Anda di halaman 1dari 3

PUTRA ANAK YANG SABAR

Disebuah rumah ada seorang anak bernama Putra, dia tinggal bersama ibu dan
ayahnya. Di pagi hari ibu sedang memasak sayur, lalu ibu membangunkan Putra
untuk melaksanakan sholat subuh.

“Putra... bangun, azan subuh sudah terdengar!” kata ibu.


“Iya bu,” kata Putra.
“Putra, jangan lupa sholat setealah itu mandi!” kata ibu lagi.
“Iya bu,” kata Putra kembali.
Setelah mandi, Putra langsung pergi makan.
“Ibu, hari ini sarapanya apa?” tanya Putra.
“Sayur sop dan ayam,” jawab ibu.
“Ooh... sayur sop dan ayam. Itu kan makanan kesukaanku bu.” Putra berjalan
menuju meja makan.
“Makanya ayo cepat makan!” lanjut ibu.
“Oke bu,” kata Putra.

Saat mereka sedang makan bersama, Putra meminta sesuatu kepada ibu. “Ibu, aku
ingin sepeda berwarna merah yang sangat bagus,” pinta Putra.

“Ooh... yang itu, nanti ibu belikan ya,” kata ibu.


“Yaaahh... ibu, aku kan ingin belinya sekarang!” rengeknya.
“Sekarang belum bisa sabar ya,” jawab ibu sambil menggenggam tangan Putra.
“Tidak mau, Putra mau sekarang!” rajuk Putra lgi sambil menangis.

Putra mulai menangis tak bisa mengendalikan emosinya. Ibu tampak berpikir.

“Bagaimana kalau beli sepedanya menunggu ayah pulang dari luar kota?” kata ibu
“Putra berhenti mengangis, “Iya bu,” jawab Putra. Setelah itu ibu mengajak Putra
bermain puzzle menunggu ayah pulang.

“Assalamu’alaykum.” suara ayah terdengar dari luar pintu.


“Wa’alaykumussalam” jawab ibu dan Putra.

Putra langsung memeluk dan meminta sepeda kepada ayah. “Horeee... Ayah sudah
datang!” seru Putra
“Ayah, Putra mau beli sepeda berwarna merah yang dari kemarin kuinginkan.” pinta
Putra dengan lembut

“Ayah belum bisa membelikan sepeda Putra, uang ayah tidak cukup untuk
membelikan sepeda untuk sekarang,” jelas ayah

Setelah beberapa kali membujuk akhirnya ayah berjanji kepada Putra untuk
membelikan sepeda dengan syarat Putra harus dapa peringkat satu di sekolah.

“Siap, ayah!” kata Putra berjanji.


Akhirnya Putra belajar dengan giat. Sampai di waktu ulangan akhir semester dan
tibalah hari penerimaan rapor. Bu guru membagikan rapor kepada murid-muridnya.
Setelah membagikan, semua murid langsung berhamburan keluar kelas untuk pulang
kerumah termasuk Putra. Saat Putra menunjukan rapornya, ayah dan ibu terkejut.
Ternyata Putra mendapatkan peringkat ke 1 di sekolahnya. Ayah dan ibu bangga
karena Putra mendapatkan Ranking 1.

“Besok kita beli sepedanya, ya!” kata ayah


“Hore... hore... beli sepada!” Seru Putra gembira

Hari yang dinanti pun tiba. Putra bersama ibu dan ayah pergi mencari hadia untuk
anak kesayangnya.

“Ayah, ibu ayo kita berangkat ke toko sepeda!” kata Putra


“Boleh, ayo kita berangkat.” kata ayah

Perjalanan mereka pergi ke toko sepeda bejalan dengan lancar. Saat sampai di toko
sepeda, Putra memilih sepeda berwarna merah yang dimaksudnya. Saat dia mencari
sepeda yang diinginkanya tidak ditemukan, Putra langsung sedih dan terus menangis
karena sepedanya tidak ada.

Ibu dan ayah mencoba memberi penjelasan pada Putra dan mengatakan agar
bersabar. Putra terlihat mendengarkan dan kemudian berhenti menangis. Kita ayah,
ibu, dan Putra akan pergi dari roko tersebut, penjual toko teringat dan megatakan
bahwa di sebelah utara ada sebuah toko sepeda yang sangat besar. Disana menjual
sepeda-sepeda bagus dan koleksi sepedanya lebih banyak

“Alhamdulillah,” kata Putra


“Terima kasih infonya, pak,” kata ayah

Tak lama mereka langsung menuju toko yang dimaksud. Wajah Putra
mengisyaratkan kebahagiaan dengan senyu yang terkebnag setelah menemukan
toko yang dimaksud, Putra mulai mencari sepeda yang diiginkannya. Namun, setelah
sekian lama mencari, Putra tidak menemukan sepeda yang diingikanya. Teapi kali ini
Putra tidak menangis, Putra teringat pesan ibu dan ayah agar bersabar. Tiba-tiba dari
arah dalam petugas toko memanggil Putra.

“Dik, kesini sebentar.” Putra kemudian menuju kesana.

Putra sangat terkejut karena di depanya tampak sepeda yang sangat diinginkannya
itu. Putra sambil sedikit berlari memanggil ibu dan ayah.

“Ayah, ibu, ini dia sepeda yang aku cari ternyata masih ada didalam!” seru Putra
gembira.
“Alhamdulillah. Nah, akhirnya dengan bersabar, Putra menemukan sepedanya kan?.”
kata ayah
“Iya ayah, Putra akan selalu ingat pesan ibu dan ayah agar selalu bersabar dan tidak
marah-marah” kata Putra dengan mata berbinar bahagia.

Kemudian ayah membayar sepeda, lalu mereka pulang ke rumah. Putra sangat
senang. Sejak saat itu berjanji akan selalu menjadi anak sabar.

HIKMAH
Kita harus selalu bersabar dan patuh kepada orang tua.

Anda mungkin juga menyukai