Anda di halaman 1dari 7

Halaman : 5.

1
Paraf :

5. Piutang Macet pada Badan Layanan Umum (BLU) Rumah Sakit di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tidak Didukung Dokumen Sumber yang
Memadai dan Belum Diajukan PPNTO

Kondisi
Direktorat Pelayanan Kesehatan menyajikan Piutang dari Kegiatan Operasional
Badan Layanan Umum (BLU) Unaudited sebesar Rp1.119.204.423.292,00 dan Piutang
dari Kegiatan Non BLU sebesar Rp25.964.621.625,00. Penyisihan atas piutang
Operasional tersebut sebesar Rp414.019.120.485,00 sehingga nilai netto Piutang BLU
Operasional tersebut sebesar Rp705.185.302.807,00
Kebijakan akuntansi Kementerian Kesehatan untuk Piutang menyatakan bahwa
Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan hak yang telah
dikeluarkan surat keputusan penagihan atau yang dipersamakan, yang diharapkan diterima
pengembaliannya dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan dan
disajikan pada nilai yang dapat direalisasikan (net realizable value/NRV). NRV
direalisasikan dengan mengurangkan Piutang dengan penyisihannya sesuai dengan kualitas
piutangnya. Kualitas Piutang sendiri dihitung berdasarkan jatuh tempo dan upaya
penagihan yang dilakukan Pemerintah. Perincian dasar perhitungan penyisihan piutang
sesuai kebijakan Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Kebijakan Perhitungan Penyisihan Piutang pada Kementerian Kesehatan
Kualias Piutang Uraian Peyisihan
Lancar Belum dilakukan pelunasan s.d jatuh tempo 0,5%
Kurang Lancar Satu bulan terhitung sehak tanggal Surat Tagihan 10%
Pertama tidak dilakukan Pelunasan
Diragukan Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan 50%
Kedua tidak dilakukan pelunasan
Macet 1. Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat 100%
Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan
2. Piutang telah diserahkan kepada Panitia
Urusan Piutang Negara (PUPN) dhi. DJKN

Kegiatan pengelolaan Piutang pada Kementerian/Lembaga meliputi


penatausahaan, penagihan, penyelesaian dan pembinaan, pengawaan, pengendalian, dan
pertanggungjawaban. Untuk kegiatan penagihan dapat dilakukan secara tertulis dengan
surat tagihan atau melalui kegiatan optimalisasi Piutang Negara. Optimalisasi Piutang
Negara dimaksudkan untuk mempercepat penyelesaian dari Piutang tersebut salah satunya
dengan percepatan optimalisasi melalui crash program penyelesaian Piutang Negara.
Optimalisasi dengan crash program sendiri dilaksanakan pada masing-masing
Kementerian/Lembaga Negara yang dilaksanakan dalam periode tertentu dalam bentuk
keringanan utang, percepatan penerbitan Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih
(PSBDT) atau Pernyataan Piutang Negara Telah Optimal (PPNTO), moratorium tindakan
hukum, dan/atau bentuk lainnya yang diperbolehkan berdasarkan perundang-undangan.
Piutang dapat dikategorikan sebagai piutang macet dengan persyaratan diantaranya
adalah BLU telah menerbitkan Surat Tagihan pertama, kedua, dan ketiga namun belum ada
upaya pelunasan dari debitur. Selain itu, piutang dapat diklasifikasikan sebagai Piutang
macet jika telah terdapat pelimpahan piutang kepada PUPN. Pelimpahan Piutang ke PUPN
dapat dilakukan apabila satker Kementerian/Lembaga (K/L) telah melakukan penyelesaian
Piutang yang masuk pada kategori macet secara optimal namun masih belum berhasil.
Piutang macet yang dikelola PUPN merupakan Piutang macet yang didukung dokumen
Halaman : 5.2
Paraf :

sumber atau dokumen pendukung yang memadai sehingga dapat membuktikan subjek
hukum yang bertanggung jawab terhadap penyelesaiannya dan dapat dipastikan jumlah
atau besarannya. Pengurusan Piutang Macet oleh PUPN dilakukan sampai lunas, selesai,
atau optimal. Penyelesaian dan optimalisasi piutang yang dikelola oleh PUPN ditandai
dengan penerbitan PSBDT.

Terdapat pengecualian terhadap pengurusan piutang yang tidak bisa diserahkan


kepada PUPN selain pengelolaan Piutang macet oleh PUPN, diantaranya adalah Piutang
Negara yang tidak dapat memenuhi persyaratan penyerahan ke PUPN seperti Piutang
Negara yang adanya dan besarnya tidak dapat dipastikan secara hukum meliputi Piutang
Negara yang tidak didukung dokumen sumber yang memadai sehingga tidak dapat
dibuktikan subyek hukumnya dan jumlah/besaran, Piutang yang masih menjadi obyek
sengketa di lembaga peradilan, dan piutang yang Piutang Negara yang telah diserahkan ke
PUPN namun dikembalikan atau ditolak oleh PUPN berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Satker K/L yang tidak dapat menyerahkan pengurusan piutang kepada PUPN
(selain Piutang Pajak) dapat menerbitkan PPNTO sebagai dasar untuk melakukan
Penghapusan Secara Bersyarat atas Piutang Negara. Penerbitan PPNTO yang dimaksud
adalah untuk Piutang Macet yang masih terdapat sisa kewajiban namun Penanggung
Jawab/debitur tidak memiliki kemampuan untuk melunasi serta atas piutang tersebut tidak
memiliki barang jaminan. Sebelum diterbitkan PPNTO oleh Kepala Unit Kerja, usulan
Piutang Macet mendapatkan reviu dari Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) dari
masing-masing Kementerian/Lembaga. Pada Kementerian kesehatan, proses reviu
dilaksanakan oleh Inspektorat (Itjen) Jenderal Kementerian Kesehatan.
Berdasarkan data Piutang Kegiatan Operasional BLU dari Satuan Kerja (satker)
BLU Rumah Sakit (RS) Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (Ditjen Yankes)
menunjukkan bahwa pada Tahun 2022, Satker BLU RS Ditjen Yankes telah
mengklasifikasikan Piutang ke dalam Piutang Macet sebesar Rp418.794.409.267,80. Dari
jumlah tersebut, terdapat Piutang Macet dengan nilai minimal Rp22.062.926.921,00 yang
tidak didukung dengan dokumen yang memadai. Perincian Piutang Macet pada 18 Satker
RS Ditjen Yankes sebagai berikut.
Tabel 2. Perincian Piutang Macet yang Tidak Didukung Dokumen yang Memadai
dibawah tahun 2015
No Nama Satker Nilai Uraian Tahun Ket.
Perolehah s.d Perolehan
Tahun 2015
(Rp)
1 RSUP DR Wahidin 663.405.827 Dibawah Tahun 2010, Persyaratan reviu PPNTO
Sudirohusodo Makassar Tahun 2010-2015 belum terpenuhi
2 RSJ DR Radjiman 405.254.510 Dibawah Tahun 2010 Dalam proses pengajuan
Wediodiningrat Lawang PPNTO
3 RSUP Sanglah Denpasar 1.787.266.107 Dibawah Tahun 2010 Proses melengkapi
dokumen
4 RSUP DR M Djamil Padang 2.038.365.946 2005 - 2009 Dalam proses pengajuan
PPNTO
5 RSUP DR Hasan Sadikin 6.373.979.363 Tahun 2010-2015 Persyaratan reviu PPNTO
Bandung belum terpenuhi
6 RSJ DR Marzoeki Mahdi Bogor 4.133.952.140 Dibawah Tahun 2010, Proses melengkapi
Tahun 2010-2015 dokumen
7 RSJ Prof. DR Soerojo Magelang 7.569.691 Tahun 2010-2015 Proses melengkapi
dokumen
8 RSU DR. Rivai Abdullah 9.849.528 Tahun 2010-2015 Proses melengkapi
Palembang dokumen
Halaman : 5.3
Paraf :

No Nama Satker Nilai Uraian Tahun Ket.


