Anda di halaman 1dari 30

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MK ETIKA PROFESI BIMBINGAN


DAN KONSELING

PRODI S1 BK – FIP 2020

SKOR NILAI:

NAMA MAHASISWA : FEBRINA OCTARIA BR TARIGAN

NIM : 1203351039

DOSEN PENGAMPU : NINDYA AYU PRISTANTI, S.Pd., M.Pd

MATA KULIAH : ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan bagi Tuhan Allah Yang Maha Kuasa atas berkat dan
karunia-Nya, penulisan tugas ini dapat terselesaikan. Adapun Critical Journal Review ini
yaitu mengenai Etika Profesi Bimbingan dan Konseling.

Critical Journal Review (CJR) ini saya susun dengan maksud sebagai tugas mata
kuliah Etika Profesi Bimbingan dan Konseling dan menjadikan penambahan wawasan
sekaligus pemahaman terhadap materi tersebut. Harapan saya, semoga setelah
penyelesaian penulisan Critical Journal Review ini saya semakin memhami tentang
bagaimana penulisan Critical Journal Review yang baik dan benar.

Di lain sisi, saya mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berharga dalam
penyusunan penulisan Critical Journal Review ini. Saya sangat berterimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian CJR ini, khususnya kepada
dosen pengampu mata kuliah ini ibu Nindya Ayu Pristanti, S.Pd., M.Pd dan kawan
sekelas saya mahasiswa/i kelas BK Reguler B 2020.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan CJR ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran serta
bimbingan dari para dosen demi penyempurnaan di masa-masa yang akan dating.
Semoga karya tulis CJR ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Medan, 2 Oktober 2022

Febrina Octaria Br Tarigan

1203351039
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................................................................... 3


BAB I ................................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................................. 4
A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Journal Review (CJR) .................................................... 4
B. Tujuan Penulisan Critical Journal Review (CJR) ................................................................... 4
C. Manfaat Critical Journal Review (CJR) ...................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................................. 5
RINGKASAN ISI JURNAL .............................................................................................................................. 5
A. Jurnal Utama ........................................................................................................................................... 5
B. Jurnal Pembanding ............................................................................................................................ 18
BAB III .............................................................................................................................................................. 29
ANALISIS ......................................................................................................................................................... 29
BAB IV .............................................................................................................................................................. 30
PENUTUP ........................................................................................................................................................ 30
A. Kesimpulan ........................................................................................................................................... 30
B. Rekomendasi........................................................................................................................................ 30
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Journal Review (CJR)

Critical Journal Review (CJR) sangat penting buat kalangan pendidikan terutama
buat mahasiswa maupun mahasiswi karena dengan mengkritik suatu jurnal maka
mahasiswa/i ataupun si pengkritik dapat membandingkan dua jurnal dengan tema yang
sama, dapat melihat mana jurnal yang perlu diperbaiki dan mana jurnal yang sudah baik
untuk digunakan berdasarkan dari penelitian yang telahdilakukan oleh penulis jurnal
tersebut, setelah dapat mengkritik jurnal maka diharapkan mahasiswa/i dapat
membuat suatu buku karena sudah mengetahui bagaimana kriteria jurnal yang baik dan
benar untuk digunakan dan sudah mengerti bagaimana cara menulis atau langkah-
langkah apa saja yang diperlukan dalam penulisan jurnal tersebut.

B. Tujuan Penulisan Critical Journal Review (CJR)

Critical Journal Review ini dibuat bertujuan untuk belajar melalui pemenuhan
tugas mata kuliah Kepemimpinan Prodi Universitas Negeri Medan untuk membuat
Critical Journal Review (CJR) sehingga dapat menambah pengetahuan untuk melihat
atau membandingkan dua atau beberapa jurnal yang baik dan yang benar. Setelah
dapat membandingkan maka akan dapat membuat suatu jurnal karena sudah dapat
membandingkan mana jurnal yang sudah baik dan mana jurnal yang masih perlu
diperbaiki dan juga karena sudah mengerti langkah-langkah dari pembuatan suatu
jurnal.

C. Manfaat Critical Journal Review (CJR)

Manfaat penulisan Critical Journal Review (CJR), yaitu:

a. Dapat meningkatkan analisis kita terhadap suatu jurnal.

b. Supaya kirta dapat mengetahui teknik-teknik penulisan CJR yang benar.

c. Dan dapat menulis bagaimana jurnal yang baik dan benar.

d. Menambah pengetahuan kita tentang isi dari jurnal-jurnal pengetahuan.


BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

A. Jurnal Utama

1 Judul Etika dan Kompetensi Konselor Sebagai Profesional

(Suatu Pendekatan Literatur Sistematis)


2 Jurnal Jurnal Paedagogy: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

3 Downloa http://ejournal.undikma.ac.id/index.php/pedagogy/article/download/4512
d /312 9

4 Volume dan
Vol. 9

Halaman Hal. 86-93


5 Tahun 2022

6 Penulis Happy Karlina Marjo, Darojaturroofi’ah Sodiq

7 Reviewer Febrina Octaria Tarigan

8 Tanggal 2 Oktober 2020


9 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan etika dan kompetensi
konselor sebagai professional dalam memberikan layanan bimbingan dan
Penelitia
konseling. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literature sistematis.
n
Kajian literatur sistematis ini berisikan tentang penjelasan dan uraian teori,
temuan dan bahan penelitian yang didapatkan dari database penyedia jurnal
nasional dan internasional melalui platform google scholar, dan selanjutnya di
analisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini adalah etika dan kompetensi harus
dimiliki seorang konselor sebagai dasar atas profesi yang dianutnya.
Pendidikankonselor merupakan salah satu cara untuk mengembangkan
kompetensi bagi para calon konselor. Kompetensi konselor sebagai agen
pelayanan bimbingan konseling, dinyatakan dalam peraturan

pemerintah No 19 tahun 2005 pasal 28 ayat 3 yaitu: kompetensi sebagai


agen pelayanan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini yang meliputi kompetensi pedagogik,
kepribadian, profesional dan kompetensi sosial. Konselor profesional
harus memiliki tekad yang kuat untuk dapat membantu orang lain dan
memiliki sifat positif untuk dapat memandang konseli sebagai manusia
yang memiliki nilai-nilai, ajaran agama, budaya dan latar belakang yang
berbeda.

-Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan etika dan


Penelitian kompetensi konselor sebagai professional dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling. Metode penelitian yang digunakan adalah
studi literature sistematis.

-Subjek Konselor
Penelitian

-Assesment Kajian literatur sistematis ini berisikan tentang penjelasan dan uraian
teori, temuan dan bahan penelitian yang didapatkan dari database
Data
penyedia jurnal nasional dan internasional melalui platform google
scholar, dan selanjutnya di analisis secara deskriptif.

-Kata Kunci Etika, Kompetensi, Konselor Profesional


10 Pendahuluan Konseling merupakan layanan profesional yang memanfaat-kan
hubungan antar individu. Hubungan yang bersifat membantu itu harus
lurus dengan memegang etika antar manusia. Karena itu, hubungan
tersebut harus dilindungi dari perilaku yang salah dari pihak konselor,
klien maupun masyarakat. Perlindungan itu pada umumnya ditata dalam
bentuk kode etik (Suherman, 2007). Nilai-nilai dan etika sangat
berhubungan, karena etika seorang individu dan kelompok
mencerminkan nilai mereka. Bixler & Seaman (Beck, 1971) menyatakan
bahwa “etika merupakan prinsip-prinsip dari suatu tindakan yang
berdasarkan sistem nilai yang biasa berlaku di suatu tempat. Karena itu
tuntutan bagi seorang konselor adalah memaknai hakekat konseling
dengan menunjukkan sikap profesionalisme yang
konsisten dengan nilai-nilai yang ada dan berlaku di masayarakat.

Profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap


pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional (Rakhmawati,
2013). Orang yang profesional adalah orang yang memiliki profesi.
Seseorang disebut memiliki profesi bila ia memenuhi kriteria berikut: 1).
Profesi harus mengandung keahlian, artinya suatu profesi itu harus
ditandai oleh suatu keahlian yang khusus profesi itu. Keahlian itu
diperoleh dengan cara mempelajarinya secara khusus karena profesi
bukan diwarisi. 2). Profesi dipilih karena panggilan hidup dan dijalani
sepenuh waktu. Profesi dipilih karena dirasakan sebagai kewajiban,
sepenuh waktu maksudnya bukan part time. 3). Profesi memiliki
teoriteori yang baku secara universal, artinya profesi itu dijalani
menurut aturan yang jelas, dikenal umum, dan teorinya terbuka. Secara
universal pegangannya itu diakui. 4). Profesi adalah untuk masyarakat,
bukan untuk diri sendiri. 5). Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan
dan kompetisi aplikatif. Kecakapan dan kompetesi itu diperlukan untuk
meyakinkan peran profesi itu terhadap kliennya. 6). Profesi memiliki
otonomi dalam melakukan tugas profesinya. Otonomi itu hanya dapat
ditinjau dan dinilai oleh rekan-rekannya seprofesi. 7). Profesi memiliki
kode etik yang disebut kode etik profesi. 8). Profesi harus memiliki klien
yang jelas, yaitu orang yang membutuhkan layanan (Muhibbin, 1995).
Etika profesi merupakan salah satu aspek yang menjadi standarisasinya
profesi bimbingan konseling sebagai sebuah kesepakatan yang mengacu
pada perilaku etis. Sebagai seorang guru bimbingan dan konseling tidak
bisa lepas dari nilai-nilai dan etika yang berlaku atas dasar nilai yang
dianutnya, maka kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan dapat berlangsung dengan arah dan tujuan yang jelas
(Suherman, 2007). Etika dan kompetensi harus dimiliki seorang
konselor sebagai dasar atas profesi yang dianutnya. Standar kompetensi,
merupakan ukuran kemampuan
minimal yang mencakup kemampuan, pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang harus diketahui, dicapai dan mahir dilakukan oleh tenaga
konselor. Kompetensi konselor sebagai agen pelayanan bimbingan
konseling, yang dinyatakan dalam peraturan pemerintah No 19 tahun
2005 pasal 28 ayat 3 yaitu: kompetensi sebagai agen pelayanan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini
yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan
kompetensi sosial (Fadhila Yusri, 2013) Pendidikan konselor merupakan
salah satu cara untuk mengembangkan kompetensi bagi para calon
konselor. Dalam hal ini perguruan tinggi penyelenggara pendidikan
bimbingan konseling memiliki peran penting. Pada masa menempuh
pendidikan inilah para calon konselor ditempa untuk menjadi konselor
profesional yang memiliki semua kom-petensi yang diharuskan. Selama
masa pendidikan calon konselor diberikan wawasan, pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang harus dikuasainya sebagai konselor
yang profesional (Fadhilla Yusri, 2019). Kompetensi profesional
merupakan seperangkat keterampilan yang harus dikuasai oleh konselor
untuk menjadi sosok yang professional. Kompetensi professional ini
adalah salah satu dari 4 standar kompetensi yang harus dimiliki oleh
konselor (Permendiknas no. 27, 2008). Kompetensi profesi konselor
merupakan keterpaduan kemampuan personal, keilmuan dan teknologi,
serta sosial yang secara menyeluruh membentuk ke-mampuan standar
profesi konselor
(Fadhilla Yusri, 2019).

