Anda di halaman 1dari 5

FENOMENA MINYAK GORENG LANGKA

“Teori Karl Marx”

Disusun oleh :

1. Safitri (07021382126138)
2. Putri Nabila (07021382126139)
3. Nuralifa Safira Ramadani (07021382126146)
4. Masayu Syira Abelia (07021382126147)
5. M. Hafiz Oktariyaldi (07021282126056)
6. Rintan Trinanda Resta (07021382126151)
7. Nico Hermanus Simamora (07021382126140)
8. Muhammad Fikri Pratama (07021382126150)
9. Muhammad Badri Ghalib (07021382126132)
10. Bela Belinda (07021382126187)
11. M.Gibran zamzami i (07021382126155)

Dosen pengampu:

Abdul Kholek, S.Sos., M.A


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak goreng merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia. Berdasarkan IHK
(Indeks Harga Konsumen) Indonesia, minyak goreng memiliki kontribusi yang besar.
Hal tersebut karena minyak goreng merupakan salah satu barang yang dikonsumsi
masyarakat setiap harinya. Kelangkaan minyak goreng disebabkan karena ada kenaikan
dari sisi permintaan (demand) dan penurunan dari sisi penawaran (supply). Beberapa
faktor berikut menjadi penyebabkan penurunan supply, utamanya produsen mengalami
penurunan dalam memasarkan minyak goreng di dalam negeri.

Kelangkaan minyak goreng terjadi di berbagai daerah di Indonesia dalam beberapa bulan
terakhir. Hal ini kemudian menyebabkan harga minyak goreng naik hingga dua atau tiga
kali lipat di pasaran. Sejauh ini, pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan dari
pengaturan batas kuota ekspor sawit hingga mengatur distribusi minyak goreng serta
menindak penimbun produk minyak goreng. Namun, kelangkaan minyak goreng di
pasaran tetap saja terjadi sehingga terdapat antrian panjang ibu rumah tangga untuk dapat
membeli minyak goreng dengan harga diatas normal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian:
“Bagaimana analisis dari langka nya minyak goreng menurut teori Karl Marx?”.

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah: Menganalisis kelangkaan minyak minyak goreng dan mengetahui penyebab
terjadinya melalui teori Karl Marx.
BAB II

PEMBAHASAN

Analisis kelangkaan minyak goreng menurut teori Karl Marx

Teori Konflik
Sungguh ironi, Indonesia yang merupakan lumbung sawit, sehingga menjadi penghasil
terbesar crude palm oil (CPO) di dunia masih dihadapkan pada persoalan kelangkaan minyak
goreng. Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyampaikannya bahwa stok minyak
goreng di pasaran harusnya melimpah. Akan tetapi, minyak goreng seakan-akan langka dan
akibatnya harganya pun melonjak. Salah satu hal yang dicurigai sebagai penyebabnya adalah
minyak goreng yang seharusnya untuk rakyat justru malah terserap oleh pelaku industri.
ketersediaan minyak sawit sebagai bahan baku minyak goreng yang terkumpul dalam
kebijakan domestic market obligation (DMO) sudah cukup besar. Seharusnya hal ini dapat
membuat minyak goreng di pasaran melimpah.

Faktor penyebab kelangkaan minyak goreng sedang ditelusuri dengan ketat saat ini. Adanya
dugaan penimbunan minyak goreng yang dilakukan oleh para mafia pangan pun beredar di
kalangan masyarakat. Asumsi ini tak bisa dipungkiri, mengingat susahnya para warga
menemukan ketersediaan minyak goreng di pasar dan toko bahan pangan. Masyarakat tidak
berpikir lagi untuk saling menghormati, saling membantu dan mengasihi, dapat disimpulkan,
bahwa kini nilai gotong royong sudah mulai sirna. Kelangkaan dan harga mahal minyak
goreng di pasar tradisional serta ritel modern menambah beban hidup masyarakat di tengah
pandemi Covid-19. Berbagai cara ditempuh masyarakat, khususnya dari kalangan ekonomi
menengah ke bawah, agar tetap bisa "menikmati" goreng untuk kebutuhan rumah tangga dan
berniaga.

Pemerintah harus segera melakukan langkah konkret. Ada akal-akalan dari pemerintah untuk
menghindari kegaduhan di masyarakat soal kelangkaan minyak goreng. Permainan-
permainan seperti ini akhirnya menujukan bahwa pemerintah tak menjalankan fungsinya,
sehingga distributor minyak goreng dapat semaunya mematok harga. Kelangkaan minyak
goreng di pasar tradisional tentu sangat merugikan pedagang kecil karena konsumen lebih
memilih berbelanja di pasar-pasar modern. Pasar tradisional kehilangan pelanggan akibat
diskriminasi pemerintah dalam menentukan harga dan pasokan minyak goreng.
Teori Alienasi
Hal lain yang diduga juga menjadi faktor penyebab kelangkaan minyak goreng adalah karena
fenomena panic buying. Beberapa waktu lalu, warga berbondong-bondong memborong
semua persediaan minyak goreng di pasaran, dan perilaku ini tak hanya terjadi di satu daerah
melainkan di seluruh pelosok Indonesia. kelangkaan minyak goreng yang diduga ditahan para
pengusaha pengolah minyak sawit menimbulkan kepanikan sehingga berdampak pada
perilaku individualisme di masyarakat.

Gejolak politik, stabilitas harga minyak sawit, pasokan bahan baku, hingga biaya angkut
menjadi faktor pendorong yang berdampak pada keresahan sosial di tengah-tengah
masyarakat. Keresahan sosial ini tergambar dari sebagian masyarakat yang rela antre lama
untuk mendapatkan minyak goreng dengan harga murah. Panik belanja (panic buying)
minyak goreng terjadi lantaran pasokan minyak goreng belum lancar. Perilaku oportunistis
atau aksi ambil untung dan penimbunan juga marak terjadi. Pemerintah memang telah
mengambil sejumlah kebijakan untuk menstabilkan stok dan harga minyak goreng, tetapi
masalah belum kunjung terpecahkan.

Mendag mengimbau masyarakat tidak perlu melakukan pembelian dalam jumlah besar atau
panic buying minyak goreng dalam menghadapi isu kelangkaan minyak goreng. Panic buying
akan memberikan dampak negatif dalam upaya pemerintah menjaga ketersediaan minyak
goreng di pasaran.
DAFTAR PUSTAKA

https://tirto.id/mengenal-3-teori-besar-sosiologi-dari-durkheim-karl-marx-weber-f8oL

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5921289/aksi-panic-buying-di-balik-
kelangkaan-minyak-goreng

https://jatengprov.go.id/publik/stok-melimpah-kelangkaan-minyak-goreng-disinyalir-karena-
masalah-distribusi/

Anda mungkin juga menyukai