Perolehah s.d Perolehan
Tahun 2015
(Rp)
9 RSU Persahabatan Jakarta 419.301.696 Dibawah Tahun 2010, Proses melengkapi
Tahun 2010-2015 dokumen
10 RSUP DR M Hoesin Palembang 54.150.321 Dibawah Tahun 2010, Belum memahami
Tahun 2010-2015, peraturan
Tahun 2000-2012
11 RSUP DR Kariadi Semarang 1.574.387.479 Dibawah Tahun 2010, Persyaratan reviu PPNTO
Tahun 2010-2015, belum terpenuhi
12 RSUP DR Sardjito Yogyakarta 376.084.924 Dibawah Tahun 2010, Proses melengkapi
Tahun 2010-2015, dokumen
Total 17.843.567.532
Tabel 3. Perincian Piutang Macet yang Tidak Didukung Dokumen yang Memadai dengan
Tahun perolehan Gelondongan s.d Tahun 2022
No Nama Satker Nilai Perolehan Uraian Tahun Ket.
Gabungan Perolehan
Dibawah 2015
dan diatas 2015
(Rp)
1 RSUP DR Kariadi Semarang 120.566.007 Tahun 2016-2020 Persyaratan reviu PPNTO
belum terpenuhi
2 RSUP DR Sardjito Yogyakarta 167.932.211 Dibawah Tahun 2010, Proses melengkapi
Tahun 2010-2015, dokumen
Tahun 2016-2020
3 RSUP PROF DR R Kandou Ada, Tahap Dibawah Tahun 2010, Tahap profiling
Manado Profilling Tahun 2010-2015,
Tahun 2016-2020
4 RSUP H Adam Malik Medan 339.277.123 Dibawah Tahun 2010, Persyaratan reviu PPNTO
Tahun 2010-2015, belum terpenuhi
Tahun 2016-2020,
2021
5 RSJPD Harapan Kita Jakarta 246.094.083 Tahun 2016-2020 Dokumen tidak lengkap
6 RS Kanker Dharmais Jakarta 1.741.817.581 Tahun 2016-2020 Belum memenuhi
persyaratan PPNTO (Umur
piutang kurang dari 5
tahun)
7 RS PUSAT Otak Nasional Dr. 92.087.334 Tahun 2015-2016 Dokumen tidak lengkap
Mahar Mardjono
8 RSUP Fatmawati Jakarta 1.511.585.050 Dibawah Tahun 2010, Dalam proses pengajuan
Tahun 2010-2015, PPNTO
Tahun 2016-2020
Total 4.219.359.389
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa terdapat Piutang Macet yang tidak dilengkapi
dokumen sumber yang memadai dengan tahun perolehan dibawah Tahun 2015 minimal
sebesar Rp17.843.567.532,00. Piutang tersebut telah memenuhi kriteria persyaratan usulan
penghapusan dengan PPNTO yaitu usia Piutang Macet dengan nilai per penanggung s.d
Rp8.000.000,00 dengan batas waktu minimal 5 tahun dan sisa nilai per penanggung
Rp8.000.000,00 s.d Rp50.000.000,00 dengan batas waktu minimal 7 tahun. Hasil
konfirmasi secara uji petik kepada satker BLU RSUP menunjukkan bahwa dokumen yang
belum lengkap menjadi kendala dalam proses pengusulan penghapusan melalui PPNTO.
Berdasarkan data Itjen Kemenkes, pada Tahun 2022 terdapat satker BLU RSUP
yang telah mengusulkan reviu Itjen untuk penyelesaian Piutang Macet sebagai optimalisasi
Piutang PPNTO dengan nilai sebesar Rp1.373.066.346,00. Jika dibandingkan dengan nilai
Piutang Macet yang tidak didukung dengan dokumen yang memadai, nilai piutang yang
diajukan proses reviu ke Itjen tersebut hanya sebesar 6,17%. Rekapitulasi reviu PPNTO
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah.
Halaman : 5.4
Paraf :

