Tugas 2 Komunitas Kelompok 1 4c
Tugas 2 Komunitas Kelompok 1 4c
KEPERAWATAN 4C
Disusun Oleh
Kelompok 1 :
DOSEN PEMBIMBING
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala karunia- Nya.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini kami susun untuk
memenuhi tugas Keperawatan Komunitas I
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan
makalah kami selanjutnya, Akhir kata, Penulis menyampaikan terima kasih dan berharap semoga
makalah yang kami susun ini berguna bagi pembaca.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PEMBAHASAN
A Latar Belakang.....................................................................................................5
B Rumusan Masalah................................................................................................6
C Tujuan...................................................................................................................6
D Manfaat.................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
A TUBERKOLOSIS................................................................................................7
1. Pengertian Tuberkolosis.................................................................................7
2. Etiologi..............................................................................................................7
3. Patogenesis Tuberkolosis................................................................................8
4. Penularan Tuberkolosis..................................................................................9
5. Gejala Tuberkolosis........................................................................................10
6. Pengobatan Tuberkolosis...............................................................................11
7. Pencegahan Tuberkolosis...............................................................................12
B AIDS......................................................................................................................14
1. Pengertian HIV/AIDS.....................................................................................14
2. Penyebab HIV/AIDS.......................................................................................15
3. Tahapan Perubahan HIV/AIDS....................................................................15
4. Penularan HIV/AIDS......................................................................................16
5. Gejala HIV/AIDS............................................................................................17
6. Tes Infeksi HIV/AIDS.....................................................................................18
7. Pencegahan HIV/AIDS...................................................................................19
8. Pengobatan Bagi Penderita HIV/AIDS.........................................................22
3
5. Mekanisme terjadinya ISPA..........................................................................27
6. Penatalaksanaan dan Pengobatan penderita ISPA.....................................27
7. Pertolongan Pertama pada Penderita ISPA.................................................28
8. Pencegahan Penyakit ISPA............................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycrobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan bronkus. TBC paru
tergolong penyakit air borne infection, yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui
udara pernapasan ke dalam paru-paru. Kemudian kuman menyebar dari paru-paru ke
bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui
bronkus atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya (Widyanto & Triwibowo,
2013).
AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem
kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir. AIDS muncul setelah virus (HIV)
menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih.11
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang dapat menyebabkan AIDS
dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak
sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) atau
kumpulan berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIV.
Ketika individu sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh maka semua penyakit
dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Karena sistem kekebalan tubuhnya menjadi
sangat lemah, penyakit yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi sangat berbahaya.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga
alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan andeksanya, seperti sinus, rongga telinga
tengah, dan pleura. ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung selama
14 hari. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang banyak
dijumpai pada balita dan anak-anak mulai dari ISPA ringan sampai berat. ISPA yang
berat jika masuk kedalam jaringan paru-paru akan menyebabkan Pneumonia. Pneumonia
merupakan penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian terutama pada anak-anak
(Jalil, 2018).
5
B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Dan Bagaimana Pengertian,Etiologi, Patogenesis, Penularan, Gejala
Pengobatan Pencegahan Tuberkolosis ?
2. Apa Saja Pengertian, Penyebab, Tahapan Perubahan, Penularan ,Gejala, Tes Infeksi
Pencegahan , Pengobatan Bagi Penderita Aids ?
3. Apa Saja Dan Bagaimana Pengertian, Klasifikasi, Etiologi, Tanda Dan Gejala,
Mekanisme Terjadinya, Penatalaksanaan Dan Pengobatan Penderita , Pertolongan
Pertama Pada Penderita, Pencegahan Penyakit Ispa?
