Anda di halaman 1dari 15

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

REFERAT

HALAMAN JUDUL

ERAS (Enhanced Recorvery After Surgery)

PENYUSUN:
Restiana Nugraheni, S.Ked J510215368
Lian Adhalia, S.Ked J510215272
Halim Gumelar J510225009

PEMBIMBING:

dr. Eko Prayunanto, Sp. An

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS

REFERAT

Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : ERAS (Enhanced Recorvery After Surgery)


Penyusun : Lian Adhalia, S.Ked J510215272
Restiana Nugraheni K J510215368
Halim Gumelar J510225009
Pembimbing : dr. Eko Prayunanto, Sp. An

Surakarta, 10 Februari 2023

Penyusun,

Lian Adhalia, S. Ked

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Eko Prayunanto, Sp. An

Mengetahui,
Kepala Program Studi Profesi
Fakultas Kedokteran UMS

dr. Sulistyani, Sp. N


Enchanced Recovery After Surgery (ERAS)

Lian Adhalia*, Restiana Nugraheni Kusumastuti*, Halim Gumelar*, Eko Prayunanto **


*
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
**
Bagian Anestesi dan Intensive care, RS Umum Pusat Surakarta

ABSTRAK
Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) adalah pendekatan multimodal berbasis
bukti yang digunakan untuk memfasilitasi pemulihan setelah prosedur bedah mayor pada
periode praoperasi, intraoperatif, dan pascaoperasi. Dibandingkan dengan perawatan
tradisional, program ERAS mewakili perubahan besar dalam proses perawatan, karena
setiap komponan ERAS menangani target fisiologis tertentu. Tujuan dilakukannya ERAS
yaitu untuk meminimalkan morbiditas pasca operasi, mengurangi variabilitas dalam
perawatan bedah, dan menekan biaya rumah sakit. Dibalik itu semua, terdapat beberapa
tangangan dalam metode ERAS yang mungkin ditemui dalam pra operasi, intra operasi
atau pasca operasi
Kata kunci: ERAS, stres, bedah.

ABSTRACT
Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) is an evidence-based multimodal
approach used to facilitate recovery after major surgical procedures in the preoperative,
intraoperative, and postoperative periods. Compared to traditional treatments, ERAS
programs represent a major change in the treatment process, as each ERAS compound
handles specific physiological targets. The purpose of ERAS is to minimize postoperative
morbidity, reduce variability in surgical care, and reduce hospital costs. Behind it all, there
are several obstacles to the ERAS method that may be encountered in preoperative,
intraoperative, or postoperative.
Keywords: ERAS, Stress, Surgery
PENDAHULUAN mengoptimalkan status nutrisi
perioperatif, mempromosikan analgesia
Enhanced Recovery After
tanpa opioid dan pemberian makan pasca
Surgery (ERAS) diperkenalkan pada
operasi dini (Senturk et al., 2017).
tahun 1997 oleh sekelompok ahli bedah
umum dari Eropa Utara yang dipimpin PATOFISIOLOGI RESPON STRES
oleh Henrik Kehlet dengan latar belakang BEDAH
pengalaman operasi kolorektal dengan
hasil Pengurangan rawat inap, tingkat Kombinasi pelepasan hormon

komplikasi, pemulihan dini dan dan berbagai respons inflamasi yang

pengurangan beban ekonomi (Kehlet,. melekat pada respons stres terhadap

1997). Kemudian terbentuk kelompok pembedahan berkontribusi pada keadaan

penelitian dengan tujuan untuk resistensi insulin yang merupakan salah

mengeksplorasi jalur perawatan utama satu faktor patogen utama yang

untuk pasien yang menjalani prosedur memodulasi hasil perioperatif.

kolorektal terbuka, dan khususnya untuk Konsekuensi dari penurunan sensitivitas

menerapkan strategi dalam upaya insulin adalah perubahan signifikan

mengurangi kejadian ileus pasca operasi dalam metabolisme protein dan glukosa

yang mempengaruhi biaya dan lama yang ditandai dengan peningkatan

tinggal di rumah sakit (Ljungqvist et al., produksi glukosa hepatik endogen,

2017). Pendekatan ERAS yang disusun penurunan penyerapan glukosa perifer,

oleh sekelompok ahli bedah di Eropa dan peningkatan pemecahan protein.

