Anda di halaman 1dari 11

Nama : Munira Rizky

NIM : 11201120000060
Kelas : Ilmu Politik/5C
Mata Kuliah : Komunikasi Politik
UTS

“Strategi Pemasaran Politik (Political Marketing) Partai Golongan Karya


dalam Memperoleh Suara pada Pemilu 2019: Micro Targeting”

A. PENDAHULUAN
Pemasaran Poitik (Political Marketing) adalah kombinasi penerapan ilmu pemasaran
dan penerapan ilmu politik. Sebagai subjek akademis, pemasaran politik masih terkesan
relatif baru, tetapi aplikasi Pemasaran politik, sebenarnya sudah ada sejak revolusi Prancis
tahun 1789 dengan mengusung slogan Liberte Egalite dan Fraternite. Kemudian tahun 1830-
an, seorang praktisi periklanan professional, Charles Barker menciptakan iklan politik Tahun
1930-an, Franklin D Roosevelt meluncurkan fire side chats melalui media penyiaran.

Pemasaran politik mulai berkembang tahun 1980-an. Perkembangan ini ditandai pada
saat televisi memegang peranan penting dengan menyampaikan pesan-pesan komersial
kepada public secara eksplisit. Salah satu contoh Pemasaran politik, mulai diterapkan ketika
Margaret Thatcher menjadi Perdana Menteri Inggris pada tahun 1979 dengan melakukan
kampanye melalui radio dan televisi Hal tersebut juga diikuti Bill Clinton ketika melawan
Bob Dole dalam pemilihan kursi Presiden Amerika Serikat. Di Indonesia, penerapan
Pemasaran politik secara terbuka, sejak 1998. Pada masa yang dikenal reformasi ini, banyak
partai yang bermunculan, hingga mencapai 150 partai.

Perkembangan demokrasi di Indonesia, pada era reformasi telah memberikan


kesempatan kepada semua partai politik untuk mengembangkan diri untuk lebih mendapatkan
mandate dari publik. Dengan sedemikian, memanfaatkan berbagai ilmu untuk mengelola
partai
politik seperti ilmu manajemen yaitu Pemasaran. Hal tersebut, didorong oleh berbagai budaya
bangsa masyarakat Indonesia juga untuk peningkatan perekonomian maupun pendidikan
kepada masyarakat, dimana partai politik harus menciptakan Pemasaran untuk mendekatkan
diri kepada masyarakat. Semakin banyaknya pilihan media komunikasi juga mendorong
kebutuhan aplikasi konsep Pemasaran dalam berpolitik di Indonesia.

B. PEMASARAN POLITIK

1. Definisi

Nursal (2004) mengatakan bahwa Political Marketing atau pemasaran politik adalah
serangkaian aktivitas terencana, strategis dan juga taktis, berdimensi jangka panjang dan
jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para pemilih.

Menurut O' Cass dalam Firmanzah (2008), filosofi marketing memberikan arahan
bagaimana kita bisa menerapkan ilmu marketing dalam dunia politik. Karena pada dasarnya
ilmu marketing melihat bahwa kebutuhan konsumen (stakeholder) adalah hal terpenting
sehingga perlu diidentifikasi dan dicari bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut. Konsep
marketing komersial berdasarkan pada premis bahwa semua perencanaan dan operasi
perusahaan berorientasi pada pemuasan konsumen (stakeholder).

