Anda di halaman 1dari 3

AUDIT MEDIS SUB KOM MUTU KOMITE MEDIK

24 November 2021-11-24 ruang komdik

I. dr. Junardi SpB (DPJP Bedah)

Kasus :

Appendisitis gangrenosa dengan peritonitis, perut terisi pus, usus halus bengkak,
radiologi bisa tampak seperti distensi/ileus
Penatalaksanaan: dilakukan laparotomi, post laparotomi masuk ICU.
Kembalinya fungsi usus lama, akhirnya bisa flatus dan BAB
Perawatan ICU hari ke 5 terus membaik dan memenuhi kriteria keluar dari ICU, AL : 11
ribu, kemudian pasien pindah bangsal
Selama perawatan di bangsal, intake parenteral, drain jernih. Hari ke-2 di ruangan
batuk, konsul paru ada oedema pulmo, mendapat terapi dari paru. Malam KU turun,
gelisah, marah-marah. Pagi tensi 0/0, dilakukan RJP dokter IGD, tensi membaik.
Konsul SpAn untuk masuk ICU, advis SpAn stabilisasi dulu baru masuk ruangan.
Jam 11 pasien masuk ICU
Saran : Untuk kasus-kasus high risk setelah perawatan di ICU pindah dulu ke HCU,
tidak langsung ke bangsal
II. Ari Mulyantini (Karu ICU)
Selama perawatan di ICU yang kedua (setelah kolap di bangsal) : Pasien distabilisasi,
tensi terangkat tapi nafas berat. Konsul DPJP, diintubasi.
Foto thorax awal oedema pulmo, lab Darah rutin AL naik. Preshock, NGT hitam, sepsis.
Saran: EWS di bangsal untuk dilakukan/dinilai. Perlu perhatian keperawatan
Perlu adanya perawat penanggungjawab asuhan (PPJA) agar pengawasan lebih
terfokus.
III. dr. Nugroho Sigit H SpRad(K) /ka Komdik dan DPJP Radiologi
Pasien sangat infeksius (appendicitis gangrenosa dengan peritonitis) dalam
menurunkan jenis pemberian antibiotik perlu diperhatikan apakah tanda-tanda infeksi
sudah mereda
Pasien high risk setelah dari ICU perlu perawatan HCU dulu sebelum ke bangsal
Pasien sempat mengalami kolap dan dilakukan resusitasi, mestinya setelah teratasi
pasien langsung masuk ICU
Pengawasan di bangsal perlu ditingkatkan, EWS dilaksanakan
dr. Surya (koordinator koding)
1. Pasien obesitas. Muda 23 th. Perlu mendapat perhatian lebih.
2. inflamasi AL 19.000 menjadi 11.000, antibiotik diturunkan 4 hari AL naik lagi
menjadi 16.000
3. awal masuk sudah GGA, berhasil diatasi
4. pengawasan penurunan kesadaran perlu perhatian.
dr. Dzulfrida SpAn (DPJP Anestesi)
1. Sudah ada check list mengeluarkan pasien dari ICU
2. perlu perhatian untuk petugas bangsal
3. kasus seperti ini sering terjadi sehingga perlu untuk dicari solusinya dan kedepan
tidak terulang lagi
4. oedema pulmo mungkin karena overload cairan di bangsal. Atau kadang
pemberian jenis infus kurang diperhatikan. Riwayat oedema tidak tercatat atau
ditulis di CPPT
5. kurang tercatat di CPPT. Code blue. Laporan petugas bangsal setelah stabilisasi.
6. pengawasan di bangsal kurang
7. stabilisasi di ruangan dan IGD sebelum mengirim ke ICU perlu diperhatikan
8. perlu HCU masinbg-masing SMF
9. petugas bangsal harus “dipaksa” mengerjakan EWS

 dr. Kristandiyoko,MPH (Direktur RSPA)


1. Perlu adanya SpB konsultan digestive sehingga bisa berkolaborasi dengan
Interna KGEH
2. EWS di bangsal belum jalan
3. Pelatihan BTCLS dalam masa transisi ini
5. HCU lokasi dekat ICU agar perawat HCU bisa belajar ke perawat ICU
6.Dokter IGD bisa dibagi tugas dengan pelayanan di bangsal
7. Perlu dokter umum di ICU.
8. Kasus digestif kendali biaya tidak masuk, akan tetapi kendali mutu tetap harus
dijaga
9. PPK perlu direview maksimal setelah 3 tahun.
10. SPO lebih proaktif
11. Relawan mulai desember akan di stop sehingga perawat di bangsal adalah
perawat-perawat lama yang sudah berpengalan
 dr. Ika Sulistyaningrum H (Kasi pelayanan Medik )
1. PPK bedah baru terbatas 10 kasus
2. PPK ileus, peritonitis belum ada

 dr. Rio Kristian N,SpAn (DPJP Anestesi)

1. Petugas bangsal bisa dilatih dan harus sering diingatkan. DPJP harus turun ke
bangsal untuk berbicara dengan petugas bangsal.
2. Sistem EWS
3. Ada contoh pasien mau OP Mata dari bangsal Kanwa di advis infus NaCl
dipasang perawat Tutofusin pas OP jadinya hipoglikemi

 Tambahan diskusi:
1. laborat kultur perlu digalakkkan agar petugas laboratorium lebih terasah. Perlu
diperhatikan validitasnya. Yang mengambil sampel kutur harus sudah terlatih.
2. PPK yang dibuat bisa PPK yang tidak rumit. PPK yang rumit juga bisa dibuat, jika
sudah tidak sesuai bisa beralih ke PPK lain.
3. Sebelumnya beredar informasi meropenem tidak boleh diberikan di ruangan.
Masih seperti ini?
4. mutasi perawat yang sudah terlatih ke bagian lain malah merugikan. Januari
penataan ulang.

Analisa dan Rencana Tindak Lanjut

No Analisa RTL PIC

1. Pelaksanaan EWS di IGD dan 1. Pelatihan ulang EWS 1. Tim ICU dan Pokja
bangsal PAP
2. Monev pelaksanaan EWS
2. Komkep, Kasie
keperawatan

2. Belum ada PPJA di ruang ranap Dilaksanakan PPJA disemua Komkep dan Kasie
ruang perawatan keperawatan

3. PPK KSM bedah masih terbatas Penyusunan PPK KSM bedah KSM bedah dan
dan PPK yang sudah ada sudah > dan revisi PPK yang sudah 3 Komdik
3 tahun belum direvisi tahun

4. Penggunaan antibiotik meropenem Perubahan kebijakan Wadir pelayanan


dibatasi hanya boleh di ICU penggunaan meropenem

5. Patient Centered Care belum Peningkatan pemahaman dan Wadir pelayanan


diterapkan, respek terhadap pasien kesadaran terkait Patient
perlu ditingkatkan Centered Care Ketua Akreditasi

Pada kasus tsb ketika bangsal Peran MPP untuk menjadi


diminta menstabilkan pasien penghubung komunikasi antar
sebelum masuk ICU, sampai 5 jam PPA dan antar ruangan
bangsal tidak melaporkan kembali,
sementara dari ICU juga tidak
berusaha mencari informasi

6. Kebijakan HCU: Evaluasi kebijakan HCU Wadir pelayanan

- Apakah pasien high risk setelah


dari ICU masuk HCU dulu atau
bisa langsung ke bangsal

- Apakah perlu HCU per KSM


(HCU bedah, HCU saraf, HCU
penyakit dalam)

Anda mungkin juga menyukai