utara berdasarkan prinsip bahwa tindakan Otot adalah jaringan utama untuk

yang dilakukan untuk memodulasi stres pengambilan glukosa yang dimediasi

pasca operasi dapat meningkatkan insulin, dan akibatnya dengan

pemulihan setelah operasi. Pendekatan berkurangnya aktivasi protein

ERAS telah menunjukkan bahwa pengangkut glukosa spesifik (GLUT 4),

mobilisasi dini, reintroduksi nutrisi dini, glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel

dan pemulangan cepat dapat dilakukan otot. Akibatnya, pemecahan protein otot,

dan bermanfaat bagi sejumlah besar juga terkait dengan resistensi insulin,

pasien pasca operasi (Ljungqvist et al., terjadi untuk memasok asam amino

2017). Inti dari pendekatan ini adalah untuk glukoneogenesis, sehingga

untuk mengurangi reaksi tubuh terhadap menyebabkan hilangnya keseluruhan

stres pembedahan dengan jaringan otot tanpa lemak. Selain


perubahan metabolik yang berhubungan mencapai pemulihan lebih awal.
dengan cedera bedah, nyeri, kelaparan Kegiatan ini mengulas peran tim anestesi
relatif perioperatif, dan mobilisasi yang dalam meningkatkan pemulihan dan
buruk lebih lanjut berkontribusi pada perawatan pasien setelah prosedur bedah
hilangnya sensitivitas insulin dan besar seperti bedah gastrointestinal
peningkatan keadaan katabolik. Banyak mayor, bedah urologi, bedah ginekologi,
elemen ERAS yang diimplementasikan, bedah toraks, bedah ortopedi, bedah
termasuk pemberian makan perioperatif, payudara (Tippireddy,. 2022)
analgesia epidural, dan operasi invasif B. Manfaat dan tujuan
minimal, memodulasi respons stres, Dibandingkan dengan perawatan
meningkatkan sensitivitas insulin, dan tradisional, program ERAS mewakili
menipiskan pemecahan protein (Carli,. perubahan besar dalam proses perawatan,
2015). Dengan pemahaman yang lebih karena setiap komponan ERAS
baik tentang patofisiologi respon stres menangani target fisiologis tertentu
bedah dan kolaborasi interdisipliner yang (Carli., 2015).
lebih besar antara penyedia layanan Program Enhanced Recovery
kesehatan, banyak perhatian telah After Surgery (ERAS) semakin menarik
difokuskan pada bagaimana perhatian para klinisi yang bertujuan
meningkatkan kualitas perawatan bedah, untuk meminimalkan morbiditas pasca
mengurangi morbiditas perioperatif, operasi, mengurangi variabilitas dalam
mempercepat proses pemulihan dan perawatan bedah, dan menekan biaya
memanfaatkan kesehatan dengan lebih rumah sakit.
baik. Pelaksanaan program ERAS
yang ditargetkan terbukti memodulasi
A. Definisi ERAS.
sensitivitas insulin perioperatif, sehingga
Enhanced recovery after major
meningkatkan hasil pasca operasi dan
surgery (ERAS) adalah pendekatan
mempercepat kembalinya fungsi dasar.
multimodal berbasis bukti yang
C. Kontra Indikasi
digunakan untuk memfasilitasi
Kondisi yang tidak di
pemulihan setelah prosedur bedah mayor
indikasikan untuk melakukan ERAS, jika
pada periode praoperasi, intraoperatif,
seorang pasien membutuhkan resusitasi
dan pascaoperasi. Manajemen anestesi
cairan atau dukungan vasopresor (Lisa.,
memainkan peran kunci dalam
2018).
memberikan perawatan standar untuk
D. Langkah-langkah dan keluarga untuk
management ERAS meningkatkan
kepatuhan
Alur ERAS diambil dari
terhadap protokol
Ljundqvist O, Scott M, Fearon KC.2017. perawatan
Enhanced Recovery After Surgery: A
Review 2 Terapi karbohidrat Mengurasi
preoperative resistensi insulin,
improve well-
being, percepatan
NO. Elemen Efek Positif pemulihan