Menurut Firmanzah (2008), Pemasaran Politik adalah konsep permanen yang harus
dilakukan terus-menerus oleh sebuah partai politik atau kontestan dalam membangun
kepercayaan dan image publik. Membangun kepercayaan dan image ini hanya bisa dilakukan
melalui hubungan jangka panjang, tidak hanya pada masa kampanye. Pemasaran politik
harus dilihat secara komprehensif:
a) Pemasaran Politik lebih daripada sekadar komunikasi politik,
b) Pemasaran Politik diaplikasikan dalam seluruh proses organisasi partai politik. Tidak
hanya tentang kampanye politik tetapi juga sampai pada tahap bagaimana
memformulasikan produk politik melalui pembangunan simbol, image, platform, dan
program yang ditawarkan.
c) Pemasaran Politik menggunakan konsep marketing secara luas, tidak hanya terbatas
pada teknik marketing, namun juga sampai strategi marketing, dari teknik publikasi,
menawarkan ide dan program, dan desain produk sampai ke market intelligent serta
pemrosesan informasi
d) Pemasaran Politik melibatkan banyak disiplin ilmu dalam pembahasannya, seperti
sosiologi dan psikologi. Misalnya produk politik merupakan fungsi dari pemahaman
sosiologis mengenai symbol dan identitas, sedangkan faktor psikologisnya adalah
kedekatan emosional dan karakter seorang pemimpin, sampai ke aspek rasionalitas
platform partai.
e) Pemasaran Politik bisa diterapkan dalam berbagai situasi politik, mulai dari pemilihan
umum sampai ke proses lobi di parlemen.

Sesuai dengan penjelasan di atas maka diketahui bahwa marketing politik bukan
dimaksudkan untuk 'menjual' kontestan pada publik, melainkan sebagai teknik untuk
memelihara hubungan dengan publik agar tercipta hubungan dua arah yang langgeng.

2. Peran

Menurut Firmanzah (2008), Political Marketing memiliki peran yang ikut menentukan
dalam proses demokratisasi. Di negara-negara maju, partai-partai politik mengerahkan
kemampuan marketing mereka untuk merebut sebanyak mungkin konstituen. Berbagai teknik
yang sebelumnya hanya dipakai dalam dunia bisnis, sekarang ini telah dicangkokkan ke
dalam kehidupan politik. Semakin canggih teknik marketing yang diterapkan dalam
kehidupan politik.

Para anggota tim sukses berusaha 'menjual' jago mereka dengan berbagai cara yang
seringkali kita rasakan tak ada bedanya dengan mengiklankan produk di media,
mempromosikan outdoor maupun indoor. Segala taktik dipakai agar rating jago mereka tinggi
dan rakyat memilihnya di bilik-bilik suara. Selain itu, marketing politik dapat memperbaiki
kualitas hubungan antara kontestan dengan pemilih. Pemilih adalah pihak yang harus
dimengerti, dipahami dan dicarikan jalan pemecahan dari setiap permasalahan yang dihadapi.

Pemasaran Politik tidak menentukan kemenangan sebuah partai politik atau kandidat
Presiden. Pemasaran Politik hanyalah sebuah metode dan peralatan bagi partai politik atau
calon presiden untuk melakukan pendekatan kepada publik. Sistematisasi pendekatan yang
dilakukan oleh kandidat perlu dilakukan mengingat selalu terdapat keterbatasan sumber daya
yang dimiliki setiap kandidat.

Dalam kondisi persaingan politik, masing- masing kontestan membutuhkan cara dan
metode yang tepat untuk bisa memenangkan persaingan. mengukur kemenangan dalam dunia
politik dilakukan dengan melihat siapa yang keluar sebagai pemenang dalam pemilihan
umum. Namun, kemenangan ini juga harus dikaji dan dianalisis dengan hati-hati mengingat
perimbangan kekuasaan yang ada di antara partai-partai politik.

Kebanyakan Negara berkembang, peran dan fungsi politik dilakukan oleh sekelompok
kecil elit politik. Karena itu, seringkali mekanisme politiknya sangat ditentukan oleh
dinamisitas elit-elit politik. Mobilisasi massa digerakkan oleh elit-elit politik. Orientasi pada
tokoh masih terasa kuat. Satu tokoh yang berpengaruh akan menentukan berhasil tidaknya
upaya suatu kelompok atau partai dalam perebutan kursi. Kesadaran masyarakat kelas bawah
relatif kecil untuk ikut serta mewarnai kebijakan-kebijakan publik.