-Latar dan Dalam hubungan kerja antara konselor dan klien yang sedang dibina

Belakang haruslah memiliki batas-batas tanggung jawab masing-masing sebagai


hubungan professional agar proses konseling berjalan dengan baik
Teori
(Abdillah, Kurniawati, 2021) Kode Etik ACA (Counseling, 2014)
membahas beberapa hubungan antara konselor sekolah, pengawas,
siswa, dan pembimbing serta menerapkan istilah interaksi dan hubungan
nonprofesional untuk membedakan hubungan yang terjadi di
luar dunia professional. Menjadi guru bimbingan konseling diperlukan
untuk dapat profesional dalam pekerjaannya, sebagai professional harus
memiliki keinginan kuat untuk menolong orang lain dan memiliki sifat
yang positif dalam memandang konseli yang memiliki banyak
keragaman (Prakoso, 2008).
Konselor profesional menurut Permendiknas nomor 27 Tahun 2008,
selain harus memiliki kualifikasi akademik yang sesuai juga harus
memiliki empat kompetensi utama, yaitu pedagogik, pribadi, sosial, dan
profesional. Terkhusus untuk kompetensi profesional, konselor sekolah
dituntut untuk menguasai konsep praksis asesmen, menguasai kerangka
teoretik dan praksis bimbingan dan konseling, merancang program
bimbingan dan konseling, mengimplementasikan program BK
komprehensif, menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan
konseling, memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika
professional, dan menguasai konsep dan praktis penelitian dalam
bimbingan dan konseling (Haryadi, 2019).
Keprofesionalan seorang Guru Bimbingan Konseling harus tetap terjaga,
artinya kahlian yang telah dimiliki itu tidak boleh berkurang apalagi
hilang. Jika ini yang terjadi maka akan sangat berisiko yakni merugikan
peserta didik atau konseli yang mendapatkan layanan darinya (Sodiq &
Herdi, 2021: Sari & Herdi, 2021: Hardika & Herdi, 2021). Guru
Bimbingan Konseling harus berusaha dengan berbagai macam cara agar
keahlian yang telah dikuasai tetap standar bahkan kalau bisa lebih
meningkat. Karena itulah maka adanya upaya untuk pengembangan
professional (Widada, 2019). Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan etika dan kompetensi konselor sebagai professional
dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling.

11 Metode Metode penelitian yang digunakan adalah metode kajian literatur


sistematis. Kajian literatur sistematis ini berisikan tentang penjelasan
Penelitian
dan uraian teori, temuan dan bahan penelitian yang didapatkan dari
bahan acuan yang dijadikan landasan penelitian. Bagian metode ini
membahas tentang strategi pencarian jurnal yang akan digunakan dalam
kajian literatur sistematik.

-Langkah Artikel yang digunakan dalam kajian literatur sistematik ini didapatkan
Penelitian melalui dtabase penyedia jurnal nasional dan internasional melalui
platform google scholar. Muncul dengan 17.600 temuan, kemudian di
urutkan menurut relevansi tahun terbaru. Hal lain yang relevan,
menggunakan semua penelitian dalam mengidentifikasi etika dan
kompetensi konselor sebagai profesional. Selanjutnya data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif.

-Hasil Mendiskusikan tentang etik menyangkut masalah baik dan buruk. Etik
merupakan pedoman, hubungan dan nilai bagi masyarakat. Etik akan
Penelitian
menjadi pedoman untuk membangun belief system dan bagaimana
pengaruhnya terhadap orang lain. Prinsip-prinsip etik bersumber dari
filsafat moral yang menekankan pada pembuatan keputusan
berdasarkan pada pertimbangan moral (Sanyata, 2006). Kode etik
konselor mengatur anggota profesi untuk memakai dasar-dasar
pertimbangan moral dalam layanan konseling, pada satu sisi kode etik
juga memperkuat aturan hukum bagi anggota yang tidak selaras dengan
kode etik konselor. Diperlukannya aturan hukum karena dalam
moralitas dan etik tidak mengatur sangsi bagi siapapun yang melakukan
perbuatan-perbuatan buruk. Aturan hukum (kode etik) merupakan alat
yang dipakai untuk memberikan jaminan kepastian hukum terhadap
anggota profesi yang melakukan aktivitas profesinya tidak sesuai dengan
moralitas dan prinsip-prinsip nilai (Corey, 2011).

-Diskusi Pertimbangan etis dan moral menjadi dasar bagi konselor untuk

Penelitian melakukan berbagai aktivitas yang terkait dengan profesinya. Dalam


interaksi konseling dengan masalah standar moral yang dimiliki antara
konselor-klien tidak jarang berbeda bahkan dapat bertentangan.
Keadaan ini menuntut konselor memakai belief system yang terbentuk
untuk memfasilitasi dan membantu klien (Sanyata, 2006). Hal-hal
yang terkait dengan prinsip nilai yang terbangun dalam konselor adalah
konselor memiliki respek terhadap kemandirian klien, konselor menjadi
“orang baik” bagi kliennya, dan memiliki ketulusan dalam memberikan
bantuan kepada mereka (klien). Sedangkan hal-hal yang berkaitan
dengan hakekat nilai adalah konselor memiliki integritas kepribadian
yang mampu menjadi teladan bagi kliennya, konselor memiliki
kesadaran bahwa profesi dan layanan yang diberikan bergantung pada
dimensi sosial sehingga ada tanggung jawab moral terhadap masyarakat,
konselor memiliki kemampuan penerimaan secara emosional kepada
kliennya dan konselor mempunyai self awareness terhadap potensi dan
kemampuan dirinya (Haolah dkk., 2018). Prinsip Etika adalah
seperangkat kewajiban dan metode yang berfokus pada masalah moral
dengan tujuan (a) memecahkan dilema tertentu atau serangkaian dilema
dan (b) menetapkan kerangka kerja untuk memandu pemikiran dan
perilaku etis di masa depan. Menurut Asosiasi Konseling Kanada (CCA,
2007), pendekatan etika kebajikan didasarkan pada keyakinan bahwa
konselor termotivasi untuk berbudi luhur dan peduli karena mereka
percaya itu adalah hal yang benar untuk dilakukan. Kebajikan etika
menekankan tanggung jawab konselor dalam membuat keputusan etis
yang kompleks (Corey, 2011).

