Anda di halaman 1dari 66

Add a footer 1

dimana
Insinerasi?

2
PEMANFAATAN SAMPAH
SECARA TERMAL

• Pembakaran langsung sampah


(INSINERASI) → pendekatan
konvensional reaksi eksotermik
antara oksigen dan bahan bakar
• PIROLISIS merupakan proses
pemanasan sampah yang
menggunakan kondisi tanpa oksigen
atau dengan oksigen kadar rendah

• GASIFIKASI mengonversi sampah


menjadi gas dan produk kimiawi
lainnya

3
BEDA NAMA, PRINSIP SERUPA
pembakaran, gasifikasi, pirolisis
Material
dipantik

cukup udara sedikit udara tanpa udara


(pembakaran) (gasifikasi) (pirolisis)
C + O2 → CO2 C + 0.5O2 → CO CxHy → CxHy
CxHy+ O2 → xCO2 + 0.5yH2O C + CO2 → 2CO
CxHy+ O2 → xCO + 0.5yH2
C + H2O → CO + H2

abu
abu abu
karbon
gas buang gas buang
minyak
Syngas
gas buang
4
PEMBAKARAN – PIROLISIS –GASIFIKASI
biasa terjadi bersamaan

5
PEMBAKARAN – PIROLISIS –GASIFIKASI
bagaimana membedakannya

6
PEMBAKARAN – PIROLISIS –GASIFIKASI
bagaimana membedakannya

7
PEMBAKARAN – PIROLISIS –GASIFIKASI
bagaimana membedakannya

8
PEMBAKARAN – PIROLISIS –GASIFIKASI
bagaimana membedakannya

9
sampah
Insinerasi?

10
SAMPAH SEBAGAI BAHAN BAKAR
KOMPONEN FISIK

• Karbon tetap (FC) menyumbang nilai kalor bahan bakar→semakin


besar kandungan FC semakin disukai
inherent water

surface water • Kandungan Zat Terbang/Volatile Matter (VM) menyumbang nilai kalor
bahan bakar, tetapi jika terlalu banyak dapat mengakibatkan
pembakaran terlalu cepat (rapid combustion) dan jika tidak terbakar
ash sempurna dapat menempel pada pipa boiler dan mempercepat
pengerakan

volatile matter
• Kandungan air (moisture content, MC) menurunkan nilai kalor bahan
fixed carbon bakar→semakin kecil kandungan air semakin disukai

• Kandungan abu (ash) yang terlalu tinggi dapat meningkatkan emisi


debu, memperbesar kemungkinan slagging (pengerakan)→semakin
kecil kandungan abu semakin disukai
ISI SAMPAH
KOMPOSISI

Apakah ada energinya??


NILAI KALOR
KANDUNGAN AIR SANGAT BERPENGARUH
HHV 5000 kcal/kg (21000 kJ/kg), db
25000

20000

15000

10000

5000

0
0% 10% 30% 50% 70% 90%

-5000

BB (kJ/kg) MC (kJ/kg) MCDT (kJ/kg) Net (kJ/kg)


Sampah Umpan
Persyaratan sampah menjadi bahan bakar:
1. Bahan bakar sampah minimal harus memiliki nilai kalori (Lower Heating Value/LHV)
sebesar 7 MJ/kg sepanjang tahun.
2. Pasokan sampah stabil, minimal 50.000 ton/ tahun, dan variasi suplai sampah tidak boleh
melebihi 20%.
3. Perkiraan komposisi dan jumlah sampah harus dibuat berdasarkan survei pada Tempat
Pembuangan Akhir sampah yang akan menjadi bahan bakar insinerasi, dan harus
dilakukan oleh institusi yang berpengalaman.
Pengaruh Komposisi Sampah

Terdapat anjuran segitiga


karakteristik sampah (lower heating
value, moisture, dan ash content)
untuk mendapatkan pembakaran
yang stabil
apa
Insinerasi?

16
INSINERASI
• Salah satu teknologi pengolahan sampah melalui pembakaran langsung dan terus-menerus
menggunakan udara yang cukup dan pada temperatur tinggi
• Mengubah sampah menjadi gas panas sisa hasil pembakaran, abu dan partikulat.
• Gas panas (flue gas) yang dihasilkan dari proses pembakaran dimanfaatkan sebagai energi pembangkit
listrik dan keperluan domestik penduduk (pemanas air/ruangan)
• Gas panas yang telah dimanfaatkan panasnya, dibersihkan dahulu dari polutan sebelum dilepas ke
atmosfer di dalam Air Pollution Control (APC) dan dipantau secara kontinyu melalui Continuous Emission
Monitoring System (CEMS).

• Prinsip 3T (Temperatur, turbulensi dan waktu tinggal)


• Semakin tinggi temperatur, semakin meningkatnya turbulensi dan semakin lamanya waktu tinggal flue
gas dan sampah maka proses pembakaran juga semakin baik dan emisi berbahaya yang dihasilkan lebih
sedikit.
• Secara umum, untuk insinerator tipe grate, ketentuan yang berhubungan dengan prinsip 3T adalah
waktu tinggal sampah dalam grate insinerasi kurang dari 60 menit, waktu tinggal gas lebih dari 2 detik
dan suhu gas lebih dari 850°C.
insineraSI >< pembakaran
memusnahkan v.s. mengekstrak energi

18
evolusi INSINERASI
bakar sampah

3,6x CO dan CO2


VOC
H 2O
respiratory problems

low temperature flame

Organic waste
Inorganic waste

19
Evolusi INSINERASI
tungku bakar

3,6x CO dan CO2


less VOC
H 2O
less respiratory problems

higher temperature flame

Organic waste
Inorganic waste

20
evolusi INSINERASI
insinerator abad 20

3,6x CO dan CO2


minimum VOC
H 2O
minimum respiratory problems
auxiliary burners

high temperature flame

Organic waste
Inorganic waste

21
sedikit (tentang) DIOKSIN
evolusi insinerator
insinerator abad 19

https://fineartamerica.com/featured/waste-incinerator-19th-century-.html
23
Apa isinya?
anatomi tipikal insinerator

24
Apa isinya?
anatomi tipikal insinerator

25
Apa isinya?
anatomi tipikal insinerator

26
macam-macam
Jenis Insinerasi

27
FIXED BED INCINERATOR

• Tipe konvensional
• Grate yang tidak bergerak berada di bagian
bawah insinerator dengan bukaan pada
bagian atas atau samping untuk memasukan
sampah dan bukaan lainnya untuk
memindahkan bahan yang tidak terbakar
(abu, logam, dan sebagainya).
• Memiliki zona pembakaran, zona gasifikasi,
zona pirolisa dan zona pengeringan
Sebagian gas hasil pembakaran mengalami
reaksi gasifikasi dengan bantuan panas
eksotermis hasil pembakaran.
• Gas panas mengalir ke atas melewati zona
pirolisa dimana pada zona ini terjadi proses
penguapan bahan menguap sampah kering
yang berasal dari zona pengeringan.

28
FIXED BED INCINERATOR (2)

Kelebihan :
• Harga murah dan perawatan relatif lebih mudah,
karena sangat sedikit peralatan mekanikal yang
bergerak.
• Bentuk simpel dan tidak membutuhkan space yang
luas
Kekurangan:
• Kapasitas pembakaran sampah kecil, hanya cocok
untuk limbah sampah dengan jumlah sedikit.
• Tipe insinerator ini membutuhkan pre-treatment
atau pemilahan sampah-sampah sebelum dibakar
• Efisiensi yang cenderung rendah dan memiliki emisi
yang cukup tinggi.

29
MOVING GRATE INCINERATOR

• Sampah masuk ke bunker, ditiriskan dan masuk ke


ruang bakar, bergeser sepanjang grate hingga
terbakar habis menjadi abu.
• 329 unit PLTSa Eropa
• 197 unit PLTSa Jepang
• 81 unit PLTSa USA
• 77 unit PLTSa Cina

30
MOVING GRATE INCINERATOR (2)

• Memungkinkan pergerakan sampah dengan menggunakan


conveyor pada ruang pembakaran agar terjadi pembakaran
yang efektif dan sempurna pada sampah.
• Memiliki distribusi udara yang baik pada tungku sesuai
kebutuhan pembakaran.
• Tidak membutuhkan pre-treatment
• Terdiri dari zona pengeringan (drying), pembakaran
(combustion), dan pasca pembakaran (post-combustion).
• Zona pengeringan, sampah dikeringkan terlebih dahulu sebelum
dibakar
• Zona pembakaran, sampah terbakar sempurna, mengalami
distilasi kering yang dilanjutkan dengan oksidasi aktif pada suhu
tinggi, dan menghasilkan flue gas.
• Zona pasca pembakaran akan membakar sisa sampah yang
belum terbakar dan tersisa pada abu insinerator hingga habis.

31
MOVING GRATE INCINERATOR (4)

Kelebihan dari insinerator tipe moving grate


• Tidak memerlukan pemilahan atau pre-treatment
• Dapat mengakomodasi variasi nilai kalor dan komposisi limbah padat yang besar
• Teknologi telah secara luas dipakai
• Efisiensi termal keseluruhan mencapai 85%
• Kapasitas dari sampah yang akan dibakar cukup besar

Kekurangan dari insinerator tipe moving grate


• Kebutuhan udara berlebih, yang menyebabkan volume flue gas yang lebih banyak
• Biaya investasi dan perawatan cukup besar
• Kurang sesuai untuk nilai kalor yang cukup tinggi (lebih dari 3000 kcal/kg)

32
FLUIDIZED BED INCINERATOR

• Sampah masuk ke hopper, dicacah dan masuk ke


ruang bakar, tertiup udara panas dari bawah,
terbakar dan disirkulasikan hingga menjadi abu.
• 38 unit PLTSa Eropa
• 40 unit PLTSa Jepang
• 0 unit PLTSa USA
• 59 unit PLTSa Cina
• Tungku pembakar menggunakan media pengaduk
berupa pasir seperti pasir kuarsa atau pasir silika
• Akan terjadi pencampuran (mixing) yang homogen
antara udara dengan butiran-butiran pasir
• Pencampuran yang konstan antara partikel-partikel
mendorong terjadinya laju perpindahan panas yang
sangat cepat serta terjadinya pembakaran
sempurna.
33
FLUIDIZED BED INCINERATOR (2)

Berdasarkan tinjauan proses fluidisasinya,


dibagi menjadi 2:
• Bubbling fluidized bed (BFB) : partikel
dijaga tersuspensi pada kecepatan
fluidisasi 0,5-3 m/s ukuran partikel
kurang dari 10 mm
• Circulating fluidized bed (CFB) : partikel
dijaga tersuspensi pada kecepatan
fluidisasi 3-9 m/s sehingga partikel akan
tersuspensi sepanjang tinggi tungku dan
disirkulasikan kembali melalui kaki
siklon.

34
FLUIDIZED BED INCINERATOR (3)

Kelebihan dari tipe insinerasi fluidized bed adalah:


• Konsep desain lebih sederhana sehingga biaya investasi dan perawatan relatif lebih kecil
• Efisiensi termal keseluruhan dapat mencapai 90%
• Bagian mekanikal yang bergerak lebih sedikit, sehingga keausan yang terjadi lebih sedikit
• Dapat digunakan untuk variasi campuran yang berupa cairan (sludge) dan limbah padat

Kekurangan dari insinerasi tipe ini adalah:


• Belum begitu teruji performanya. Begitu pula belum teruji untuk kapasitas yang cukup besar
• Kontrol operasi cukup sulit untuk mengakomodasi fluktuasi sampah karena pembakaran yang begitu
cepat
• Bahan bakar tambahan dibutuhkan untuk nilai kalor sampah yang lebih rendah
• Membutuhkan pre-treatment terlebih dahulu untuk pembakaran yang stabil

35
ROTARY KILN INCINERATOR

• Kerangka silindris yang dilapisi material refraktori, yang


terpasang pada sudut kemiringan rendah
• Rotasi dan sudut kemiringan dari tanur (kiln) menyebabkan
bergeraknya limbah melalui tanur sekaligus meningkatkan
efektifitas pencampuran limbah tersebut dengan udara
dengan jumlah sedikit.
• Memerlukan suatu ruang bakar sekunder (after-burner) untuk
memastikan hancurnya unsur-unsur yang berbahaya secara
menyeluruh dan pembakaran yang sempurna
• Umumnya memiliki tipe stoker (moving grate) yang dipasang
setelah rotary kiln
• Kondisi operasional dari rotary kiln dapat mencapai
temperatur 800-1650 °C

36
ROTARY KILN INCINERATOR (2)

• Tungku pembakaran tertutup yang dijaga agar


bertekanan negatif dengan suplai udara sebagai
oksidator pembakaran.
• Pembakaran dilakukan secara bertingkat
• tingkat pertama bahan baku (feedstock) dibakar
sehingga menghasilkan gas hasil pembakaran dan
panas.
• tingkat berikutnya, rotary kiln dilengkapi oleh
afterburner yang akan aktif jika temperatur
pembakaran turun akibat tingginya kandungan air
komponen ataupun turunnya kualitas sampah bahan
baku.

37
ROTARY KILN INCINERATOR (3)

Kelebihan dari pembakaran dengan rotary kiln adalah:


• Variasi jenis sampah yang luas dapat dibakar,
• Tidak membutuhkan pemilahan atau pre-treatment lainnya
• Efisiensi termal dapat mencapai 80%
• Memiliki waktu retensi yang lama, sehingga mampu mengatasi limbah berbahaya
• Memiliki isolasi termal yang baik

Kekurangan dari pembakaran dengan rotary kiln adalah:


• Biaya investasi, serta biaya operasi dan perawatan mesin yang tinggi
• Kapasitas untuk tiap tungku pada umumnya dibatasi pada 480 ton/hari
• Belum ada rekam jejak yang baik untuk tipe insinerasi jenis in
• iOperasi secara kontinu sulit untuk ditebak

38
PLASMA INCINERATOR

Typical incinerator 130 kWh/ton

39
ada
Insinerasi?

40
Teknologi INSINERASI LOKAL
Basis WARLOKA Labuan Bajo
➢ 20 ton of MSW per day treated by MRF
and thermal drying
➢ PUPR and BPPT

➢ RESIDU??
➢ Biaya solar??
Teknologi INSINERASI LOKAL
Basis WARLOKA Labuan Bajo
➢ 20 ton of MSW per day treated by MRF
and thermal drying
➢ PUPR and BPPT
Teknologi Plastic-to-Oil PERCONTOHAN

Basis GTM Lombok


➢ Starting from June, 1 ton of plastic
per day to produce 400 L of
pyrolytic oil
➢ CAPEX USD250,000
➢ Dry plastic residue from Bank
Sampah @Rp2,000/kg
➢ Off-taker AL-KHAIR
➢ Renting land from local Gov’t

➢ RESIDU??
➢ Emisi??
Adakah masalah?
Dalam jangka panjang, ya

44
Beda sifat material
dalam temperatur tinggi

45
Adakah masalah?
Dalam jangka panjang, ya

46
INSINERATOR KITA

to stack

hopper sampah

secondary burner

pusher sampah ash conveyor


motor

primary burner
primary air

47
INSINERATOR KITA (2)

hopper sampah
grate mover to stack

grate
pusher
sampah
phlenum

primary chamber

secondary
chamber

primary air

48
ash conveyor
INSINERATOR KITA (3)
USABLE Q

Flue
Gas
Secondary
ṁ Secondary Air Chamber Wall
QLoss
Primary
Duct Wall QLoss
Chamber Wall
QLoss
Primary
Chamber Wall
Duct Wall QLoss
QLoss

PRIMARY CHAMBER
SECONDARY
CHAMBER
ṁ waste

WASTE BED

ṁ Primary Air Bed QLoss


49 ṁ Bottom Ash Primary Chamber Secondary Chamber
Bottom QLoss Bottom QLoss
INSINERATOR KITA (4)
INSINERATOR KITA (5)

51
teman
Insinerasi?

52
AIR POLLUTION CONTROL

53
kapan dan
mengapa
Memilih Insinerasi?

54
Prinsip UTAMA
penentuan kualitas

• KUALITAS PROSES
• Karakter sampah masuk terdokumentasi
• Emisi gas buang terdokumentasi
• Residu padat dan cair terdokumentasi
• KUALITAS MATERIAL
• Jenis logam, insulator, refractory
• Merk komponen (burner, katup, kontroler)
• Ketebalan, sambungan, cat, korosi
• KUALITAS PERUSAHAAN
• Rekam jejak
• Layanan servis
• Ketersediaan komponen

55
KUALITAS
menentukan harga

56
LESSON LEarned
Reaktor pirolisis tidak efektif karena
menggunakan sampah tercampur

57
LESSON Learned (2)
insinerator swadaya rusak karena
kualitas material

58
BERFUNGSI SEKALI, SUDAH ITU MATI
prototipe tidak sama dengan produk jadi

59
PERTIMBANGAN DASAR

• Karakteristik sampah
1. Dapat masuk PST
2. Tidak dapat masuk PST
3. Harus diproses saat masuk PST
• PST seharusnya berjalan 24 jam per hari, beroperasi secara stabil terus-menerus sekurang-
kurangnya selama 90 hari dalam satu periode
• Rona Awal dan RTRW
• Rencana konstruksi, operasi dan maintenance serta dampaknya
• Emisi gas buang, limbah padat, cair dan B3
• Bau dan kebisingan
• Dampak sosekbudkesmas
• Analisis risiko operasi dan mitigasinya, rencana pengelolaan dan pemantauan dampak
lingkungan
60
PERTIMBANGAN DASAR (2)

Karakteristik
Sampah
Memahami jenis teknologi termal
sesuai karakteristik dan
komposisi sampah Karakteristik dan
komposisi sampah
Komposisi merupakan salah
Sampah satu unsur penting
dalam menentukan
Kajian teknologi konversi energi jenis teknologi yang
akan digunakan.

Teknologi termal terpilih

61
PERTIMBANGAN STANDAR

Emission Standard : EU US EPA 2013 Japan Singapore Indonesia


Waste Incinerator EU2000/ 76/EC Air Pollution Industrial 2015 KLHK No.70/2016
Flue Gas Control Act
Dust 10mg/Nm2 N/A 40mg/Nm2 50mg/Nm2 120mg/Nm2
SOx (Sulphur Oxide) 50mg/Nm 61mg/Nm K value; 3-17.5 n.a. 210mg/Nm
NOx (Nitrogen Oxide) 200mg/Nm 219mg/Nm 250ppm 400mg/Nm 470mg/Nm
HCl (Hydrogen Chloride) 10mg/Nm 29mg/Nm 430ppm 200mg/Nm 10mg/Nm
CO (Carbon Monoxide) 50mg/Nm 89mg/Nm 100ppm 250mg/Nm 625mg/Nm
DXNs (Dioxins and Furans) 0.1 ng-TEQ/Nm3 0.1 ng-TEQ/Nm3 0.1 ng-TEQ/Nm3 0.1 ng-TEQ/Nm3 0.1 ng-TEQ/Nm3
HF (Hydrofloric acid gas) 1mg/Nm N/A n.a. 10mg/Nm 2mg/Nm
Hg (Mercury) 0.05mg/Nm 0.04mg/Nm n.a. 0.05mg/Nm 3mg/Nm
Cd/Ti (Cadmium/Titanium) Total 0.05 mg/Nm 0.008 mg/Nm n.a. Cd0.05 mg/Nm N/A
Pb/As/Sb/Cu/Co/Mn/Ni/V/Cr Total 0.5 mg/Nm 0.11 mg/Nm Pb n.a. 0.5-5.0 mg/Nm N/A

62
PERTIMBANGAN TEKNOEKONOMI

1. Format Analisis Ekonomi: Format ABCD (Capital cost, Fixed OM, Variable OM, Fuel, Transmission)
2. CAPEX: breakdown modal harus terlihat, misalnya total equipment cost, physical plant cost, engineering and
construction dst.
3. OPEX: breakdown OPEX harus terlihat, misal biaya startup plant, biaya bahan baku, biaya listrik, BBM, bahan
kimia, tenaga kerja, tenaga maintenance, spareparts dst.
4. Pengeluaran CSR: asumsi CSR saat konstruksi dan operasi harus terlihat, tidak ada/ konstan/ meningkat?
5. Biaya lingkungan: biaya pengelolaan lingkungan harus terlihat.
6. Pendapatan: asumsi retribusi dan material daur ulang

63
PERTIMBANGAN TEKNOEKONOMI (2)

64
PERTIMBANGAN TEKNOEKONOMI (3)

65
STUDI KASUS
- Masalah sampah yang ada
- Usulan solusi
- Tahapan aplikasi
- Tantangan yang dihadapi

Next Week!

66

Anda mungkin juga menyukai