). Hasil pemahaman maksimal
menghasilkan data yang semakin mendekati kebenaran fakta. Data
demikian disebut data faktual.
E. Kegiatan pemetaan
Data yang terkumpul merupakan bahan mentah yang akan
disampaikan jurnalis kepada orang lain. Data mempunyai tingkat-
tingkat dalam penilaian orang. Ada data yang penting ada yang kurang
penting dan data yang tidak penting. Ada data yang baru ada yang
agak lama dan data yang usang. Ada data yang menarik ada yang
kurang menarik dan data yang tidak menarik.
Dalam pemetaan data, jurnalis menggunakan seperangkat
“alat” untuk memilah, memilih dan menyusun data. Alat tersebut
disebut dengan “nilai-nilai berita”.
Nilai-nilai berita tersebut menentukan sebuah data akan
diprioritaskan atau diabaikan. Data yang memperoleh prioritas
5
tertinggi menjadi bahan utama untuk disusun menjadi berita. Data
yang memperoleh prioritas kedua menjadi pelengkap berita, dan seter-
usnya, sampai pada data yang diabaikan dan tidak diberitakan.
Nilai berita antara lain: Aktualitas, ukuran, keluarbiasaan,
proksimitas, importance, nearness, kelangkaan, dan lain-lain. Nilai-
nilai berita tersebut akan dibahas lebih lanjut pada bab khusus di
bagian lain buku ini.
Pemetaan dilakukan ketika jurnalis mulai mengumpulkan data.
Di atas telah dijelaskan bahwa pemetaan juga dilakukan terhadap
sumber data. Kegiatan pemetaan akan dibahas secara terperinci pada
bagian lain.
F. Berita
Sangat banyak akademisi dan praktisi jurnalistik yang
membahas pengertian berita. Begitu banyaknya sehingga buku-buku
jurnalistik lebih tepat dikatakan sebagi buku “teori berita”.
Banyak sekali definisi yang dikemukakan, tapi sebagian besar
tidak membantu dalam menjelaskan kegiatan jurnalis yang berkaitan
dengan berita.
Namun beberapa definisi dapat digunakan, seperti: “Berita
adalah laporan terkini tentang peristiwa.” “Berita adalah cerita tentang
peristiwa.” Demikian antara lain pengertian berita yang dapat
membantu dalam memahami jurnalistik.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa berita adalah hasil kerja
seseorang (jurnalis) berupa laporan (report) atau cerita (story)
mengenai peristiwa.
Pengamat 1 berita 1
Pengamat 2 berita 2
Berita 3
Pengamat 3
Peristiwa
Pengamat 4 Berita 4
7
menceritakan secara berbeda.
Menurut mahasiswa dan temannya, supir bus kota “seenaknya”
menjalankan mobil tanpa mempedulikan penumpangnya yang sedang
turun.
Menurut supir bus, dia sudah menghentikan bus sesuai
ketentuan, mahasiswa turun dorong-dorongan, sambil bercanda
sehingga terpeleset.
Menurut orang yang berdiri di halte bus, mahasiswa terdorong
jatuh karena penumpang sudah berjubel melebih kapasitas bus.
Menurut penumpang lain yang berdiri di dalam bus, bus
berjalan oleng, tidak stabil sehingga penumpang terombang-ambing
dan si mahasiswa terlempar ke luar bus.
Semua orang menceritakan peristiwa yang sama, peristiwa
yang tunggal, bukan peristiwa kecelakaan yang berbeda di tempat
lain. Setiap orang, dalam pengertian sederhana, adalah jurnalis-jurna-
lis yang melaporkan peristiwa kecelakaan tersebut. Setiap saksi
tersebut berusaha melaporkan data yang paling mendekati fakta.
Hanya saja setiap orang mempunyai kemampuan, kapasitas
dan pemikiran yang tidak sama dalam mengamati peristiwa tersebut.
Maka diperoleh “berita” yang berbeda-beda.
Peristiwa itu sendiri tetap sebagaimana adanya, tidak berubah
karena berbedanya berita yang terjadi kemudian. Perbedaan yang
terjadi adalah perbedaan jurnalis dalam mengambil posisi antara
peristiwa dengan berita.
Jurnalis dalam arti sesungguhnya akan berusaha memahami
peristiwa sedemikian rupa, sehingga semua fakta dalam peristiwa
dapat diakomodasi dalam berita. Kualitas karya jurnalis banyak
dikaitkan dengan kedekatan antara data dan fakta. Kedekatan tersebut
dinyatakan dengan akurasi atau ketepatan. Semakin dekat sebuah data
dengan kebenaran fakta, makin faktual data tersebut.
8
Jurnalis melakukan berbagai bentuk kegiatan dalam usahanya
mengakomodasi fakta sampai menjadi berita. Kegiatan-kegiatan
tersebut menimbulkan berbagai konsekuensi berupa peralatan, sarana,
dana, manajemen, etika, hukum dan sebagainya. Seluruh kegiatan dan
konsekuensi tersebut disebut jurnalistik.
Rangkuman
* Ada lima unsur yang menjadi inti jurnalistik yaitu:
- Peristiwa
- Pengamat
- Data
- Pemetaan
- Berita dan karya jurnalistik lainnya.
* Peristiwa atau kejadian adalah segala sesuatu yang ada di
alam semesta.
* Jurnalis menyampaikan pemahamannya terhadap peristiwa.
* Data merupakan deskripsi fenomena atau fakta yang ada
dalam peristiwa.
* Ada dua bentuk data: data kuantitatif dan data kualitatif.
* Pemetaan dilakukan ketika jurnalis mulai mengumpulkan
data.
* Berita adalah laporan terkini tentang peristiwa.
* Berita adalah cerita tentang peristiwa.
* Perbedaan pemahaman terhadap peristiwa menyebabkan
laporan tentang peristiwa menjadi berbeda-beda.
* Semua orang menceritakan peristiwa, maka setiap orang
adalah jurnalis dalam pengertian sederhana.
* Kegiatan jurnalis mengumpulkan data menimbulkan berbagai
konsekuensi. Semua kegiatan dan konsekuensi tersebut
menjadi kajian ilmu jurnalistik.
Istilah Penting
Peristiwa sampai kepada publik.
9
Proses penyusunan data.
Lima unsur inti jurnalistik. Fenomena di dalam peristiwa.
Fakta di dalam peristiwa. Makna terhadap peristiwa.
Mengamati fakta dalam peristiwa. Pengamat peristiwa.
Usaha memahami peristiwa. Peliputan peristiwa (covering).
Pencarian/pengumpulan berita (news gathering).
Perburuan berita (news hunting).
Sumber berita, sumber informasi, informan, atau sumber data.
Pemetaan sumber berita. Peristiwa independen.
Pengumpulan data. Data kuantitatif. Data kualitatif.
Deskripsi dan narasi. Data bukan fakta peristiwa.
Pengamatan ulang atau “re check” (ricek).
Bahan mentah berita. Pemetaan data. Nilai berita. Prioritas data.
Teori berita.
Hasil kerja jurnalis. Laporan (report). Cerita (story) mengenai peristiwa.
Keterkaitan peristiwa, jurnalis dan berita.
Kemampuan, kapasitas dan pemikiran jurnalis. Kualitas karya jurnalistik.
Akurasi atau ketepatan. Kebenaran fakta.
Konsekuensi kegiatan jurnalis.
Peralatan, sarana, dana, manajemen, etika jurnalistik.
10