12 Analisis Selain keberadaan kompetensi konselor yang dijadikan landasan bagi

Jurnal pengembangan konselor yang profesional, latar belakang pendidikan


juga merukan hal yang penting dalam membentuk konselor yang
profesional. Konselor profesional merupakan seperangkat perilaku nyata
yang ditunjukkan oleh seorang konselor profesional dalam melaksanakan
tugas atau pekerjaan profesional atau keahliannya. Tinggi dan rendahnya
kualitas profesional seorang konselor akan berdampak langsung
terhadap tinggi dan rendahnya pengakuan masyarakat luas dan imbalan
yang akan diterimanya (Putri, 2016). Dengan kata lain, seorang konselor
profesional akan selalu menjaga kualitas kinerja dan nama baik pribadi
dan profesinya.
Guru BK/konselor merupakan sebuah profesi professional. Sebagai
sebuah profesi, guru BK memiliki sebuah etika profesi. “Etika profesi
bimbingan dan konseling adalah kaidah-kaidah perilaku yang menjadi
rujukan bagi konselor dalam melaksanakan tugas atau tanggung
jawabnya memberikan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
konseli (Supriatna, 2011).
-Kekuatan ✓ Judul penelitian cukup jelas dan rinci, akurat, dan menggambarkan

Penelitian apa yang akan diteliti


✓ Bahasa yang digunakan dalam jurnal sederhana dan mudah
dipahami.
✓ Isi jurnal sudah lengkap dan di dukung oleh banyak teori dari

para ahli

✓ Masalah yang dibahas dalam jurnal memiliki kemutakhiran


-Kelemahan • Di dalam jurnal ini peneliti tidak mencantumkan jumlah sampel

Penelitian dan populasi


• Di dalam jurnal tidak menyertakan saran

13 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari studi literatur sistematis ini bahwa etika
dan kompetensi harus dimiliki seorang konselor sebagai dasar atas
profesi yang dianutnya. Pendidikan konselor merupakan salah satu cara
untuk mengembangkan kompetensi bagi para calon konselor.
Kompetensi konselor sebagai agen pelayanan bimbingan konseling,
dinyatakan dalam peraturan pemerintah No 19 tahun 2005 pasal 28 ayat
3 yaitu: kompetensi sebagai agen pelayanan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini yang meliputi
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan kompetensi sosial.
Konselor profesional harus memiliki keinginan dan tekad yang kuat
untuk dapat membantu orang lain dan memiliki sifat positif untuk dapat
memandang konseli sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai, ajaran
agama, budaya dan latar belakang yang berbeda. Konselor
haruslah memiliki tanggung jawab sepenuhnya, mampu untuk
mengontrol diri, memiliki keseimbangan emosi, dan kesadaran penuh
terhadap perbedaan nilai, agama, budaya dan keyakinannya. Serta
sebagai konselor profesional harus dapat memenuhi kualifikasi sebagai
konselor dengan baik, agar dapat membantu menangani konseli dengan
baik. Pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat yang
konselor miliki menjadi sebuah benteng utama yang dimiliki agar tidak
menimbulkan kesalahpahaman dengan posisi dan keadaan konseli.
Dengan kompetensi yang dimiliki akan membuat konselor semakin
paham tentang dirinya dan juga konseli.

14 Saran Disarankan kepada para konselor untuk dapat menjunjung tinggi etika
profesi dan harus mengacu pada kode etik bimbingan dan konseling
yang menjelaskan tentang kompetensi profesional. Serta untuk
meningkatkan kompetensi profesional konselor untuk ikut serta dalam
kegiatan kelembagaan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dibidang
bimbingan dan konseling

15 Daftar Abdillah, Kurniawati, M. (2021). Pelaksanaan Kode Etik Konselor dalam

Pustaka/ Hubungan Ganda di Sekolah. Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling


Undiksha, 12(1), 21–30.
Referensi
https://doi.org/10.23887/XXXXXX-XX-0000-00.
ASCA. Ethical Standard for School Counselor. Journal of The School
Counselor,32,84-87.
Chaplin, J.P., (2004). Kamus Lengkap Psikologi. Judul asli Dictionary of
Psychology diterjemahkan Kartini Kartono, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, h. 99
Corey, G., Corey, M.S.., & Callanan, P.. 2011. Issues and Ethics in the
Helping Professions
Eighth Edition. Belmont USA: Brooks/Cole.
E. Beck, Carlton. 1971. Philosophical Guidelines for Counseling: The
Place of Values in Counseling and psychotherapy, Iowa: WM.C. Brown
Company Publishers.
Haolah, S., Atus, & Irmayanti, R. (2018). Pentingnya Kualitas Pribadi
Konselor Dalam Pelaksanaan Konseling Individual. Fokus, 1(6), 25.
http://www.elsevier.com/locate/scp
Handika, M., & Herdi, H. (2021). Efektivitas Layanan E-Counseling
dalam Membantu Permasalahan Siswa Selama Masa Pandemi Covid-
19. Jurnal Paedagogy, 8(4), 506-511.
doi:https://doi.org/10.33394/jp.v8i4.3948
Haryadi, S. (2019). Korelasi Antara Kompetensi Profesional dan
Multikultural Konselor Sekolah. Indonesian Journal of Learning
Education and Counseling, 2(2), 124–129.
https://doi.org/10.31960/ijolec.v2i2.219
Hunainah. (2016). Etika Profesi Bimbingan Konseling. 128.
Geldard, Kathryn & Geldard, David, Keterampilan Praktik Konseling :
Pendekatan Integratif, Alih bahasa Eva Hamidah, S.S. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005.
Gladding, T.Samuel. 2009. Counseling: A Comprehensive Profession. New
Jersey: Pearson Education.Inc.
Gladding, T. Samuel,. (2012). Counseling: a Comprehensive
Profession, sixth edition, alih bahasa P. M. Winarno & Lilian Yuwono,
Jakarta: PT. Indeks
Prakoso, E. T. (2008). Hubungan Profesional Konseling. Jurnal Inspirasi
Pendidikan, 261–272.
Putri, A. (2016). Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor Dalam Konseling
Untuk Membangun Hubungan Antar Konselor Dan Konseli. JBKI (Jurnal
Bimbingan Konseling Indonesia), 1(1), 10.
https://doi.org/10.26737/jbki.v1i1.99
Rakhmawati, I. (2013). Membangun Profesionalisme Guru Konseling
Sekolah Melalui Penyampaian Bahasa Yang Santun. KONSELING RELIGI:
Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 4(2), 219–238.
Renatha Ernawati. (2020). BUKU MATERI PEMBELAJARAN
PROFESIONALISASI BK (p. 38).
Sanyata, S. (2006). Perspektif Nilai Dalam Konseling : 02, 1–14.
Sari, M., & Herdi, H. (2021). Cyber Counseling : Solusi Konseling di
Masa Pandemi. Jurnal Paedagogy, 8(4), 579-585.
doi:https://doi.org/10.33394/jp.v8i4.3949
Sodiq, D., & Herdi, H. (2021). Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk
Meningkatkan Kemampuan Perencanaan dan Kematangan Karir Siswa.
Jurnal Paedagogy, 8(4), 540-544.
doi:https://doi.org/10.33394/jp.v8i4.3951
Suharni, & Christiana. (2020). PROFESIONALISASI BIMBINGAN DAN
KONSELING (Asroful Kadafi (ed.)). UNIPMA Press (Anggota IKAPI).
Suherman, U. (2007). Kompetensi dan Aspek Etik Profesional Konselor
Masa Depan. Educationist, 1(1), pp-39.
Supriatna, M. (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi
(Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Syah, Muhibbin 1995, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Press.
Taher, Y., Husen, M., Aditama, R., Syam, S., Konseling, B., Pendidikan, F. I.,
& Kunci, K. (2021). Profesionalisme guru bimbingan konseling.
Widada. (2019). PENINGKATAN PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN
KONSELING. Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI
Wilayah Jawa, 536–548.
Yusri, Fadhila. (2013). Perkembangan Profesional Konselor Untuk
Memenuhi Kebutuhan Masyarakat Industri. Jurnal Konseling Dan
Pendidikan, 1(1), 36. https://doi.org/10.29210/1700
Yusri, Fadhilla. (2019). Penguasaan Kompetensi Konselor Mahasiswa
Peserta Program Pengalaman Lapangan (PPL) Prodi Bimbingan
Konseling IAIN Bukittinggi. Jurnal Al-Taujih, 5(2).

B. Jurnal Pembanding

1 Judul Menemukenali Konsep Etika Dan Sikap Konselor Profesional Dalam

Bimbingan Dan Konseling


2 Jurnal JURNAL MIMBAR: Media Intelektual Muslim dan Bimbingan

Rohani
3 Download https://journal.iaimsinjai.ac.id/index.php/mimbar/article/download/457

/360
4 Volume dan Vol. 6

Halaman Hal. 84-101


5 Tahun 2020

6 Penulis Desi Alawiyah, Hayatul Khairul Rahmat, Syahti Pernanda


7 Reviewer Febrina Octaria Tarigan
8 Tanggal 2 Oktober 2020
9 Abstrak Kompleksitas permasalahan yang dihadapi oleh siswa saat ini, tentunya
diikuti dengan daya tahan dari individu itu baik dari segi fisik maupun
Penelitian
psikologis. Karenanya, seorang konselor sudah seharusnya

memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang


memadai dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling untuk
semua jenis keberagaman guna mewujudkan konselor profesional. Oleh
karena itu, tulisan ini mencoba untuk menemukenali konsep etika dan
sikap konselor profesional dalam bimbingan konseling sehingga
nantinya terbentuk konselor profesional dari segi etika, sikap, dan
kualitas diri pribadi konselor tersebut. Penulisan ini menggunakan
pendekatan studi literatur dan teknik analisis konten. Adapun temuan
dalam penulisan ini adalah (1) etika profesional konselor adalah kaidah-
kaidah perilaku yang menjadi rujukan bagi konselor dalam
melaksanakan tugas atau tanggung jawabnya memberikan layanan
bimbingan dan konseling kepada konseli; (2) sikap profesional konselor
meliputi bertanggungjawab, peduli terhadap identitas profesional dan
pengembangan profesi, memiliki kesadaran atas komitmen, terampil
menggunakan teknik-teknik khusus yang dikembangkan atas dasar
wawasan yang luas dan kaidah-kaidah ilmiah, memahami dan mengelola
kekuatan dan keterbatasan personal dan profesional dan
mempertahankan objektivitas dan menjaga agar tidak larut dengan
masalah konseli, dan (3) upaya-upaya yang dilakukan konselor dalam
mengembangkan sikap dan etika profesionalnya yaitu dengan
mengembangan sikap selama pendidikan prajabatan dan
mengembangkan sikap selama dalam jabatan.

-Tujuan Penulisan ini bertujuan untuk menemukenali konsep etika dan sikap
Penelitian konselor profesional dalam bimbingan konseling sehingga nantinya
terbentuk konselor profesional dari segi etika, sikap, dan kualitas diri
pribadi konselor tersebut.

-Subjek Konselor
Penelitian
-Assesment Data yang dikumpulkan dalam penulisan ini adalah data-data sekunder
yaitu sumber data penulisan yang diperoleh secara tidak langsung atau
Data
melalui media perantara.

-Kata Kunci Bimbingan dan Konseling, Etika, Konselor Profesional, dan Sikap.
10 Pendahuluan Keberadaan guru bimbingan dan konseling atau konselor diatur melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang dinyatakan bahwa pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pendidikan (Nurrahmi, 2015). Undang-undang ini
mengisyaratkan bahwa pekerjaan guru bimbingan dan konseling
memiliki kekhususan yang tidak dimiliki oleh guru mata pelajaran lain.
Konselor adalah profesi yang didedikasikan untuk kemaslahatan umat
manusia dan bekerja sesuai dengan keilmuan dan pengalamannya secara
terbimbing (Ardimen, 2018a; Hodges, 2018; Pack‐Brown, Thomas, &
Seymour, 2008). Selain itu, konselor adalah profesi dinamis yang
menyesuaikan terhadap perubahan dan perkembangan masyarakat dan
dinamika sosial (Sholihah, Handayani, & Baskoro, 2019). Tuntutan
kinerja dan keefektifan layanan terus disorot. Terlebih permasalahan
yang dihadapi peserta didik juga kian beragam.
Profesi konselor adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian
dan etika dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling (Farozin,
2019; Fuad, 2009; Rahmat, 2019a). Meskipun demikian, namun masih
banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran ataupun penyalahgunaan
profesi (Kos, Wasik, McDonald, Soler, & Lys, 2019; La Guardia &
Korcuska, 2019).
-Latar Kompleksitas permasalahan tersebut hendaknya juga diikuti dengan
daya tahan dari individu itu sendiri, baik dari segi fisik maupun
Belakang dan
psikologis (Sujadi, 2018). Tentunya fenomena ini memberikan peluang
Teori
kepada profesi konselor agar dapat menunjukkan taringnya. Oleh sebab
itu, sudah seharusnya konselor memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang memadai dalam melaksanakan

konseling untuk semua jenis keberagaman tersebut (Gunawan, 2018).


Konselor hendaknya sadar bahwa klien datang dengan membawa
harapan bahwa ia adalah sosok yang dapat membantu dalam
menyelesaikan permasalahan. Konselor juga harus menyadari bahwa ia
tidak boleh memaksakan nilai-nilai yang dianutnya kepada klien ataupun
bertindak tanpa adanya aturan-aturan yang mengikat (Masruri, 2016).
Adanya pelanggaran-pelanggaran ataupun penyalahgunaan profesi
konselor di sekolah menyebabkan citra konselor di sekolah saat ini
masih belum bisa dikatakan baik dan hal ini berkaitan dengan
profesionalitas konselor. Banyak hal yang melatar belakangi buruknya
citra konselor di sekolah, mulai dari sikap konselor dan tugas konselor
yang memang kurang jelas dan disalahgunakan oleh pihak sekolah itu
sendiri (Irmansyah, 2020; Widyastuti & Awalya, 2017). Konselor yang
bertugas sebagai polisi sekolah (Ardimen, 2018b; Kurniawan, 2015;
Mange, 2019; S. Latinapa & Faizah, 2018) dan menjadi momok
menakutkan bagi siswa-siswanya, terutama siswa-siswa yang sering
melakukan pelanggaran dan nakal (Afifah, 2020; Hartawan, 2013; Shanty
& Christiana, 2013). Oleh karena itu, penting bagi para konselor sekolah
untuk berupaya memperjuangkan agar citranya menjadi positif dan
bermanfaat bagi para siswa dan seluruh warga sekolah sesuai dengan
tugas yang sebenarnya sebagai konselor, dengan mengupayakan
bersikap profesional dan merujuk pada etika profesional seorang
konselor (Astiti, Suminar, & Rahmat, 2018; Juliawan, Wiguna, & Bawa,
2020).
11 Metode Penulisan ini disusun menggunakan metode kepustakaan (library
research). Sebagai pendukung dalam penelitian ini, maka penulis
Penelitian
melakukan kegiatan studi literatur yang mendalam yaitu dengan
menggunakan penulisan deskriptif.

-Langkah Library research ini dilakukan dengan mengumpulkan berbagai referensi


Penelitian bacaan yang relevan dengan permasalahan yang diteliti,

kemudian dilakukan pemahaman cara teliti dan careful sehingga


mendapatkan sebuah temuan-temuan penelitian (Rahmat & Alawiyah,
2020; Rahmat, Kasmi, & Kurniadi, 2020). Penulis melakukan literature
study secara mendalam untuk mendukung penelitian ini. Dalam
penyusunan tulisan ini menggunakan metode penelitian kepustakaan
yaitu mengumpulkan semua bahan bacaan yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas, kemudian memahami secara teliti dan hati-hati
sehingga menghasilkan temuan-temuan penelitian
(Danandjaja, 1997; Hakim, Banjarnahor, Purwanto, Rahmat, & Widana,
2020; Utama, Prewito, Pratikno, Kurniadi, & Rahmat, 2020).

-Hasil Adapun temuan dalam penulisan ini adalah (1) etika profesional
konselor adalah kaidah-kaidah perilaku yang menjadi rujukan bagi
Penelitian
konselor dalam melaksanakan tugas atau tanggung jawabnya
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada konseli; (2) sikap
profesional konselor meliputi bertanggungjawab, peduli terhadap
identitas profesional dan pengembangan profesi, memiliki kesadaran
atas komitmen, terampil menggunakan teknik-teknik khusus yang
dikembangkan atas dasar wawasan yang luas dan kaidah-kaidah ilmiah,
memahami dan mengelola kekuatan dan keterbatasan personal dan
profesional dan mempertahankan objektivitas dan menjaga agar tidak
larut dengan masalah konseli, dan (3) upaya-upaya yang dilakukan
konselor dalam mengembangkan sikap dan etika profesionalnya yaitu
dengan mengembangan sikap selama pendidikan prajabatan dan
mengembangkan sikap selama dalam jabatan.
-Diskusi Seorang profesional tentu saja akan menerapkan keahlian yang
dimilikinya kepada masyarakat. Penyalahgunaan atau penyimpangan
Penelitian
penggunaan keahlian ini tentu akan sangat merugikan masyarakat. Oleh
karena itu diperlukan suatu etika profesi yang dalam hal ini bertindak
sebagai “self control”. Karena seorang professional mendapatkan
keahliannya melalui proses pendidikan berkualitas tinggi, maka
pembentukan etika profesi juga harus dilakukan oleh
rekan sejawat, sesama profesi sendiri. Inilah yang menyebabkan
timbulnya organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism”
berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk
menjaga martabat serta kehormatan profesi.
Kualitas pribadi konselor adalah kriteria yang menyangkut segala aspek
kepribadian yang amat penting dan menentukan keefektifan konselor
jika dibandingkan dengan pendidikan dan latihan yang ia peroleh
(Ardimen, 2018a; Fuad, 2009). Kualitas pribadi konselor merupakan
faktor yang sangat penting dalam konseling (Pautina, 2017; Suhendra,
2016). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pribadi
konselor menjadi faktor penentu bagi pencapaian konseling yang efektif,
di samping faktor pengetahuan tentang dinamika perilaku dan
keterampilan terapeutik atau konseling.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan guna membentuk konselor
profesional (professional counselors) dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut.
a. Pengembangan sikap selama pendidikan prajabatan. Calon guru
dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
diperlukan dalam pekerjaannya nanti. Menurut Page & Thomas (dalam
Anwar & Mubin, 2020), pendidikan prajabatan merupakan sebuah istilah
yang paling lazim digunakan lembaga pendidikan keguruan, yang
merujuk pada pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh lembaga
jenjang universitas pendidikan untuk menyiapkan mahasiswa berkarir
dalam bidang pengajaran.
b. Pengembangan sikap selama dalam jabatan. Pengembangan
sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru selesai mendapatkan
pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dengan cara
formal melalui kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau
kegitan ilmiah lainnya ataupun secara informal melalui media masa
televisi, radio, koran, dan majalah maupun publikasi lainnya (Nurrahmi,
2015; Yuhana & Aminy, 2019). Kegiatan ini selain dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, sekaligus dapat juga
meningkatkan sikap professional keguruan.

