Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

PEMIKIRAN HERBERT MARCUSE

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Teori Politik

Dosen Pengampu : Ibu Dr. Tengku Rika Valentina., MA – Bapak Drs. Syaiful., Msi

DISUSUN OLEH :

Dini Fajriana ( 2110831011)

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU POLITIK

TA 2022/2023
Pemikiran Herbert Marcuse
1. Biografi Herbert Marcuse
Herbert Marcuse lahir pada 19 Juli 1898 di Berlin. Ayahnya adalah seorang
pengusaha kaya, Carl Marcuse. Marcuse menjalankan pendidikan formal di Mommen
Gymnasium dan dilanjutkan di Kaiserin-Augusta Gymnasium di Charlottenburg dari tahun
1911–1916. Pada tahun 1916 Marcuse dipanggil untuk dinas militer. Di militerlah pendidikan
politiknya dimulai, meskipun selama periode ini keterlibatan politiknya hanya sebentar.
Pengalaman perang dan Revolusi Jerman membawa Marcuse mempelajari Marxisme ketika
ia mencoba memahami “dinamika kapitalisme dan imperialisme, serta kegagalan Revolusi
Jerman”. Herbert Marcuse belajar lebih banyak tentang sosialisme dan teori revolusi marxian
sehingga ia dapat memahami ketidakmampuannya untuk mengidentifikasi dengan salah satu
partai kiri besar pada waktu itu.
Pada tahun 1925 Marcuse membaca karya-karya Karl Marx dan Martin Heidegger.
Buku luar biasa Martin Heidegger Being and Time, yang diterbitkan pada tahun 1927,
menjadi titik fokus dunia filosofis, yang pada akhirnya mendorong Marcuse untuk kembali
ke Freiburg untuk memperdalam filosofinya sambil mengejar karir di dunia akademis.
berpikir, terutama pada Heidegger. Sebagai salah satu ahli teori terkemuka dari mazhab
Frankfurt, Marcuse menghasilkan banyak karya yang mempengaruhi generasi sesudahnya,
seperti salah satu karyanya One Dimensional Man; Studies in the Ideology of Advanced
Industrial Society (1964): buku ini merupakan karya masterpiece dari Herbert Marcuse yang
memuat gagasan dan kritik terhadap masyarakat industri maju.

2. One Dimensional Man


Menurut Marcuse, masyarakat industri atau teknologi modern memiliki tiga ciri
utama. Pertama, masyarakat diatur oleh prinsip-prinsip teknologi. Prinsip bekerja dengan
kecepatan penuh untuk merampingkan, memperluas dan memperluas produksi. Kemajuan
manusia sama dengan penciptaan perluasan teknologi. Kekuatan teknologi menangkap setiap
bidang kehidupan. Tidak hanya bidang ekonomi, tetapi juga bidang lain seperti politik,
pendidikan dan kebudayaan. Kedua, masyarakat secara keseluruhan menjadi tidak rasional
karena produktivitas dan kehancuran berjalan beriringan. Produktivitas tidak digunakan untuk
perdamaian, tetapi untuk menciptakan permusuhan dan potensi kehancuran. Ketiga,
masyarakat bersifat satu dimensi. Ini adalah fungsi paling dasar. Semua aspek kehidupan
diarahkan hanya pada satu tujuan: memperbaiki dan memelihara sistem yang sudah berjalan.
Manusia tidak lagi memiliki dimensi lain, bahkan dengan satu tujuan ini, dimensi lain
dihilangkan.
Koordinasi kebutuhan komersial melanggengkan pertumbuhan dan keuntungan
finasial dengan berbagai informasi dan proliferasi iklan era teknologi yang membanjiri
individu dengan ideologi apapun yang dianggap menguntungkan untuk dikembangkan.
Sehingga dengan demikian dapat menghalangi munculnya oposisi yang efektif terhadap
keseluruhan. Dengan pengertian inilah masyarakat industri maju terlepas dari penekanannya
pada beberapa bentuk kebebasan dan terlepas dari euforia yang diberikan kepada warga yang
dianggap totaliter, karena struktur yang ada untuk mempererat sistem itu sendiri guna
meratakan dan perampingan perkembangan, menundukkan dan menolak setiap oposisi,
sehingga maksud Marcuse inilah ketika dia mengklaim bahwa masyarakat industri ada
masyarakat satu dimensi.
Apa yang dimaksud oleh Herbert Marcuse tentang masyarakat industri modern adalah
suatu kritik ideologi terhadap pembangunan kemanusiaan, dimana Marcuse memiliki dua
pandangan, yaitu Marcuse mengadakan perubahan total dengan jalan revolusi dan melibatkan
kelompok – kelompok individu yang anti kemapanan. Dan yang kedua, Marcuse melakukan
perubahan dari hal kuantitatif kearah yang lebih kualitatif.
Marcuse juga mengkritik positivisme. Sebab ini adalah pemikiran positivis yang
menekankan ciri empiris yang dapat menghalangi kemampuan berpikir untuk berpikir secara
abstrak. Berpikir secara abstrak ini diperlukan karena menghasilkan pemikiran negatif atau
sebaliknya yang tersirat secara dialektis. Selain itu juga, Marcuse berpendapat bahwa pekerja
buruh yang dilihat Mars sebagai mesin perubahan, tidak dapat lagi diharapkan untuk
menjatuhkan Status Quo. Marcuse melihat adanya semangat juang dari kelompok yang
kesadarannya masih murni. Dan hanya kaum muda, pelajar dan kaum inelektual yang selalu
kritis dalam melihat situasi sosial budaya. Kelompok ini merupakan sekelompok orang yang
terus melawan segala bentuk establisment disebut Herbert Marcuse sebagai The Great
Refusal dan menolak untuk ikut campur dalam sistem totaliter yang ada.
Herbert Marcuse membahas ide ketidakbebasan demokratis yang mengacu pada
gagasan perbudakan dari penindasan atau represi berlebihan. Dalam One Dimensional Man
and Eros and Civilization, Marcuse mengambil langkah berani melampaui Marx dan Freud
dalam menjelaskan penahanan perubahan sosial. Dia menggunakan Freud untuk melampaui
Marx, dan Freud membantunya memahami mekanisme psikologis yang bekerja pada
individu. Marcuse memberi cara pandang yang sangat menggelitik dan menyentuh makna
esensial kebebasan.
Menurut penulis, karena Herbert Marcuse menyatakan bahwa masyarakat industri
modern adalah masyarakat satu dimensi, maka Marcuse secara langsung berpendapat bahwa
tidak ada dimensi dalam masyarakat selain yang dibentuk oleh rasio teknologi. Dapat
disimpulkan dari pernyataan Marcuse bahwa masyarakat satu dimensi disebabkan oleh
peranan – peranan teknologi yang mana membawa pengaruh besat dalam segi kehidupan
manusia untuk menentukan kondisi masyarakat sendiri. Dikatakan bahwa Marcuse menolak
establishment, karena menolak untuk ikut campur dalam sistem totaliter yang ada. Hal
tersebut dilakukan Marcuse sebagai bentuk upaya untuk melaksanakan demokrasi mengenai
kebebasan dan keadilan

3. Marcuse dan Feminism


Dalam mencari bentuk subjektivitas radikal yang akan mendorong revolusi dan
perubahan sosial, Herbert Marcuse mengambil jalan yang tidak dilalui oleh rekan – rekan
Frankfurt School nya. Bahkan, salah satu kritik Marcuse adalah bahwa ia menyerah pada
feminisme dan menyerah pada kelas pekerja sebagai subjek revolusioner. Selain itu, bagi
Marcuse gerakan pembebasan perempuan juga sangat penting guna menciptaan prinsip
kinerja tipe baru dan akan membantu meningkatkan kualitas feminin. Salah satu kritik utama
terhadap sikap Marcuse terhadap feminisme adalah bahwa ia hanya memperkuat stereotip
gender saat ia jatuh kembali ke esensialisme.
Salah satu kritik utama Marcuse terhadap feminisme adalah bahwa sosialisme feminis
akan menguniversalkan apa yang disebut karakteristik feminin, sehingga mereka tidak sama
sekali secara khusus berbentuk feminin, tetapi mencirikan semua budaya yang berpuncak
kepada pembagian peran maskulin dan feminin pada saat bersamaan. Akan tetapi, Jessica
Benjamin dan Nancy Chodorow telah menunjukkan kelemahan dalam teori kritis Marcuse,
karena Marcuse gagal menjelaskan perkembangan intersubjektif individu.
Akan tetapi menurut Margaret Cerullo, mengapa Marcuse berpikir bahwa gerakan
pembebasan perempuan dan berpontesi paling radikal sehingga Marcuse bersemangat dalam
menginterogasi tradisi teori kritis dan mengkonfrontasikannya dengan pengembangan teori
dan praktis feminis dengan harapan emansipasinya dari bias patriarkinya sendiri dan asumsi
model laki – laki.

4. Demokrasi Sosial Menurut Herbert Marcuse


Herbert Marcuse hidup dosebuah era yang ditandai oleh tragedi – tragedi, seperti perang
dunia oertama dan kedua, serta kekejaman Nazi dibawah rezim Hitler. Dalam situasi ini,
memaksa Marcuse untuk berpikir tentang makna demokrasi, kebebasan dan keadilan. Ia
melihat penindasan, dominasi burug dibawah sistem kapitalis dalam perkembangan
masyarakat industri. Herbert Marcuse mengembangkan teori kritis untuk mendidik massa
agar mereka dapat mengubah hidup mereka menuju terwujudnya dua pilar sosial demokrasi,
seperti kebebasan dan keadilan sosial. Demokrasi bukan hanya masalah politik, tetapi
masalah sosial atau sosial demokrasi dalam kehidupan yang di ilhami oleh nilai – nilai
keadilan dan kebebasan.
Baginya, pembahasan demokrasi dan praktik kehidupan demokrasi menjadi semakin
penting dalam praktik dominasi dan penindasan rakyat jelata (pekerja) oleh pemilik modal
(kapitalis). Demokrasi tidak dapat dipisahkan dari perjuangan untuk keadilan. Perjuangan
demokrasi semakin mendesak dalam krisis peradaban. Dengan sifat eksploitatif dari sistem
politik kapitalis. Oleh karena itu, diperlukan perubahan radikal untuk membangun peradaban
yang lebih adil dan menghargai kebebasan individu. Keadilan dan kebebasan adalah dua pilar
utama demokrasi. Secara politisi Nazisme dibawah Hitler semakin menguatkan pola
kehidupan yang totalitarian, diskriminatif, melegalkan kekerasan dan anti korupsi.
Pada tahun 1940, Marcuse menjadi warga Negara Amerika. Setelah menerima
kewarganegaan, ia mempunyai kesempatan untuk berkiprah dalam berbagai organisasi untuk
memperjuangkan pemikiranpemikirannya. Selama Perang Dunia II, ia bekerja di U.S. Office
of War Information (OWI), yaitu sebuah lembaga yang menyuarakan gerakan anti Nazisme.
Pada periode yang sama ia juga menjadi pelopor lembaga Office of Strategic Service (OSS),
yaitu sebuah lembaga intelijen yang bergerak di bidang penelitian mengenai gerakan Nazi
Jerman.
Marcuse menyampaikan sebuah teori kritis (critical theory) tentang hidup bermasyarakat.
Yang dimaksud dengan teori kritis adalah sebuah metode intelekual atau rasional untuk
mentransendensi atau melampaui realitas sebagaimana adanya (dengan segala potensi dan
persoalannya). Dengan metode kritis yang sangat dipengaruhi oleh corak pemikiran para
tokoh sekolah Frankfurt, Marcuse menekankan sebuah analisis sosial yang lebih utuh, yaitu
analisis terhadap kehidupan bersama dengan segala dimensinya yang memberi tempat kepada
peran individu untuk terlibat dalam pembaruan hidup bersama.
Gagasan Marcuse tentang demokrasi sosialis memuat nilai - nilai kemanusiaan yang
menjunjung tinggi kesederajatan, keadilan dan kebebasan. Gagasan Marcuse tentang
demokrasi sosialis memuat nilainilai kemanusiaan yang menjunjung tinggi kesederajatan,
keadilan dan kebebasan. Kebebasan yang dimaknai sebagai kesadaran eksistensial untuk
memaknai atau mentransformasi hidup merupakan prasyarat bagi peradaban yang
demokratis. Perjuangan untuk membangun peradaban yang demokratis merupakan sebuah
pilihan alternatif di era industri. Sebagai seorang kritikus sosial yang mengembangkan teori
kritis, Marcuse melihat bahwa kemapanan (kemandegan) dan jalan kekerasan untuk
mempertahankan kemapanan merupakan salah satu ancaman serius terhadap demokrasi.
Perubahan masyarakat dan kehidupan yang dinamis bersumber dari kebebesan setiap
individu, yaitu kemampuan setiap individu untuk mewujudkan segala potensinya di tengah
masyarakat.

Komentar Kritis :
Menurut penulis, karena Herbert Marcuse menyatakan bahwa masyarakat industri
modern adalah masyarakat satu dimensi, maka Marcuse secara langsung berpendapat bahwa
tidak ada dimensi dalam masyarakat selain yang dibentuk oleh rasio teknologi. Dapat
disimpulkan dari pernyataan Marcuse bahwa masyarakat satu dimensi disebabkan oleh
peranan – peranan teknologi yang mana membawa pengaruh besat dalam segi kehidupan
manusia untuk menentukan kondisi masyarakat sendiri. Dikatakan bahwa Marcuse menolak
establishment, karena menolak untuk ikut campur dalam sistem totaliter yang ada. Hal
tersebut dilakukan Marcuse sebagai bentuk upaya untuk melaksanakan demokrasi mengenai
kebebasan dan keadilan. Sehingga Marcuse secara tidak langsung merupakan pihak oposisi
yang menegasi apa saja yang dibangun oleh sistem represif.
Marcuse berargumen bahwa di bawah tekanan Nazi Hitler, kaum miskin dan kaum
buruh kehilangan hak atas kebebasannya dan termakan oleh rezim-rezim totaliter, sehingga
mereka ikut serta dalam mempertahankan penindasan yang dilakukan status quo. Menurut
penulis hal tersebut sama saja bahwa Marcuse mengatakan kaum buruh maupun kaum miskin
tidak dapat menjadi subjek revolusi. Namun, di satu sisi, dapat dilihat kapitalisme kadang
telah menciptakan kemewahan dan meningkatkan kemakmuran ekonomi, tetapi di sisi lain,
kapitalisme juga menciptakan kesenjangan sosial yang tajam di masyarakat. Beberapa
pekerja mungkin memang telah melihat peningkatan dalam kehidupan mereka daripada yang
mereka alami selama hari-hari perbudakan fisik, tetapi kesenjangan dalam kehidupan antara
kapitalis dan pekerja ini akan terus berlanjut dan berkembang dari hari ke hari karena sistem
kapitalis yang berpegang teguh pada gagasan kapital akan menang. Sehingga hal tersebut lah
yang membuat kaum buruh dan kaum miskin melanggengkan penindasan yang dilakukan
oleh Status Quo.
Mengenai pemikiran Marcuse mengenai Feminism, menurut penulis gerakan
pembebasan perempuan yang diutus oleh Herbert Marcuse ini sangat baik, karena selain
bertujuan untuk menyeimbangkan hak antara perempuan dan laki – laki. Selain itu juga,
Marcusse juga berpendapat bahwa pada masa itu terjadinya ketimpangan antara laki – laki
dan perempuan, sehinga dengan fakta tersebut belum menembus gerakan politik. Oleh karena
itu, gerakan pembebasan perempuan merupakan gerakan yang sangat baik diterapkan karena
merupakan bagian terpenting yang harus diingatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, P. (n.d.). Herbert
Marcuse tentang Masyarakat Satu Dimensi Agus Darmaji.
KAREL NUKI PRAYOGI. (2015). KAJIAN PEMIKIRAN MANUSIA-SATU DIMENSI
MENURUT HERBERT MARCUSE.

Marcuse, H. (n.d.). KONSUMTIVISME MASYARAKAT SATU DIMENSI DALAM OPTIK.


Filsafat, J. A. (n.d.). ONE DIMENSIONAL MAN (Studi Terhadap Kritik Herbert Marcuse
Mengenai Masyarakat Modern) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi
Persyaratan Ujian Memperoleh Gelar Sarjana di bidang ilmu Ushuluddin OLEH:
NAIMAH YULIASTIKA DEWI NIM: 10931008268 PROGRAM S1.819-1986-1-SM.
(n.d.).

Arnold Farr. (2013). Herbert Marcuse. In Edward N. Zalta; Uri Nodelman; Colin Allen; R.
Lanier Anderson (Ed.), Stanfor Encyclopedia of Philosophy (Substantive Revision).

Douglas Kellner (Ed.). (2001). Herbert Marcuse : Towards a Critical Theory of Society: Vol.
Vol. 2. Routledge.

Saeng, Valentinus CP. Herbert Marcuse; Perang Semesta Melawan Kapitalisme Global.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012.

Margaret Cerullo. (1978). Marcuse and Feminism. Duke University Press, 21–23.

Smith, C. (2009). A Critical Pragmatism: Marcuse, Adorno, and Peirce on the Artificial
Stagnation of Individual and Social Development in Advanced Industrial Societies.
30–52. http://www.kritike.org/journal/issue_6/smith_december2009.pdf

CB. Mulyatno. (2013). DEMOKRASI SOSIAL MENURUT HERBERT MARCUSE.


JURNAL FILSAFAT, 2(2).

Anda mungkin juga menyukai