Anda di halaman 1dari 15

Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

NASKAH JURNAL
ANALISA DRUG RELATED PROBLEM (DRP)
PADA PASIEN ASMA BRONCHITIS & BRONKOPNEUMONIA DI RUANG
PERAWATAN DAHLIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Memperoleh Gelar Apoteker (Apt)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun oleh:
MEILA SUMITA, S.Farm 184370045

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN XL


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
JAKARTA
2019

Mengetahui
Pembimbing

Rangki Astiani, M.Farm., Apt.


Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI NASKAH JURNAL

Dengan ini saya selaku pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta:

Nama : Meila Sumita, S. Farm

NPM : 1843700452

Program Studi : Profesi Apoteker

Setuju / Tidak setuju naskah jurnal yang disusun oleh mahasiswa yang bersangkutan
dipublikasi dengan / tanpa mencantumkan nama pembimbing, dengan nama pembimbing
sebagai co-author.

Demikian harap maklum


Jakarta, 28 Januari 2020
Pembimbing

Rangki Astiani, M.Farm., Apt.

Case Report
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

ANALISA DRUG RELATED PROBLEM (DRP)


PADA PASIEN ASMA BRONCHITIS & BRONKOPNEUMONIA DI
RUANG PERAWATAN DAHLIA

PROBLEMS RELATED TO MEDICINE (DRP) IN PATIENTS OF ASTHMA


BRONCHITIS & BRONCOPNEUMONIA IN THE DAHLIA CARE ROOM

Rangki Astiani 1*, Ramlah Fatihah Awan2 , Meila Sumitai3


1
Fakultas Farmasi, Universitas 17 Agustus 1945, Jakarta, Indonesia, 14350

*E-mail:Meilasumita83@gmail.com

Diterima: (kosongkan) Direvisi: (kosongkan) Disetujui: (kosongkan)

Abstrak
Asma penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan yang ditandai oleh mengi, batuk dan rasa sesak di dada yang
berulang timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan saluran pernapasan,
Bronkopneumonia infeksi yang melemahkan daya tahan tubuh. Penelitian in bertujuan untuk mengkaji profil
pengobatan pasien rawat inap di Rumah Sakit dr. Suyoto yaitu mengetahui dan mengidentifikasi adanya Drug
Related Problem (DRP). Analisis dilakukan pada pasien Rumah Sakit Suyoto di ruangan Dahlia terhadap Ny. M
usia 69 tahun pekerjaan ibu rumah tangga , tanggal masuk rumah sakit 09 Oktober 2019, dengan keluhan sesak
nafas dan batuk, suhu tubuh 36°C dan tekanan darah 128/90. Hasil pemeriksaan laboratotium nilai leukosit tinggi
12.340. dokter mendiagnosa penyakit Asma Bronkhitis dan Bronkopneumonia. Drug Related Problem yang terjadi
yaitu Indikasi tidak ada terapi obat : batuk berdahak tidak mendapatkan terapi obat batuk, Adanya intraksi
aminophyllin dengan combiven dapat menyebabkan hipokalemia, sehingga pasien mengalami mual dan susah BAB,
adanya intraksi mathylprednisollone dengan combiven dapat menyebabkan lemes dan kurang nafsu makan, dan
terapi methylprednisolon dengan pulmicort bersamaan dapat mengurangi efek methylprednisolone.

Kata kunci: Asma bronkial, Bronkopneumonia, Drug Related Problem (DRP)

Abstract
Asthma is a chronic inflammatory disease of the respiratory tract that is characterized by wheezing, coughing and
recurring chest tightness especially during the night or early morning due to blocked airways, bronchopneumonia
infection which weakens the immune system. This study aims to examine the profile of inpatient treatment at the
hospital Dr. Suyoto namely knowing and identifying the existence of Drug Related Problems (DRP). Analysis was
performed on Suyoto Hospital patients in the Dahlia room of Ny. M, age 69, housewife's occupation, date of
hospital entry 09 October 2019, with complaints of shortness of breath and cough, body temperature 36 ° C and
blood pressure 128/90. The results of laboratory examination of high leukocyte values are 12,340. doctors diagnose
asthma bronchitis and bronchopneumonia. Drug Related Problems that occur are indications of no drug therapy:
phlegm cough does not get cough drug therapy, the presence of aminophyllin intraction with combiven can cause
hypokalemia, so that patients experience nausea and defecate, the presence of mathylprednisollone with combiven
can cause lemes and lack of appetite, and concomitant methylprednisolone therapy with pulmicort can reduce the
effects of methylprednisolone
Keywords: Asthma Bronchial, Drug Related Problem (DRP)
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

PENDAHULUAN
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan yang ditandai oleh mengi, batuk
dan rasa sesak di dada yang berulang dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi
akibat penyumbatan saluran pernapasan. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan
derajat penyakit dari ringan sampai berat, bahkan bebberapa kasus dapat menyebabkan kematian.
Asma juga meruupakan penyakit yang dapat menyebabkan gangguan aktivitas sosial, bahkan
berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan (Kemenkes RI, 2013).
Jumlah penderita asma di Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 12,5 juta orang, penyakit asma
juga masuk dalam sepuluh besar penyakit penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Survei
Kesehatan Rumah Tangga tahun 2009 mencatat 225.000 orang meninggal karena asma. Menurut
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 secara keseluruhan prevalensi penderita asma di Indonesia
sebesar 3,5 % (Depkes, RI., 2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa
prevalensi asma di Povinsi Sumatera Utara adalah 3% dengan kisaran prevalensi sebesar 3-6,4
%. Kabupaten dengan prevalensi asma tertinggi adalah Kabupaten Mandailing Natal. Di Kota
Medan, prevalensi asma mencapai 3,6 % (laki-laki 1,9 % dan perempuan 1,7 %) (Kemenkes RI,
2013).
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan
daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-
anak dan orang dewasa (Bradley et al. 2011). penyakit ini pada negara berkembang hampir 30%.
Pada anak-anak di bawaah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika, pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah
umur 2 tahun (Bradley et al. 2011).
Drug Related Problem (DRP) atau masalah terkait obat didefinisikan sebagai suatu peristiwa atau
keadaan yang memungkinkan atau berpotensi menimbulkan masalah pada hasil pengobatan yang
diberikan. Farmasi klinis memiliki peran aktif dalam penyelesaian masalah terkait obat seperti
resep yang tidak tepat secara klinis, interaksi obat-obat yang relevan, ketidak patuhan pasien
dalam minum obat, dosis subterapi, dan overdosis dengan memulai perubahan dalam terapi obat
melalui pelayanan klinis kefarmasian (Kumar et al, 2012).
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

Berdasarkan adanya peningkatan jumlah kejadian penyakit tersebut maka diupayakan untuk
melakukan peningkatan mutu kualitas hidup pasien, upaya yang dilakukan pada pelayanan
kefarmasian salah satunya dilakuakn Drug Related Problem (DRP).
Mengingat pentingnya peran Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit maka
dalam Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini dilakukan pengkajian study kasus. Study
kasus diambil dari pasien di Unit Perawatan Dahlia di rumah sakit dr. Suyoto yang didiagnosa
menderita penyakit Asma Bronkitis Dan Bronkopneumonia. Study kasus ini dimaksudkan agar
calon Apoteker dapat belajar tentang hal- hal terkait pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
PRESENTASI KASUS
A. Identitas Pasien

Nama pasien Ny. M


Tanggal lahir 16 Desember 1950
Umur 69 tahun
No. RM 24-40-XX
Jenis kelamin Perempuan
Agama Islam
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk 19 Oktober 2019

Riwayat penyakit dahulu Asma


Ketergantungan Tidak ada
Riwayat alergi Alergi obat Cefadroxil
Anamnesa Pasien datang dengan keluhan sesak.
Diagnosa Asma Bronchitis + BP (Bronkopneumonia)

B. Data Subjektif Pasien


Tanggal Data subjektif Pasien
19/10/19 Pernapasan ronchi
19/10/19 Sesak nafas dan batuk
19/10/19 Sesak sudah berkurang, batuk
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

20/10/19 Batuk, pasien lemes, kurang nafsu makan


21/10/19 Batuk dan sesak berkurang, nyeri BAK
Batuk berkurang, sesak berkurang, Mual dan nyeri
22/10/19
ulu hati
23/10/19 Batuk berdahak
24/10/19 Tiga hari tidak BAB

C. Data Objektive Pasien


1. Tanda-tanda Vital Pasien

Okt-19

Paemeriksa Nilai 19 20 21 22 23 24

n Norma
20.00 06.00 14.00 20.30 10.53 14.00 05.30 14.00 07.00 20.30 -
l
Suhu 36- 36.5° 36.5° 36.2° 36°C 36.2° 36.3° 37.3° 36.5° 36.3° 36.6° 36°C
37,5˚C C C C C C C C C C
Tekanan 128/90 115/7 115/7 85/58 123/7 110/8 143/7 137/8 135/7 134/7 131/8 140/8
Darah mmHg 0 5 2 0 3 1 8 7 2 0
Nadi 60-100 72 82 75 70 80 64 78 81 82 76 82
x/menit

2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium 19 Oktober 2019


Pemeriksaan Nilai normal 19/10/19 Keterangan

Hemoglobin 11.7 – 15.5 gr/dl 14.0 Normal

Hematokrit 35 – 47 % 39 Normal

Trom bosit 150.000 – 440.000 190.000 Normal


/uL
Leukosit 3.600 – 11.000 12.340 Tinggi
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

Glukosa < 180 mg/dL 159 Normal

Ureum 5 – 50 mg/dL 33 Normal

CREAP 0.6 – 1.1 mg/dL 0.7 Normal

SGOT 8 – 35 U/L 21 Normal

SGPT 4 – 35 U/L 12 Normal

Natrium 135 – 147 mmol/L 144 Normal

Kalium 3.6 – 5.5 mmol/L 4.2 Normal

Klorida 100 – 110 mmol/L 108 Normal

D. Profil Pengobatan Pasien


1. Obat Pasien Dirawat
Lama Pemberian
Nama Obat Regimen Rute
10/20/2019 10/21/2019 10/22/2019 10/23/2019 10/24/2019
Methylprednisolon 3x62.5 mg IV 06.00 14.00 22.0006.00 14.00 22.00 09.00 17.00 - 01.00 09.00 17.00 01.00
2 X1 g 06.00 14.00 - - - - - - - - - - -
Ceftriaxone IV
1X2 g - - - 09.00 09.00 09.00 09.00
Combivent 4X1 - - - 06.00 12.00 18.00 06.00 12.0018.00/24.00 06.00 12.0018.00/24.00 06.00
Flexotide 2X1 - - - 06.00 - 18.00 06.00 - 18.00 06.00 - 18.00 06.00
Pulmicort + combivent 3X1 06.00 18.0006.00 Stop - - - - - - - -
Laxadin syr 3XCth Oral - - - - - - - 18.00 06.00 12.00 18.00 06.00
Sucralfat syr 3XCth Oral - - - - - - - - 18.00 06.00 12.00 18.00 06.00
Omeprazol 1X40 mg IV - - - - - - 09.00 - 09.00 09.00
Ondansetron 3X8mg IV - - - - - - - 11.00 17.00 05.00 11.00 17.00 05.00
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

Lama Pemberian
Nama Obat Rute 20/10/201 22/10/201
21/10/2019 23/10/2019 24/10/2019
9 9
06.00 15.00 06.00 06.00 06.00
07.00 17.00 08.00 09.00 10.00
10.00 20.00 09.00 13.00
RL+Aminophilin IV 12.00 13.00 14.00
18.00 17.00 17.00
22.00 21.00 19.00
23.00 22.00

E. Assesment and Plan


1. Analisa D RP (Drug Related Problem) dengan PCNE
Problem Terapi yang Guide Rekomend
No Cause
Medik Didapatkan lines asi
Kami
P3.1
merekomen
Lainnya
dasikan
Tidak C.1.6 Tidak ada
Drugs pemberian
1 Pasien mendapatkan pengobatan walau
.com Ambroxol
mengalami terapi apapun ada indikasi
30 mg
batuk
diminum 2-
berdahak
3 kali sehari
2 Terapi Drugs C.1.1 Obat yang Kami
P2.1 Aminophylli .com tidak tepat merekomen
Kejadian n dengan (termasuk kontra dasikan
obat yang combivent indikasi) untuk
merugikan menghentik
(mungkin) Menggunakan an terapi
terjadi aminophyllin dengan
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

bersamaan dengan Aminophyli


albuterol dapat n.
mengurangi efek
aminophyllin,
Pasien meningkatkan
mengalami risiko hipokalemia
mual, nyeri yang dapat
ulu hati dan menyababkan
tidak BAB mual, muntah
dalam 3 hari sembelit keram
perut, pusing,
kelemahan otot dan
nyeri dada.
C.1.1 Obat yang Kami
tidak yang tidak merekomen
tepat (termasuk dasikan
P2.1 kontra indikasi) untuk
Kejadian penggunaan
obat yang Penggunaan methylpred
merugikan Terapi methylprednisolon nisolon
(mungkin) methyl dengan combivent tidak
Drugs
3 terjadi prednisolon secara bersamaan bersamaan.
.com
dengan dapat Pemberian
Pasien combivent menyebabkan kedua obat
lemes dan hypokalemia. tersebut
kurang Hypokalemia sebaiknya
nafsu mengakibatkan dijedah
makan pasien lemes dan
kurang nafsu
makan
4 P1.1 Terapi Meds C6.1 Waktu Kami
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

merekomen
pemberian Obat
dasikan
yang tidak tepat
pemberian
Ada
methylpred
(potensial) pulmicort akan
Methylpredni nisolon di
masalah menurunkan efek
solone cape, stop atau
dengan methylprednisolon
dengan 2019 pemberian
(kurangnya) dengan
pulmicort methyl
efek mempengaruhi
prednisolon
farmakotera enzime hati
dan
pi CYP3A4 hati /
pulmicort
usus
dijedah.

2. Kesesuain Dosis
Dosis
Nama Obat Indikasi Obat Dosis literature Pemberian Penilaian

Combivent Mengatasi penyempitan 1 ampul,


4x1 amp sesuai
saluran napas maintenance :
(bronkospasme 1 ampul
reversibel) yang dipakai 3 4 x
berhubungan dengan sehari
penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) dan
serangan asma akut.
Ceftriaxone Antibiotik 1-2 gr/ hari 1x2gr sesuai
Flixotid Meredakan gejala dan 0.5 mg/2 ml 2x1 sesuai
eksaserbasi asma pada 16 thn : 1-4
pasien yang ampul 2x
sebelumnya diterapi sehari, 4-16
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

dengan bronkodilator thn : 2 ampul


saja atau dengan terapi 2x sehari
pencegahan lain, Aturan Pakai
pencegahan asma berat
pada pasien > 16 thn,
terapi eksaserbasi akut
asma ringan sampai
sedang pada anak-
remaja
Pulmicort Asma bronkial > 12 th : 2 3x1
x Tidak
sehari 1-2 mg. sesuai
Pemeliharaan :
2 x sehari 0,5-
1 mg. Anak 3
bln- 12 th: 2 x
sehari 0,5-1
mg.
Pemeliharaan :
2 x sehari
0,25-0,5mg
Laxadin Syr >12 th: 1 3xcth
x Tidak
sehari 1-2 sesuai
sendok makan,
6-12 th: 1 x
sehari 0.5-1
sendok makan
Sucralfat syr Tukak lambung, tukak 500 mg/ 10mL 3xcth Tidak
duodenum Dewasa: 1 sesuai
gram (2
sendok takar) 4
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

x sehari selama
4 - 8 minggu
Omeprazol Tukak lambung, tuka 40mg/ hari 1x40mg Sesuai
duodenum, GERD.
Ondansetron Mual dan muntah 3x 8mg 3x1 Sesuai
8mg akibat kemotrapi dan
radiotrapi, pencegahan
mual dan muntah pasca
oprasi.
Methylprednis Gangguan alergi, 3omg/BB 3x1 Sesuai
oslon supresi inflamasi,
udema serebral,
penyakit kulit, dan
penyakit rematik

PEMBAHASAN
Pasien atas nama Ny.M berumur 68 tahun dirawat sejak tabggal 19 Oktober 2019 sampai 24
Oktober 2019. Pasien masuk UGD dengan keluhan sesak napas dan batuk dengan riwayat
penyakit asma, riwayat alergi Cefadroxil pasien di diagnosa Asma Bronchitis dan
bronkopneumonia.
Pada saat masuk pasien dilakukan pemeriksaan secara umum dengan hasil Suhu Tubuh
36°C, Nadi 72 x/menit Tekanan Darah 115/70. Dari pemetriksaan secara umun hasil tersebut
menunjukan masih dalam keadaan Normal dimana suhu tubuh normalnya 36-37°C, nilai normal
denyut nadi 60-100 x/menit, dan nilai normal Tekanan Darah 128/90 mmHg dinyatakan tekanan
darah tinggi jika telah llebih dari 140/90.. Setelah itu dilakukan pemeriksaan labratorium dengan
hasil yaitu Leukosit tinggi yaitu 12.340 (Rujukan 3.600-11.000), peningkatan leukosit
menunjukan adanya adanya infeksi (AY.Sutedjo 2008 : 79).
Pasien diberikan terapi pengobatan, methylprednisolon, aminophylline, pulmicort,
combivent,flixotid, omeprazol, ondansetron, laxadin, sucralfat dan ceftriaxon. Hari pertama
pasien masuk diberikan infus RL dengan aminophylline, pasien direncanakan rawat inap di RS.
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

Suyoto. Pasien mendapatkan terapi obat mulai tanggal masuk rumah sakit 19 Oktober sampai
pasien pulang pada tanggal 24 Oktober 2019.
Setelah dianalisa dari terapi obat yang diberikan terdapat masalah terkait Drug Related
Problem (DRP), DRP yang terjadi yaitu pasien mengalami batuk berdahak dari tanggal 19-24
Oktober 2019 selama di Rumah sakit pasien tidak diberikan terapi obat batuk, rekomendasi yang
diberikan yaitu pemberian obat batuk berdahak Ambroksol 30 mg diminum 2-3 kali sehari.
Adanya penggunaan aminophyllin bersamaan dengan albuterol dapat mengurangi efek
aminophyllin, meningkatkan risiko hipokalemia yang dapat menyababkan mual, muntah
sembelit keram perut, pusing, kelemahan otot dan nyeri dada, Pasien mengalami mual, nyeri ulu
hati dan tidak BAB dalam 3 hari, direkomendasikan untuk menghentikan terapi dengan
Aminophylin (Drugs.com2019).
Ny.M lemes dan kurang nafsu makan, penggunaan Methylprednisolon dengan Combivent
secara bersamaan dapat menyebabkan hypokalemia. Hypokalemia mengakibatkan pasien lemes
dan kurang nafsu makan, direkomendasikan untuk penggunaan Methylprednisolon tidak
bersamaan. Pemberian kedua obat tersebut sebaiknya dijedah (Drugs.com). Pemberian terapi
Methylprednisolone dengan Pulmicort secara bersamaan kurang efektif dikarenakan pulmicort
akan menurunkan efek Methylprednisolondengan mempengaruhi enzime hati CYP3A4 hati /
usus, direkomendasikan pemberian Methylprednisolon di stop atau pemberian
Methylprednisolon dan Pulmicort dijedah (medscape. 2019).
Pada tanggal 24 Oktober 2019 dilakukan kembali pemeriksaan fisik pada pasien dengan Tekanan
Darah 140/80mmHg, suhu 360C, Nadi 82x/menit dan kesimpulan dari pemeriksaan fisik pasien
tersebut menunjukan hasil normal, pasien mengatakan tidak ada keluhan dan pasien sudah bisa
diperbolehkan pulang oleh dokter penanggung jawab.

KESIMPULAN
1. Pasien : Ny. M di diagnosa Asma Bronchitis dan bronkopneumonia
2. Adanya DRP (Drug Related Problem) diantaranya yaitu
a. Indikasi tidak ada terapi obat : batuk berdahak tidak mendapatkan terapi obat batuk.
b. Adanya intraksi aminophyllin dengan combiven dapat menyebabkan hipokalemia,
sehingga pasien mengalami mual dan susah BAB.
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

c. Adanya intraksi mathylprednisollone dengan combiven dapat menyebabkan lemes dan


kurang nafsu makan.
d. Terapi methylprednisolon dengan pulmicort bersamaan dapat mengurangi efek
methylprednisolone
.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bare & Smeltzer.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (Alih bahasa Agung
Waluyo).2002. Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC
2. Bradley JS et al. The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children
Older than 3 Months of Age : Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases
Society and the Infectious Diseases Society of America. 2011. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630.
3. Ikawati, Zullies. Cerdas Mengenali Obat. Yogyakarta: Kanisius. Indonesia. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Hal. 85.
4. Jeremy P.T., At Glance Sistem Respirasi, Edisi Kedua, Erlangga Medical Series, Jakarta. 2007. pp.
76-77.
5. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik
6. Kumar, Y. A., Ahmad, A., Kumar, V. R., Mohanta, G. P., dan Manna, K. P. Pharmacist Interventions
and Pharmaceutical Care in an Indoan Teaching Hospital, International Journal of Advanced
Research in Pharmaceutical and Bio Science. 2012. Vol 2 (3), 392-394.
7. Medscape. 2019. Methylprednisolon. Jakarta 19 November 2019.
8. Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Imunologi.
Jakarta: Salemba Medika
9. Ngastiyah. 2005. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.
10. Nicholson, Walter. Micreconomic Theory. Basic Principle and Extensions. New York: 2008. Harcort
Brace Colege Publishers
11. PDPI. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2006. Indah Offset Citra
Grafika. Jakarta.
12. Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,
Edisi 6, (terjemahan), Peter Anugrah. 2006. EGC, Jakarta
13. Republik Indonesia, Peraturan Meteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. 2016. Jakarta
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

14. Sundaru, Heru,. Kontrol Asma Sebagai Tujuan Pengobatan Asma Masa Kini. Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016. Disertasi.
15. World Health Organization (WHO). Maternal Mortality in 2005. Geneva : Departement of
Reproductive Health and Research WHO. 2007.

Anda mungkin juga menyukai