Preadmisi 3 Profilaksis Mengurangi


antitrombosis komplikasi
preoperatif tromboemboli

1 Menghentikan Mengurangi
4 Profilaksis Mengurangi
rokok dan komplikasi
antibiotik angka infeksi
konsumsi alcohol
preoperative

2 Skrining Mengurangi
5 Profilaksis mual Mengurangi
preoperative, jika komplikasi
muntah perioperatif keluhan mual
diperlukan
muntah
dilakukan asesmen
postoperatif
dan support nutrisi

3 Mengoptimalkan Mengurangi
medikasi penyakit komplikasi
kronis yang diderita
NO Elemen Efek positif
pasien
.

Intraoperatif

NO. Elemen Efek positif

1 Tehnik Mengurangi
Preoperatif pembedahan yang komplikasi,
invasive pemulihan yang
cepat,
mungurangi
1 Konseling dan Mengurangi nyeri.
edukasi preoperatif kecemasan
pada pasien dan pasien
keluarga melibatkan
udara-hangat dan
2 Anestesi yang Menghindari atau cairan intravena
tersetandar, mengurangi yang dihangatkan
menghindari risiko ileus
penggunaan opioid postoperatif.
yang long acting
NO Elemen Efek positif
3 Menjaga Mengurangi .
keseimbangan komplikasi,
cairan untuk mengurangi ileus Postoperatif
menghindari postoperative
terjadinya over/
underhydration,
mengadministrasika 1 Mobilisasi dini Mensupport
n vasopressor untuk (hari operasi) pemulihan
mensupport pergerakan
tekanan darah normal

4 Anestesi epidural Mengurangi 2 Intake cair dan Mensupport


untuk pembedahan respon stress, padat secara oral suplai energi dan
terbuka insulin resisten, sedini mungkin protein,
dan manajemen (ditawarkan di hari mengurangi
dasar operasi) resistensi insulin
postoperatif yang disebabkan
kelaparan.
5 Merestriksi Mensupport
penggunaan drain mobilisasi, 3 Pelepasan kateter Mensupport
mengurangi nyeri urin sedini mungkin ambulasi dan
dan dan cairan intravena mobilisasi
ketidaknyamanan (pagi setelah
, tidak ada operasi)
manfaat yang
terbukti
4 Menggunakan Mensupport
permen karet dan pemulihan fungsi
6 Melepas NGT Mengurangi agen laksatif dan usus
sebelum pasien risiko agent penghambat
dibangunkan pneumonia, opioid (jika
mensupport menggunakan
intake oral padat opioid)

7 Mengontrol suhu Mengurangi 5 Intake suplemen Meningkatkan


tubuh komplikasi nutrisi kaya protein energi dan intake
menggunakan dan energi protein sebagai
selimut aliran-
tambahan Hal ini bisa mengurangi ketakutan
makanan norma dan kecemasan pasien, mempercepat
pemulihan pasien dan pemulangan
pasien dari rumah sakit. Konseling
6 Pendekatan Kontrol nyeri, psikologis bertujuan untuk
multimodal untuk mengurangi
kontrol nyeri hemat resistensi insulin, menurunkan kecemasan yang bisa
opioid support mempercepat penyembuhan luka dan
mobilisasi
pemulihan setelah operasi. Konseling
personal, selebaran atau informasi
7 Pendekatan Meminimalkan
multimodal untuk mual muntah multimedia yang diberikan pada
mengontrol mual postoperatif dan pasien bisa membentuk keterlibatan
muntah support energi
dan intake keterlibatan pasien dalam nutrisi
protein perioperasi, mobilisasi, kontrol nyeri,
fisioterapi, dan mengurangi
8 Melakukan Menghindari prevalensi komplikasi.
perencanaan penundaan
pemulangan pasien pemulangan
karena sebab b. Optimasi kondisi pasien dan
yang tidak perlu optimasi manajemen penyakit kronis
(program prehabilitasi). Optimasi
9 Mengaudit proses Memonitor dan preoperatif meliputi manajemen
luaran tim evaluasi
multiprofesional pelayanan (kunci anemia, diabetes, tekanan darah
dan multidisiplin perbaikan luaran) tinggi, dan masalah kesehatan yang
secara teratur
lain. Asesmen preoperatif harus
dilakukan dilanjutkan dengan

1. Preadmisi optimasi lebih lanjut dan startifikasi


risiko. Akhir-akhir ini diperkenalkan
a. Informasi preadmisi, edukasi dan istilah prehabilitasi dengan
konseling. Pasien seharusnya pendekatan multimodal. Prehabilitasi
mendapatkan informasi yang cukup adalah sinergi optimasi nutrisi dengan
mengenai prosedur pembedahan dan latihan fisik preoperasi, optimasi
pembiusan yang akan dialami pasien medikamentosa, dan relaksasi. Hasil
dan idealnya pasien dan keluarga dari metaanilisis menunjukkan bahwa
bertemu dengan dokter bedah, terapi latihan berkontribusi terhadap
anestesi dan perawat untuk diskusi. turunnya angka komplikasi
postoperasi dan memendeknya lama thiopental, dan opioid seperti
rawat pasien bedah jantung dan alfentanil meningkat. Peningkatan
abdomen. Latihan otot-otot inspirator kebutuhan anestesi ini dapat
berhubungan dengan turunnya memperburuk risiko ketidakstabilan
komplikasi pulmoner post-operatif. kardiovaskular pada pasien yang
mungkin menderita kardiomiopati,
c. Menghentikan rokok dan konsumsi
gagal jantung, atau dehidrasi.
alkohol. Merokok dan konsumsi
alkohol harus dihentikan empat d. Skrining nutrisi preoperasi, jika
minggu sebelum operasi. Merokok diperlukan dilanjutkan penilaian dan
dan konsumsi alkohol adalah faktor manejemen risiko nutrisi pasien.
risiko morbiditas perioperatif pada Untuk membuat rencana dukungan
semua operasi elektif maupun operasi nutrisi yang sesuai pada pasien
emergensi baik pada pasien laki-laki operasi, penting sekali untuk
maupun perempuan. Program memahami perubahan metabolisme
intervensi sejak 3-8 minggu sebelum yang terjadi akibat cedera, dan bahwa
operasi secara bermakna akan status nutrisi yang kurang adalah
mengurangi insidensi beberapa salah satu risiko komplikasi
komplikasi paskaoperasi yang serius, postoperasi. Kelaparan saat terjadi
seperti komplikasi luka operasi, stres metabolik karena cedera yang
komplikasi kardipulmoner, dan diakibatkan oleh apapun termasuk
infeksi. Jika pasien dicurigai penyalah operasi berbeda dengan puasa pada
guna alkohol, harus dilakukan kondisi fisiologis. Systemic
pemeriksaan kardiovaskuler Inflammatory Response Syndrome
(hipertensi, aritmia, dan tanda gagal (SIRS), adalah dampak mayor
jantung) dan pemeriksaan fungsi saraf metabolism yang terjadi. Sindrom
(gangguan penglihatan, gangguan tersebut menyebabkan katabolisme
koordinasi, atau gangguan fungsi glikogen, lemak, dan protein dengan
kognitif, atau neuropati perifer lepasnya glukosa, asam lemak bebas,
maupun pusat), serta kemungkinan dan asam amino ke sirkulasi. Substrat-
gangguan hati juga harus dicari. substrat tersebut dialihkan dari fungsi
Pengguna kronis alkohol kebutuhan normalnya untuk penyembuhan dan
dosis agen anestesi saat operasi respon imun. Untuk mencapai proses
meningkat. Dosis efektif propofol, penyembuhan yang semestinya dan
pemulihan fungsi dibutuhkan terapi b. Profilaksis antitrombosis
nutrisi khususya jika pasien dalam preoperative
kondisi malnutrisi dan respon
Tromboemboli vena (TVE) adalah hal
stress/inflamasi yang memanjang.
yang serius akan tetapi merupakan
Kesuksesan operasi tidak hanya
komplikasi hospitalisasi yang dapat
tergantung dari keahlian teknik
dicegah pada pasien operasi. TVE
operasi, terapi intervensi metabolik
selama ini sangat tinggi menyebabkan
juga memiliki andil dalam
morbiditas dan mortalitas pasien
menyokong fungsi metabolik dan
operasi. Banyaknya bekuan darah,
nutrisi untuk mencapai penyembuhan.
emboli, sindrom post thrombosis, dan
2. Preoperatif hipertensi pulmoner tromboembolik
kronik adalah komplikasi TVE yang
a. Terapi karbohidrat
membenarkan perlunya implementasi

“Pengkondisian metabolik” pada strategi pencegahan yang sesuai

pasien terfokus pada pencegahan dan dengan sumber daya yang ada.

terapi resistensi insulin, yang Strategi profilaksi non farmakologis

bertujuan untuk mengurangi meliputi elastic compression stocking

komplikasi setelah dilakukan operasi dan alat intermitten pneumatic

besar. Karbohidrat preoperatif dapat compression (IPC) yang digunakan

mengurangi resistensi insulin, pada pasien yang memiliki risiko

mencegah hipoglikemia dan dapat perdarahan perioperatif yang besar.

mengurangi stress. Memperhatikan Strategi farmakologi meliputi

besarnya peradangan yang unfractionated heparin (UFH), low-

disebabkan oleh stres dan kemampuan molecular weight heparin (LMWH),

pasien untuk menghasilkan respon antikoagulan aksi langsung per oral

host yang memadai telah (dabigatran, rivaroxaban, apixaban),

menghasilkan konsep “imunonutrisi” dan asam asetilsalisilat yang dapat

yang kemudian disebut digunakan secara tunggal maupun

“ecoimmunonutrition” ketika kombinasi dengan strategi

menggunakan pre- dan probiotik nonfarmakologis.

untuk menjaga keseimbangan


Pada semua pasien, mobilisasi
microbiome di usus dan
dini sangat ditekankan. fondaparinux,
meningkatkan imunitas mukosa usus.
Penggunaan profilaksis TVE harus digunakan pada pasien
perioperasi yang sesuai adalah pilar dengan riwayat HIT atau
utama ERAS karena dua alasan: kontraindikasi lainnya terhadap
LMWH.
1). Pemberian profilaksis
antikoagulan yang sesuai (dosis dan 3) antikoagulan oral langsung,
waktu) penting baik untuk terdiri dari dabigatran,
mengurangi risiko TVE maupun rivaroxaban dan apixaban,
perdaran luka operasi untuk menunjukkan khasiat dan
memfasilitasi pemberian anestesi keamanan yang umumnya serupa
operatif dan postoperative, yang dengan LMWH dalam uji coba
kesemuanya memfasilitasi pemulihan secara acak, namun hanya
pasien. diindikasikan untuk pasien yang
memiliki artroplasti pinggul atau
2). Mobilisasi dini adalah komponen
lutut. Data untuk prosedur
penting dalam mengurangi risiko
ortopedi lainnya dan prosedur
perioperasi TVE, telah mengurangi
bedah non-ortopedi kurang.
angka TVE setelah operasi hip and
knee replacement. 4) durasi profilaksis harus
diteruskan sampai 28-35 hari
Poin-poin kunci strategi
untuk pasien yang menjalani
profilaksis TVE perioperasi adalah
artroplasti pinggul atau lutut
sebagai berikut:
elektif, operasi patah tulang

1) Strategi yang tepat untuk pinggul, dan operasi kanker perut

profilaksis TVE harus / panggul.

mengevaluasi risiko pendarahan


5) dosis LMWH yang lebih tinggi
dan trombosis pasien, bedah, dan
harus dipertimbangkan pada
anestesi.
pasien dengan BMI 30 kgm-2.

2) Low-molecular-weight heparin
6) Tromboemboli vena adalah
adalah strategi profilaksis
komplikasi paskaoperasi yang
farmakologis standar pasca
umum terjadi, namun strategi
operasi berdasarkan beberapa
profilaksis yang efektif,
percobaan randomisasi
termasuk cara non farmakologis
berkualitas tinggi. Fondaparinux
dan farmakologis, telah menit sebelum operasi dimulai. Dosis
mengurangi angka kejadiannya. tambahan diberikan pada operasi yang
lama karena berkaitan dengan waktu
Setiap pasien bedah
paruh antibiotik yang digunakan.
harus menjalani penilaian risiko
Persiapan lapang operasi dengan
menyeluruh berdasarkan
chlorhexidinealkohol.
hubungan pasien dan faktor
risiko. Sementara pasien dalam d. Profilaksis mual muntah preoperasi
semua kategori risiko VTE
Sayangnya tidak ada agen
seharusnya menerima tindakan
antiemetic yang efektif digunakan
dasar (basic measure)
secara tunggal untuk mengurangi
tromboprofilaksis seperti
insidensi PONV. Kombinasi
mobilisasi dini, latihan gerak
antiemetik direkomendasikan pada
aktif atau pasif, dan menghindari
pasien dengan risiko tinggi PONV.
dehidrasi. Tromboprofilaksis
Terapi kombinasi lebih efektif
farmakologis rutin (lebih
daripada terapi tunggal. Semua pasien
disarankan LMWH), hanya
dengan 1-2 faktor risiko PONV harus
diindikasikan pada pasien di
diberikan profilaksis kombinasi dua
intermediate atau berisiko tinggi
antiemetik. Pasien dengan 3-4 faktor
terhadap VTE. Kecuali ada
risiko diberikan 2-3 antiemetik dan
kontraindikasi yang jelas
total anestesi intravena (TIVA)
terhadap sistemik antikoagulan
dengan propofol dan strategi opioid-
(mis., karena adanya risiko
sparing harus dilakukan. Contoh
pendarahan yang berlebihan),
antiemetik adalah agonist serotonin
metode mekanis seperti stoking
seperti ondansentron 4mg i.v. atau
kompresi elastis (SKE)
antagonist dopamine seperti dropidol
seharusnya tidak digunakan
0,625-1,25 mg i.v diberikan diakhir
sendiri untuk profilaksis VTE
operasi atau scopolamine transdermal
dalam kategori intermediet dan
patch dipasang semalam sampai
berisiko tinggi.
dengan 2 jam sebelum operasi.
c. Profilaksis antibiotik pre-operasi Dexamethasone 4-5 mg i.v setelah
induksi anestesi menunjukkan hasil
Profilaksis rutin menggunakan
efektif. Dosis dexametason yang lebih
antibiotic intravena diberikan 30-60
tinggi tidak ada perbedaannya tapi sebelum induksi memperlihatkan
berkaitan dengan gangguan tidur. pengosangan lambung secara total
Dexametason sebaiknya tidak terjadi dalam 90 menit.
digunakan pada pasien diabetes yang
Terapi karbohidrat oral
membutuhkan insulin dan tidak
preoperative menggunakan
diberikan pada pasien sebelum
karbohidrat kompleks (maltodextrin
induksi anestesi karena nyeri perineal.
dengan konsentrasi tinggi (12,5%),
e. Puasa (menghindari puasa dengan 100 g (800ml) yang diberikan
sepanjang malam) pada malam hari sebelum operasi dan
50 g (400ml) 2-3 jam sebelum induksi
Intake cairan jernih
anestesi, mampu mengurangi
diperbolehkan sampai 2 jam sebelum
catabolic state yang disebabkan oleh
induksi anestesi. Makanan padat
puasa sepanjang malam dan proses
diperbolehkan sampai 6 jam sebelum
operasi.
induksi. Terapi karbohidrat
preoperatif oral aman Peningkatan kadar insulin karena
diadministrasikan kecuali pasien terapi karbohidrat mengurangi
memiliki gangguan pengosongan resistensi insulin postoperatf,
lambung, gangguan motilitas menjaga cadangan glikogen,
lambung dan pasien yang mengurangi pemecahan protein dan
membutuhkan operasi emergensi. menyokong kekuatan otot.
Puasa sejak dini hari meningkatkan
E. Kesulitan atau Tantangan Dalam
resistensi insulin, pasien tidak
ERAS
nyaman, potensi menurunkan cairan
intravaskuler. Tantangan untuk implementasi
mungkin ditemui dalam pra operasi, intra
Terkait kekhawatiran komplikasi
operasi atau pasca operasi.
aspirasi saat operasi faktanya
berdasarkan meta analisis isi lambung Asupan oral pra operasi
pasien setelah puasa dengan cara Pasien dipuasakan 6 jam dari
ERAS dibanding setelah puasa dari makanan padat dan 2 jam tanpa cairan
dini hari sama atau lebih rendah. agar operasi dapat dilakukan.
Penelitian imaging juga menunjukkan Rekomendasi lain yaitu 8 jam untuk
diperbolehkan minum air jernih 2 jam makanan padat dan tidak minum cairan
selama 3-4 jam sebelum jadwal operasi. membantu pasien untuk mobilisasi ke
Jika jadwal pembedahan berjalan lebih kamar mandi (Altman et al., 2019).
cepat dari yang direncanakan atau jika
F. Kesimpulan
urutan operasi diubah, maka
Sistem ERAS sangat relevan
mengakibatkan operasi dapat dibatalkan
diimplementasikan di era Jaminan
(Altman et al., 2019).
Kesehatan Nasional karena mampu
Makan pasca operasi yang dipaksakan mewujudkan pelayanan yang efisien
tanpa meninggalkan prinsip keselamatan
Dalam protokol ERAS sudah
pasien (patient safety) dan pelayanan
ditentukan diet standar dimulai sesegera
berfokus pada pasien (patient centered
mungkin yaitu malam hari setelah
care).
operasi. Namun kebanyakan pasien tidak
mengikuti aturan tersebut dan
DAFTAR PUSTAKA
memaksakan diri untuk makan makanan
1. Altman AD, Helpman L, McGee J,
yang tidak dapat mereka toleransi Samouëlian V, Auclair MH, Brar H,
(Altman et al., 2019). Nelson GS; Society of Gynecologic
Oncology of Canada’s Communities
Peningkatan jumlah staf asisten bedah of Practice in ERAS and Venous
Thromboembolism. 2019. Enhanced
dan perawat recovery after surgery:
implementing a new standard of
Perlunya meningkatkan jumlah surgical care. CMAJ 191(17):E469-
perawat unit bedah untuk memantau dan E475. doi: 10.1503/cmaj.180635.
PMID: 31036609; PMCID:
membantu aktivitas atau mobilisasi PMC6488471.
pasien seperti memastikan pengendalian 2. Brindle, M. et al. (2020)
rasa sakit, mual dan muntah baik ‘Recommendations from the
ERAS® Society for standards for
intraoperatif maupun pasca operasi the development of enhanced
(Altman et al., 2019). recovery after surgery guidelines’,
BJS open, 4(1), pp. 157–163. doi:
Pelepasan kateter urin lebih awal 10.1002/bjs5.50238.
3. Carli, F. Physiologic considerations
Meskipun pasien lebih senang of Enhanced Recovery After
ketika kateter urin dilepas lebih awal, Surgery (ERAS) programs:
implications of the stress response.
tetapi hal tersebut dapat meningkatkan Can J Anesth/J Can Anesth 62, 110–
beban kerja untuk staf perawat, terutama 119 (2015).
https://doi.org/10.1007/s12630-
perawat shift malam yang harus 014-0264-0

4. Kehlet H. Pendekatan multimodal


untuk mengontrol patofisiologi dan
rehabilitasi pasca operasi. Br J Anest
1997; 78 :606-17.
10.1093/bja/78.5.606

5. Kurniawaty, Juni., Sudadi.,


Anindita, Mohammad Pradhana.
(2018). MANAJEMEN
PREOPERATIF PADA
PROTOKOL ENHANCED
RECOVERY AFTER SURGERY
(ERAS). Jurnal Komplikasi
Anestesi, 5, No.2, 61-72

6. Lisa Park et al. 2019. Enhanced


Recorvery After Surgery. J Adv
Pract Oncol 9(5) : 511-519

7. Ljungqvist O, Young-Fadok T,
Demartines N. The History of
Enhanced Recovery After Surgery
and the ERAS Society. J
Laparoendosc Adv Surg Tech A.
2017 Sep;27(9):860-862. doi:
10.1089/lap.2017.0350. Epub 2017
Aug 10. PMID: 28795858.

8. Senturk JC, Kristo G, Gold J, et al.


The Development of Enhanced
Recovery After Surgery Across
Surgical Specialties. J Laparoendosc
Adv Surg Tech A 2017;27:863-70.
10.1089/lap.2017.0317

9. Tippireddy S, Ghatol D. Anesthetic


Management For Enhanced
Recovery After Major Surgery
(ERAS) [Updated 2022 Sep 12]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing;
2022

Anda mungkin juga menyukai