Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

EKONOMI PEMBANGUNAN PERTANIAN


ARUM ORCHID

Disusun Oleh:
Kelompok VA

Nurul Huda 23020320120010


Namira Widiana Ginting 23020320120029
Ikmal Zulfikri 23020320130035
Khusnul Kotimah 23020320130057
Danielle Loise Dwi Putri Sinurat 23020320130101

PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum Ekonomi Pembangunan
Pertanian. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Hery Setiawan, S.Pt., M.Sc. selaku
Koordinator Praktikum Ekonomi Pembangunan Pertanian, Kak Khoir selaku asisten
pembimbing praktikum Ekonomi Pembangunan Pertanian, yang telah membimbing dan
membantu selama praktikum berlangsung sampai penyusunan laporan praktikum Ekonomi
Pembangunan Pertanian ini selesai. Penulis menyadari laporan praktikum ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh
penulis. Akhir kata, kami berharap semoga laporan praktikum Ekonomi Pembangunan
Pertanian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten. Demikian kata
pengantar dari penulis, penulis menyampaikan terima kasih atas perhatian dan koreksi dari
berbagai pihak.

Semarang, Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang (namira)


Pembangunan Pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selalu menambah
produksi pertanian untuk menambah produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen, yang
sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan
menambah modal dan skill untuk memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam
perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan. pembangunan pertanian merupakan suatu
bagian integral daripada pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum. Secara luas
pembangunan pertanian bukan hanya proses atau kegiatan menambah produksi pertanian
melainkan sebuah proses yang menghasilkan perubahan sosial baik nilai, norma, perilaku,
lembaga, sosial dan sebagainya demi mencapai pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan petani dan masyarakat yang lebih baik. Pertanian merupakan sektor utama
penghasil bahan-bahan makanan dan bahan-bahan industri yang dapat diolah menjadi bahan
sandang, pangan, dan papan yang dapat dikonsumsi maupun diperdagangkan, maka dari itu
pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi.
Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang populer di Indonesia, karena
saat ada tanaman lain yang muncul menjadi pusat perhatian, anggrek tetap bertahan pada
posisinya. Tanaman anggrek termasuk dalam keluarga Orchidaceae yang mempunyai 25.000
sampai 30.000 spesies anggrek yang terbagi dalam 5 subfamili yang tersebar dan tumbuh di
puncak gunung sampai dataran rendah. Di Indonesia, anggrek merupakan tanaman yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik untuk bunga potong maupun untuk bunga pot.
Anggrek mempunyai bentuk bunga dan warna yang bervariasi serta memiliki daya tahan
mekar bunga lebih lama dibandingkan dengan tanaman hias lainnya. Arum Orchid
merupakan salah satu UMKM yang berada di Kota Semarang, tepatnya di Jl. Durian Utara II
No.37, Srondol Wetan, Kec. Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah 50263. Arum orchid
berdiri sejak Januari 2018 dimana memproduksi berbagai macam jenis anggrek. Anggrek
dapat tumbuh dengan berbagai iklim akan tetapi tetap memperhatikan intensitas sinar
matahari, suhu, kelembaban, juga harus memperhatikan faktor lingkungan sekitar.
1.2 Rumusan Masalah (namira)
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:
1. bagaimana cara menghitung macam-macam biaya, harga pokok produksi, harga
pokok penjualan, Break Even Point (BEP), likuiditas, solvabilitas, rentabilitas,
Payback Ratio (PP) dan Return of Investment (ROI) pada usaha Arum Orchid ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui berbagai macam perhitungan
ekonomi yang ada pada ekonomi perusahaan, yaitu macam-macam biaya, harga pokok
produksi, harga pokok penjualan, Break Even Point (BEP), likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas, Payback Ratio (PP) dan Return of Investment (ROI) pada usaha Arum Orchid.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari praktikum ini antara lain:
1. Bagi mahasiswa, sebagai sarana untuk memperluas ilmu dan keterampilan mengenai
pengelolaan ekonomi perusahaan.
2. Bagi perusahaan, sebagai pengetahuan dalam pengembangan usaha.
3. Bagi pihak lain, sebagai tambahan pengetahuan mengenai ekonomi perusahaan pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perusahaan
Perusahaan pertanian adalah usaha pertanian yang memproduksi hasil tertentu dengan
sistem pertanian seragam di bawah sistem manajemen yang terpusat dengan menggunakan
berbagai metode ilmiah dan teknik pengolahan yang efisien untuk memperoleh laba yang
sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang utama adalah mempertahankan kelangsungan
hidupnya (going concern) serta pencapaian laba yang optimal. Perusahaan dituntut untuk
mampu menentukan kinerja usaha yang baik sebagai jaminan kelangsungan hidupnya
(Kamal, 2018). Tujuan dalam sebuah perusahaan dapat dicapai jika perusahaan memiliki
modal yang digunakan sebagai keberlangsungan operasionalnya. Modal perusahaan dapat
diperoleh dari modal sendiri seperti modal saham (saham biasa dan saham preferen), modal
cadangan dan laba ditahan serta modal asing (Wananda et al.,2021). Nilai perusahaan
merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham.
Faktor-faktor yang secara prinsip mempengaruhi nilai perusahaan adalah leverage, ukuran
perusahaan, dan profitabilitas (Rizqia et al., 2013).

2.2. Tanaman Anggrek


Tanaman anggrek memiliki nilai ekonomis yang tinggi di dalam lingkungan
manusia. Anggrek termasuk ke dalam famili Orchidaceae yang menempati 7-10% dari jenis
tumbuhan berbunga dan memiliki keragaman kurang lebih 20.000 sampai 35.000 jenis
famili anggrek (Widiastoety, 2014). Klasifikasi tanaman anggrek yaitu sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae

Genus : Dendrobium
Spesies : Dendrobium sp. (USDA, 2022)

Anggrek memiliki tipe pertumbuhan monopodial dan bersifat epifit. Bunga anggrek
memiliki tipe pertumbuhan monopodial yaitu hanya memiliki satu atang dan satu titik
tumbuh, serta bersifat epifit yang umumnya menempel pada pohon (Hartati, 2015).
Tanaman anggrek memiliki batang pendek dan daun tidak lebih dari 30 cm. anggrek
memiliki batang sangat pendek dan daun anggrek berbentuk jorong, tersusun rapat,
berdaging, dengan panjang 20-30 cm dan lebar 712 cm (Fithriyandini et al., 2015). Anggrek
memiliki bunga yang khas dan morfologi tanaman yang tidak jauh berbeda. Tanaman
Dendrobium menjadi komoditas yang paling digemari oleh masyarakat karena sifat
tanamannya yang relatif lebih tahan lama dan memiliki warna bunga yang bervariasi
sehingga berpotensi untuk terus dikembangkan (Cahyo dan Dinarti, 2015).
Tanaman anggrek mampu tumbuh pada ketinggian 50-600 mdpl. Tanaman Anggrek
dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dan umumnya hidup pada ketinggian
50-600 mdpl, dan dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 7001.100 mdpl (Purba dan
Saptadi, 2019). Kelembaban pada anggrek dengan rata-rata 70-80%. Kelembaban udara
yang diperlukan rata-rata 70- 80% dengan suhu udara hangat di bawah 29ºC (Ningsih et al.,
2014).

2.3. Macam - Macam Biaya


Biaya adalah nilai moneter atau jumlah uang yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
menghasilkan suatu produk atau jasa. Beban yang dikeluarkan mencakup persediaan, bahan
baku, tenaga kerja, produk, peralatan, layanan, dan lainnya. Berdasarkan fungsi pokok dari
aktivitas pertanian, biaya dibedakan menjadi 3 macam, yaitu biaya produksi, biaya
pemasaran, dan biaya administrasi.
2.3.1. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan dari pembuatan produk atau
penyediaan layanan yang menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Biaya produksi
merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi
yang siap untuk dijual disebut biaya produksi (Mulyadi, 2015). Pelaku usaha harus
menghitung biaya produksi karena sangat mempengaruhi harga jual suatu produk.
Perhitungan biaya produksi merupakan komponen yang paling penting karena berpengaruh
terhadap penentuan harga pokok produk dan mempengaruhi biaya secara keseluruhan
(Sulistiani et al., 2021).
2.3.2. Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran merupakan semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau
pengusaha (skala kecil) dalam memasarkan, mengenalkan, menjangkau banyak orang dan
menjual produknya serta mengembangkan dan mempromosikan mereknya (branding). Biaya
pemasaran meliputi semua biaya yang terjadi sejak saat produk selesai diproduksi dan
disimpan dalam gudang sampai produk tersebut diubah kembali dalam bentuk tunai, serta
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjual produk ke pasar (Mulyadi, 2014). Biaya
pemasaran digunakan dalam kegiatan pemasaran. Kegiatan pemasaran dapat berjalan dengan
efektif dan efisien harus ditunjang dengan biaya pemasaran yang memadai. Untuk
mengurangi beban biaya pemasaran tentunya perusahaan dapat meminimalisasi dengan
melakukan pemasaran berbasis digital (Endaryono dan Prasetio, 2021).
2.3.3. Biaya Administrasi dan Umum
Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang dikategorikan menurut fungsi pokok
dalam perusahaan. Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang dikeluarkan untuk
melaksanakan kegiatan usaha termasuk didalamnya gaji, telepon, listrik, air, gas,
perlengkapan, peralatan, alat tulis kantor dan sebagainya (Fathony dan Rahayu, 2016). Biaya
administrasi dan umum pada perusahaan-perusahaan besar timbul pada bagian administrasi,
pembukuan, perbekalan, dan bagian staf yang biasanya, biaya administrasi dan umum
perusahaan akan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Penyebab terjadinya
peningkatan biaya administrasi dan umum pada suatu perusahaan adalah naiknya biaya untuk
gaji karyawan, harga alat kantor yang mengalami kenaikan, serta pembelian alat-alat baru
untuk menunjang proses produksi.

2.4. Harga Pokok Produksi


Harga pokok produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi
atau kegiatan mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Harga pokok produksi dapat
didefinisikan sebagai semua pengorbanan yang dilakukan perusahaan untuk memproduksi
suatu produk barang yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya
overhead (Purwanto dan Wtini, 2020). Sebuah perusahaan melakukan perhitungan HPP harus
tepat dan akurat dalam menjalankan bisnis. Perhitungan HPP yang dilakukan perusahaan
harus tepat dan akurat dikarenakan tanpa adanya perhitungan HPP yang tepat dan akurat,
perusahaan manufaktur yang bersangkutan akan mengalami masalah dalam penentuan harga
jual suatu produk (Setiadi, 2014).
2.5 Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan adalah jumlah pengeluaran dan beban yang dikeluarkan secara
langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan barang atau jasa. Harga pokok
penjualan merupakan harga pokok produk yang sudah terjual dalam waktu berjalan yang
diperoleh dengan menambahkan harga pokok produksi dengan persediaan produk selesai
awal dan mengurangkan dengan persediaan produk akhir (Bustomi, 2013). Unsur-unsur harga
pokok penjualan yang harus diperhatikan yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik. Harga pokok penjualan harus memperhatikan beberapa
unsur seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
(biaya tidak langsung) (Mulyadi, 2014). Metode perhitungan harga pokok penjualan dapat
dilakukan dengan menggunakan metode pesanan dan metode proses. Perhitungan harga
pokok penjualan dibagi menjadi beberapa metode antara lain metode pesanan (Job Order
Costing) yaitu metode yang mengakumulasi biaya yang diterapkan pada perusahaan yang
proses produksi secara terputus-putus; dan metode proses (Job Process Costing) yaitu metode
yang dipertanggungjawabkan berdasarkan perhitungan biaya proses (Satriani et al., 2020).
Satriani, D., & Kusuma, V. V. (2020). Perhitungan Harga Pokok Produksi Dan Harga
Pokok Penjualan Terhadap Laba Penjualan. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, &
Akuntansi), 4(2), 438-453.

2.6 Break Even Point (BEP)


Break Even Point (BEP) adalah titik impas antara jumlah pendapatan dan biaya yang
sama atau seimbang, sehingga tidak terdapat keuntungan maupun kerugian dalam suatu
perusahaan. Break even point (BEP) merupakan suatu keadaan impas atau keadaan kembali
modal sehingga usaha tidak mengalami untung maupun rugi atau hasil penjualan sama
dengan biaya yang dikeluarkan (Maruta, 2018). Manfaat dari penggunaan BEP yaitu dapat
melihat batas minimal produk yang harus diproduksi agar usaha tersebut mendapatkan
keuntungan. BEP bermanfaat untuk mengetahui titik pulang pokok sebuah usaha sehingga
usaha tersebut mengetahui berapa yang harus diproduksi (Andrianto et al., 2016). Faktor-
faktor yang mempengaruhi perubahan BEP yaitu adanya perubahan harga jual, perubahan
biaya tetap dan biaya variabel, dan perubahan komposisi penjualan. Perubahan BEP dapat
terjadi karena adanya perubahan biaya tetap, biaya variabel, dan perubahan komposisi
penjualan (sales mix) (Mufidah, 2014).

2.7 Likuiditas
Likuiditas adalah ukura terkait seberapa mudah bagi perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek dalam membayar hutang. Likuiditas merupakan sebuah tingkat
kemampuan suatu perusahaan untuk dapat membayar hutangnya dalam jangka pendek
(Kasmir, 2013). Tujuan dan manfaat dari rasio likuiditas yaitu untuk mengukur kemampuan
perusahaan membayar utang yang akan
jatuh tempo pada saat jatuh tempo, untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar
jumlah kewajiban yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun
dibandingkan dengan total aktiva lancar, dan lainnya. Likuiditas memiliki manfaat dan tujuan
diantaranya untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek
dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang, untuk membandingkan
jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan, dan untuk mengukur seberapa besar
uang kas yang tersedia untuk membayar hutang (Atun et al., 2019).

2.8. Solvabilitas
Solvabilitas adalah matriks yang digunakan untuk mengukur kapasitas bisnis membayar
hutang sebagai dasar penilaian bagi kreditur. Solvabilitas adalah kemampuan untuk
membayar hutang atau tagihan jangka panjang. Solvabilitas merupakan ukuran yang
memperlihatkan sejauh mana perusahaan dapat membiayai operasionalnya menggunakan
pembiayaan utang (total hutang) dalam struktur modal perusahaan untuk membiayai kegiatan
perusahaan (Rompas, 2013). Pada suatu organisasi/perusahaan solvabilitas bergantung pada
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, karena cicilan utang pokok maupun
bunganya dibayar dengan dana kas. Sementara, besarnya dana kas bergantung pada besarnya
laba yang masuk dalam perusahaan (bentuk uang kas). Dalam solvabilitas, stakeholder
perusahaan terutama kreditur bisa menilai seberapa mampu perusahaan menyelesaikan
kewajiban finansialnya, baik dalam jangka pendek atau panjang (Wanda, 2021). Solvabilitas
dapat dipahami sebagai bagian dari risiko yang melekat pada perusahaan. Artinya,
Solvabilitas yang semakin besar menunjukkan resiko investasi yang semakin besar pula.
Perusahaan yang dengan rasio yang rendah memiliki risiko solvabilitas yang lebih kecil.
Solvabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi
kewajiban finansial perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang atau
rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan dibayarkan dengan hutang. Solvabilitas dapat
diukur menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) yaitu rasio yang digunakan untuk menilai
hutang dengan ekuitas (Octaviani, 2017). Rasio ini dapat dihitung dengan membandingkan
seluruh hutang termasuk hutang lancar dengan ekuitas, maka semakin besar DER maka akan
semakin kecil laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham, sehingga dapat
menurunkan harga saham yang bersangkutan. Jadi pengelolaan solvabilitas sangatlah penting
dalam operasional perusahaan dapat menjadi suatu acuan dalam meningkatkan maupun
menurunkan nilai perusahaan. Perusahaan yang memiliki hutang yang tinggi akan membuat
investor susah untuk melakukan investasi karena memiliki risiko untuk bangkrut yang lebih
tinggi hal ini disebabkan oleh modal yang dimiliki perusahaan tidak lebih besar dibandingkan
dengan hutang yang dimiliki (Wanda, 2021).

2.9. Rentabilitas
Rentabilitas adalah sebuah perbandingan keuntungan bersih dengan modal atau aktiva
yang menjadi sumber penghasilan laba itu sendiri. Rentabilitas adalah hasil investasi yang
diperoleh perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk persentase berdasarkan besarnya
investasi (Rompas, 2013). Perusahaan akan terus bekerja untuk menaikkan target labanya
setiap tahun. Namun, keuntungan yang besar bukanlah indikator dari efisiensi sebuah
perusahaan dalam bergerak. Semakin rendah tingkat rentabilitas suatu perusahaan, maka akan
semakin sulit pula bagi perusahaan untuk mengembalikan modal yang berupa pinjaman.
Rentabilitas dibagi menjadi dua jenis yaitu, rentabilitas ekonomi yang merupakan
kemampuan menghasilkan laba dari seluruh modal sedangkan rentabilitas modal sendiri
merupakan perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu
pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak (Bukian,
2016).

2.10. Payback Period


Payback Period adalah jangka waktu yang dibutuhkan supaya dana investasi yang
masuk ke dalam kegiatan investasi bisa didapatkan kembali secara utuh. Payback period
disebut juga sebagai periode pengembalian modal merupakan jumlah tahun yang dibutuhkan
untuk melakukan pengembalian nilai investasi yang telah dikeluarkan (Abuk, 2020). Periode
pemulihan atau Payback Period ini berfungsi sebagai alat/metode untuk mengetahui pada saat
kapan modal usaha dari perusahaan sudah dapat kembali (pengembalian tercepat) karena
dengan dapat diketahui saat Payback Period maka perusahaan baru dapat menikmati
keuntungan dari perusahaan. Seorang investor tentunya memiliki pertimbangan untuk
melakukan penanaman modal pada suatu usaha, salah satunya adalah lamanya jangka waktu
pengembalian modal. Pada umumnya, investor cenderung melakukan penanaman modal pada
perusahaan yang dapat mengembalikan investasi dalam waktu yang singkat (Yurian, 2020).
2.11. Return on Investment
ROI adalah singkatan dari Return On Investment yang merupakan rasio untuk
melakukan perhitungan efektivitas sebuah investasi yang diberikan. Return On Investment
adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang
digunakan untuk operasional perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Rachdian, 2019).
ROI berupa laba bersih yang kita dapatkan dari nominal uang investasi yang sudah
dikeluarkan. Hal ini biasa dilakukan oleh para investor untuk bisa menentukan strategi bisnis
selanjutnya dengan mengetahui hasil dari ROI yang sudah dilakukan. ROI berfungsi saat
sebuah perusahaan sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik maka manajemen dengan
menggunakan teknik analisa ROI dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja,
efisiensi produksi dan efisiensi bagian penjualan. Apabila hasil yang didapatkan dari
perhitungan return on investment pada rencana investasi adalah positif dan tidak ada lagi
peluang untuk mendapatkan hasil return on investment yang lebih tinggi, maka investasi
dapat dilakukan (Wangarry, 2016).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan praktikum Ekonomi Pembangunan Pertanian dilaksanakan di Arum Orchid
yang berlokasi di Jl. Durian Utara II No.37, Srondol Wetan, Kec. Banyumanik, Kota
Semarang, Jawa Tengah. Kegiatan Praktikum dilaksanakan pada hari sabtu, 13 Mei 2023.
Metode penentuan lokasi yaitu dengan metode purposive yaitu pemilihan lokasi secara
sengaja dengan pertimbangan bahwa Arum Orchid merupakan salah satu produsen bunga
Anggrek yang sudah cukup terkenal di Banyumanik.
3.2. Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum Ekonomi Pembangunan Pertaniann adalah
alat dan bahan. Alat yang digunakan yaitu kuesioner sebagai pertanyaan dalam wawancara
kepada pemilik, handphone sebagai alat perekam kegiatan wawancara, dan alat tulis untuk
menulis hasil kegiatan wawancara. Bahan yang digunakan yaitu data primer yang diperoleh
dari hasil wawancara kepada pemilik Arum Orchid.
3.3. Metode Praktikum
Metode yang digunakan pada kegiatan praktikum yaitu metode survei. Metode survei
digunakan untuk menggambarkan secara langsung kondisi secara rinci berdasarkan fakta-
fakta di lokasi penelitian melalui wawancara dengan bantuan kuesioner.
3.4. Metode Analisis data
Metode analisis data pada kegiatan praktikum ini adalah menggunakan metode
deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
3.4.1. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk dijual disebut biaya produksi (Mulyadi, 2015). Rumus
biaya produksi yaitu:
Biaya produksi = biaya bahan baku + biaya tenaga kerja + biaya overhead produksi
3.4.2. Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi adalah semua pengorbanan yang dilakukan perusahaan untuk
memproduksi suatu produk barang yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung dan biaya overhead (Purwanto dan Wtini, 2020). Rumus menghitung harga pokok
produksi yaitu:
Harga pokok produksi = Total biaya produksi : jumlah produksi
3.4.3. Harga Pokok Penjualan
Harga Pokok Penjualan merupakan biaya yang muncul dari barang yang diproduksi
oleh perusahaan untuk kemudian dijual kembali. Selain itu harga pokok penjualan juga
diartikan sebagai total keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan pada saat
memproduksi suatu barang atau jasa baik produk mentah, produk setengah jadi maupun
produk jadi kemudian dijual kembali oleh perusahaan (Amaliyah et al., 2021). Rumus harga
pokok penjualan yaitu:
Harga pokok penjualan = (pembelian bersih + persediaan awal barang) – persediaan akhir
barang.
3.4.4. Break Even Point
BEP merupakan titik pulang pokok dimana jumlah pendapatan adalah sama dengan
total biaya. Terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah
proyek dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya.
Analisis BEP adalah teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya, laba, dan
volume penjualan atau Cost, Profit, and Volume analysis (CPV analysis) khususnya dalam
merencanakan laba. Untuk mencari nilai BEP menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
FC : Biaya tetap (fixed cost)
P : Harga jual per unit
S : Volume penjualan
VC : Biaya variabel per unit (Manuho, et. al., 2021)

3.4.5. Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan sebuah perusahaan untuk membayar kewajiban
jangka pendek perusahaan. likuiditas memiliki peran penting dalam keberjalanan perusahaan.
Likuiditas yang baik akan menunjukkan kinerja yang baik sehingga dapat menarik investor
untuk menanamkan modal pada perusahaan. Pengukuran likuiditas dapat dilakukan dengan
Current ratio, Quick ratio, dan Cash ratio dengan rumus sebagai berikut (Putra dan Lestari,
2016) :
3.4.6. Solvabilitas
Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek
maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi dengan aset atau modal sendiri yang
dijadikan jaminan dalam membayar kewajiban. Solvabilitas merupakan rasio yang
menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal atau asset. Pengukuran
solvabilitas dapat menggunakan 3 jenis, yaitu debt to equity ratio, debt to total asset ratio, dan
time interest earned. Pengukuran solvibilitas dapat menggunakan 3 rumus berikut (Oktaviani,
et. al., 2017):

3.4.7. Rentabilitas
Rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan semua modal yang bekerja di dalamnya. Dalam mengukur rentabilitas, terdapat rasio
rentabilitas yang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
perusahaan memperoleh keuntungan dengan menggunakan semua modal yang ada.
Pengukuran rentabilitas dapat menggunakan dua ratio, yaitu dengan menggunakan gross
profit margin ratio dan net profit margin ratio. Gross profit margin ratio merupakan rasio
rentabilitas yang digunakan untuk menghitung persentase kelebihan laba kotor terhadap
pendapatan penjualan. Net profit margin ratio merupakan rasio rentabilitas yang digunakan
untuk mengukur persentase laba bersih pada suatu perusahaan terhadap penjualan bersihnya.
Rumus rentabilitas adalah sebagai berikut (Mu’arifin dan Irawan, 2021) :
Labausaha
Rentabilitas = x 100%
Total aset
3.4.8. Payback Period
Payback Period merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
modal suatu investasi yang dihitung dari arus kas bersih. Periode pemulihan umumnya
dinyatakan dalam periode per tahun (Soeharto, 1999). Metode payback period merupakan
teknik penilaian terhadap suatu investasi suatu proyek pengembalian investasi dengan
menggunakan aliran kas masuk bersih yang diperoleh setiap tahunnya. Analisis PP dihitung
dengan menghitung waktu yang diperlukan pada saat total arus kas masuk sama dengan total
arus kas keluar. Perhitungan payback period dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Kriteria penilaian:
● PP lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka investasi diterima
● PP lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka investasi ditolak (Murnawati, 2016)

3.4.9. Return on Invesment


ROI (Return on Investment) merupakan besar persen keuntungan yang diperoleh dari
total jumlah aset investasi. Return on investment merupakan rasio yang menunjukkan hasil
dari jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi
manajemen. Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikan dengan
mengabaikan sumber pendanaan dan diukur dengan persentase. ROI juga diartikan sebagai
rasio laba bersih terhadap biaya. Rumus untuk menghitung ROI adalah sebagai berikut
(Kurniawan, 2019) :
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Perusahaan


Arum Orchid merupakan produsen bunga anggrek yang didirikan oleh Ibu Umi
Kalsum sejak Tahun 2010. Arum orchid beralamat di jl. Durian Utara II No.37, Srondol
Wetan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah. Arum Orchid ini pada
awalnya hanya seluas 100 m2. Nama Arum Orchid sendiri diambil dari nama anak beliau
yang bernama arum. Pada awalnya Ibu Umi Kalsum ini hanya coba-coba saja karena memang
tertarik pada bunga anggrek karena bagus. Arum orchid ini hanya dikelola oleh Ibu Umi
Kalsum sendiri tanpa adanya karyawan. Arum orchid memiliki ratusan pot tanaman anggrek
yang terdiri dari tanaman bibit kecil yang baru lepas dari botol, tanaman yang siap berbunga
dan tanaman-tanaman yang sudah berbunga.
Arum orchid berkonsentrasi pada penjualan tanaman yang telah berbunga dari
berbagai varietas seperti Phalaenopsis sp dan Dendrobium Sp. Phalaenopsis berbunga 1
tangkai dijual sekitar Rp 135 ribu dan berbunga 2 tangkai dijual sekitar Rp 160 ribu.
Dendrobium dijual agak lebih murah. Bunga anggrek yang paling laku terjual adalah jenis
anggrek bulan dan dendrobium. Disamping dagangan utama tersebut Arum Orchid juga
memiliki koleksi tanaman anggrek premium. Misalnya Vanda sp, oncidium, amabilis dan
juga koleksi Gramma sp yang tidak diperjual belikan. Terdapat juga Oncidium Basil dan
anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) dari Papua.

4.2. Harga Pokok Produksi


Harga pokok produksi adalah semua biaya yang telah dikorbankan dalam proses
produksi atau kegiatan mengubah bahan baku menjadi produk selesai yang meliputi biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Solekhah et al. (2018) yang menyatakan bahwa harga pokok produksi merupakan
sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu proses per produk yang dihasilkan. Menurut
Maharti (2019) perhitungan harga pokok produksi yaitu dengan cara menjumlahkan semua
biaya – biaya yang dikeluarkan dibagi dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Dari hasil
perhitungan didapatkan perhitungan sebagai berikut:

Tahun Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya Total HPP


2020 Rp 7.353.500 Rp 3.515.000 Rp 10.868.500 Rp 217.370

2021 Rp 7.353.500 Rp 9.916.000 Rp 17.269.500 Rp 57.565

2022 Rp 7.353.500 Rp 17.685.000 Rp 25.038.500 Rp 50.077

Berdasarkan dari hasil perhitungan harga pokok produksi (HPP) pada tabel diatas didapatkan
hasil yaitu HPP pada tahun 2020 sebesar Rp 217.370, pada tahun 2021 sebesar Rp 57.565,
dan pada tahun 2022 yaitu sebesar Rp 50.077.
4.3. Harga Pokok Penjualan

Berdasarkan praktikum Ekonomi Pembangunan Pertanian yang telah dilaksanakkan,


dapat diketahui nilai harga pokok penjualan usaha Arum Orchid sebagai berikut:

Tabel 2. Harga Pokok Penjualan Arum Orchid

Tahun 2020 2021 2022

Harga Pokok Penjualan Rp. 217.370 Rp. 57.565 Rp. 50.077

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui jika harga pokok penjualan yang terjadi pada
tahun 2020 sebesar Rp. 217.370,- tahun 2021 sebesar Rp. 57.565.- dan tahun 2023 sebesar
Rp. 50.077,-. Perbedaan harga pokok penjualan yang sangat jauh antara tahun 2020 dan
2021, 2023 disebabkan karena adanya Covid 19 yang menyebabkan kegiatan usaha Arum
Orchid tidak berjalan dengan baik sehingga terjadi kenaikan HPP. Walaupun terjadi
peningkatan harga pokok penjualan, usaha Arum Orchid tidak turut untuk menaikkan harga
jual dengan alasan menjaga harga jual dengan konsumen, sehingga pada tahun 2020 Arum
Orchid mengalami kerugian. Harga pokok penjualan digunakan untuk menentukan harga jual
dari suatu produk yang ditawarkan. Hal ini sesuai dengan Nurazhari dan Dailibas (2021)
pendapat yang menyatakan bahwa harga pokok penjualan merupakan harga yang digunakan
untuk menentukan berapa harga jual yang ditetapkan oleh produsen untuk produk mereka,
sekaligus menetapkan berapa keuntungan atau laba yang ingin diperoleh. Pada tahun 2021
dan 2022 terjadi peningkatan kembali penjualan bunga anggrek. Walaupun masih belum
pulih sepenuhnya, dapat dilihat jika usaha Arum Orchid masih dapat bertahan dengan baik.
Harga pokok penjualan ditentukan berdasarkan harga pokok produksi, sehingga jumlah antara
harga pokok produksi sama dengan harga pokok penjualan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Satriani dan Kusuma (2020) yang menyatakan bahwa harga pokok penjualan diperoleh
melalui perhitungan biaya produksi yang dibagi dengan jumlah produksi, dan memiliki rumus
yang sama dengan perhitungan harga pokok produksi.

4.4 Break Even Point


Berdasarkan praktikum Ekonomi Pembangunan Pertanian yang telah dilaksanakan,
dapat diketahui Break Even Point usaha Arum Orchid sebagai berikut:

Tabel 3. Perhitungan Break Even Point Usaha Arum Orchid

Tahun 2020 2021 2022

BEP Unit (bunga) 64 50 45

BEP harga (Rp) 12.900.540 9.990.447 9.120.244

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui nilai BEP unit dan BEP harga yang terjadi
pada tahun 2020 sebanyak 64 unit dan Rp. 12.900.540, BEP unit dan BEP harga pada tahun
2021 sebanyak 50 unit dan Rp. 9.990.447., dan BEP unit dan BEP harga pada tahun 2022
sebanyak 45 unit dan Rp. 9.120.224. Dari data BEP tersebut dapat disimpulkan jika setiap
tahun BEP mengalami penurunan, yang mana hal tersebut merupakan suatu tanda yang baik
bagi perusahaan. BEP merupakan keadaan dimana perusahaan mencapai titik impas. Hal ini
sesuai dengan pendapat Maruta (2018) yang menyatakan bahwa BEP merupakan suatu
kegiatan analisis yang dilakukan untuk mengetahui titik impas, yang mana titik pendapatan
yang diperoleh suatu usaha sama dengan modal yang telah dikeluarkan. Dengan kata lain,
pada titik tersebut, perusahaan tidak menerima laba dan tidak juga mengalami kerugian
karena total keutungan dan kerugian berada pada titik nol. Pada tahun 2020, dapat dilihat
BEP unit sebanyak 64 unit, namun dalam penjualannya hanya mampu menjual 50 unit saja.
Hal ini dipengaruhi oleh adanya hambatan yang terjadi pada tahun 2020, yaitu Covid 19 yang
menyebabkan terhambatnya kegiatan penjualan dan keberjalanan usaha Arum Orchid. Namun
dapat dilihat pada tahun 2021 dan 2022, BEP semakin menurun yang menunjukkan jika usaha
Arum Orchid sudah mulai bangkit dari hambatan yang terjadi.

4.5. Likuiditas
Rasio likuiditas adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu
perusahaan atau entitas untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya dengan
menggunakan aset yang paling likuid. Salah satu rasio likuiditas yaitu rasio lancar.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan data bahwa Arum Orchid tidak memiliki hutang
lancar yang berarti nilai likuiditas bisa jadi sangat tinggi atau tidak dapat diketahui.
Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi akan memiliki aset yang dapat
diubah menjadi uang tunai dengan cepat dan efisien. Likuiditas yang kuat pada perusahaan
tanpa hutang dapat menjadi indikator kesehatan keuangan yang baik. Perusahaan dapat
menggunakan likuiditas tersebut untuk menjaga arus kas harian yang lancar, menghadapi
fluktuasi dalam permintaan pelanggan, melakukan investasi dalam pengembangan produk
atau infrastruktur, atau untuk tujuan lain yang dapat mendukung pertumbuhan dan
kelangsungan bisnis jangka panjang.

4.6. Solvabilitas
Solvabilitas perusahaan dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk
memenuhi semua kewajiban keuangannya dalam jangka panjang. Solvabilitas perusahaan
mencerminkan apakah perusahaan memiliki aset yang cukup untuk melunasi semua
hutangnya jika perusahaan harus membubarkan bisnisnya. Berdasarkan hasil observasi di
Arum Orchid didapatkan data bahwa Arum Orchid tidak memiliki hutang. Hal ini berarti
dapat diasumsikan bahwa perusahaan memiliki struktur modal yang sehat dan tidak ada
kewajiban finansial yang harus dilunasi di masa mendatang. Oleh karena itu, perusahaan
dapat dianggap solven atau memiliki solvabilitas yang baik.

4.7. Rentabilitas
Rentabilitas adalah sebuah perbandingan keuntungan bersih dengan modal atau aktiva
yang menjadi sumber penghasilan laba itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Mu’arifin
dan Irawan (2021) bahwa rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang bekerja di dalamnya. Berikut
merupakan hasil perhitungan Rentabilitas berdasarkan wawancara dan catatan Arum Orchid :

Tahun Rentabilitas

2020 -5,71%
2021 47%

2022 59%

Berdasarkan data dari Arum Orchid dapat dihitung rasio rentabilitasnya yang meliputi
Return on Assets (ROA). Dari praktikum yang dilakukan menghasilkan perhitungan ROA
perusahaan pada tahun 2020 yaitu -5,71% karena perusahaan mengalami kerugian dan
penurunan pendapatan yang sangat drastis akibat pandemi. Pada tahun 2021 dengan hasil
ROA-nya 47% kemudian pada tahun 2022 ROA meningkat kembali sebesar 59%. Rasio
rentabilitas mengalami kenaikan dikarenakan penghasilan perusahaan yang juga semakin
membaik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suffah (2017) yang menyatakan bahwa
semakin rendah tingkat rentabilitas suatu perusahaan, maka akan semakin sulit pula bagi
perusahaan untuk mengembalikan modal yang berupa pinjaman. Rasio rentabilitas
perusahaan Arum Orchid memburuk pada tahun 2020 karena pandemi dan semakin membaik
setelah pandemi menurun.

4.8. Payback Period


Payback Period merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
modal suatu investasi yang dihitung dari arus kas bersih. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Abuk (2020) yang menyatakan bahwa periode pemulihan atau Payback Period ini
berfungsi sebagai alat/metode untuk mengetahui pada saat kapan modal usaha dari
perusahaan sudah dapat kembali (pengembalian tercepat). Berikut merupakan hasil
perhitungan Payback Period berdasarkan wawancara dan catatan Arum Orchid :

Tahun Payback period

2020 5 tahun

2021 3 tahun 8 bulan


2022 1 tahun 4 bulan

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa nilai payback period dalam
perusahaan Arum Orchid pada tahun 2020 adalah 5 tahun, pada tahun 2021 adalah 3 tahun 8
bulan, dan pada tahun 2022 adalah 1 tahun 4 bulan. Payback period pada perusahaan Arum
Orchid pada tahun 2020 dan 2021 termasuk dalam kategori lama karena berada di atas 3
tahun. Hal tersebut dikarenakan tahun 2020 perusahaan mengalami kerugian akibat pandemi.
Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Murnawati (2016) yang menyatakan bahwa
apabila nilai payback period kurang dari tiga tahun, maka kategori pengembalian modal
perusahaan dapat dikatakan cepat.

4.9. Return on Investment


Return On Invesment adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva
yang digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Maulita dan Arifin (2018) bahwa Analisis
ROI ini sudah merupakaan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan
untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROI itu sendiri adalah salah
satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan dana yang diinvestasikan dalam aktiva yang digunakan untuk
operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

Tahun Return on Investmen

2020 -5%

2021 236,58%

2022 409,41%

Berdasarkan data diatas dapat dihitung nilai Return On Invesment (ROI) dari Arum
Orchid. Dari praktikum yang dilakukan didapatkan perhitungan ROI perusahaan pada tahun
2020 yaitu -5,% dengan demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan Arum Orchid pada 2020
menghasilkan rugi bersih(net loss). Pada tahun 2021 perusahaan Arum Orchid memperoleh
ROI 236,58% kemudian pada tahun 2022 ROA meningkat kembali sebesar 409,41%.
Berdasarkan data tahun 2021 dan 2022 dapat dikatakan perusahaan Arum Orchid semakin
baik dalam kinerja bisnisnya untuk memaksimalkan profitabilitas. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Mufriantie dan Saputra (2020) yang menyatakan bahwa Bila kemampuan
mengembalikan modal itu persentasenya tinggi, maka menunjukan usaha tersebut efesien.
Sebaliknya kemampuan usaha tersebu dalam mengembalikan modal persentasenya rendah
maka usah tersebut tidak efesien. Return On Invesment perusahaan Arum Orchid memburuk
pada tahun 2020 karena pandemi dan semakin membaik setelah pandemi menurun.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Arum Orchid merupakan produsen bunga anggrek yang didirikan oleh Ibu Umi
Kalsum sejak Tahun 2010. Harga pokok produksi (HPP) Arum orchid didapatkan hasil yaitu
HPP pada tahun 2020 sebesar Rp 217.370, pada tahun 2021 sebesar Rp 57.565, dan pada
tahun 2022 yaitu sebesar Rp 50.077. Harga pokok penjualan yang terjadi pada tahun 2020
sebesar Rp. 217.370,- tahun 2021 sebesar Rp. 57.565.- dan tahun 2023 sebesar Rp. 50.077,-.
Perbedaan harga pokok penjualan yang sangat jauh antara tahun 2020 dan 2021, 2023
disebabkan karena adanya Covid 19 yang menyebabkan kegiatan usaha Arum Orchid tidak
berjalan dengan baik sehingga terjadi kenaikan HPP. Nilai BEP unit dan BEP harga yang
terjadi pada tahun 2020 sebanyak 64 unit dan Rp. 12.900.540, BEP unit dan BEP harga pada
tahun 2021 sebanyak 50 unit dan Rp. 9.990.447., dan BEP unit dan BEP harga pada tahun
2022 sebanyak 45 unit dan Rp. 9.120.224. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang
tinggi akan memiliki aset yang dapat diubah menjadi uang tunai dengan cepat dan efisien.
Berdasarkan hasil observasi di Arum Orchid didapatkan data bahwa Arum Orchid tidak
memiliki hutang. Hal ini berarti dapat diasumsikan bahwa perusahaan memiliki struktur
modal yang sehat dan tidak ada kewajiban finansial yang harus dilunasi di masa mendatang.
Oleh karena itu, perusahaan dapat dianggap solven atau memiliki solvabilitas yang baik.
Rasio rentabilitas mengalami kenaikan dikarenakan penghasilan perusahaan yang juga
semakin membaik. Payback period pada perusahaan Arum Orchid pada tahun 2020 dan 2021
termasuk dalam kategori lama karena berada di atas 3 tahun. Hal tersebut dikarenakan tahun
2020 perusahaan mengalami kerugian akibat pandemic. ROI perusahaan Arum Orchid pada
tahun 2020 yaitu -5,% dengan demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan Arum Orchid
pada 2020 menghasilkan rugi bersih(net loss). Pada tahun 2021 perusahaan Arum Orchid
memperoleh ROI 236,58% kemudian pada tahun 2022 ROA meningkat kembali sebesar
409,41%. Berdasarkan data tahun 2021 dan 2022 dapat dikatakan perusahaan Arum Orchid
semakin baik dalam kinerja bisnisnya untuk memaksimalkan profitabilitas.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada Arum Orchid yaitu usaha tersebut belum memuat
data yang lengkap sehingga data keuangan masih berantakan dan dapat mempelajari
mengenai anggaran keuangan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abuk, G. M., & Rumbino, Y. 2020. Analisis Kelayakan Ekonomi Menggunakan Metode Net
Present Value (NPV), Metode Internal Rate Of Return (IRR) Payback Period (PBP)
Pada Unit Stone Crusher di CV. X Kab. Kupang Prov. NTT. Jurnal Teknologi,
14(2), 68-75.
Atun Kariimah, M., dan Septiowati, R. 2019. Pengaruh manajemen laba dan rasio likuiditas
terhadap agresivitas pajak. J. Akuntansi Berkelanjutan Indonesia. 2(1): 17-38.
Bukian, N. M. W. P., & Sudiartha, G. M. 2016. Pengaruh Kualitas Aset, Likuiditas,
Rentabilitas dan Efisiensi Operasional terhadap Rasio Kecukupan Modal. E-Jurnal
Manajemen Unud, 5(2), 1189-1221.
Bustomi, B. 2013. Akuntansi Biaya Edisi 4. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Endaryono, B. T., & Ariwibowo, P. (2021). Pengaruh Biaya Pemasaran, Omzet Penjualan
terhadap Laba Perusahaan. Reslaj: Religion Education Social Laa Roiba Journal,
3(1), 124-136.
Fithriyandini, A., M. D. Maghfoer, dan T. Wardiyati. 2015. Pengaruh media dasar dan 6-
benzylaminopurine (BAP) terhadap pertumbuhan dan perkembangan nodus tangkai
bunga anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) dalam perbanyakan secara in vitro. J.
Produksi Tanaman, 3 (1) : 43 – 49.
Hartati, S., dan L. Darsana. 2015. Karakterisasi anggrek alam secara morfologi dalam rangka
pelestarian plasma nutfah. J. Agronomi Indonesia, 43 (2) : 133 – 139.

Kamal, M. B. (2018). Pengaruh Receivable Turn Over Dan Debt To Asset Ratio
(DAR) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perusahaan Pertanian Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia (BEI). J. Ilmiah Manajemen Dan Bisnis, 17(2).
Kasmir. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Ed rev 2008. Jakarta: Raja Grafindo
Press.
Kurniawan, R. 2019. Analisis studi kelayakan keuangan sentra peningkatan performa
olahraga Indonesia (SP2OI) di Menara Mandiri. J. Ilmiah Akuntansi dan Keuangan 2
(1): 23-36.
Maharti, D. S. 2019. Analisis pendapatan usahatani dan harga pokok produksi cabai merah di
Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur. J. Penelitian Agrisamudra,
6(2): 104-115.
Manuho, P., Z. Makalare, T. Mamangkey, N. S. Budiarso. 2021. Analisis Break Even Point
(BEP). J. Ipteks Akuntansi bagi Masyarakat 5 (1): 21-28.
Mu’arifin, H. dan P. Irawan. 2021. Analisis kinerja keuangan perusahaan ditinjau dari
rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas. J. Syntax Idea 3 (3): 533-545.
Murnawati. 2016. Analisis payback period sebagai dasar kelayakan investasi. J. Ilmu
Manajemen 2 (2): 117-124.
Mulyadi. 2014. Akuntansi Biaya. Edisi Ke-5. Cetakan Keduabelas. Yogyakarta: UPP-STIM
YKPN.
Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya. Edisi ke 5, Penerbit UPP STIM YKPN,Yogyakarta.
Ningsih, R., S. Ambardini, dan D. Denofia. 2014. peranan jamur rhizoctonia sp. asal taman
nasional rawa aopa watumohai sulawesi tenggara terhadap keberhasilan aklimatisasi
dan laju pertumbuhan planlet anggrek macan (Grammatophyllum scriptum BL.). J.
Al-Kauniyah, 7 (2) : 58 – 68.
Nurazhari, D. dan Dailibas. 2021. Pengaruh penjualan dan harga pokok penjualan terhadap
laba bersih. J. of Economic, Business and Accounting 4 (2): 509-515

Octaviani, S., & Komalasari, D. 2017. Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, dan Solvabilitas
Terhadap Harga Saham. JAK (Jurnal Akuntansi) Kajian Ilmiah Akuntansi, 4(1).
Oktaviani, S. dan D. Komalasari. 2017. Pengaruh likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas
terhadap harga saham (studi kasus pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia). J. Akuntansi 3 (2): 77-89.
Purba, B. R. M., dan D. Saptadi. 2019. Karakterisasi beberapa jenis anggrek berdasarkan
karakter morfologi characterization of several types of orchids based on
morphological characters. Jurnal Produksi Tanaman, 7 (7) : 1258 – 1263.
Putra, A. N. D. A. dan P. V. Lestari. 2016. Pengaruh kebijakan dividen, likuiditas,
profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. J. Manajemen Unud
5 (7): 4044-4070.
Rachdian, R., & Achadiyah, B. N. 2019. Pengaruh Basic Earnings Power (BEP), Market
Value Added (MVA), Dan Return On Investment (ROI) Terhadap Return Saham.
Nominal: Barometer Riset Akuntansi dan Manajemen, 8(2), 239-254.
Rizqia, Dwita Ayu, Siti Aisjah dan Sumiati. 2013. Effect of Managerial Ownership, Financial
Leverage, Profitability, Firm Size, and Investment Opportunity on Dividend Policy
and Firm Value. Research Journal of Finance and Accounting. 4(11) : 120-130.
Rompas, G. P. 2013. Likuiditas Solvabilitas Dan Rentabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Bumn Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 1(3).
Satriani, D., & Kusuma, V. V. 2020. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dan Harga Pokok
Penjualan Terhadap Laba Penjualan. J. Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, &
Akuntansi), 4(2): 438-453.
Setiadi, P. 2014. Perhitungan harga pokok produksi dalam penentuan harga jual pada CV.
Minahasa Mantap Perkasa. J. Berkala Ilmiah Efisiensi. Vol. 14(2).
Solekhah, F., W. A. Zakaria dan L. Marlina. 2018. Analisis harga pokok produksi dan harga
pokok penjualan jagung di Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung
Timur. J. Ilmu-Ilmu Agribisnis, 6(4): 422-429.
Suffah, R., dan Riduwan, A. 2016. Pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan dan
kebijakan dividen pada nilai perusahaan. J. Ilmu Dan Riset Akuntansi (JIRA), 5 (2) :
1-3.
Sulistiani, H., Yanti, E. E., & Gunawan, R. D. (2021). Penerapan Metode Full Costing pada
Sistem Informasi Akuntansi Biaya Produksi (Studi Kasus: Konveksi Serasi Bandar
Lampung). Jurnal Ilmiah Sistem Informasi Akuntansi, 1(1), 35-47.
Wananda, M., M. Hendrich, dan F. Husin. 2021. Perhitungan biaya modal untuk menganalisa
kinerja keuangan. J. EKSISTANSI. 10 (1) : 1 – 6.
Wanda, A. P., & Halimatusadiah, E. 2021. Pengaruh Solvabilitas dan Profitabilitas terhadap
Penghindaran Pajak. Jurnal Riset Akuntansi, 59-65.
Wangarry, A. R., Poputra, A. T., & Runtu, T. 2016. Pengaruh Tingkat Return on Investment
(ROI), Net Profit Margin (NPM), Dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga
Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal EMBA: Jurnal Riset
Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 3(4).
Widyastuti, T. 2018. Teknologi Budaya Tanaman Hias Agribisnis. CV Mine. Yogyakarta.
Yurian, S. R., Manik, T., & Adel, J. F. 2020. Analisis Revenue Cost Ratio, Payback Period
Dan Break Even Point Untuk Menilai Kelayakan Usaha Pada Usaha Kerupuk
Diwilayah Kelurahan Sei. Lekop Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan.
Student Online Journal (SOJ) UMRAH-Ekonomi, 1(2), 342-349.
Mufriantie, F., & Saputra, I. (2020). Analisis Break Even Point dan Return Of Investment
pada Usaha Ikan Asin di Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung Melayu Kota
Bengkulu. Jurnal Agribis, 13(2).
Maulita, D., & Arifin, M. (2018). Pengaruh Return On Investment (ROI) dan Earning Per
Share (EPS) terhadap return saham syariah (Studi kasus pada perusahaan manufaktur
sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah
Indonesia periode 2012-2016). Jurnal Manajemen, 8(1).
LAMPIRAN

Dokumentasi Praktikum

Anda mungkin juga menyukai