1
Paraf :
5. Piutang Macet pada Badan Layanan Umum (BLU) Rumah Sakit di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tidak Didukung Dokumen Sumber yang
Memadai dan Belum Diajukan PPNTO
Kondisi
Direktorat Pelayanan Kesehatan menyajikan Piutang dari Kegiatan Operasional
Badan Layanan Umum (BLU) Unaudited sebesar Rp1.119.204.423.292,00 dan Piutang
dari Kegiatan Non BLU sebesar Rp25.964.621.625,00. Penyisihan atas piutang
Operasional tersebut sebesar Rp414.019.120.485,00 sehingga nilai netto Piutang BLU
Operasional tersebut sebesar Rp705.185.302.807,00
Kebijakan akuntansi Kementerian Kesehatan untuk Piutang menyatakan bahwa
Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan hak yang telah
dikeluarkan surat keputusan penagihan atau yang dipersamakan, yang diharapkan diterima
pengembaliannya dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan dan
disajikan pada nilai yang dapat direalisasikan (net realizable value/NRV). NRV
direalisasikan dengan mengurangkan Piutang dengan penyisihannya sesuai dengan kualitas
piutangnya. Kualitas Piutang sendiri dihitung berdasarkan jatuh tempo dan upaya
penagihan yang dilakukan Pemerintah. Perincian dasar perhitungan penyisihan piutang
sesuai kebijakan Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Kebijakan Perhitungan Penyisihan Piutang pada Kementerian Kesehatan
Kualias Piutang Uraian Peyisihan
Lancar Belum dilakukan pelunasan s.d jatuh tempo 0,5%
Kurang Lancar Satu bulan terhitung sehak tanggal Surat Tagihan 10%
Pertama tidak dilakukan Pelunasan
Diragukan Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan 50%
Kedua tidak dilakukan pelunasan
Macet 1. Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat 100%
Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan
2. Piutang telah diserahkan kepada Panitia
Urusan Piutang Negara (PUPN) dhi. DJKN
sumber atau dokumen pendukung yang memadai sehingga dapat membuktikan subjek
hukum yang bertanggung jawab terhadap penyelesaiannya dan dapat dipastikan jumlah
atau besarannya. Pengurusan Piutang Macet oleh PUPN dilakukan sampai lunas, selesai,
atau optimal. Penyelesaian dan optimalisasi piutang yang dikelola oleh PUPN ditandai
dengan penerbitan PSBDT.
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Reviu PPNTO Tahun 2022 di Lingkungan Ditjen Yankes
No Nama Satker Usulan (Rp) Hasil Reviu Itjen Keterangan
Tanggal Optimal Belum
(Rp) Optimal (Rp)
Pada rekapitulasi diatas, dari enam satker BLU RSUP yang telah mengajukan reviu Itjen
masih terdapat usulan yang dinyatakan belum optimal dikarenakan dokumen yang belum
lengkap. Pertimbangan Itjen untuk Piutang Macet yang belum optimal diantaranya karena
waktu penerbitan surat penagihan yang melebihi waktu yang ditentukan, tidak adanya
klasifikasi sebagai piutang macet, dan usia piutang yang belum melebihi lima tahun. Selain
itu terdapat Piutang yang belum memiliki dokumen pendukung seperti surat keretangan
dari Lurah/Kepala Desa/Kepala Lingkungan/Instansi yang berwenang yang menyatakan
Penanggung Utang tidak mempunyai kemampuan serta tidak terdapat dokumen kunjungan
penagihan atau berita acara atau bentuk lainnya.
Kriteria
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.06/2020 tentang Pengelolaan Piutang
Negara pada Kementerian Negara/Lembaga, Bendahara Umum Negara dan
Pengurusan Sederhana oleh Panitia Urusan Piutang Negara, yang dicabut dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.06/2022 pada:
1) Pasal 64 pada:
(1) Ayat (1) yang menyatakan bahwa Piutang Negara yang tidak dapat diserahkan
pengurusannya kepada PUPN hanya diusulkan penghapusan setelah
diterbitkan PPNTO oleh pimpinan unit lingkungan Kementerian
Negara/Lembaga yang mengelola Piutang Negara;
(2) Ayat (2) yang menyatakan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga bertanggung
jawab penuh terhadap peneribitan PPNTO;
(3) Ayat (3) yang menyatakan bahwa PPNTO sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) terlebih dahulu mendapatkan review dari Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah (APIP) Kementerian Negara/Lembaga;
2) Pasal 66 pada:
(1) Ayat (1) yang menyatakan bahwa Piutang Negara dengan jumlah sisa
kewajiban paling banyak Rp8.000.000,00 (delapan juta rupiah) per
Halaman : 5.5
Paraf :
Penanggung Utang dan tidak ada Barang Jaminan yang diserahkan atau
Barang Jaminan tidak mempunyai nilai ekonomis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 ayat (1) huruf a, dapat diterbitkan PPNTO
(2) Ayat (2) yang menyatakan bahwa Penerbitan PPNTO sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan setelah Piutang Negara memenuhi persyaratan sebagai
berikut;
a. Telah disampaikan surat penagihan sesuai ketentuan
b. Kualitas Piutang Negara telah macet;
c. Usia pencatatan Piutang Negara telah lebih dari 5 (lima) tahun dan tidak
terdapat angsuran atau terdapat angsuran kurang dari 10% (sepuluh
persen);
d. Penanggung Utang tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan
utang yang dibuktikan dengan paling sedikit dokumen berupa;
1. Kartu keluarga miskin;
2. Putusan pailit;
3. Surat keterangan dari Lurah/Kepala Desa/Kepala
Lingkungan/Instansi yang berwenang yang menyatakan
Penanggung Utang tidak mempunyai kemampuan untuk
menyelesaiakn utang atau tidak diketahui tempat tinggalnya;
4. Bukti penerimaan asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin;
dan/atau
5. Bukti kunjungan penagihan oleh petugas unit di lingkungan
Kementerian Negara/Lembaga; dan
e. Terdapat review dari Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP)
Kementerian Negara/lembaga bahwa proses pengelolaan Piutang Negara
telah dilakukan secara optimal.
(3) Dalam hal jumlah sisa kewajiban paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu
rupiah), bukti bahwa Penanggung Utang tidak mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan utang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d angka 3)
dapat berupa surat pernyataan pimpinan unit lingkungan Kementerian
Negara/Lembaga yang mengelola Piutang negara.
3) Pasal 67 yang menyatakan Piutang Negara yang tidak memenuhi syarat
diserahkan kepada PUPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) huruf b
dengan sisa kewajiban paling banyak Rp8.000.000,00 (delapan juta rupiah), dapat
diterbitkan PPNTO setelah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 66 ayat (2) dan ayat (3).
b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/6447/2021 tentang
Petunjuk Teknis Pengelolaan Piutang Negara pada Kementerian Kesehatan yang
Tidak Dapat Diserahkan Pengurusannya Kepada Panitia Urusan Piutang Negara
Melalui Mekanisme Pernyataan Piutang Negara Telah Optimal pada:
1) Keputusan kelima poin l. yang menyatakan Pejabat pengelola piutang
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA mempunyai kewenangan untuk
menerbitkan pernyataan piutang negara telah optimal terhadap piutang negara
yang pengurusannya tidak dapat diserahkan kepada panitia urusan piutang negara
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/6447/2021
Bab II Tata Kelola Pernyataan Piutang Negara Telah Optimal pada poin
Halaman : 5.6
Paraf :
Akibat
Hal tersebut mengakibatkan piutang macet dengan nilai total sebesar
Rp22.251.253.345,00 belum dapat diproses untuk penghapusan Piutang.
Sebab
Hal tersebut disebabkan karena
a. Direktur Utama RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar, RSJ DR Radjiman
Wediodiningrat Lawang, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP DR M Hoesin Palembang,
RSUP DR M Djamil Padang, RSUP DR Kariadi Semarang, RSUP DR Hasan Sadikin
Bandung, RSJ DR Marzoeki Mahdi Bogor, RSUP DR Sardjito Yogyakarta, RSJ
PROF DR Soerojo Magelang, RSU DR. Rivai Abdullah Palembang, RSUP Prof. Dr.
R. Kandou Manado, RSUP H Adam Malik Medan, RSU Persahabatan Jakarta, RSJPD
Harapan Kita Jakarta, RS Kanker Dharmais Jakarta, RS PUSAT Otak Nasional Dr.
Mahar Mardjono, RSUP Fatmawati Jakarta tidak optimal dalam mengawasi
penyelesaian Piutang Macet;
b. Pejabat pengelola piutang pada RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar, RSJ DR
Radjiman Wediodiningrat Lawang, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP DR M Hoesin
Palembang, RSUP DR M Djamil Padang, RSUP DR Kariadi Semarang, RSUP DR
Hasan Sadikin Bandung, RSJ DR Marzoeki Mahdi Bogor, RSUP DR Sardjito
Yogyakarta, RSJ PROF DR Soerojo Magelang, RSU DR. Rivai Abdullah Palembang,
RSUP Prof. Dr. R. Kandou Manado, RSUP H Adam Malik Medan, RSU Persahabatan
Jakarta, RSJPD Harapan Kita Jakarta, RS Kanker Dharmais Jakarta, RS PUSAT Otak
Nasional Dr. Mahar Mardjono, RSUP Fatmawati Jakarta tidak optimal dalam
melakukan usulan reviu PPNTO;
c. Belum terdapat penetapan standar dokumen pendukung dalam proses reviu
Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan.