Pengantar
Gagasan besar pendirian Unika St. Thomas sebagai wadah
tinggi Katolik bagi orang-orang kecil dan pinggiran tetapi memiliki
kualitas intelektual yang tinggi berasal dari Uskup Agung Medan
Mgr. A.G. Pius Datubara, yang saat itu prihatin melihat kualitas
Pendidikan Tinggi di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.
Maka, pada 3 September 1984 berdirilah Unika St. Thomas.
Sebagai Lembaga akademik Universitas Santo Thomas diharapkan
turut mengkaji permasalahan masyarakat dan kebudayaan,
menegakkan keadilan demi masa depan manusia dengan
kebebasan akademik demi otonomi ilmu pengetahuan. Dalam
Konstitusi Apostolik Tentang Universitas Katolik EX CORDE
ECCLEIAE Gereja menerima kebudayaan manusia, otonomi ilmu
pengetahuan dan mengakui kebebasan akademik pada ilmuwan.
1
berkembang) dengan membangun jati diri dan spritualitas
yang kuat.
1. Pendirian Unika St. Thomas, Medan, merupakan salah
satu jawaban untuk mengurangi budaya Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme yang saat itu mulai berkecambah di
negeri ini. Motto Unika St. Thomas, Medan, yakni
UTOS: Unggul, Transparan, Option for the poor, dan
Solidaritas.
2. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap orang. Hal ini
sejalan dengan pemikiran Paulo Freira dan ahli filsafat
Alfred North Whitehead. Pendidikan harus membawa
konsientasi yakni penyadaran pada pembebasan untuk
mengangkat harkat dan martabat yakni dehumanisasi
pemanusiaan manusia. Alfred North Whitehead
mengamfirmasi pemikiran Paulo Freira dengan
menekankan pendidikan yang berdaya guna. Pendidikan
yang berdaya guna adalah apabila bahan-bahan yang
diterima digunakan, diuji, dan dikombinasikan ke dalam
kehidupan manusia.
3. Tujuan utama pendidikan (edukasi) adalah untuk
menyingkapkan kebenaran, kejujuran, dan keadilan
(veritas, probitas, dan iustitia) serta untuk menyelematkan
umat manusia dari kesesatan (the darkness of error) dan
berhala (idolatry). Pendidikan dan pengajaran membantu
setiap orang menjadi orang dewasa mandiri dalam
kehidupan bermasyarakat dan berorganisasi. Teras dari
kematangan itu adalah kemampuan bernalar dan
bertutur. Mampu menilai kesimpulan-kesimpulan tanpa
terbawa oleh perasaan.
4. Orang berpendidikan diharapkan dengan sendirinya akan
mengembangkan kemampuannya untuk mengatasi
kesulitan, merealisasikan diri dan menyesuaikan hidup
dengan kehendak Sang pencipta. Manusia atau seseorang
2
akan terbentuk oleh pendidikan (edukasi) yang dia perolah
sehingga dia mampu memimpin.
5. Dalam proses pendidikan, peran pendidik sangat
penting dan mendasar. Seorang pendidik tidak boleh
menjadi seorang yang hanya tahu bidangnya sendiri.
Dia harus berwawasan luas karena harus mendidik
orang dengan ragam latar belakang. Ia bukan orang
yang mengetahui segala-galanya tapi terbuka kepada
segala-galanya. Membangun rasa percaya diri dengan
berani berdialog/diskusi, mendengar, menghargai, tau etika,
rajin membaca karya-karya ilmiah dan mampu berefleksi
dan memiliki spritualitas.
SPRITUALITAS
Hasil akhir yang diharapkan dari pendidikan dan
pembinaan di Unika St. Thomas, Medan, adalah lahir dan
terciptanya pribadi yang memiliki Prinsip 3C yakni
Competence, Compassison, Conscience. Memiliki
Competence artinya dapat diandalkan dan berdaya guna
karena memiliki pengetahuan, kebijaksanaan, dan
ketrampilan (knowledge, wisdom, and skills); memiliki
Compassion artinya peserta didik dilatih untuk berempati
kepada orang lain; dan memiliki Conscience, artinya
memiliki kesadaran moral otonom, yakni memiliki jati diri
yang otentik. Agar tercipta Competensi, Compassion, dan
Conscience Maka terhadap setiap peserta didik perlu
dipatrikan perpaduan antara BRAIN (penggunaan akal sehat
dan logika berpikir), BEHAVIOR ( kepekaan, kecerdasan
emosional) dan BEAUTY (mencintai keindahan sebagai
manusia beradap).
Universitas meneruskan semangat Spiritualitas Santo
Thomas Aquino, yakni menjadikan dunia akademik sebagai
peziarahan akal budi menuju Tuhan (Itinerarium Mentis ad
Deum).
3
Spiritualitas pada umumnya dimaksudkan sebagai
hubungan pribadi seorang beriman dengan Allah-nya dalam
aneka perwujudan dan perbuatan. Spritualitas dapat juga
dirumuskan sebagai ‘hidup berdasarkan kekuatan rohani
dengan secara metodis mengembangkan iman, harapan dan
cintakasih.
Dalam kapasitas sebagai seorang pendidik
SPIRITUALITAS dapat diartikan sebagai kehidupan rohani
yang menyanggupkan seseorang menghayati dan
mengamalkan imannya dalam tindakan baik dan benar (etis)
dalam kerja dan kehidupan sehari-hari.
Sebagai seorang pendidik di Unika Santo Thomas
spritualitas dapat digali dan disuburkan dalam dan melalui :
Kehidupan bermasyarakat dan menggereja, REFLEKSI,
DOA, AFEKSI DAN EMPATI Kepada peserta didik.
4
dokumen Magisterium itu menginspirasi perumusan
spiritualitas komunitas akademik Universitas Katolik.
Spiritualitas ini digali dari pemahaman tentang identitas
Universitas Katolik, yang menurut Ex Corde Ecclesiae,
berciri sebagai berikut:
1. Suatu kesatuan organisme hidup yang diabdikan untuk
mencari kebenaran.
2. Seluruh kegiatan komunitas akademik terarah pada tugas
utama dan luhur yakni melindungi dan meningkatkan
martabat manusia.
3. Setiap anggota komunitas akademik dijiwai dan
dipersatukan oleh semangat kemanusiaan.
5
mendukung, dan menyetujui dalam relasi. Dengan afeksi kita
menyatakan bahwa orang itu penting dan berarti bagiku. Afeksi
tidak otomatis terjadi tetapi perlu diusahakan, diberikan, dan
dikembangkan. Afeksi hanya mungkin terjadi kalau seseorang
mampu menghargai dan melihat dirinya sebagai manusia yang
beradab seperti hubungan PENDIDIK DENGAN ANAK
DIDIKNYA.
Bekerja
Bekerja bagi manusia merupakan actus persona:
aktualisisi diri. Dengan bekerja manusia membentuk
pribadinya. Manusia mendapatkan martabatnya kendati bekerja
harus membanting tulang dan menderita. Manusia bekerja
6
dengan sendirinya akan mengembangkan kemampuannya,
merealisasikan diri dan menyesuaikan hidup dengan kehendak
Allah Sang pencipta. Hal terungkap dalam KEJADIAN 2: 15.
Tuhan menempatkan manusia dalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memelihara taman itu.
Manusia atau seseorang akan terbentuk oleh
pekerjaan yang dilakukannya, maka atas dasar inilah kerja
menjadi bagian budaya. Sedangkan nilai kerja membuat
manusia survive dalam dunia yang menantang. Orang harus
bekerja untuk memenangkan perjuangan dalam hidup
keseharianya. Sejalan dengan kata rasul Paulus Roma 12:2
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia tetapi
berubahlah oleh pembaharuan budimu sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang
berkenan kepada Allah dan yang sempurna..”
7
banyak lagi ketentuan dan peraturan yang membuat tidak mudah
untuk memperbaiki “nasib” dosen. Perlu ada revisi atas Undang-
Undang Pendidikan Tinggi dan Undang-Undang Guru dan dosen
hingga peraturan turunannya. Revisi baru khusus untuk dosen
merupakan kesempatan emas utnuk memperbaiki “nasib” dosen.
Peraturan ini akan menarik minat talenta unggul anak bangsa
menjadi dosen.
Simpul
Keuskupan Agung Medan turut membantu pemerintah
dalam bidang pendidikan dengan mendirikan UST untuk
membantu Pemerintah dalam bidang pendidikan tinggi.
Pemerintah Republik Indonesia berambisi besar membangun
sebanyak mungkin Universitas kelas dunia. Dosen dipacu
berkarya di penerbitan paling berwibawa. Yang berhasil diganjar
dengan finansial, besarnya bisa beberapa kali lipat gaji bulanan.
Apakah insentif istimewa bagi dosen Indonesia akan
meningkatkan rangking global? Perlu layak diteliti sebab
terbukti Universitas di Indonesia masih berada rangkin kisaran
500. Ternyata di beberapa negara yang unggul dalam rangking
global tidak peduli pada rangkingnya. Yang bergairah pada
rangking global hanya pucuk pimpinan di sejumlah universitas
elit yang diuntungkan yang dengannnya meningkatkan
kewibawaan dan nilai pasar Lembaga mereka.
Jika kita serius menjadi universitas berkualitas
caranya adalah dengan tekun menghidupi
spritualitas dan giat menjaring tenaga unggul
(bisa juga dari negara lain) untuk diajak
bergabung sebagai mahasiswa, dosen, peneliti,
pegawai administrasi dan pejabat structural.
Unika Santo Thomas tidak perlu harus terlalu
peduli dengan rangking global namun yang
terpenting adalah universitas perlu segera belajar
8
menyesuaikan kerja mereka dengan wawasan dan
standar kerja akademik dengan beragam
kalangan. Hal ini sejalan dengan istilah
“Universitas” berakar dari kata universe berarti
‘semesta’. Sudah lama Unika Santo Thomas
menyerap norma kerja dan tenaga ahli
mancanegara (rektor pertama dan purek 3 adalah
orang asing ).
Perlu dibangun komunikasi (DIALOG) yang
benar dan baik antara pengurus Yayasan dan
pendidik dan tenaga kependidikan. Ada sender-
Message-filter dan Receiver. Untuk mengerti
orang dengan baik perlu mendengar dengan cara
atentif. Dengan mendengar dengan cara aktif dan
empatik seseorang akan mengerti dan
menghormati orang lain. Orang yang didengarkan
cara empatik akan merasa dihargai, dihormati,
dan berdaya guna untuk perkembangan.
Bagi dosen supaya produktif perlu gaji yang
layak dan pantas (supaya para dosen tidak nyambi
ke mana-mana dan tidak tergoda menjadi
pedagang kaki lima); fasilitas
memadai;pengembangan pengetahuan dengan
melakukan riset dan aktiviitas akademik di luar
kampus dan kultur tinjauan sejawat (peer review
yang memadai) yakni memberi tanggapan kritis
dan substansial. Ada kesan umum tiadanya
tinjauan sejawat di kalangan para dosen karena
sistem feodal masih kuat. Universitas kalau masih
dijalankan dengan sistem feodal hierarkis akan
menimbulkan ketidakadilan epistemic. Orang-
orang di tingkatan bawah akan dikondisikan takut
atau segan menyampaikan pendapat terutama
9
apabila pendapat itu berbeda dengan pendapat
yang diatas/pimpinan.
Kultul feodal yang sudah mengakar dalam dunia
akademik seperti kultur seremonial dengan
berbagai macam upacara yang dipenuhi dengan
simbolisme penghormatan dan sering abai pada
hal yang sangat substansial (contoh dies natalis,
sidang terbuka doctor yang biasanya mengundang
banyak orang yang sebagian besar tidak mengerti
isi disertasinya dan hanya untuk ikut photo dan
acara makan-makan. Atau kampus harus
mengundang pejabat sebagai keynote speech
dalam acara seminar padahal sering terjadi
pejabat bersangkutan tidak punya latar belakang
keilmuan apalagi kontribusi teoritik terkait tema
yang dibahas). Kultur feodal dan seromonial yang
dapat menyandera kultul akademik mesti segera
disederhanakan.
Membangun kultur KERJA (PROFESI)
AKADEMISI peduli pada gagasan, ide, budaya
dan persoalan di luar dirinya (menulis opini yang
berkualitas). Dunia akademik adalah bagian dari
budaya ilmiah yang didalamnya termasuk sistem,
governance, mentalitas, dan habitus manusia.
Pertanyaan Refleksi
1. Unsur-unsur apa yang mempengaruhi anda masih
tetap bangga dan memilih dosen tetap sebagai
pekerjaan utama?
2. Unsur-unsur apa yang mempengaruhi kamu
sebenarnya tidak lagi bangga sebagai dosen?
Sumber
10
Dr.Taufik Pasiak, ahli neurosains dan Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
(Kompas, 19 April 2021 hlm.8).
Ariel Heryanto, “Universitas” Kompas 6 Mei 2023.
Anthony Giddens, Runaway World: How Globalisation Is
Reshaping Our Lives. London: Propile, 2002
Sumber
Spektrum : Dokumentasi dan Informasi KWI No.4 Tahun
XXXVIII, 2010.
Didi Achjari, “Masih Menarikkah Menjadi Dosen di
Indonesia,” Kompas,15 Mei 2023.
G.P.Sindhunata SJ, “Mampus Terjerat Gadgets,” dalam
Basis, nomor 07-08, 2012.
Taufiqurrahman, “Kultul Toksik Dunia Akademik,” dalam
Kompas 08 Mei 2023.
Gabriel Possenti Sindhunata SJ, “Jangan Takut Akan
Risiko” dalam Utusan, April 2013.
Paulo Freire, Pedagogi Pengharapan (judul asli:
Pedagogy of Hope, diterjemahkan oleh A.Widyamartaya
Lic.Phil), Kanisius, Yogjakarta, 2001
Ahmad Najib Burhan, “Insularitas Akademik” dalam
Kompas 13 Mei 2023.
11
12