12 Analisis Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode analisis konten

Jurnal yaitu data yang diperoleh kemudian disusun sehingga mempermudah


pembahasan permasalahan yang ada.

-Kekuatan ✓ Judul penelitian cukup jelas dan rinci, akurat, dan menggambarkan
apa yang akan diteliti
Penelitian
✓ Bahasa yang digunakan dalam jurnal sederhana dan mudah
dipahami
✓ Isi jurnal sudah lengkap dan di dukung oleh banyak teori dari

para ahli

✓ Masalah yang dibahas dalam jurnal memiliki kemutakhiran


-Kelemahan • Di dalam jurnal ini peneliti tidak mencantumkan jumlah sampel

Penelitian dan populasi


• Di dalam jurnal tidak menyertakan saran

13 Kesimpulan Seorang konselor yang professional tentunya memiliki etika dan sikap
profesional. Etika profesional konselor adalah kaidah-kaidah perilaku
yang menjadi rujukan bagi konselor dalam melaksanakan tugas atau
tanggung jawabnya memberikan layanan bimbingan dan konseling
kepada konseli.

14 Saran Adapun upaya-upaya yang dilakukan konselor dalam mengembangkan


sikap dan etika profesionalnya yaitu dengan mengembangan sikap
selama pendidikan prajabatan dan mengembangkan sikap selama dalam
jabatan.

15 Daftar Afifah, A. K. (2020). Penerapan Bimbingan Teman Sebaya (BTS)

Pustaka/ Berbasis Media Sosial Whatsapp dalam Pemberian Layanan


Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1 Balai Riam. Jurnal Sipatokkong
Referensi
BPSDM Sulawesi Selatan, 1(1), 170–174. Retrieved from
https://ojs.bpsdmsulsel.id/index.php/sipatokkong/article/view/34
Anwar, A. S., & Mubin, F. (2020). Pengembangan sikap profesionalisme
guru melalui kinerja guru pada satuan pendidikan MTs Negeri 1 Serang.
Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam, 2(1),
147–171. https://doi.org/10.36671/andragogi.v2i1.79
Ardimen, A. (2018a). Pengembangan kepribadian konselor berbasis
asmaul husna dalam pelayanan konseling. HISBAH: Jurnal Bimbingan
Konseling Dan Dakwah Islam, 15(2), 102–115.
https://doi.org/10.14421/hisbah.2018.152-07
Ardimen, A. (2018b). Visi Baru Konselor Sekolah dalam Rangka
Meningkatkan Kualitas Layanan Pendidikan di Sekolah dan Madrasah.
JKI (Jurnal Konseling Indonesia), 4(1), 22–29.
https://doi.org/10.21067/jki.v4i1.2733
Astiti, P., Suminar, J. R., & Rahmat, A. (2018). Konstruksi Identitas Guru
Bimbingan Konseling sebagai Komunikator Pendidikan. Jurnal
Kajian Komunikasi, 6(1), 1–9. https://doi.org/10.24198/jkk.v6i1.7738
Astutik, S. (2018). Konseling konseptual: Sebuah tinjauan filosofis.
Indonesian Journal of Educational Counseling, 2(2), 135–142.
https://doi.org/10.30653/001.201822.42
Bunga, M., Aswari, A., & Djanggih, H. (2018). Konsepsi penyelamatan
dana desa dari perbuatan korupsi. Halu Oleo Law Review, 2(2), 448.
https://doi.org/10.33561/holrev.v2i2.4318
Danandjaja, J. (1997). Metode Penelitian Kepustakaan. Jurnal
Antropologi Indonesia, 52. Retrieved from
https://doi.org/10.7454/ai.v0i52.3318
Faiz, A., Dharmayanti, A., & Nofrita, N. (2018). Etika bimbingan dan
konseling dalam pendekatan filsafat ilmu. Indonesian Journal of
Educational Counseling, 2(1), 1–12.
https://doi.org/10.30653/001.201821.26
Farozin, M. (2008). Pengembangan Profesionalitas Guru Bimbingan dan
Konseling. Yogyakarta: UNY Press.
Farozin, M. (2019). Counselor professional identity of counselor
profession education. Cakrawala Pendidikan, 38(1), 104–119.
https://doi.org/10.21831/cp.v38i1.22515
Febrian, T. L. (2013). Sikap dan Etika Profesional dalam Konseling. Kediri:
Universitas Nusantara PGRI.
Fuad, M. (2009). Kualitas pribadi ponselor: Urgensi dan
pengembangannya. KOMUNIKA: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi,
3(2), 247–254. https://doi.org/10.24090/komunika.v3i2.128
Gunawan, R. (2018). Peran tata kelola layanan bimbingan dan konseling
bagi siswa di sekolah. JURNAL SELARAS: Kajian Bimbingan Dan Konseling
Serta Psikologi Pendidikan, 1(1), 1–15.
https://doi.org/10.33541/sel.v1i1.766
Hakim, F. A., Banjarnahor, J., Purwanto, R. S., Rahmat, H. K., & Widana, I. D.
K. K. (2020). Pengelolaan obyek pariwisata menghadapi
potensi bencana di Balikpapan sebagai penyangga ibukota negara baru.
Nusantara: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 7(3), 607–612.
https://doi.org/10.31604/jips.v7i3.2020.607-612
Hartawan, B. (2013). Upaya Penanggulangan Terhadap Anggota
Kepolisian Yang Terlibat Tindak Pidana Peredaran Narkotika (Studi
Kasus Di Kepolisian Resort Kota Besar Medan). JURNAL HUKUM
KAIDAH: Media Komunikasi Dan Informasi Hukum Dan Masyarakat,
19(2), 258–291. Retrieved from
https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/jhk/article/view/2443
Haryati, A. (2018). Personal integrity of Islamic counselor on
professional ethics commitment. Islamic Guidance and Counseling
Journal, 1(1), 11. https://doi.org/10.25217/igcj.v1i1.191 Hodges, S.
(2018). Becoming a Counselor. The Professional Counselor, 30–42.
https://doi.org/10.4324/9780429020551-5
Irmansyah, I. (2020). Kinerja Guru Bimbingan Konseling Islam di
Sekolah. AL-IRSYAD: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 2(1), 41–
62. Retrieved from http://jurnal.iain-
padangsidimpuan.ac.id/index.php/Irsyad/article/view/1964
Juliawan, I. W., Wiguna, D. G. E. S., & Bawa, P. W. (2020).
Konstruksi identitas guru bimbingan konseling di SMA Negeri se Kota
Tabanan sebagai komunikator pendidikan. Widyadari, 21(1), 199–212.
https://doi.org/10.5281/zenodo.3742544
Kos, P., Wasik, S. Z., McDonald, A., Soler, M., & Lys, D. (2019). The
Challenge and Opportunity of Competency-Based Counselor Education.
Counselor Education and Supervision, 58(2), 98–111.
https://doi.org/10.1002/ceas.12134
Kurniawan, L. (2015). Pengembangan program layanan bimbingan dan
konseling komprehensif di SMA. Jurnal Psikologi Pendidikan
Dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan
Konseling, 1(1), 1–8. https://doi.org/10.26858/jpkk.v1i1.1351
Kushendar, Maba, A. P., Zahro, I. F., & Fitri, H. U. (2018). Perkembangan
konseling pada abad 21: Konselor sebagai profesi yang mengedepankan
tanggung jawab kehidupan efektif konseli. Journal of Innovative
Counseling : Theory, Practice & Research, 2(1), 43–50.
https://doi.org/10.24176/jkg.v4i1.2333
BAB III
ANALISIS
Secara keseluruhan jurnal ini tergolong cukup baik dan telah memenuhi standar
penulisan serta kaidah-kaidah keilmiahan. Namun ada beberapa hal yang perlu
disoroti dalam penelitian ini antara lain didalam jurnal peneliti tidak memunculkan
penjelasan secara detail mengenai hasil penelitian dan karakteristik subjek yang
digunakan dalam penelitian ini. Jumlah teknik pengambilan sampel yang digunakan
tidak disebutkan dalam penelitian ini. Selanjutnya pada jurnal juga peneliti tidak
menjelaskan tahapan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini. Pada jurnal
penelitian ini lebih bersifat teoritis. Pemilihan referensi yang digunakan oleh peneliti
pada jurnal sudah memadai. Jurnal sangat menarik karena mengangkat teknologi
pembelajaran yang semakin maju untuk peserta didik.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari kedua jurnal ini dapat disimpulkan bahwa Seorang konselor yang professional
tentunya memiliki etika dan sikap profesional. Etika profesional konselor adalah
kaidah-kaidah perilaku yang menjadi rujukan bagi konselor dalam melaksanakan tugas
atau tanggung jawabnya memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada konseli,
sedangkan sikap profesional konselor meliputi bertanggungjawab, peduli terhadap
identitas profesional dan pengembangan profesi, memiliki kesadaran atas komitmen,
terampil menggunakan teknik-teknik khusus yang dikembangkan atas dasar wawasan
yang luas dan kaidah-kaidah ilmiah, memahami dan mengelola kekuatan dan
keterbatasan personal dan profesional dan mempertahankan objektivitas dan menjaga
agar tidak larut dengan masalah konseli, dan etika profesional meliputi bekerja dalam
suatu tim bersama tenaga paraprofesional dan profesional lain, menyelenggarakan
layanan sesuai dengan kewenangan dan kode etik profesional konselor, melaksanakan
referal sesuai dengan keperluan, dan mementingkan konseli.

B. Rekomendasi

Dari kesimpulan di atas,ada beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan terkait


dengan dua penelitian dalam jurnal ini, yaitu:

• Para peneliti dapat merevisi penyajian penelitian ini agar dapat lebih
mencantumkan hal-hal yang penting dalam penelitian ini
• Penelitian ini sangat menarik untuk diungkap dalam lingkup yang lebih luas lagi.
Direkomendasikan untuk peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang
sejenis dengan menggunakan konteks dan aspek yang berbeda atau dengan
mengubah metodologi penelitian yang akan digunakan.
• Kedua jurnal ini sangat cocok untuk dijadikan bahan referensi/materi bagi
mahasiswa khususnya yang sedang mengampu mata kuliah Etika Profesi
Bimbingan dan Konseling.

Anda mungkin juga menyukai