Fungsi kontrol lebih banyak dilakukan oleh kekuatan-kekuatan oposan elit politik.
Begitu tersentralisasinya sehingga masyarakat lapisan bawah tidak dapat, atau sulit,
mendapatkan informasi. Hal ini menyulitkan mereka untuk menganalisis apa sebenarnya
yang terjadi. Pemasaran Politik dapat berperan dalam pendistribusian informasi sehingga
memudahkan akses pada informasi yang dulunya sulit dijangkau.

Besarnya peran para tokoh elit di negara-negara berkembang memberikan kesan bahwa
pemasaran politik tidak diperlukan. Padahal tidak demikian. Fungsi pemasaran politik bukan
sekadar untuk mempromosikan tokoh atau tokoh-tokoh partai belaka. Pemasaran Politik juga
berfungsi dalam pembelajaran politik kalangan bawah.

Pemasaran Politik dilihat sebagai suatu proses yang dapat meningkatkan daya kritis
masyarakat dalam berpolitik. Agar rakyat tidak selalu menjadi korban dan objek manipulasi
para elit politik, masyarakat perlu diberdayakan dan perlu ada kondisi yang memungkinkan
proses pembelajaran politik. Untuk dapat menciptakan masyarakat yang kritis, marketing
politik harus melalui serangkaian tahapan. Peran dan fungsi Pemasaran Politik dalam usaha
menciptakan masyarakat yang kritis dalam dunia politik meliputi:

a) Distribusi Informasi Politik


Pemasaran Politik membantu sebagai media distribusi dan penyebaran sejumlah hal
ke masyarakat luas. Dengan demikian, marketing politik sekaligus merupakan media
partisipasi.
b) Edukasi politik
Pemasaran Politik berguna untuk proses pembelajaran terbuka bagi setiap elemen
yang terdapat dalam suatu negara. Dari informasi memadai yang mereka dapatkan,
masyarakat niscaya mendapatkan pelajaran-pelajaran yang berfaedah bagi mereka,
terutama dalam memilih calon yang tepat. Proses pertukaran informasi membuat
masing-masing aktor politik dapat lebih mudah memahami hal-hal yang diinginkan
pihak lain. Partai poiltik dapat belajar untuk memahami konstituen dan masyarakat
secara luas untuk meningkatkan pemahaman berpolitik.
c) Kesadaran politik
Melalui proses edukasi politik, masyarakat akan sadar akan hak dan kewajiban politik
mereka. Penyadaran akan hak dan kewajiban, diharapkan akan muncul transformasi
sosial politik dalam masyarakat. Transformasi yang paling diharapkan dengan adanya
Pemasaran Politik adalah perubahan paradigma.
d) Partisipasi dan Keterlibatan Politik
Seiring dengan semakin teredukasinya masyarakat dan semakin tingginya kesadaran
politik masyarakat, semakin meningkat juga keterlibatan dan partisipasi politik
masyarakat. Pemasaran Politik juga dapat meningkatkan partisipasi dan keterlibatan
semua pihak dalam kehidupan politik.

C. PEMASARAN POLITIK PARTAI GOLONGAN KARYA

1. Gambaran Umum Partai Golkar


Partai Golongan Karya atau secara umum disingkat dengan Partai Golkar adalah sebuah
partai politik di Indonesia. Didirikan sebagai Sekber Golkar (Sekretariat Bersama Golongan
Karya, Sekretariat Gabungan Golongan Karya) pada tahun 1964, dan berpartisipasi untuk
pertama kalinya dalam pemilihan nasional pada 1971 sebagai Golkar (Golongan Karya).
Partai Golongan Karya tidak resmi menjadi partai politik sampai tahun 1999, ketika itu
diperlukan untuk menjadi sebuah partai untuk kontes pemilihan.