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Reviu PPNTO Tahun 2022 di Lingkungan Ditjen Yankes
No Nama Satker Usulan (Rp) Hasil Reviu Itjen Keterangan
Tanggal Optimal Belum
(Rp) Optimal (Rp)

1 RSUP Dr. 20.601.500 21 sd. 22 Juni 20.601.500 Dokumen


Sardjito 2022 belum lengkap
2 RSUP Dr. M. 139.570.755 30 Agustus sd. 2 139.570.755
Hoesin September 2022
Palembang
3 RSUP Dr. M. 1.053.580.556 4 sd. 8 1.053.580.556 Dokumen
Djamil Padang September 2022 belum lengkap
4 RSUP Dr. M. 1.798.403 26 sd.30 1.798.403
Hoesin Desember 2022
Palembang
5 RSUP Dr. 22.833.500 26 sd.30 22.833.500
Sardjito Desember 2022
6 RSUPN Cipto 134.681.650 26 sd.30 134.681.650
Mangunkusumo Desember 2022
Jumlah 1.373.066.364 298.884.308 1.074.182.056

Pada rekapitulasi diatas, dari enam satker BLU RSUP yang telah mengajukan reviu Itjen
masih terdapat usulan yang dinyatakan belum optimal dikarenakan dokumen yang belum
lengkap. Pertimbangan Itjen untuk Piutang Macet yang belum optimal diantaranya karena
waktu penerbitan surat penagihan yang melebihi waktu yang ditentukan, tidak adanya
klasifikasi sebagai piutang macet, dan usia piutang yang belum melebihi lima tahun. Selain
itu terdapat Piutang yang belum memiliki dokumen pendukung seperti surat keretangan
dari Lurah/Kepala Desa/Kepala Lingkungan/Instansi yang berwenang yang menyatakan
Penanggung Utang tidak mempunyai kemampuan serta tidak terdapat dokumen kunjungan
penagihan atau berita acara atau bentuk lainnya.

Kriteria
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.06/2020 tentang Pengelolaan Piutang
Negara pada Kementerian Negara/Lembaga, Bendahara Umum Negara dan
Pengurusan Sederhana oleh Panitia Urusan Piutang Negara, yang dicabut dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.06/2022 pada:
1) Pasal 64 pada:
(1) Ayat (1) yang menyatakan bahwa Piutang Negara yang tidak dapat diserahkan
pengurusannya kepada PUPN hanya diusulkan penghapusan setelah
diterbitkan PPNTO oleh pimpinan unit lingkungan Kementerian
Negara/Lembaga yang mengelola Piutang Negara;
(2) Ayat (2) yang menyatakan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga bertanggung
jawab penuh terhadap peneribitan PPNTO;
(3) Ayat (3) yang menyatakan bahwa PPNTO sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) terlebih dahulu mendapatkan review dari Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah (APIP) Kementerian Negara/Lembaga;
2) Pasal 66 pada:
(1) Ayat (1) yang menyatakan bahwa Piutang Negara dengan jumlah sisa
kewajiban paling banyak Rp8.000.000,00 (delapan juta rupiah) per
Halaman : 5.5
Paraf :

Penanggung Utang dan tidak ada Barang Jaminan yang diserahkan atau
Barang Jaminan tidak mempunyai nilai ekonomis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 ayat (1) huruf a, dapat diterbitkan PPNTO
(2) Ayat (2) yang menyatakan bahwa Penerbitan PPNTO sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan setelah Piutang Negara memenuhi persyaratan sebagai
berikut;
a. Telah disampaikan surat penagihan sesuai ketentuan
b. Kualitas Piutang Negara telah macet;
c. Usia pencatatan Piutang Negara telah lebih dari 5 (lima) tahun dan tidak
terdapat angsuran atau terdapat angsuran kurang dari 10% (sepuluh
persen);
d. Penanggung Utang tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan
utang yang dibuktikan dengan paling sedikit dokumen berupa;
1. Kartu keluarga miskin;
2. Putusan pailit;
3. Surat keterangan dari Lurah/Kepala Desa/Kepala
Lingkungan/Instansi yang berwenang yang menyatakan
Penanggung Utang tidak mempunyai kemampuan untuk
menyelesaiakn utang atau tidak diketahui tempat tinggalnya;
4. Bukti penerimaan asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin;
dan/atau
5. Bukti kunjungan penagihan oleh petugas unit di lingkungan
Kementerian Negara/Lembaga; dan
e. Terdapat review dari Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP)
Kementerian Negara/lembaga bahwa proses pengelolaan Piutang Negara
telah dilakukan secara optimal.
(3) Dalam hal jumlah sisa kewajiban paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu
rupiah), bukti bahwa Penanggung Utang tidak mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan utang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d angka 3)
dapat berupa surat pernyataan pimpinan unit lingkungan Kementerian
Negara/Lembaga yang mengelola Piutang negara.
3) Pasal 67 yang menyatakan Piutang Negara yang tidak memenuhi syarat
diserahkan kepada PUPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) huruf b
dengan sisa kewajiban paling banyak Rp8.000.000,00 (delapan juta rupiah), dapat
diterbitkan PPNTO setelah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 66 ayat (2) dan ayat (3).
b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/6447/2021 tentang
Petunjuk Teknis Pengelolaan Piutang Negara pada Kementerian Kesehatan yang
Tidak Dapat Diserahkan Pengurusannya Kepada Panitia Urusan Piutang Negara
Melalui Mekanisme Pernyataan Piutang Negara Telah Optimal pada:
1) Keputusan kelima poin l. yang menyatakan Pejabat pengelola piutang
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA mempunyai kewenangan untuk
menerbitkan pernyataan piutang negara telah optimal terhadap piutang negara
yang pengurusannya tidak dapat diserahkan kepada panitia urusan piutang negara
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/6447/2021
Bab II Tata Kelola Pernyataan Piutang Negara Telah Optimal pada poin
Halaman : 5.6
Paraf :

a) Usulan review penerbitan PPNTO, yang menyatakan bahwa dalam hal


penagihan atas piutang negara telah dilaksanakan secara optimal tetapi tidak
tertagih, pejabat pengelola piutang mengajukan permintaan review kepada
Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah pada
lingkungan Kementerian Kesehatan sebagai syarat penerbitan PPNTO dengan
melampirkan dokumen berupa dokumen piutang negara dan rekomendasi atas
usulan penerbitan PPNTO dari Satuan Pengawas Internal (SPI)/Satuan
Kepatuhan Internal (SKI).
b) Review oleh Inspektorat Jenderal sebagai APIP, yang menyatakan pada poin
1 Persyaratan PPNTO untuk sisa kewajiban paling banyak Rp8.000.000,00
(delapan juta rupiah) per penanggung utang dan tidak ada barang jaminan
yang diserahkan atau barang jaminan tidak mempunyai nilai ekonomis pada
huruf d yang menyatakan bahwa penanggung utang tidak mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan utang yang dibuktikan dengan paling
sedikit dokumen berupa kartu keluarga miskin, putusan pailit, surat
keterangan dari lurah/kepala desa/kepala lingkungan/instansi yang berwenang
yang menyatakan penanggung utang tidak mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan utang atau tidak diketahui tempat tinggalnya, bukti
penerimaan asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin; dan/ atau bukti
kunjungan penagihan oleh petugas satuan kerja di lingkungan Kementerian
Kesehatan dalam bentuk surat kunjungan atau berita acara atau bukti lain yang
menyimpulkan bahwa penanggung utang tidak mempunyai kemampuan
untuk menyelesaikan utang.
c. Keputusan Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.02/I/1383/2022
tentang Pedoman Reviu Pengurusan Piutang Negara dalam Rangka Penerbitan
Pernyataan Piutang Negara Telah Optimal (PPNTO) Inspektorat Jenderal
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada:
1) Bab II gambaran umum huruf B. Pernyataan Piutang Negara Telah Optimal
(PPNTO) bagian pengelompokan PPNTO yang menjelaskan bahwa PPNTO
untuk piutang negara yang tidak memenuhi syarat untuk diserahkan kepada
PUPN, yaitu piutang negara yang adanya dan besarnya tidak dapat dipastikan
secara hukum sehingga tidak dapat diserahkan pengurusannya kepada PUPN,
meliputi.
(a) piutang negara yang tidak didukung dokumen sumber yang memadai
sehingga tidak dapat dibuktikan subjek hukum yang harus bertanggung jawab
terhadap penyelesaiannya;
(b) piutang negara yang tidak dapat dipastikan jumlah/besarannya dikarenakan
tidak terdapat dokumen sumber, tidak terdapat kejelasan informasi dokumen
sumber atau bukti-bukti pendukungnya;
(c) piutang negara yang masih menjadi objek sengketa di lembaga peradilan; dan/
atau;
(d) piutang negara yang telah diserahkan kepada PUPN namun dikembalikan atau
ditolak oleh PUPN berdasarkan peraturan perundang-undangan.
2) Bab III Perencanaan Reviu, poin ruang lingkup reviu pada angka 2 yang
menjelaskan Piutang negara yang tidak memenuhi syarat untuk diserahkan
pengurusannya kepada PUPN yaitu piutang yang ada dan besarnya tidak dapat
Halaman : 5.7
Paraf :

dipastikan secara hukum sehingga tidak dapat diserahkan pengurusannya kepada


PUPN meliputi:
(a) Piutang negara yang tidak didukung dokumen sumber yang memadai
sehingga tidak dapat dibuktikan subjek hukum yang harus bertanggungjawab
terhadap penyelesaiannya;
(b) Piutang negara yang tidak dapat dipastikan jumlah/besarannya dikarenakan
tidak terdapat dokumen sumber, tidak terdapat kejelasan informasi dokumen
sumber atau bukti-bukti pendukungnya.
(c) Piutang negara yang masih menjadi objek sengketa di Lembaga peradilan;
dan/atau
(d) Piutang negara yang telah diserahkan kepada PUPN namun dikembalikan atau
ditolak PUPN berdasarkan peraturan perundangundangan.

Akibat
Hal tersebut mengakibatkan piutang macet dengan nilai total sebesar
Rp22.251.253.345,00 belum dapat diproses untuk penghapusan Piutang.

Sebab
Hal tersebut disebabkan karena
a. Direktur Utama RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar, RSJ DR Radjiman
Wediodiningrat Lawang, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP DR M Hoesin Palembang,
RSUP DR M Djamil Padang, RSUP DR Kariadi Semarang, RSUP DR Hasan Sadikin
Bandung, RSJ DR Marzoeki Mahdi Bogor, RSUP DR Sardjito Yogyakarta, RSJ
PROF DR Soerojo Magelang, RSU DR. Rivai Abdullah Palembang, RSUP Prof. Dr.
R. Kandou Manado, RSUP H Adam Malik Medan, RSU Persahabatan Jakarta, RSJPD
Harapan Kita Jakarta, RS Kanker Dharmais Jakarta, RS PUSAT Otak Nasional Dr.
Mahar Mardjono, RSUP Fatmawati Jakarta tidak optimal dalam mengawasi
penyelesaian Piutang Macet;
b. Pejabat pengelola piutang pada RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar, RSJ DR
Radjiman Wediodiningrat Lawang, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP DR M Hoesin
Palembang, RSUP DR M Djamil Padang, RSUP DR Kariadi Semarang, RSUP DR
Hasan Sadikin Bandung, RSJ DR Marzoeki Mahdi Bogor, RSUP DR Sardjito
Yogyakarta, RSJ PROF DR Soerojo Magelang, RSU DR. Rivai Abdullah Palembang,
RSUP Prof. Dr. R. Kandou Manado, RSUP H Adam Malik Medan, RSU Persahabatan
Jakarta, RSJPD Harapan Kita Jakarta, RS Kanker Dharmais Jakarta, RS PUSAT Otak
Nasional Dr. Mahar Mardjono, RSUP Fatmawati Jakarta tidak optimal dalam
melakukan usulan reviu PPNTO;
c. Belum terdapat penetapan standar dokumen pendukung dalam proses reviu
Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai