Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322064587

KOMUNITAS KRUSTASEA DI PERAIRAN SELATAN JAWA COMMUNTY OF


CRUSTACEANS IN SOUTH JAVA WATERS

Article · January 2015

CITATIONS READS

0 926

2 authors:

Rianta Pratiwi Afriadi Ernawati Widyastuti


National Research and Innovation Agency Indonesian Institute of Sciences
42 PUBLICATIONS   182 CITATIONS    20 PUBLICATIONS   20 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Crustacean in Seagrass Lampung Bay View project

Mangrove crustacean View project

All content following this page was uploaded by Rianta Pratiwi Afriadi on 26 December 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Komunitas Krustasea di Perairan Selatan Jawa

KOMUNITAS KRUSTASEA DI PERAIRAN SELATAN JAWA

COMMUNTY OF CRUSTACEANS IN SOUTH JAVA WATERS

Rianta Pratiwi dan Ernawati Widyastuti


Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI, Jakarta
Jln. Pasir Putih 1, Ancol Timur. 14330
Email: r_pratiwi_99@yahoo.com dan ernawidya@yahoo.com

Abstrak
Terletak di tepi Samudera Indonesia dan termasuk Laut Selatan Jawa yang memiliki gelombang tinggi.
Tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui jenis-jenis krustasea yang dapat bertahan
hidup di daerah perairan bergelombang tinggi. Keberadaan krustasea tidak bervariasi, kebanyakan
hanya dari jenis-jenis yang dapat beradaptasi dengan kondisi alam yang ekstrem (bergelombang
tinggi). Krustasea yang dijumpai terdiri dari non komersial dan komersial baik dari jenis kepiting
maupun udang yang biasanya hidup dan bersembunyi di bawah batu karang. Kelompok non komersial
yang paling dominan ditemukan diantaranya adalah Ocypodidae (39%), Xanthidae (30%), dan
Porcellanidae (12%) sedangkan di daerah mangrove kelompok Sesarmidae (7%), Grapsidae (3%), dan
Alpheidae (2%) yang mendominasi. Untuk jenis komersial didominasi oleh: kelompok Penaeidae
(53%), Metapenaeidae (36%) dan Portunidae (4%). Krustasea non komersial ditemukan sebanyak 653
individu terdiri dari: 1 ordo, 6 suku, 27 jenis kepiting, 2 jenis udang dan 4 jenis kelomang. Sedangkan
krustasea komersial sebanyak 165 individu yang terdiri dari: 1 ordo, 4 suku, 4 jenis kepiting dan 11
jenis udang. Tujuan utama penelitian ini yaitu, untuk mengetahui jenis-jenis krustasea yang dapat
bertahan hidup di daerah perairan bergelombang tinggi seperti di Trenggalek maupun di Tulung
Agung.
Kata kunci: Krustasea, Gelombang tinggi, Pantai Prigi, Damas Cengrong dan Popoh, dan Laut Selatan
Jawa
.

Abstract
Trenggalek and Tulung Agung is located in the district of East Java province. Prigi, Damas,
Cengkrong and Popoh beach are contained in these two districts. Located on the edge of Indonesia
Ocean, and including South Java Sea which has a high wave. The main purpose of this study is to
determine the types of crustaceans that can survive in the area of the high wavy waters. The existence
of crustaceans is not varied, mostly just from the species that can adapt to extreme natural conditions
(wave height). The results shows that crustaceans were found consisting of both non- commercial and
commercial from crab and shrimp species that normally live and hide under a rock. Most non-
commercial groups predominantly found include Ocypodidae (39 %), Xanthidae (30%) and
Porcellanidae (12%), while in the mangrove area Sesarmidae group (7%), Grapsidae (3%) and
Alpheidae (2%) that dominates. For commercial species are dominated by: Penaeidae group (53 %),
Metapenaeidae (36%) and Portunidae (4%). Non-commercial crustaceans found as many as 653
individuals consisting of: 1 ordo, 6 families, 27 species of crabs, 2 species of shrimp and 4 species of
hermit crabs. While commercial crustacean as many as 165 individuals consisting of: 1 ordo, 4 family,
4 species of crab and 11 shrimp species. The main objective of this study is to determine the species of
crustaceans that can survive in areas of high wavy waters like in Trenggalek and in Tulung Agung.
Keywords: Crustacea, high energi surging, sea shore, Prigi, Damas, Cengrong, dan Popoh, and South
Java Sea

292 Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XII ISOI 2015


Banda Aceh, 10-12 Desember 2015
Pratiwi & Widyastuti

I. PENDAHULUAN
Kabupaten Trenggalek yang berada di bagian selatan Jawa Timur, sekitar 186
km dari Surabaya berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Kabupaten
Trenggalek memiliki pantai yang bergelombang tinggi di antaranya pantai pasir putih
Prigi, pantai Damas, pantai Karanggongso dan pantai Cengkrong, sedangkan
Kabupaten Tulung Agung memiliki pantai Popoh dan pantai Sidem. Pantainya
berpasir dan berbatu berwarna cokelat serta air laut yang keruh.
Penelitian krustasea di daerah bergelombang tinggi belum pernah dilakukan.
Pantai-pantai di daerah Trenggalek dan Tulung Agung merupakan perairan laut
Selatan yang memilki gelombang tinggi dan kuat yang menyimpan beragam potensi
dan nampaknya belum dioptimalkan. Di kedua daerah tersebut terdapat aktivitas
perikanan, wisata dan budaya. Banyaknya nelayan menarik jaring di pantai Prigi
(Trenggalek) dan pantai Sidem (Tulung Agung) di pagi hari hingga sore sangat
menarik wisatawan dan hal tersebut menujukan poteni perikanan yang sangat baik.
Kemungkinan perairan tersebut masih memiliki lingkungan dan potensi perikanan
yang sangat baik. Oleh karena itu penelitian pendahuluan di daerah tersebut sangat
perlu dilakukan.
Penelitian-penelitian tentang komunitas krustasea telah banyak dilakukan
biasanya diperairan yang tenang dan tidak bergelombang, seperti yang dilakukan oleh
Pratiwi (2006) di Kalimantan Timur, Pratiwi & Aswandy (2010) di Teluk Lampung
dan Pratiwi & Wijaya (2012) di Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa di daerah
yang lebih tenang memiliki keanekaragaman yang cenderung tinggi.
Tujuan utama penelitian ini yaitu, untuk mengetahui jenis-jenis krustasea yang
dapat bertahan hidup dan keanekaragaman jenisnya di daerah perairan bergelombang
tinggi khususnya Trenggalek dan Tulung Agung.

II. METODE PENELITIAN


Penelitian dilakukan dari 10 sampai dengan 21 Mei 2011 di Trenggalek
(pantai Pasir Putih Prigi, pantai Damas, pantai Karanggongso dan pantai Cengkrong)
dan Tulung Agung (pantai Popoh dan pantai Sidem). Metode yang dilakukan adalah
koleksi bebas, yaitu dengan cara membalik batu, memecah batu karang dan menggali
lubang tempat krustasea berada. Krustasea yang terdapat di bawah batu-batu diambil
dengan tangan atau digali dengan menggunakan sekop dan dicatat posisi kordinatnya
dengan menggunakan GPS. Lokasi pengambilan sampel diperlihatkan pada Gambar
1. Untuk krustasea yang memiliki nilai komersial (udang dan kepiting) diambil
melalui jaring nelayan yang telah ditebar selama setengah hari (sekitar 10 jam).
Sampel krustasea yang diperoleh diawetkan menggunakan alkohol 70 % dan
diidentifikasi dengan menggunakan kunci-kunci identifikasi berdasarkan
kelompoknya serta dilakukan di laboratorium Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI
(P2O).

Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XII ISOI 2015 293


Banda Aceh, 10-12 Desember 2015
Komunitas Krustasea di Perairan Selatan Jawa

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel di Kabupaten Trenggalek dan Tulung Agung,


Selatan Jawa.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Populasi krustasea yang berhasil ditemukan dan diidentifikasi dari perairan
Trenggalek dan Tulung Agung, Selatan Jawa keseluruhan diperoleh krustasea
komersial sebanyak 165 individu yang terdiri dari 1 ordo, 4 famili, 4 spesies kepiting
dan 11 spesies udang, sedangkan krustasea non komersial yang terdiri dari 653
individu, 1 ordo, 6 suku, 27 spesies kepiting, 2 spesies udang dan 4 spesies kelomang
(Tabel 1). Komunitas krustasea ditandai dengan rendahnya kekayaan jenis yang
memicu terjadinya dominansi spesies (jenis yang kuat hidup dan berhasil beradaptasi
dengan kondisi perairan yang ekstrem).

Tabel. Jumlah individu, jenis dan suku kepiting komersial dan non komersial
Jumlah individu Jumlah jenis ordo suku
Kepiting komersial 165 15 1 4
Kepiting non komersial 653 33 1 6

Kepiting Uca dussumieri dari famili Ocypodidae berhasil beradaptasi dan


mencapai 83 individu/mm2 dari jumlah total individu yaitu 252 individu/mm2. Indeks
Keanekaragaman (H) di perairan bergelombang tinggi hanya berkisar H= 0.20-0.35,
Indeks ini menunjukkan bahwa keragaman jenis kepiting Uca. di perairan pesisir yang
bergelombang tinggi lebih rendah daripada di perairan pesisir bergelombang rendah.
Indeks Keanekaragaman di pesisir Kalimantan Timur dan Lampung lebih tinggi
dibandingkan dengan pesisir Selatan Jawa. Indeks Keanekaragaman krustasea di
perairan pesisir Kalimantan Timur berkisar antara 1.7-2.2 ( Pratiwi, 2006a) dan di
pesisir Lampung berkisar antara 0.37- 2.10 (Pratiwi & Aswandy, 2010) (Tabel 2).
Proporsi komunitas krustasea di lokasi penelitian berdasarkan Indeks
Dominansi secara mutlak didominasi oleh kepiting non komersial yaitu: Ocypoidae
(39%), Xanthidae (30 %), Porcellanidae (12%), Anomura (7%), Sesarmidae (7%),
Grapsidae (3%), Alpheidae (2%) dan yang komersial Penaidae (53%), Metapenaeidae
(36%), Portunidae (4%), Palinuridae (4%) dan Stomatopoda (3%) (Gambar 2 dan 3).

294 Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XII ISOI 2015


Banda Aceh, 10-12 Desember 2015
Pratiwi & Widyastuti

Tabel 2. Indeks Keanekaragaman krustasea di perairan pesisir Kalimantan Timur,


pesisir Lampung dan selatan Jawa
Indeks Kaltim Lampung Selatan Jawa
H 1.38-2.03 0.37-2.10 0.20-0.35
D (%)
Feneropenaeus merguiensis 68
Perisesarma dussumieri 42
Uca dussumieri 39
Jumlah jenis non komersial 272 144 15
Jumlah Individu non komersial 7082 1129 165
Jumlah jenis komersial 129 103 33
Jumlah Individu non komersial 1016 859 653

40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%

Gambar 2. Dominansi jenis-jenis krustasea non komersial dari pantai Prigi, Damas,
Cengkrong dan Popoh

60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Gambar 3. Dominansi jenis-jenis krustasea komersial dari pantai Prigi dan Popoh

Semua spesies krustasea yang ditemukan di daerah tersebut kebanyakan


merupakan spesies-spesies yang beradaptasi terhadap gelombang keras dan ditemukan
di daerah mangrove serta daerah berbatu. Adapun krustasea tersebut adalah dari famili
sebagai berikut:

Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XII ISOI 2015 295


Banda Aceh, 10-12 Desember 2015
Komunitas Krustasea di Perairan Selatan Jawa

Famili Ocypodidae
Famili Ocypodidae merupakan kepiting yang hidup di daerah rawa-rawa
mangrove. Kepiting genus Uca merupakan anggota dari famili Ocypodidae yang
paling dominan untuk krustasea non komersil (39%) yang hidup dalam lubang-lubang
di rawa-rawa mangrove. Spesies Uca spp. yang ditemukan memiliki komunitas
tersendiri, hidup secara berkelompok dalam lubang-lubang di daerah mangrove,
Cengkrong dengan substrat lumpur yang halus dan padat. Kepiting Uca tersebut
banyak ditemukan di daerah mangrove yang terbuka dan spesies yang paling banyak
ditemukan adalah Uca dussumieri (83 individu/mm2), Uca arcuata (60
individu/mm2), Uca tetragonon (46 individu/mm2), Uca coarctata (27 individu/mm2),
Uca vocans (17 individu/mm2), Uca lactea (14 individu/mm2), Uca urvillei (3
individu/mm2) dan Uca annulipes (2 individu/mm2).
Lubang kepiting dapat dijadikan sebagai tempat tinggal dan memberikan
perlindungan yang aman terhadap temperatur, predator, salinitas yang ekstrem dan
serangan dari sesama kepiting (Pratiwi, 2006a; Pratiwi & Aswandy, 2010), sehingga
beberapa spesies kepiting lebih senang tinggal di bagian dalam lubang (Macintosh,
1978), karena air yang berada di dalam lubang galian dapat membantu pengaturan
suhu tubuh melalui evaporasi (Smith & Miller, 1973).
Kepiting-kepiting Ocypodidae membangun lubang dan menempatinya setelah
postlarva melekat di daerah mangrove (Smith & Miller, 1973). Kemampuan respirasi
merupakan masalah yang khusus bagi kepiting-kepiting mangrove. Temperatur yang
tinggi, tidak adanya air, tidak ada tempat berlindung menambah sulit proses respirasi
bagi kepiting yang tidak dapat beradaptasi dengan mangrove. Sebaliknya di dalam
lubang galiannya, kepiting-kepiting mangrove dapat bernafas meskipun dengan
oksigen rendah (Pratiwi, 2006b).
Famili Xanthidae
Famili Xanthidae adalah kepiting yang hidup di bawah batu-batu, sehingga
dikenal juga sebagai kepiting batu. Xanthidae ditemukan sebanyak 30 % dari populasi
di lokasi penelitian. Jenisnya sangat banyak, tetapi tidak semua jenis dapat hidup di
lingkungan yang bergelombang tinggi seperti di pantai Prigi dan pantai-pantai lainnya
di Selatan Jawa. Kepiting Xanthidae yang dapat bertahan hidup di pantai-pantai
Selatan Jawa adalah Xanthias sp. (64 individu/mm2), Atergatis floridus (59
individu/mm2) Phymodius sp. (26 individu/mm2), Etisus sp. (19 individu/mm2),
Paraxanthias sp. (11 individu/mm2), Epixanthus frontalis (10 individu/mm2) dan
Liomera edwardsi (10 individu/mm2) merupakan kelompok yang banyak dijumpai.
Kepiting Xanthidae mempunyai habitat yang beranekaragam dari setiap
jenisnya, mulai dari perairan laut dalam, dangkal, berlumpur, berpasir dan batu-batu
karang. Selain itu, kepiting ini juga dijumpai di daerah pasang surut sampai batas
aliran air tawar. Sebaran menurut kedalamannya hanya terbatas pada paparan benua
(continental self) dengan kisaran kedalaman perairan 0-32 m (Pratiwi & Aswandy,
2010; Widyastuti & Pratiwi, 2011).
Famili Porcellanidae
Terdapatnya spesies dominan di daerah-daerah dengan kondisi lingkungan
yang ekstrem sangat lazim ditemukan. Contohnya kepiting genus Petrolisthes yang
hidup di bawah batu-batu di daerah perairan yang selalu terhempas oleh gelombang
yang tinggi, dapat hidup dan beradaptasi dengan baik (Stillman & Somero, 1996;
Stillman, 2000). Hanya jenis-jenis yang dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan
tersebut yang dapat terus bertahan hidup. Mereka hidup di dalam lubang atau

296 Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XII ISOI 2015


Banda Aceh, 10-12 Desember 2015
Pratiwi & Widyastuti

berendam dalam substrat lumpur dan merupakan penghuni tetap hutan mangrove
(Pratiwi, 2006b).
Jenis yang paling banyak ditemukan untuk Porcellanidae (12%) adalah dari
spesies Petrolisthes elongatus (54 individu/mm2) dan P. armatus (25 individu/mm2).
Kepiting jenis tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kropp
(1981); Achituv & Pedrotti (1999); Johnston & Freeman (2005); Adam (2005); dan
Cowels (2005) yang meneliti dua jenis kepiting tersebut dari habitat dan makanannya.
Makanan dari kepiting jenis Petrolisthes berupa filter feeder, detritus dan atau
phytoplankton (diatom) serta potongan-potongan algae yang terbawa oleh
gelombang.
Organisme yang hidup dalam zona intertidal akan terkena kondisi laut saat
pasang tinggi dan kondisi daratan saat air surut. Jenis tersebut mengalami fluktuasi
harian dan musiman yang lebih besar di dalam kondisi mikrohabitatnya, karena
mereka lebih besar mendapat tekanan, terpapar secara langsung pada gelombang dan
pasang surut air laut, fluktuasi suhu, panas udara, salinitas, serta kekuatan
hidrodinamika secara terus menerus pada saat muncul di pantai. Biasanya spesies
yang hidup di tempat lebih tinggi di zona intertidal lebih eurythermal daripada yang
hidup di daerah rendah.
Petrolisthes moluccensis dan P. hastatus dapat hidup pada suhu sekitar 27° C
hingga 35°C di daerah beriklim sedang dan untuk spesies yang hidup di daerah tropis
dari 36°C hingga 40°C (Stillman & Somero, 1996; Stillman, 2000). Seperti
kebanyakan di perairan Indonesia (Osawa, 2010) menemukan Petrolisthes biasa hidup
pada kondisi laut bergelombang kuat atau tinggi, ditemukan bersembunyi di bawah
batu-batu, yang tertanam di pasir atau pecahan karang batu atau di antara rumput laut
dan kerang di pantai terbuka dan terlindung.
Ordo Anomura (kelomang)
Kelompok Anomura (hermit crabs) ditemukan sebanyak 7% di lokasi
penelitian. Anomura juga dikenal sebagai kelomang dari famili Diogenidae:
Clibanarius striolatus (18 individu/mm2), Calcinus sp. (14 individu/mm2),
Clibanarius sp. (10 individu/mm2) dan Clibanarius englaucus (3 individu/mm2),
dijumpai hidup berkelompok di bawah batu-batu bersama-sama dengan spesies
Petrolisthes spp. Kelomang dapat hidup di darat dan di laut, biasanya tidak jauh dari
laut. Di laut dijumpai di bawah batu-batu karang, sedangkan di daratan lebih
menyukai tempat yang teduh. Di bawah tumpukan sampah atau juga berjalan di akar
mangrove dan di tepi pantai dengan pasir yang bersih. Kemampuan kelomang untuk
hidup di daratan ternyata didukung oleh kepandaiannya mengatur pernafasan dengan
menggunakan insang. Kelomang mengambil oksigen dari dalam air dengan
membenamkan kepalanya cukup lama. Dengan cara demikan kelomang akan tahan
berada di daratan dalam selang waktu yang lama (Stillman, 2000).
Famili Sesarmidae dan Grapsidae
Selain kelompok di atas ditemukan juga kepiting dari famili Sesarmidae (7%)
dan Grapsidae (3%) yang berada lebih ke dalam bagian dari hutan mangrove. Di
antara berbagai spesies krustasea yang terdapat pada hutan mangrove, jenis yang
paling berlimpah adalah dari sub kelas Brachyura (kepiting) dan yang paling dominan
adalah dari famili Sesarmidae dan Grapsidae. Sesarmidae terdiri dari Sesarmops
impressum (27 individu/mm2) dan Perisesarma indiarum (16 individu/mm2),
sedangkan Grapsidae terdiri dari Pachygrapsus sp. (19 individu/mm2) dan Grapsus

Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XII ISOI 2015 297


Banda Aceh, 10-12 Desember 2015
Komunitas Krustasea di Perairan Selatan Jawa

sp. (14 individu/mm2). Spesies-spesies inilah yang dijumpai paling beradaptasi di


daerah mangrove pantai Cengkrong yang selalu terkena ombak.
Famili Alpheidae
Kelompok Alpheidae dijumpai sebanyak 2%, selain kepiting non komersial
dijumpai juga spesies udang non komersial yaitu Alpheus spp. yang dapat
menimbulkan bunyi meletik, meskipun hanya dapat ditangkap satu atau dua individu
saja, tetapi sesungguhnya sangat banyak dijumpai di daerah mangrove. Alpheus
euphrosyne (9 individu/mm2) dan Alpheus lobidens (3 individu/mm2) adalah spesies
udang yang dapat menggali lubang di bawah batu-batu, batang kayu dan akar dengan
menggunakan capit besar dan mempunyai gerigi khusus di salah satu kakinya. Gigi-
giginya saling beradu dengan tekanan yang cukup kuat, sehingga menghasilkan bunyi
yang keras. Bunyi tersebut berfungsi untuk melindungi dirinya dari pesaing dan
pemangsa (Kelvin et al., 2001).
Udang Alpheus memiliki tubuh yang kecil (5 – 20 mm) dan tidak dapat
dimakan atau tidak memiliki nilai ekonomis bagi perikanan. Keberadaannya di alam
sangat bervariasi, terutama bila ditinjau dari segi bioekologisnya. Jenis udang genus
ini mendiami berbagai macam habitat pada terumbu karang baik di daerah tropis
maupun sub-tropis. Kebanyakan spesies udang ini ditemukan pada daerah mangrove,
lamun dan koloni karang hidup atau bersembunyi di bawah karang batu yang telah
mati dan menyukai perairan yang jernih (Pratiwi, 2002; Bezerra & Almeida 2008).
Perbedaan indeks dominansi di antara kelompok krustasea disebabkan karena
adanya perbedaan pemilihan habitat dari masing-masing spesies. Ada spesies yang
cenderung memilih bebatuan sesuai dengan ukuran tubuhnya dan biasanya
disesuaikan pula dengan sumber pakan dan kondisi lingkungan setempat. Pernyataan
ini didukung pula oleh Faozan (2004) yang menyatakan bahwa kecenderungan biota
untuk memilih habitatnya akan menyebabkan tinggi rendahnya indeks dominansi di
suatu tempat. Pemilihan tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan makanan dan kondisi
lingkungan yang mendukung untuk kehidupan spesies tersebut.
Famili Penaeidae dan Metapenaeidae
Penaidae dijumpai sekitar 53% dan Metapenaeus sebesar 36%, merupakan
kelompok udang-udang niaga yang diperoleh menggunakan jaring nelayan.
Metapenaeus ensis (60 individu/mm2), Penaeus semisulcatus (54 individu/mm2)
Fenneropenaeus merguiensis (24 individu/mm2), Penaeus monodon (6
individu/mm2) dan Fenneropenaeus indicus (4 individu/mm2) adalah spesies-spesies
yang ditemukan di Prigi dan Popoh. Dari banyaknya spesies udang laut yang terdapat
di perairan Indonesia, ada 11 spesies yang dapat dikategorikan mempunyai nilai niaga
penting. Genus Penaeus merupakan komoditas ekspor terpenting, genus
Metapenaeus juga merupakan spesies penting ke dua dan disusul oleh lobster
(Panulirus spp) dan kemudian udang air tawar (Macrobrachium).
Famili Portunidae
Kepiting Portunus atau lebih dikenal dengan sebutan rajungan merupakan
salah satu spesies dari kepiting famili Portunidae yang dijumpai sekitar 4%,
mempunyai anggota paling banyak jenisnya dan dapat dimakan. Sebagai contoh
rajungan yang paling terkenal adalah Portunus pelagicus yaitu sejenis kepiting renang
atau swimming crab. Disebut demikian karena memiliki sepasang kaki belakang yang
berfungsi sebagai kaki renang dan berbentuk seperti dayung. Spesies- spesies yang
tertangkap oleh jaring nelayan adalah Portunus trituberculatus (4 individu/mm2),

298 Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XII ISOI 2015


Banda Aceh, 10-12 Desember 2015
Pratiwi & Widyastuti

Portunus pelagicus (1 individu/mm2), Portunus sanguinolentus (1 individu/mm2) dan


Charybdis feriatus (1 individu/mm2).
Famili Palinuridae dan Stomatopoda
Palinuridae yang ditemui hanya sebanyak 4% dan Stomatopoda sebanyak 3%,
merupakan lobster di perairan Prigi yang sangat diburu, harganya mahal dan banyak
diperdagangkan melalui pengumpul. Oleh karenanya harganyapun semakin mahal.
Panulirus versicolor (2 individu/mm2), Panulirus ornatus (2 individu/mm2),
Panulirus homarus (1 individu/mm2) dan Panulirus longipes (1 individu/mm2) adalah
spesies-spesies yang banyak ditemui. Sedangkan Udang Pengko atau Mantis
Harpiosquilla harpax (3 individu/mm2) dan Oratosquilla oratoria (1 individu/mm2)
kebanyakan juga diperoleh dari pengumpul atau nelayan di sekitar pantai Prigi
(Trenggalek) dan pantai Sidem (Tulung Agung).

IV. KESIMPULAN
Populasi krustasea yang berhasil diperoleh 653 individu krustasea non
komersial yang terdiri dari 1 ordo, 6 famili, 27 spesies kepiting, 2 spesies udang dan
4 spesies kelomang, sedangkan krustasea komersial sebanyak 165 individu yang
terdiri dari 1 ordo, 4 famili, 4 spesies kepiting dan 11 spesies udang. Krustasea yang
memiliki adaptasi besar terhadap lingkungan yang bergelombang tinggi adalah dari
jenis non komersial yaitu Ocypodidae, Xanthidae dan Porcellanidae. Sedangkan dari
jenis komersial adalah: Penaidae dan Metapenaeidae.
Perilaku adaptif yang kuat ditunjukkan dengan perbedaan pola kelimpahan
relatif (jumlah individu) dan perbedaan keragaman jenis. Terdapat dominasi kuat dari
kelompok-kelompok krutasea yang ditemukan, dari non komersial yaitu Ocypodidae
(39%), Xanthidae (30 %), dan Porcellanidae (12%). Sedangkan kelompok komersial
yang dominan yaitu Penaidae (53%) dan Metapenaeidae (36%). Rendahnya nilai
Indeks Keanekaragaman krustasea di daerah perairan Selatan Jawa yang
bergelombang tinggi menyebabkan timbulnya spesies dominan yang tinggi. Sehingga
komunitas krustasea di daerah yang memiliki gelombang tinggi memiliki
keanekaragaman jenis lebih rendah dibandingkan di daerah yang tenang.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada Prof. Drs. Pramudji, MSc. yang
telah memberikan kesempatan dalam penelitian di pantai-pantai Trenggalek dan
pantai-pantai Tulung Agung. Ucapan terima kasih pula saya sampaikan kepada tim
krustasea yang telah bekerjasama dalam penelitian ini baik di lapangan maupun di
laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA
Achituv, Y. & M.L. Pedrotti., 1999. Cost and gains of porcelain crab suspension
feeding in different flow conditions. Mar. Ecol. Prog. Ser. 184: 161-169.
Adams, J. M., 2005. Petrolisthes eriomerus (porcelain crab). Intertidal Organisms EZ-
ID GUIDES. Washington State University Extension - Island County.
http://beachwatchers.wsu.edu/ezidweb/animals/Petrolisthes.htm. (Download 7
Mei 2011).

Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XII ISOI 2015 299


Banda Aceh, 10-12 Desember 2015
Komunitas Krustasea di Perairan Selatan Jawa

Bezerra, L.E.A. & A.O. Almeida, 2008. Notes On Geographic Distribution Krustasea,
Decapoda, Caridea, Alpheidae, Alpheus simus Guérin-Méneville, 1856:
Further report from Brazilian waters. Check List 4(1): 57–61.
Cowles, D., 2005. Petrolisthes eriomerus Stimpson, 1871. Rosario Beach Marine
Laboratory. Walla Walla University. http://www.wallawalla.edu/academics/
departments/biology/rosario/inverts/Arthropoda/Krustasea/Malacostraca/Eu
malacostraca/Eucarida/Decapoda/Anomura/Family_Porcellanidae/Petrolisth
es_eriomerus.html. (Download 2 Agustus 2011).
Widyastuti & R. Pratiwi, 2011. Xanthidae (Crustacea, Decapoda) Di Daerah
Lamun Pulau Tikus, Kepulauan Seribu. Prosiding Seminar Nasional I. Masyarakat
Taksonomi Kelautan Indonesia (MATAKI): 259-273.
Faozan, M., 2004. Kepadatan dan penyebaran kepiting berukuran kecil di ekosistem
hutan mangrove, muara Sungai Bengawan Solo, Kecamatan Ujung Pangkah,
Gresik, Jawa Timur. Skripsi Sarjana Program Studi Ilmu Kelautan,
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Petanian Bogor: 69 hal.
Johnston, D.J. & J. Freeman., 2005. Dietary Preference and Digestive Enzyme
Activities as Indicators of Trophic Resource Utilization by Six Species Crabs.
Biol, Bull, 208: 36-46.
Kelvin, K.P, D.H. Murphy, N. Sivasothi, P.K.L.Ng, & K.S. Tan, 2001. A Guide to
Mangroves Singapore II. Peter, K.L, and N. Sivasothi (Eds), BP Guide to
Nature Series. Published by the Singapore Science Centre, Singapore: 168 pp.
Kropp, R.K., 1981. Additional porcelain crab feeding methods. Krustaseana, 40: 307-
310.
Macintosh, D.J. 1978. Some resposes of tropical mangrove fiddler crabs (Uca spp.) to
high environmental temperatures. In: Physiology and Behaviour of Marine
Organisms: (Twelfth European Marine biology symposium) (Eds. Mclusky,
D.S. & Berry, A.J.) Oxford. Pergamon Press: 49-56.
Osawa, M., 2010. Petrolisthes eriomerus Stimpson, 1871. World Register of Marine
Species.http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=431847.
(Download 2 Agustus, 2011).
Pratiwi, R. 2006a. Sebaran dan zonasi krustasea mangrove di Delta Mahakam,
Kalimantan Timur. Biosfera: 23 (3): 130-136.
Pratiwi, R. 2006b. Biologi dan Ekologi Uca spp. (Krustasea: Decapoda: Ocypodidae)
di Daerah Mangrove Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Neptunus, Majalah
Ilmiah Kelautan, 13 (1): 62-70.
Pratiwi, R. & I. Aswandy, 2010. Kondisi Fauna Krustasea Mangrove di Teluk
Lampung. Dalam: Status Sumber Daya Laut di Perairan Teluk Lampung.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2010, 82-95.
Smith, W.K. & P.C. Miller, 1973. The Thermal Ecology of Two South Florida Fiddler
Crabs: Uca rapax Smith and U. pugilator. Bosc. Physiol. Zool, 46: 186-2007.
Stillman, J. H., & G. N. Somero. 1996. Adaptation to temperature stress and aerial
exposure in congeneric species of intertidal porcelain crabs (genus

300 Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XII ISOI 2015


Banda Aceh, 10-12 Desember 2015
Pratiwi & Widyastuti

Petrolisthes): Correlation of physiology, biochemistry and morphology with


vertical distribution. J. Exp. Biol, 1845-1855.
Stillman, J. H., 2000. Evolutionary History and Adaptive Significance of Respiratory
Structures on the Legs of Intertidal Porcelain Crabs, Genus Petrolisthe,
Physiological and Biochemical Zoology 73(1):86–96.
Warhdani, W. D., 2006. Penataan dan Pengembangan Kawasan Pantai Prigi Sebagai
Objek Wisata Pantai Di Kabupaten Trenggalek. Skripsi Sarjana Teknik,
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 116 hal.

Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XII ISOI 2015 301


Banda Aceh, 10-12 Desember 2015

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai