Disusun Oleh:
Kelompok VA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum Ekonomi Pembangunan
Pertanian. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Hery Setiawan, S.Pt., M.Sc. selaku
Koordinator Praktikum Ekonomi Pembangunan Pertanian, Kak Khoir selaku asisten
pembimbing praktikum Ekonomi Pembangunan Pertanian, yang telah membimbing dan
membantu selama praktikum berlangsung sampai penyusunan laporan praktikum Ekonomi
Pembangunan Pertanian ini selesai. Penulis menyadari laporan praktikum ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh
penulis. Akhir kata, kami berharap semoga laporan praktikum Ekonomi Pembangunan
Pertanian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten. Demikian kata
pengantar dari penulis, penulis menyampaikan terima kasih atas perhatian dan koreksi dari
berbagai pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui berbagai macam perhitungan
ekonomi yang ada pada ekonomi perusahaan, yaitu macam-macam biaya, harga pokok
produksi, harga pokok penjualan, Break Even Point (BEP), likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas, Payback Ratio (PP) dan Return of Investment (ROI) pada usaha Arum Orchid.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari praktikum ini antara lain:
1. Bagi mahasiswa, sebagai sarana untuk memperluas ilmu dan keterampilan mengenai
pengelolaan ekonomi perusahaan.
2. Bagi perusahaan, sebagai pengetahuan dalam pengembangan usaha.
3. Bagi pihak lain, sebagai tambahan pengetahuan mengenai ekonomi perusahaan pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perusahaan
Perusahaan pertanian adalah usaha pertanian yang memproduksi hasil tertentu dengan
sistem pertanian seragam di bawah sistem manajemen yang terpusat dengan menggunakan
berbagai metode ilmiah dan teknik pengolahan yang efisien untuk memperoleh laba yang
sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang utama adalah mempertahankan kelangsungan
hidupnya (going concern) serta pencapaian laba yang optimal. Perusahaan dituntut untuk
mampu menentukan kinerja usaha yang baik sebagai jaminan kelangsungan hidupnya
(Kamal, 2018). Tujuan dalam sebuah perusahaan dapat dicapai jika perusahaan memiliki
modal yang digunakan sebagai keberlangsungan operasionalnya. Modal perusahaan dapat
diperoleh dari modal sendiri seperti modal saham (saham biasa dan saham preferen), modal
cadangan dan laba ditahan serta modal asing (Wananda et al.,2021). Nilai perusahaan
merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham.
Faktor-faktor yang secara prinsip mempengaruhi nilai perusahaan adalah leverage, ukuran
perusahaan, dan profitabilitas (Rizqia et al., 2013).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Genus : Dendrobium
Spesies : Dendrobium sp. (USDA, 2022)
Anggrek memiliki tipe pertumbuhan monopodial dan bersifat epifit. Bunga anggrek
memiliki tipe pertumbuhan monopodial yaitu hanya memiliki satu atang dan satu titik
tumbuh, serta bersifat epifit yang umumnya menempel pada pohon (Hartati, 2015).
Tanaman anggrek memiliki batang pendek dan daun tidak lebih dari 30 cm. anggrek
memiliki batang sangat pendek dan daun anggrek berbentuk jorong, tersusun rapat,
berdaging, dengan panjang 20-30 cm dan lebar 712 cm (Fithriyandini et al., 2015). Anggrek
memiliki bunga yang khas dan morfologi tanaman yang tidak jauh berbeda. Tanaman
Dendrobium menjadi komoditas yang paling digemari oleh masyarakat karena sifat
tanamannya yang relatif lebih tahan lama dan memiliki warna bunga yang bervariasi
sehingga berpotensi untuk terus dikembangkan (Cahyo dan Dinarti, 2015).
Tanaman anggrek mampu tumbuh pada ketinggian 50-600 mdpl. Tanaman Anggrek
dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dan umumnya hidup pada ketinggian
50-600 mdpl, dan dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 7001.100 mdpl (Purba dan
Saptadi, 2019). Kelembaban pada anggrek dengan rata-rata 70-80%. Kelembaban udara
yang diperlukan rata-rata 70- 80% dengan suhu udara hangat di bawah 29ºC (Ningsih et al.,
2014).
2.7 Likuiditas
Likuiditas adalah ukura terkait seberapa mudah bagi perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek dalam membayar hutang. Likuiditas merupakan sebuah tingkat
kemampuan suatu perusahaan untuk dapat membayar hutangnya dalam jangka pendek
(Kasmir, 2013). Tujuan dan manfaat dari rasio likuiditas yaitu untuk mengukur kemampuan
perusahaan membayar utang yang akan
jatuh tempo pada saat jatuh tempo, untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar
jumlah kewajiban yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun
dibandingkan dengan total aktiva lancar, dan lainnya. Likuiditas memiliki manfaat dan tujuan
diantaranya untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek
dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang, untuk membandingkan
jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan, dan untuk mengukur seberapa besar
uang kas yang tersedia untuk membayar hutang (Atun et al., 2019).
2.8. Solvabilitas
Solvabilitas adalah matriks yang digunakan untuk mengukur kapasitas bisnis membayar
hutang sebagai dasar penilaian bagi kreditur. Solvabilitas adalah kemampuan untuk
membayar hutang atau tagihan jangka panjang. Solvabilitas merupakan ukuran yang
memperlihatkan sejauh mana perusahaan dapat membiayai operasionalnya menggunakan
pembiayaan utang (total hutang) dalam struktur modal perusahaan untuk membiayai kegiatan
perusahaan (Rompas, 2013). Pada suatu organisasi/perusahaan solvabilitas bergantung pada
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, karena cicilan utang pokok maupun
bunganya dibayar dengan dana kas. Sementara, besarnya dana kas bergantung pada besarnya
laba yang masuk dalam perusahaan (bentuk uang kas). Dalam solvabilitas, stakeholder
perusahaan terutama kreditur bisa menilai seberapa mampu perusahaan menyelesaikan
kewajiban finansialnya, baik dalam jangka pendek atau panjang (Wanda, 2021). Solvabilitas
dapat dipahami sebagai bagian dari risiko yang melekat pada perusahaan. Artinya,
Solvabilitas yang semakin besar menunjukkan resiko investasi yang semakin besar pula.
Perusahaan yang dengan rasio yang rendah memiliki risiko solvabilitas yang lebih kecil.
Solvabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi
kewajiban finansial perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang atau
rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan dibayarkan dengan hutang. Solvabilitas dapat
diukur menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) yaitu rasio yang digunakan untuk menilai
hutang dengan ekuitas (Octaviani, 2017). Rasio ini dapat dihitung dengan membandingkan
seluruh hutang termasuk hutang lancar dengan ekuitas, maka semakin besar DER maka akan
semakin kecil laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham, sehingga dapat
menurunkan harga saham yang bersangkutan. Jadi pengelolaan solvabilitas sangatlah penting
dalam operasional perusahaan dapat menjadi suatu acuan dalam meningkatkan maupun
menurunkan nilai perusahaan. Perusahaan yang memiliki hutang yang tinggi akan membuat
investor susah untuk melakukan investasi karena memiliki risiko untuk bangkrut yang lebih
tinggi hal ini disebabkan oleh modal yang dimiliki perusahaan tidak lebih besar dibandingkan
dengan hutang yang dimiliki (Wanda, 2021).
2.9. Rentabilitas
Rentabilitas adalah sebuah perbandingan keuntungan bersih dengan modal atau aktiva
yang menjadi sumber penghasilan laba itu sendiri. Rentabilitas adalah hasil investasi yang
diperoleh perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk persentase berdasarkan besarnya
investasi (Rompas, 2013). Perusahaan akan terus bekerja untuk menaikkan target labanya
setiap tahun. Namun, keuntungan yang besar bukanlah indikator dari efisiensi sebuah
perusahaan dalam bergerak. Semakin rendah tingkat rentabilitas suatu perusahaan, maka akan
semakin sulit pula bagi perusahaan untuk mengembalikan modal yang berupa pinjaman.
Rentabilitas dibagi menjadi dua jenis yaitu, rentabilitas ekonomi yang merupakan
kemampuan menghasilkan laba dari seluruh modal sedangkan rentabilitas modal sendiri
merupakan perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu
pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak (Bukian,
2016).
Keterangan:
FC : Biaya tetap (fixed cost)
P : Harga jual per unit
S : Volume penjualan
VC : Biaya variabel per unit (Manuho, et. al., 2021)
3.4.5. Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan sebuah perusahaan untuk membayar kewajiban
jangka pendek perusahaan. likuiditas memiliki peran penting dalam keberjalanan perusahaan.
Likuiditas yang baik akan menunjukkan kinerja yang baik sehingga dapat menarik investor
untuk menanamkan modal pada perusahaan. Pengukuran likuiditas dapat dilakukan dengan
Current ratio, Quick ratio, dan Cash ratio dengan rumus sebagai berikut (Putra dan Lestari,
2016) :
3.4.6. Solvabilitas
Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek
maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi dengan aset atau modal sendiri yang
dijadikan jaminan dalam membayar kewajiban. Solvabilitas merupakan rasio yang
menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal atau asset. Pengukuran
solvabilitas dapat menggunakan 3 jenis, yaitu debt to equity ratio, debt to total asset ratio, dan
time interest earned. Pengukuran solvibilitas dapat menggunakan 3 rumus berikut (Oktaviani,
et. al., 2017):
3.4.7. Rentabilitas
Rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan semua modal yang bekerja di dalamnya. Dalam mengukur rentabilitas, terdapat rasio
rentabilitas yang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
perusahaan memperoleh keuntungan dengan menggunakan semua modal yang ada.
Pengukuran rentabilitas dapat menggunakan dua ratio, yaitu dengan menggunakan gross
profit margin ratio dan net profit margin ratio. Gross profit margin ratio merupakan rasio
rentabilitas yang digunakan untuk menghitung persentase kelebihan laba kotor terhadap
pendapatan penjualan. Net profit margin ratio merupakan rasio rentabilitas yang digunakan
untuk mengukur persentase laba bersih pada suatu perusahaan terhadap penjualan bersihnya.
Rumus rentabilitas adalah sebagai berikut (Mu’arifin dan Irawan, 2021) :
Labausaha
Rentabilitas = x 100%
Total aset
3.4.8. Payback Period
Payback Period merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
modal suatu investasi yang dihitung dari arus kas bersih. Periode pemulihan umumnya
dinyatakan dalam periode per tahun (Soeharto, 1999). Metode payback period merupakan
teknik penilaian terhadap suatu investasi suatu proyek pengembalian investasi dengan
menggunakan aliran kas masuk bersih yang diperoleh setiap tahunnya. Analisis PP dihitung
dengan menghitung waktu yang diperlukan pada saat total arus kas masuk sama dengan total
arus kas keluar. Perhitungan payback period dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Kriteria penilaian:
● PP lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka investasi diterima
● PP lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka investasi ditolak (Murnawati, 2016)
Berdasarkan dari hasil perhitungan harga pokok produksi (HPP) pada tabel diatas didapatkan
hasil yaitu HPP pada tahun 2020 sebesar Rp 217.370, pada tahun 2021 sebesar Rp 57.565,
dan pada tahun 2022 yaitu sebesar Rp 50.077.
4.3. Harga Pokok Penjualan
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui jika harga pokok penjualan yang terjadi pada
tahun 2020 sebesar Rp. 217.370,- tahun 2021 sebesar Rp. 57.565.- dan tahun 2023 sebesar
Rp. 50.077,-. Perbedaan harga pokok penjualan yang sangat jauh antara tahun 2020 dan
2021, 2023 disebabkan karena adanya Covid 19 yang menyebabkan kegiatan usaha Arum
Orchid tidak berjalan dengan baik sehingga terjadi kenaikan HPP. Walaupun terjadi
peningkatan harga pokok penjualan, usaha Arum Orchid tidak turut untuk menaikkan harga
jual dengan alasan menjaga harga jual dengan konsumen, sehingga pada tahun 2020 Arum
Orchid mengalami kerugian. Harga pokok penjualan digunakan untuk menentukan harga jual
dari suatu produk yang ditawarkan. Hal ini sesuai dengan Nurazhari dan Dailibas (2021)
pendapat yang menyatakan bahwa harga pokok penjualan merupakan harga yang digunakan
untuk menentukan berapa harga jual yang ditetapkan oleh produsen untuk produk mereka,
sekaligus menetapkan berapa keuntungan atau laba yang ingin diperoleh. Pada tahun 2021
dan 2022 terjadi peningkatan kembali penjualan bunga anggrek. Walaupun masih belum
pulih sepenuhnya, dapat dilihat jika usaha Arum Orchid masih dapat bertahan dengan baik.
Harga pokok penjualan ditentukan berdasarkan harga pokok produksi, sehingga jumlah antara
harga pokok produksi sama dengan harga pokok penjualan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Satriani dan Kusuma (2020) yang menyatakan bahwa harga pokok penjualan diperoleh
melalui perhitungan biaya produksi yang dibagi dengan jumlah produksi, dan memiliki rumus
yang sama dengan perhitungan harga pokok produksi.
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui nilai BEP unit dan BEP harga yang terjadi
pada tahun 2020 sebanyak 64 unit dan Rp. 12.900.540, BEP unit dan BEP harga pada tahun
2021 sebanyak 50 unit dan Rp. 9.990.447., dan BEP unit dan BEP harga pada tahun 2022
sebanyak 45 unit dan Rp. 9.120.224. Dari data BEP tersebut dapat disimpulkan jika setiap
tahun BEP mengalami penurunan, yang mana hal tersebut merupakan suatu tanda yang baik
bagi perusahaan. BEP merupakan keadaan dimana perusahaan mencapai titik impas. Hal ini
sesuai dengan pendapat Maruta (2018) yang menyatakan bahwa BEP merupakan suatu
kegiatan analisis yang dilakukan untuk mengetahui titik impas, yang mana titik pendapatan
yang diperoleh suatu usaha sama dengan modal yang telah dikeluarkan. Dengan kata lain,
pada titik tersebut, perusahaan tidak menerima laba dan tidak juga mengalami kerugian
karena total keutungan dan kerugian berada pada titik nol. Pada tahun 2020, dapat dilihat
BEP unit sebanyak 64 unit, namun dalam penjualannya hanya mampu menjual 50 unit saja.
Hal ini dipengaruhi oleh adanya hambatan yang terjadi pada tahun 2020, yaitu Covid 19 yang
menyebabkan terhambatnya kegiatan penjualan dan keberjalanan usaha Arum Orchid. Namun
dapat dilihat pada tahun 2021 dan 2022, BEP semakin menurun yang menunjukkan jika usaha
Arum Orchid sudah mulai bangkit dari hambatan yang terjadi.
4.5. Likuiditas
Rasio likuiditas adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu
perusahaan atau entitas untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya dengan
menggunakan aset yang paling likuid. Salah satu rasio likuiditas yaitu rasio lancar.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan data bahwa Arum Orchid tidak memiliki hutang
lancar yang berarti nilai likuiditas bisa jadi sangat tinggi atau tidak dapat diketahui.
Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi akan memiliki aset yang dapat
diubah menjadi uang tunai dengan cepat dan efisien. Likuiditas yang kuat pada perusahaan
tanpa hutang dapat menjadi indikator kesehatan keuangan yang baik. Perusahaan dapat
menggunakan likuiditas tersebut untuk menjaga arus kas harian yang lancar, menghadapi
fluktuasi dalam permintaan pelanggan, melakukan investasi dalam pengembangan produk
atau infrastruktur, atau untuk tujuan lain yang dapat mendukung pertumbuhan dan
kelangsungan bisnis jangka panjang.
4.6. Solvabilitas
Solvabilitas perusahaan dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk
memenuhi semua kewajiban keuangannya dalam jangka panjang. Solvabilitas perusahaan
mencerminkan apakah perusahaan memiliki aset yang cukup untuk melunasi semua
hutangnya jika perusahaan harus membubarkan bisnisnya. Berdasarkan hasil observasi di
Arum Orchid didapatkan data bahwa Arum Orchid tidak memiliki hutang. Hal ini berarti
dapat diasumsikan bahwa perusahaan memiliki struktur modal yang sehat dan tidak ada
kewajiban finansial yang harus dilunasi di masa mendatang. Oleh karena itu, perusahaan
dapat dianggap solven atau memiliki solvabilitas yang baik.
4.7. Rentabilitas
Rentabilitas adalah sebuah perbandingan keuntungan bersih dengan modal atau aktiva
yang menjadi sumber penghasilan laba itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Mu’arifin
dan Irawan (2021) bahwa rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang bekerja di dalamnya. Berikut
merupakan hasil perhitungan Rentabilitas berdasarkan wawancara dan catatan Arum Orchid :
Tahun Rentabilitas
2020 -5,71%
2021 47%
2022 59%
Berdasarkan data dari Arum Orchid dapat dihitung rasio rentabilitasnya yang meliputi
Return on Assets (ROA). Dari praktikum yang dilakukan menghasilkan perhitungan ROA
perusahaan pada tahun 2020 yaitu -5,71% karena perusahaan mengalami kerugian dan
penurunan pendapatan yang sangat drastis akibat pandemi. Pada tahun 2021 dengan hasil
ROA-nya 47% kemudian pada tahun 2022 ROA meningkat kembali sebesar 59%. Rasio
rentabilitas mengalami kenaikan dikarenakan penghasilan perusahaan yang juga semakin
membaik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suffah (2017) yang menyatakan bahwa
semakin rendah tingkat rentabilitas suatu perusahaan, maka akan semakin sulit pula bagi
perusahaan untuk mengembalikan modal yang berupa pinjaman. Rasio rentabilitas
perusahaan Arum Orchid memburuk pada tahun 2020 karena pandemi dan semakin membaik
setelah pandemi menurun.
2020 5 tahun
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa nilai payback period dalam
perusahaan Arum Orchid pada tahun 2020 adalah 5 tahun, pada tahun 2021 adalah 3 tahun 8
bulan, dan pada tahun 2022 adalah 1 tahun 4 bulan. Payback period pada perusahaan Arum
Orchid pada tahun 2020 dan 2021 termasuk dalam kategori lama karena berada di atas 3
tahun. Hal tersebut dikarenakan tahun 2020 perusahaan mengalami kerugian akibat pandemi.
Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Murnawati (2016) yang menyatakan bahwa
apabila nilai payback period kurang dari tiga tahun, maka kategori pengembalian modal
perusahaan dapat dikatakan cepat.
2020 -5%
2021 236,58%
2022 409,41%
Berdasarkan data diatas dapat dihitung nilai Return On Invesment (ROI) dari Arum
Orchid. Dari praktikum yang dilakukan didapatkan perhitungan ROI perusahaan pada tahun
2020 yaitu -5,% dengan demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan Arum Orchid pada 2020
menghasilkan rugi bersih(net loss). Pada tahun 2021 perusahaan Arum Orchid memperoleh
ROI 236,58% kemudian pada tahun 2022 ROA meningkat kembali sebesar 409,41%.
Berdasarkan data tahun 2021 dan 2022 dapat dikatakan perusahaan Arum Orchid semakin
baik dalam kinerja bisnisnya untuk memaksimalkan profitabilitas. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Mufriantie dan Saputra (2020) yang menyatakan bahwa Bila kemampuan
mengembalikan modal itu persentasenya tinggi, maka menunjukan usaha tersebut efesien.
Sebaliknya kemampuan usaha tersebu dalam mengembalikan modal persentasenya rendah
maka usah tersebut tidak efesien. Return On Invesment perusahaan Arum Orchid memburuk
pada tahun 2020 karena pandemi dan semakin membaik setelah pandemi menurun.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Arum Orchid merupakan produsen bunga anggrek yang didirikan oleh Ibu Umi
Kalsum sejak Tahun 2010. Harga pokok produksi (HPP) Arum orchid didapatkan hasil yaitu
HPP pada tahun 2020 sebesar Rp 217.370, pada tahun 2021 sebesar Rp 57.565, dan pada
tahun 2022 yaitu sebesar Rp 50.077. Harga pokok penjualan yang terjadi pada tahun 2020
sebesar Rp. 217.370,- tahun 2021 sebesar Rp. 57.565.- dan tahun 2023 sebesar Rp. 50.077,-.
Perbedaan harga pokok penjualan yang sangat jauh antara tahun 2020 dan 2021, 2023
disebabkan karena adanya Covid 19 yang menyebabkan kegiatan usaha Arum Orchid tidak
berjalan dengan baik sehingga terjadi kenaikan HPP. Nilai BEP unit dan BEP harga yang
terjadi pada tahun 2020 sebanyak 64 unit dan Rp. 12.900.540, BEP unit dan BEP harga pada
tahun 2021 sebanyak 50 unit dan Rp. 9.990.447., dan BEP unit dan BEP harga pada tahun
2022 sebanyak 45 unit dan Rp. 9.120.224. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang
tinggi akan memiliki aset yang dapat diubah menjadi uang tunai dengan cepat dan efisien.
Berdasarkan hasil observasi di Arum Orchid didapatkan data bahwa Arum Orchid tidak
memiliki hutang. Hal ini berarti dapat diasumsikan bahwa perusahaan memiliki struktur
modal yang sehat dan tidak ada kewajiban finansial yang harus dilunasi di masa mendatang.
Oleh karena itu, perusahaan dapat dianggap solven atau memiliki solvabilitas yang baik.
Rasio rentabilitas mengalami kenaikan dikarenakan penghasilan perusahaan yang juga
semakin membaik. Payback period pada perusahaan Arum Orchid pada tahun 2020 dan 2021
termasuk dalam kategori lama karena berada di atas 3 tahun. Hal tersebut dikarenakan tahun
2020 perusahaan mengalami kerugian akibat pandemic. ROI perusahaan Arum Orchid pada
tahun 2020 yaitu -5,% dengan demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan Arum Orchid
pada 2020 menghasilkan rugi bersih(net loss). Pada tahun 2021 perusahaan Arum Orchid
memperoleh ROI 236,58% kemudian pada tahun 2022 ROA meningkat kembali sebesar
409,41%. Berdasarkan data tahun 2021 dan 2022 dapat dikatakan perusahaan Arum Orchid
semakin baik dalam kinerja bisnisnya untuk memaksimalkan profitabilitas.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada Arum Orchid yaitu usaha tersebut belum memuat
data yang lengkap sehingga data keuangan masih berantakan dan dapat mempelajari
mengenai anggaran keuangan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abuk, G. M., & Rumbino, Y. 2020. Analisis Kelayakan Ekonomi Menggunakan Metode Net
Present Value (NPV), Metode Internal Rate Of Return (IRR) Payback Period (PBP)
Pada Unit Stone Crusher di CV. X Kab. Kupang Prov. NTT. Jurnal Teknologi,
14(2), 68-75.
Atun Kariimah, M., dan Septiowati, R. 2019. Pengaruh manajemen laba dan rasio likuiditas
terhadap agresivitas pajak. J. Akuntansi Berkelanjutan Indonesia. 2(1): 17-38.
Bukian, N. M. W. P., & Sudiartha, G. M. 2016. Pengaruh Kualitas Aset, Likuiditas,
Rentabilitas dan Efisiensi Operasional terhadap Rasio Kecukupan Modal. E-Jurnal
Manajemen Unud, 5(2), 1189-1221.
Bustomi, B. 2013. Akuntansi Biaya Edisi 4. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Endaryono, B. T., & Ariwibowo, P. (2021). Pengaruh Biaya Pemasaran, Omzet Penjualan
terhadap Laba Perusahaan. Reslaj: Religion Education Social Laa Roiba Journal,
3(1), 124-136.
Fithriyandini, A., M. D. Maghfoer, dan T. Wardiyati. 2015. Pengaruh media dasar dan 6-
benzylaminopurine (BAP) terhadap pertumbuhan dan perkembangan nodus tangkai
bunga anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) dalam perbanyakan secara in vitro. J.
Produksi Tanaman, 3 (1) : 43 – 49.
Hartati, S., dan L. Darsana. 2015. Karakterisasi anggrek alam secara morfologi dalam rangka
pelestarian plasma nutfah. J. Agronomi Indonesia, 43 (2) : 133 – 139.
Kamal, M. B. (2018). Pengaruh Receivable Turn Over Dan Debt To Asset Ratio
(DAR) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perusahaan Pertanian Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia (BEI). J. Ilmiah Manajemen Dan Bisnis, 17(2).
Kasmir. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Ed rev 2008. Jakarta: Raja Grafindo
Press.
Kurniawan, R. 2019. Analisis studi kelayakan keuangan sentra peningkatan performa
olahraga Indonesia (SP2OI) di Menara Mandiri. J. Ilmiah Akuntansi dan Keuangan 2
(1): 23-36.
Maharti, D. S. 2019. Analisis pendapatan usahatani dan harga pokok produksi cabai merah di
Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur. J. Penelitian Agrisamudra,
6(2): 104-115.
Manuho, P., Z. Makalare, T. Mamangkey, N. S. Budiarso. 2021. Analisis Break Even Point
(BEP). J. Ipteks Akuntansi bagi Masyarakat 5 (1): 21-28.
Mu’arifin, H. dan P. Irawan. 2021. Analisis kinerja keuangan perusahaan ditinjau dari
rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas. J. Syntax Idea 3 (3): 533-545.
Murnawati. 2016. Analisis payback period sebagai dasar kelayakan investasi. J. Ilmu
Manajemen 2 (2): 117-124.
Mulyadi. 2014. Akuntansi Biaya. Edisi Ke-5. Cetakan Keduabelas. Yogyakarta: UPP-STIM
YKPN.
Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya. Edisi ke 5, Penerbit UPP STIM YKPN,Yogyakarta.
Ningsih, R., S. Ambardini, dan D. Denofia. 2014. peranan jamur rhizoctonia sp. asal taman
nasional rawa aopa watumohai sulawesi tenggara terhadap keberhasilan aklimatisasi
dan laju pertumbuhan planlet anggrek macan (Grammatophyllum scriptum BL.). J.
Al-Kauniyah, 7 (2) : 58 – 68.
Nurazhari, D. dan Dailibas. 2021. Pengaruh penjualan dan harga pokok penjualan terhadap
laba bersih. J. of Economic, Business and Accounting 4 (2): 509-515
Octaviani, S., & Komalasari, D. 2017. Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, dan Solvabilitas
Terhadap Harga Saham. JAK (Jurnal Akuntansi) Kajian Ilmiah Akuntansi, 4(1).
Oktaviani, S. dan D. Komalasari. 2017. Pengaruh likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas
terhadap harga saham (studi kasus pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia). J. Akuntansi 3 (2): 77-89.
Purba, B. R. M., dan D. Saptadi. 2019. Karakterisasi beberapa jenis anggrek berdasarkan
karakter morfologi characterization of several types of orchids based on
morphological characters. Jurnal Produksi Tanaman, 7 (7) : 1258 – 1263.
Putra, A. N. D. A. dan P. V. Lestari. 2016. Pengaruh kebijakan dividen, likuiditas,
profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. J. Manajemen Unud
5 (7): 4044-4070.
Rachdian, R., & Achadiyah, B. N. 2019. Pengaruh Basic Earnings Power (BEP), Market
Value Added (MVA), Dan Return On Investment (ROI) Terhadap Return Saham.
Nominal: Barometer Riset Akuntansi dan Manajemen, 8(2), 239-254.
Rizqia, Dwita Ayu, Siti Aisjah dan Sumiati. 2013. Effect of Managerial Ownership, Financial
Leverage, Profitability, Firm Size, and Investment Opportunity on Dividend Policy
and Firm Value. Research Journal of Finance and Accounting. 4(11) : 120-130.
Rompas, G. P. 2013. Likuiditas Solvabilitas Dan Rentabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Bumn Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 1(3).
Satriani, D., & Kusuma, V. V. 2020. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dan Harga Pokok
Penjualan Terhadap Laba Penjualan. J. Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, &
Akuntansi), 4(2): 438-453.
Setiadi, P. 2014. Perhitungan harga pokok produksi dalam penentuan harga jual pada CV.
Minahasa Mantap Perkasa. J. Berkala Ilmiah Efisiensi. Vol. 14(2).
Solekhah, F., W. A. Zakaria dan L. Marlina. 2018. Analisis harga pokok produksi dan harga
pokok penjualan jagung di Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung
Timur. J. Ilmu-Ilmu Agribisnis, 6(4): 422-429.
Suffah, R., dan Riduwan, A. 2016. Pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan dan
kebijakan dividen pada nilai perusahaan. J. Ilmu Dan Riset Akuntansi (JIRA), 5 (2) :
1-3.
Sulistiani, H., Yanti, E. E., & Gunawan, R. D. (2021). Penerapan Metode Full Costing pada
Sistem Informasi Akuntansi Biaya Produksi (Studi Kasus: Konveksi Serasi Bandar
Lampung). Jurnal Ilmiah Sistem Informasi Akuntansi, 1(1), 35-47.
Wananda, M., M. Hendrich, dan F. Husin. 2021. Perhitungan biaya modal untuk menganalisa
kinerja keuangan. J. EKSISTANSI. 10 (1) : 1 – 6.
Wanda, A. P., & Halimatusadiah, E. 2021. Pengaruh Solvabilitas dan Profitabilitas terhadap
Penghindaran Pajak. Jurnal Riset Akuntansi, 59-65.
Wangarry, A. R., Poputra, A. T., & Runtu, T. 2016. Pengaruh Tingkat Return on Investment
(ROI), Net Profit Margin (NPM), Dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga
Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal EMBA: Jurnal Riset
Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 3(4).
Widyastuti, T. 2018. Teknologi Budaya Tanaman Hias Agribisnis. CV Mine. Yogyakarta.
Yurian, S. R., Manik, T., & Adel, J. F. 2020. Analisis Revenue Cost Ratio, Payback Period
Dan Break Even Point Untuk Menilai Kelayakan Usaha Pada Usaha Kerupuk
Diwilayah Kelurahan Sei. Lekop Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan.
Student Online Journal (SOJ) UMRAH-Ekonomi, 1(2), 342-349.
Mufriantie, F., & Saputra, I. (2020). Analisis Break Even Point dan Return Of Investment
pada Usaha Ikan Asin di Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung Melayu Kota
Bengkulu. Jurnal Agribis, 13(2).
Maulita, D., & Arifin, M. (2018). Pengaruh Return On Investment (ROI) dan Earning Per
Share (EPS) terhadap return saham syariah (Studi kasus pada perusahaan manufaktur
sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah
Indonesia periode 2012-2016). Jurnal Manajemen, 8(1).
LAMPIRAN
Dokumentasi Praktikum