Anda di halaman 1dari 4

RELEVANSI UNDANG-UNDANG NO 24 TAHUN 2000

Hukum internasional dewasa ini maupun pada masa yang akan datang, sebagian
besar terdiri dari perjanjian internasional. Subyek-subyek hukum internasional pada
umumnya, negara-negara pada khususnya, cenderung mengatur masalah-masalah
internasional dan kesepakatan tentang bagaimana mereka harus meresponsnya dalam
bentuk perjanjian-perjanjian internasional. Kecenderungan ini terutama disebabkan oleh
bentuknya yang tertulis dan sekaligus dengan itu derajat kepastian hukumnya yang sangat
tinggi.
Peraturan perundang-undangan sebagai bagian dari hukum nasional, dibuat,
diberlakukan, dilaksanakan dan dipaksakan oleh badan-badan pemerintah sesuai dengan
hierarkhi dan kewenangannya masing-masing. Misalnya, di Indonesia, Undang-Undang
Dasar dibuat dan ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Undang-Undang oleh
Presiden bersama Dewan Perwakilan Rakyat, Peraturan Pemerintah pengganti Undang-
Undang ditetapkan oleh Presiden, Peraturan Pemerintah (untuk melaksanakan Undang-
Undang) dan Peraturan Presiden oleh Presiden, sedangkan Peraturan Daerah (tingkat
provinsi atau kabupaten/kota dan desa) ditetapkan kepala daerah bersama-sama perangkat
perwakilan daerah di wilayah yang bersangkutan. ( tina)
Baru setelah memasuki masa Orde Reformasi, dibuat Undang-Undang pelaksanaan
dari Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945, yakni, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000
tentang Perjanjian Internasional. Pembedaan atas pemberlakuan perjanjian internasional ke
dalam ketiga golongan ini, ternyata diadopsi bahkan dipertegas oleh Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2000, sebagaimana dapat dijumpai dalam pasal 10, 11 ayat 1 dan 2, serta
pasal 15 ayat1 yang masing-masing rumusannya sebagai berikut:
Pasal 10:
Pengesahan perjanjian inernasional dilakukan dengan undangundang, apabila
berkenaan dengan:
a. Masalah politik, perdamaian, pertahanan dan keamanan negara.
b. Perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negara Republik Indonesia.
c. Kedaulatan atau hak berdaulat negara.
d. Hak asasi manusia dan lingkungan hidup.
e. Pembentukan kaidah hukum baru;
f. f. Pinjaman dan/atau hibah luar negeri. ( Hayadi)
Pasal 11 ayat 1 dan 2:
1) Pengesahan perjanjian internasial yang materinya tidak termasuk materi
sebagaimana dimaksud pasal 10, dilakukan dengan keputusan presiden.
2) Pemerintah Republik Indonesia menyampaikan salinan setiap keputusan
presiden yang mengesahkan suatu perjanjian internasional kepada Dewan
Perwakilan Rakyat untuk dievaluasi.
Pasal 15 ayat 1:
Selain perjanjian internasional yang perlu disahkan dengan undangundang
atau keputusan presiden, Pemerintah Republik Indonesia dapat membuat perjanjian
internasional yang berlaku setelah penandatanganan atau pertukaran dokumen
perjanjian/nota diplomatik, atau melalui cara-cara lain sebagaimana disepakati oleh
para pihak pada perjanjian tersebut.
Perlu diketahui, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000, masih
berlandaskan atau merujuk pada ketentuan Pasal 11 (lama). Sebab pada waktu
Perubahan Pertama (tahun 1999) Undang-Undang Dasar 1945, ketentuan ini tidak
termasuk yang diubah. Ketentuan Pasal 11 baru diubah dalam Perubahan Ketiga
(2001) dan Keempat (2002) dengan penambahan ayat 2 dan 3, sehingga pasal 11
yang semula tidak ada ayatnya diubah menjadi tiga ayat, dimana naskah lama
menjadi ayat 1 ditambah dengan ayat 2 dan 3, yang rumusan selengkapnya adalah:
1. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang,
membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
2. Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban
keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-
undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-
undang. ( wiwin)
Undang-Undang ini sudah mengikuti tahap-tahap dalam pembuatan, pemberlakuan,
pelaksanaan, dan· pengakhiran berlakunya perjanjian internasional sebagaimana
diatur di dalam Konvensi Wina 1969 dan Kovensi Wina 1986.
Akan tetapi, Undang-Undang ini menyatukan antara perjanjian intemasional yang
diatur di dalam Konvensi Wma 1969 dan Konvensi Wina 1986, padahal keduanya
walaupun ada cukup banyak persamaannya, juga ada perbedaannya Sebaiknya,
Undang Undang ini memang mencakup keduanya, tetapi dibagi menjadi tiga
bagian, yakni, bagian pertama mengenai hal-hal umurn atau yang sama dari kedua
Konvensi bagian kedua tentang perjanjian antara Indonesia dan negara sahabat
(Konvensi Wina 1969) dan·bagian sama dari konvensi, bagian kedua tentang
perjanjian antara Indonesia dan negara sahabat (Konvensi Wina 1969) dan bagian
ketiga tentang perjanjian antara Indonesia dan organisasi internasional (Konvensi
Wina 1986). ( fikri)
Memang sistematikanya sudah tampak adanya keselarasan, misalnya, mengenai
urutan-urutan dalam proses pembuatan, pengikatan diri, pemberlakuan dan
pengakhirannya, namun sistematika ini tidak sepenuhnya mengikuti urut-urutan
dalam proses pembuatan pengikatan diri pemberlakuan, dan pengakhirannya,
namun sistematika ini tidak sepenuhnya mengikuti urutan-urutan ke-2 konvensi
walaupun tidak harus sama persis masih ada materi-materi penting yang patut diberi
tempat dalam satu bab tersendiri, tetapi dalam undang-undang ini ternyata tidak
hanya sama sekali, atau kalaupun ada, hanyamerupakan salah satu pasal atau ayat
dari babnya. Misalnya tentang ruang lingkup teritorial suatu perjanjian internasional
yang meskipun dari dalam konvensi hanya merupakan salah satu pasal saja (pasal
29), tetapi jika dihubungkan dengan indonesia masalah ruang lingkup teritorial ini
membutuhkan peraturan lebih rinci.
Namun, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 ini masih tetap terus
diberlakukan hingga kini, meskipun Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
landasan hukumnya sudah mengalami perubahan. Praktik Indonesia pun dalam
pembuatan, peratifikasian dan pemberlakuan perjanjian internasional selama ini
masih tetap berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000. ( Amman)
Kelompok 4
1. Abdur Rahman
2. Hairul Fikri
3. Wiwin Widia
4. Tina Apriani (200201105)
5. Sri Astuti
6. Hayadi
7. Helmi Pratama

Anda mungkin juga menyukai