Golongan Karya (Golkar) muncul dari kolaborasi gagasan tiga tokoh, Soekarno,
Soepomo, dan Ki Hadjar Dewantara. Ketiganya, mengajukan gagasan integralistik-
kolektivitis sejak 1940. Saat itu, gagasan tiga tokoh ini mewujud dengan adanya Golongan
Fungsional. Dari nama ini, kemudian diubah dalam bahasa Sansekerta sehingga menjadi
Golongan Karya pada 1959. Hingga kini, Golongan Karya dikenal dalam dunia politik
nasional sebagai Golkar.
Pada awal berdiri, Golkar bukan mewujud sebuah partai, melainkan perwakilan golongan
melalui Golongan Karya. Ide awal Golkar, yaitu sebagai sistem perwakilan (alternatif) dan
dasar perwakilan lembaga-lembaga representatif. Tahun 1957 adalah masa awal berdirinya
organisasi Golkar. Pada waktu itu sistem multipartai mulai berkembang di Indonesia.

Golkar sebagai sebuah alternatif merupakan organisasi yang terdiri dari golongan-
golongan fungsional. Golkar juga memiliki tujuan untuk membangun organisasi masyarakat
atau ormas. Golkar beralih menjadi sebuah partai politik Ketika Bung Karno yang bertindak
sebagai konseptor dan Jenderal TNI, Abdul Haris Nasution, yang berfungsi sebagai
penggerak, bersama dengan Angkatan Darat, mengubah Golkar sebagai sebuah partai politik
untuk melawan PKI. Hal ini bertentangan dengan konsep awal Golkar yang menolak konsep
partai dan PKI yang menuntut perbedaan kelas.

Golkar memiliki konsep untuk menumbuhkan persatuan dan kerjasama. Akhirnya,


Golkar yang anti partai runtuh menjadi sebuah partai. Ide Golkar yang awalnya
menghancurkan partai-partai yang ada, justru menjadi sebuah partai yang eksis hingga saat
ini.

Pada era Orde Baru Golongan Karya menjadi partai pemenang pada setiap pemilu dan
menjadi partai yang menguasai pemerintahan dan politik pada masa itu. Golongan Karya
memiliki beberapa basis massa sosial politik untuk mendukung keberlangsungan
pemenangan pemilunya. Jika melihat pada sejarah berdirinya Partai Golkar, terdapat 3
organisasi yang mendirikan golongan karya, yaitu organisasi KOSGORO yang
memiliki bidang Ekonomi, organisasi SOKSI yang memiliki bidang pekerja atau buruh,dan
organisasi MKGR yang fokus bidangnya pada pendidikan.

Melalui ketiga organisasi tersebut, bergabung mendirikan Golongan Karya dan


mengikuti pemilu pertamanya pada tahun 1971. Dari tahun ke tahun pemilu pada Orde Baru,
suara Golongan karya terus meningkat. Golongan karya menjadi partai pemenang pada tahun
1971, 1977,1982, 1987, 1992, 1997.

Kekuatan Golongan karya juga didukung oleh PNS dan ABRI, karena pada masa Orde
baru masih terdapat Dwifungsi ABRI yang memperbolehkan TNI dan Polri ikut berperan
aktif pada politik. Pada masa itu Golongan Karya menjadi yang paling dominan dalam
pemerintahan maupun politik.

Namun, suara Partai Golkar terus menurun hingga pada masa reformasi. Basis-basis
sosial partai golkar juga semakin berkurang karena yang dulunya TNI dan Polri menjadi
lumbung suara partai Golkar kini ABRI tidak bisa lagi ikut berperan aktif pada politik
praktis. Bahkan Partai Golkar juga sering tersangkut kasus-kasus yang dapat mencoreng citra
Partai Golkar pada masyarakat Dengan adanya hal tersebut Partai Golkar harus mencari
kader-kader yang memiliki integritas tinggi agar kelak jika dirinya terpilih tidak menjatuhkan
citra baik Partai Golkar.

Partai Golongan Karya memiliki organisasi-organisasi kepemudaan seperti AMPG


(Angkatan Muda Partai Golkar) dan AMPI (Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia) untuk
menjadi regenerasi kader Partai Golkar dari kalangan pemuda-pemuda yang telah
mendapatkan pelatihan kader dari organisasi-organisasi Kepemudaan partai Golkar. Hal
tersebut dilakukan sebagai fungsi regenerasi yang bertujuan untuk keberlangsungan partai
dapat terus berjalan, dengan begitu partai politik memiliki tugas yang sangat penting yaitu
melakukan kaderisasi.

Dalam pemilu legislatif 2019, Partai Golkar mencalonkan kader-kader mudanya untuk
ikut berkontestasi pada pemilu legislatif. Dengan adanya kader muda yang dicalonkan Partai
Golkar, juga akan menambah suara pemilih dari generasi-generasi muda Indonesia yang
tentunya menjadi lumbung suara baru bagi Partai Golongan Karya.

2. Strategi Pemasaran Politik Partai Golongan Karya


Dalam suatu pesta demokrasi setiap partai pasti bersaing untuk memperebutkan
kemenangan dalam setiap pemilu berlangsung, dalam hal ini partai jelas akan menggunakan
pemasaran politik sebagai alat untuk berjalannya selama proses kampanye berlangsung.
Pemasaran politik yang dijalankan oleh Golongan Karya pada pemilu legislatif 2019 ada tiga,
yaitu :

a) Micro Marketing
Micro marketing yang dijalankan oleh Partai Golongan Karya, yaitu berupa
pemasaran produk politik yang telah dirumuskan oleh partai untuk di
promosikan kepada masyarakat dengan cara kampanye secara langsung.
b) Micro Targeting
Micro targeting merupakan salah satu strategi pemasaran yang menggunakan
data atau media sebagai alat untuk menarik perhatian setiap pemilih dengan
maksud untuk mempengaruhi pemikiran mereka terkait partai atau calon yang
akan di pilih nya nanti. Dalam hal ini, Golongan Karya menggunakan media
sosial sebagai alat untuk berkampanye, karena media sosial ini terbilang
efektif untuk melakukan kampanye.

c) Micro Canvassing
Micro canvassing merupakan langkah untuk mendapatkan dukungan melalui
cara sosialisasi dan bertatap muka secara langsung dengan masayarakat.
Micro canvassing yang dilakukan oleh Golongan Karya berupa sosialiasi,
penguatan structural sampai ke desa, koordinasi dan komunikasi, silaturahmi
kepada tokoh-tokoh Golkar lama, dan juga kepada ulama-ulama.

3. Analisis Strategi Micro Targeting Partai Golongan Karya


Pada prinsipnya setiap partai politik dalam menjalankan aktifitasnya, melaksanakan
fungsi-fungsi tertentu, yang dengan sendirinya tentu berbeda aksentuasinya antara satu partai
dengan partai lainnya. Dalam konteks ini, di dalam menjalankan fungsinya suatu partai
politik akan sangat bergantung pada kegiatan yang dilaksanakan oleh partai politik itu
sendiri.

Dalam Pemilu tahun 2019, Partai Golkar menggunakan metode baru dalam kampanye,
yaitu Model Target Mikro, Target Mikro adalah salah satu strategi pemasaran yang
menggunakan data demografis untuk mengidentifikasi minat pada setiap individu atau
kelompok dengan maksud mempengaruhi pemikiran orang. Dalam membuat keputusan dan
tindakan pemilih dalam menentukan hak suara mereka.

Strategi Target Mikro ini menggunakan data besar untuk memotret secara lebih rinci
setiap orang dan siapa tokoh-tokoh berpengaruh dan apa harapan dan keinginan mereka.
Seperti yang Anda ketahui, target mikro berfungsi lebih dekat seperti beriklan di Iklan
Facebook, Iklan Twiter, atau Google AdWords.

Pengiklan dapat memilih apakah informasi pesan yang ingin mereka sampaikan bersifat
global semakin spesifik informasi yang dikirim pesan. Dari strategi target mikro tersebut,
masyarakat percaya kepada Partai Golkar, sehingga partai golkar mendapatkan kursi
terbanyak. Strategi pemasaran politik ini, menjadi strategi yang banyak digunakan oleh
banyak partai didalam negeri termaksud partai Golkar pada pemilu Legislatif di tahun 2019.
Strategi ini di fokuskan pada konsumen partai politik,yaitu pemilih. Organisasi partai politik,
ideologi dan program-program yang ditawarkan melalui kampanye terbuka di rasa tidak lagi
cukup kuat untuk menopong kemenengan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik pada hakekatnya merupakan suatu
organisasi yang terdiri dari sekelompok orang yang mempunyai cita-cita, tujuan-tujuan dan
orientasi-orientasi yang sama dimana organisasi ini berusaha untuk memperoleh kekuasaan
dan kemudian mengendalikan/mengontrol jalannya roda pemerintahan.

Iklan Politik

Salah satu cara Partai Golkar dalam melakukan kampanye ialah melalui iklan. Dengan
cara melalui iklan dirasa sangat efektif karena peran media dalam melakukan kampenye
sangatlah penting, dengan cara memakai iklan media masa baik media elektronik maupun
cetak para caleg Partai Golkar bisa menginformasikan dan memperkenalkan. Visi misi dan
tentu sosok personal calon yang nanti akan maju di pemilihan Legislatif tahun 2019.

Disamping itu media masa dalam mempengaruhi khalayak juga tidak di ragukan lagi,
pengaruh media masa sangatlah kuat hingga para caleg Partai Golkar tidak ragu dalam
berkampaye di media masa, dengan karakter yang dimilikinya media menjadi kekuatan yang
bisa menyatukan dan menggiring opini masyarakat kepada para caleg Partai Golkar dengan
memberikan arah kemana mereka harus berpihak dan prioritas-prioritas apa yang harus
mereka lakukan, dengan menggunakan media, para caleg partai Golkar dapat memberi
semangat kepada para simpatisan-simpatisan partai Golkar.

Selama ini Partai Golkar sudah dikenal dekat dengan masyarakat. Salah satu contohnya,
walaupun mungkin tempo dulu masyarakat mendengarnya partai ini partainya Orde Baru,
tapi sebenarnya tidak, kita sudah dengan Paradigma Baru. Jadi, yang dilakukan oleh Partai
Golkar adalah merubah pola pikir masyrakat dengan membuat iklan-iklan yang menarik agar
masyarak ingin melihat iklan tersebut. Untuk mendekatkan Partai Golkar dengan masyarakat,
salah satu langka nyata yang dilakukan adalah dengan memasang iklan visi misi, caleg, dan
keunggulan-keunggulan partai melalui pemasangan baleho di jalan yang telah di tentukan,
memuat iklan di media masa (Koran) atau media online.
Partai Golkar menggunakan langkah-langkah yang nyata dan strategis untuk mendukung
kiprah caleg dalam pemilihan umum serentak 2019 dengan mempromosikan caleg partai
melalui iklaln di berbagai media.

Kesimpulannya, dalam mendapatkan hati masyarakat partai Golkar memakai iklan


sebagai alat untuk memikat hati masyarakat dan langkah tersebut di anggap efektif karena
mampu meningkat elektabilitas partai dan calon legislatif (caleg).

Terlihat bahwa banyak strategi-strategi yang dilakukan oleh Partai Golkar dalam
mengikuti Pemilu Legislatif periode 2019-2024. Strategi-strategi tersebut mampu membawa
Partai Golkar memperoleh jumlah kursi yang cukup signifikan, yaitu sebanyak 8 kursi dari
30. Strategi-strategi yang digunakan Partai Golkar dalam memenangkan pemilu periode
2019-2024 sangat bervariatif, salah satunya melalui iklan di media massa.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, A. Komunikasi Politik: Paradigma, Teori, Aplikasi, Strategi dan Komunikasi Politik
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Cangara, H. Komunikasi Politik, Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2011.
Firmanzah. Marketing Politik. Jakarta: Obor, 2012.
Hamad, Ibnu. "Memahami Komunikasi Pemasaran Politik." MEDIATOR,, 2008.
Haryati. "STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI GOLKAR DALAM
MEMENANGKAN PEMLU LEGISLATIFDPRD KABUPATEN KARIMUN PERIODE 2019-
2024." Purnama Berazam, 2019.
HIDAYAT, A.NURUL. "PEMASARAN POLITIK (POLITICAL MARKETING) TOMY
SATRIA YULIANTO (TSY) DALAM MENGHADAPI PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI
KABUPATEN BULUKUMBA PERIODE 2020-2025."Skripsi, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR, 2020.
Kabunggul, Orce. "STRATEGI PEMENANGAN PARTAI POLITIK DALAM
MEMPERTAHANKAN PEROLEHAN KURSI PADA PEMILU LEGISLATIF 2019 (Studi Kasus
Fraksi Golkar DPRD Provinsi NTB)." Skripsi, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM, 2022.
Kango, Andries. "MARKETING POLITIK DALAM KOMUNIKASI POLITIK." Jurnal
Farabi, 2014.
M, Alie. Pemasaran Politik di Era Multipartai. Bandung: Expose, 2013.
Maryani, Dedeh. "STRATEGI PEMASARAN POLITIK PARTAI GOLKAR KECAMATAN
JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG." Jurnal Wahana Bhakti Praja, 2020.
Murtie, Whisnu. "STRATEGI KOMUNIKASI PEMENANGAN CALON LEGISLATIF
PADA PEMILU 2019." Skripsi, RADEN FATAH PALEMBANG, 2021.
NUR AZIZAH, RIMADHANI. "MARKETING POLITIK PARTAI PERSATUAN
PEMBANGUNAN PADA PEMILU LEGISLATIF 2019 DI KABUPATEN TASIKMALAYA."
Skripsi, Universitas Siliwangi., 2019.
PAJRI, RAHMAT. "STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK DPD PARTAI GOLKAR
DALAM MEMBANGUN BRAND IMAGE GOLKAR BANGKIT." Skripsi, UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SULTAN SYARIF KASIM, 2022.
RAHAGI, ERNANDO. "Marketing Politik Pemenangan Pemilu Legislatif DPR RI Abraham
Sridjaja pada Daerah Pemilihan Jawa Timur 1 (Surabaya-Sidoarjo) sebagai Calon Legislatif Milenial
Partai Golkar." Skripsi,UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2019.
Rahmayanti, Dian Rhesa. "PEMASARAN POLITIK PARTAI DEMOKRAT DAN PARTAI
GOLKAR." Skripsi, Universitas Negeri Sebelas Maret 2018.
Rizkia, Nanda Dwi. MARKETING POLITIK. BANDUNG: WIDINA BHAKTI PERSADA
BANDUNG, 2022.
Sa’ban, Azhar. "STRATEGI PEMENANGAN PARTAI GOLKAR DALAM MENGUSUNG
CALON LEGISLATIF DI KOTA BAUBAU." JEK: Jurnal Efek Komunikasi, 2021.
Sutarso, Joko. "PENDEKATAN PEMASASARAN POLITIK (POLITICAL MARKETING)
DALAM PEMILIHAN UMUM ." KomuniTi, 2011.
Syarbaini, Syahrial. TEORI, MEDIA DAN STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK. Jakarta:
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI Esa Unggul University, 2021.
Tabroni, R. "Etika Komunikasi Politik Dalam Ruang Media Massa." Jurnal Ilmu Komunikasi,
2012.

Wardi, Robertus. (2018) “Ini Strategi Golkar Guna Menangkan Pemilu 2019” Beritasatu.com,
diakses pada 01 November 2022.

https://www.beritasatu.com/news/517620/ini-strategi-golkar-guna-menangkan-pemilu-2019

Anda mungkin juga menyukai