4. Bagimana konsep teoritis asuhan keperawatan dan kasus asuhan keperawatan ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Saja Dan Bagaimana Pengertian,Etiologi, Patogenesis,
Penularan, Gejala Pengobatan Pencegahan Tuberkolosis
2. Untuk Mengetahui Pengertian , Penyebab , Tahapan Perubahan, Penularan ,Gejala,
Tes Infeksi Pencegahan , Pengobatan Bagi Penderita Aids
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Dan Bagaimana Pengertian, Klasifikasi, Etiologi, Tanda
Dan Gejala, Mekanisme Terjadinya, Penatalaksanaan Dan Pengobatan Penderita ,
Pertolongan Pertama Pada Penderita, Pencegahan Penyakit Ispa
4. Untuk Mengetahui Bagimana konsep teoritis asuhan keperawatan dan kasus asuhan
keperawatan
D. Manfaat
Manfaat yang kami harapkan dengan adanya makalah ini adalah dapat
menanmbah wawasan pengetahuan bagi pembaca, layaknya penyusun makalah ini dan
dapat digunakan sebagai referensi untuk perbaikan untuk masalah ini ke depannya.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) paru adalah suatu penyakit infeksi kronis yang sudah sangat lama
dikenal pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal di daerah urban,
lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan tulang vertebra otak
yang khas TBC dari kerangka yang digali di Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum,
begitu juga penemuan yang berasal dari mumi dan ukuriran dinding piramid di Mesir kuno
pada tahun 2000 – 4000 SM. Hipokrates telah memperkenalkan sebuah terminologi yang
diangkat dari bahasa Yunani yang menggambarkan tampilan penyakit TBC paru ini (Sudoyo
dkk, 2010).
2. Etiologi
TB paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh basil TBC (Mycrobacterium
Tuberculosi Humanis). Mycrobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk
batang berukuran sangat kecil dengan panjang 1-4 µm dengan tebal 0,3-0,6 µm. Sebagian
besar komponen Mycrobacterium tuberculosis adalah berupa lemak atau lipid yang
menyebabkan kuman mampu bertahan terhadap asam serta zat kimia dan faktor fisik. Kuman
TBC bersifat aerob yang membutuhkan oksigen untuk kelangsungan hidupnya.
7
Lingkungan hidup optimal pada suhu 37°C dan kelembaban 70%. Kuman tidak dapat
tumbuh pada suhu 25°C atau lebih dari 40°C (Widyanto & Triwibowo, 2013).
Basil TBC sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam beberapa menit saja
akan mati. Ternyata kerentanan ini terutama terhadap gelombang cahaya ultraviolet. Basil
TBC juga rentan terhadap panas-basah, sehingga dalam 2 menit saja basil TBC yang berada
dalam lingkungan basah sudah akan mati bila terkena air bersuhu 100°C. Basil TBC juga
akan terbunuh dalam beberapa menit bila terkena alkohol 70% atau lisol 5%
(Danusantoso,2013).
3. Patogenesis TBC
TBC paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh basil TBC (Mycrobacterium
Tuberculosi Humanis). Karena ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik
(droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TBC ini akan
segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit
kuman TBC dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TBC. Akan tetapi,
pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TBC dan kuman
akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TBC dalam makrofag yang terus berkembang
biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman
TBC di jaringan paru disebut Fokus Primer. Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman
TBC hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi
TBC. Hal ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu
yang diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi
TBC biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12
minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 103-104,
yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler (Werdhani, 2009).
8
TBC primer adalah TBC yang terjadi pada seseorang yang belum pernah kemasukan
basil TBC. Bila orang ini mengalami infeksi oleh basil TBC, walaupun segera difagositosis
oleh makrofag, basil TBC tidak akan mati. Dengan semikian basil TBC ini lalu dapat
berkembang biak secara leluasa dalam 2 minggu pertama di alveolus paru dengan kecepatan
1 basil menjadi 2 basil setiap 20 jam, sehingga pada infeksi oleh satu basil saja, setelah 2
minggu akan menjadi 100.000 Hasil.
TBC sekunder adalah penyakit TBC yang baru timbul setelah lewat 5 tahun sejak
terjadinya infeksi primer. Kemungkinan suatu TBC primes yang telah sembuh akan
berkelanjutan menjadi TBC sekunder tidaklah besar, diperkirakan hanya sekitar 10%.
Sebaliknya juga suati reinfeksi endogen dan eksogen, walaupun semula berhasil
menyebabkan seseorang menderita penyakit TBC sekunder, tidak selalu penyakitnya akan
berkelanjutan terus secara progresif dan berakhir dengan kematian.hal ini terutama
ditentukan oleh efektivitas sistem imunitas seluler di satu pihak dan jumlah serta virulensi
basil TBC di pihak lain. Walaupun sudah sampai timbul TBC selama masih minimal, masih
ada kemungkinan bagi tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri bila sistem imunitas
seluler masih berfungsi dengan baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa TBC pada anak-anak
umumnya adalah TBC primer sedangkan TBC pada orang dewasa adalah TBC sekunder
(Danusantoso, 2013).
4. Penularan Tuberkulosis
Menurut Dikjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (2014) cara
penularan penyakit Tuberkulosis adalah :
a. Sumber penularan adalah pasien TBC BTA positif melalui percik renik dahak yang
dikeluarkannya. Namun, bukan berarti bahwa pasien TBC dengan hasil
pemeriksaanBTA negatif tidak mengandung kuman dalam dahaknya. Hal tersebut
bisa saja terjadioleh karena jumlah
b. Pasien TBC dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkanpenyakit TBC. Tingkat penularan pasien TBC BTA positif adalah
65%, pasien TBC BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah 26% sedangkan
pasien TBC dengan hasilkultur negatif dan foto toraks positif adalah 17%.
c. Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung percik
9
renikdahak yang infeksius tersebut.
d. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentukpercikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar3000 percikan dahak. kuman yang terkandung dalam contoh uji
≤ dari 5.000 kuman/ccdahak sehingga sulit dideteksi melalui pemeriksaan
mikroskopis langsung.
Kuman TBC menyebar melalui udara saat si penderita batuk, bersin, berbicara, atau
bernyanyi. Yang hebat, kuman ini dapat bertahan di udara selama beberapa jam. Perlu diingat
bahwa TBC tidak menular melalui berjabat tangan dengan penderita TBC, berbagi
makanan/minuman, menyentuh seprai atau dudukan toilet, berbagi sikat gigi, bahkan
berciuman (Anindyajati, 2017). Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di
wilayah perkotaan yang kurang memenuhi persyaratan kemungkinan besar telah
mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah kasus TBC.
Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei,
khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang
mengandung basil tahan asam (BTA) (Sudoyo dkk, 2010).
5. Gejala Tuberkulosis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yangtimbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak 11 terlalu khas terutama
pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik (Werdhani,
2009)
10
b. Gejala khusus :
1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatansebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanankelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”,suara nafas melemah
yang disertai sesak.
2. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertaidengan
keluhan sakit dada.
3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dandisebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demamtinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Keluhan-keluhan seorang penderita TBC sangat bervariasi, mulai dari sama sekali tak
ada keluhan sampai dengan adanya keluhan-keluhan yang serba 12 lengkap. Keluhan
umum yang sering terjadi adalah malaise (lemas), anorexia, mengurus dan cepat lelah.
Keluhan karena infeksi kronik adalah panas badan yang tak tinggi (subfebril) dan
keringat malam (keringat yang muncul pada jam-jam 02.30-05.00).
Keluhan karena ada proses patologik di parudan/atau pleura adalah batuk dengan
atau tanpa dahak, batuk darah, sesak, dan nyeri dada. Makin banyak keluhan-keluhan ini
dirasakan, makin besar kemungkinan TBC. Departemen Kesehatan dalam pemberantasan
TBC di Indonesia menentukan anamnesis resmi lima keluhan utama yaitu batuk-batuk
lama (lebih dari 2 minggu), batuk darah, sesak, panas badan, dan nyeri dada
(Danusantoso, 2013).
6. Pengobatan TBC
Terdapat enam macam obat esensial yang telah dipakai sebagai berikut : Isoniazid (H),
para amino salisilik asid (PAS), Streptomisin (S), Etambutol (E), Rifampisin (R) dan
Pirazinamid (P). Faktor-faktor risiko yang sudah diketahui menyebabkan tingginya
prevalensi TBC di Indonesia antara lain : kurangnya gizi, kemiskinan dan sanitasi yang buruk
(Sudoyo, 2010).
11
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukanpengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) olehseorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
3. Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
7. Pencegahan TBC
Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderitaan, masayarakat dan petugas
kesehatan.
12
diberikan vaksinasi BCG (Bacillus Calmete Guerin).
3. Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TBC yang
antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.
4. Isolasi, pemeriksaan kepada orang–orang yang terinfeksi, pengobatan khusus TBC.
Pengobatan mondok dirumah sakit hanya bagi penderita yang kategori berat yang
memerlukan pengembangan program pengobatannya yang karena alasan – alasan
sosial ekonomi dan medis untuk tidak dikehendaki pengobatan jalan.
5. Des-Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga keberhasilan yang ketat, perlu
perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, tempat tidur, pakaian) ventilasi
rumah dan sinar matahari yang cukup.
6. Imunisasi orang–orang kontak. Tindakan pencegahan bagi orang–orang sangat dekat
(keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan lain) dan lainnya yang terindikasinya
dengan vaksi BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.
7. Penyelidikan orang–orang kontak. Tuberculin-test bagi seluruh anggota keluarga
dengan foto rontgen yang bereaksi positif, apabila cara–cara ini negatif, perlu diulang
pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, perlu penyelidikan intensif.
8. Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepat obat–
obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter di minum dengan tekun dan teratur,
waktu yang lama (6 atau 12 bulan). Diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat,
dengan pemeriksaaan penyelidikan oleh dokter.
b. Tindakan pencegahan.
1. Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti
kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
2. Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan pnderita, kontak atau suspect
gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita, kontak,
suspect, perawatan.
3. Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit
inaktif dengan pemberian pengobatan INH (Isoniazid) sebagai pencegahan.
4. BCG, vaksinasi diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan bagi
ibunya dan keluarganya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut
berupa tempat pencegahan.
13
5. Memberantas penyakit TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi dan
pasteurisasi air susu sapi
6. Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karena menghirup udara yang
tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
7. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala TBC paru.
8. Pemeriksaan screening dengan tuberculin test pada kelompok beresiko tinggi, seperti
para emigrant, orang–orang kontak dengan penderita, petugas dirumah sakit,
petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
9. Pemeriksaan foto rontgen pada orang–orang yang positif dari hasil pemeriksaan
tuberculin tes (Hiswani, 2004)
B. AIDS
1. Pengertian AIDS
HIV adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.11
AIDS adalah kependekan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired berarti
didapat, bukan keturunan. Immuno terkait dengan sistem kekebalan tubuh kita.
Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan
kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat
kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir.
AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama
lima hingga sepuluh tahun atau lebih.11 HIV (Human Immunodeficiency Virus)
merupakan virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih
yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS
(Acquired Immuno Deficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai gejala penyakit akibat
turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIV. Ketika individu sudah tidak lagi memiliki
sistem kekebalan tubuh maka semua penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam
tubuh. Karena sistem kekebalan tubuhnya menjadi sangat lemah, penyakit yang tadinya
tidak berbahaya akan menjadi sangat berbahaya.
Orang yang baru terpapar HIV belum tentu menderita AIDS. Hanya saja lama
kelamaan sistem kekebalan tubuhnya makin lama semakin lemah, sehingga semua
14
penyakit dapat masuk ke dalam tubuh. Pada tahapan itulah penderita disebut sudah
terkena AIDS.
2. Penyebab HIV/AIDS
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen,
dan sekret vagina. Setelah memasuki tubuh manusia, maka target utama HIV adalah
limfosit CD 4 karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Virus
ini akan mengubah informasi genetiknya ke dalam bentuk yang terintegrasi di dalam
informasi genetik dari sel yang diserangnya, yaitu merubah bentuk RNA (ribonucleic
acid) menjadi DNA (deoxyribonucleic acid) menggunakan enzim reverse transcriptase.
DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam sel hospes dan selanjutnya
diprogramkan untuk membentuk gen virus. Setiap kali sel yang dimasuki retrovirus
membelah diri, informasi genetik virus juga ikut diturunkan.
2) Fase 2
Umur infeksi : 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini individu sudah
positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah dapat menularkan pada
15
orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala-gejala ringan, seperti flu (biasanya 2-
3 hari dan sembuh sendiri)
3) Fase 3
Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit. Belum disebut sebagai gejala AIDS.
Gejala-gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada waktu
malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu yang tidak
sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi lemah, serta berat
badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai berkurang.
4) Fase 4
Sudah masuk pada fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh
sangat berkurang dilihat dari jumlah sel-T nya. Timbul penyakit tertentu yang
disebut dengan infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru-paru yang menyebabkan
radang paru-paru dan kesulitan bernafas, kanker, khususnya sariawan, kanker kulit
atau sarcoma kaposi, infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu-
minggu, dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala.14
WHO menetapkan empat stadium klinis HIV, sebagaimana berikut:
a) Stadium 1 : tanpa gejala.
b) Stadium 2 : penyakit ringan.
c) Stadium 3 : penyakit lanjut.
d) Stadium 4 : penyakit berat.
4. Penularan HIV/AIDS
a) Media penularan HIV/AIDS
HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari
individu yang terinfeksi, seperti darah, air susu ibu, air mani dan cairan vagina.
Individu tidak dapat terinfeksi melalui kontak sehari-hari biasa seperti berciuman,
berpelukan, berjabat tangan, atau berbagi benda pribadi, makanan atau air.
b) Cara penularan HIV/AIDS
1) Hubungan seksual : hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang
telah terpapar HIV.
16
2) Transfusi darah : melalui transfusi darah yang tercemar HIV.
3) Penggunaan jarum suntik : penggunaan jarum suntik, tindik, tato, dan
pisau cukur yang dapat menimbulkan luka yang tidak disterilkan secara
bersama-sama dipergunakan dan sebelumnya telah dipakai orang yang
terinfeksi HIV. Caracara ini dapat menularkan HIV karena terjadi kontak
darah.
4) Ibu hamil kepada anak yang dikandungnya
1. Antenatal : saat bayi masih berada di dalam rahim, melalui plasenta.
2. Intranatal : saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau cairan
vagina.
3. Postnatal : setelah proses persalinan, melalui air susu ibu.
Kenyataannya 25-35% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
sudah terinfeksi di negara berkembang tertular HIV, dan 90% bayi dan
anak yang tertular HIV tertular dari ibunya
c) Perilaku berisiko yang menularkan HIV/AIDS
1. Melakukan seks anal atau vaginal tanpa kondom.
2. Memiliki infeksi menular seksual lainnya seperti sifilis, herpes, klamidia,
kencing nanah, dan vaginosis bakterial.
3. Berbagi jarum suntik yang terkontaminasi, alat suntik dan peralatan suntik
lainnya dan solusi obat ketika menyuntikkan narkoba.
4. Menerima suntikan yang tidak aman, transfusi darah, transplantasi jaringan,
prosedur medis yang melibatkan pemotongan atau tindakan yang tidak steril.
5. Mengalami luka tusuk jarum yang tidak disengaja, termasuk diantara pekerja
kesehatan.
6. Memiliki banyak pasangan seksual atau mempunyai pasangan yang memiliki
banyak pasangan lain.
5. Gejala HIV/AIDS
Gejala-gejala HIV bervariasi tergantung pada tahap infeksi. Meskipun orang yang
hidup dengan HIV cenderung paling menular dalam beberapa bulan pertama, banyak
yang tidak menyadari status mereka sampai tahap selanjutnya. Beberapa minggu pertama
17
setelah infeksi awal, individu mungkin tidak mengalami gejala atau penyakit seperti
influenza termasuk demam, sakit kepala, ruam, atau sakit tenggorokan.
18
c. Tahapan tes HIV/AIDS
1. Pre tes konseling
a. Identifikasi risiko perilaku seksual (pengukuran tingkat risiko perilaku).
b. Penjelasan arti hasil tes dan prosedurnya (positif/negatif).
c. Informasi HIV/AIDS sejelas-jelasnya.
d. Identifikasi kebutuhan pasien, setelah mengetahui hasil tes.
e. Rencana perubahan perilaku.
2. Tes darah Elisa
Hasil tes Elisa (-) kembali melakukan konseling untuk penataan perilaku
seks yang lebih aman (safer sex). Pemeriksaan diulang kembali dalam waktu 3-6
bulan berikutnya. Hasil tes Elisa (+), konfirmasikan dengan Western Blot.
7. Pencegahan HIV
Lima cara untuk mencegah penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE” sebagai
berikut.
19
1) Penggunaan kondom pria dan wanita
Penggunaan kondom pria dan wanita yang benar dan konsisten selama penetrasi
vagina atau dubur dapat melindungi terhadap penyebaran infeksi menular seksual,
termasuk HIV. Bukti menunjukkan bahwa kondom lateks laki-laki memiliki efek
perlindungan 85% atau lebih besar terhadap HIV dan infeksi menular seksual (IMS)
lainnya.
Deteksi dini TB dan keterkaitan yang cepat dengan pengobatan TB dan ARV
dapat mencegah kematian pada ODHA. Pemeriksaan TB harus ditawarkan secara rutin di
layanan perawatan HIV dan tes HIV rutin harus ditawarkan kepada semua pasien dengan
dugaan dan terdiagnosis TB. Individu yang didiagnosis dengan HIV dan TB aktif harus
segera memulai pengobatan TB yang efektif (termasuk untuk TB yang resistan terhadap
obat) dan ARV. Terapi pencegahan TB harus ditawarkan kepada semua orang dengan
HIV yang tidak memiliki TB aktif.
20
untuk menjangkau laki-laki dan remaja laki-laki yang tidak sering mencari layanan
perawatan kesehatan.
8) Bagi remaja
Semua orang tanpa kecuali dapat tertular, sehingga remaja tidak melakukan
hubungan seks tidak aman, berisiko IMS karena dapat memperbesar risiko penularan
HIV/AIDS. Mencari informasi yang lengkap dan benar yang berkaitan dengan
HIV/AIDS. Mendiskusikan secara terbuka permasalahan yang sering dialami remaja
dalam hal ini tentang masalah perilaku seksual dengan orang tua, guru, teman maupun
orang yang memang paham mengenai hal tersebut. Menghindari penggunaan obat-obatan
terlarang dan jarum suntik, tato dan tindik. Tidak melakukan kontak langsung
21
percampuran darah dengan orang yang sudah terpapar HIV. Menghindari perilaku yang
dapat mengarah pada perilaku yang tidak sehat dan tidak bertanggungjawab.
22
b. Pengobatan HIV/AIDS
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang
ada adalah antiretroviral dan infeksi oportunistik. Obat antiretroviral adalah obat
yang dipergunakan untuk retrovirus seperti HIV guna menghambat
perkembangbiakan virus. Obat-obatan yang termasuk antiretroviral yaitu AZT,
Didanoisne, Zaecitabine, Stavudine. Obat infeksi oportunistik adalah obat yang
digunakan untuk penyakit yang muncul sebagai efek samping rusaknya kekebalan
tubuh. Yang terpenting untuk pengobatan oportunistik yaitu menggunakan obat-
obat sesuai jenis penyakitnya, contoh : obat-obat anti TBC
1. Pengertian
Menurut WHO, ISPA adalah penyakit menular dari saluran pernapasan atas atau
bawah yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit berkisar dari infeksi ringan
sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya,
faktor penjamu dan faktor lingkungan. Penyakit ISPA adalah penyebab utama morbiditas
dan mortalitas penyakit menular di dunia. Penyakit ISPA juga penyebab utama kematian
terbesar ketiga di dunia dan pembunuh utama di Negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Kematian akibat penyakit ISPA sepuluh sampai lima puluh kali di Negara
berkembang dari pada Negara maju. ISPA termasuk golongan Air Borne Disease yang
penularan penyakitnya melalui udara. Patogen yang masuk dan menginfeksi saluran
pernafasan dan menyebabkan inflamasi (Lubis Ira, dkk.2019). ISPA dapat disebabkan
oleh berbagaii macam organisme, namun yang terbanyak adalah infeksi yang disebabkan
oleh virus dan bakteri. Virus merupakan penyebab terbanyak infeksi saluran nafas atas
akut (ISPA) seperti rhinitis, sinusitis, faringitis, tonsilitis, dan laringitis. Hampir 90% dari
infeksi tersebut disebabkan oleh virus dan hanya sebagian disebabkan oleh bakteri
(Tandi, 2018).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga
alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan andeksanya, seperti sinus, rongga telinga
tengah, dan pleura. ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung selama
23
14 hari. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang banyak
dijumpai pada balita dan anak-anak mulai dari ISPA ringan sampai berat. ISPA yang
berat jika masuk kedalam jaringan paru-paru akan menyebabkan Pneumonia. Pneumonia
merupakan penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian terutama pada anak-anak
(Jalil, 2018).
1. Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
2. Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold), radang tenggorokan
(pharyngitis), tonsilitisi dan infeksi telinga (otomatis media).
b. ISPA dikelompokkan berdasaran golongan umur yaitu :
24
3. Etiologi ISPA pada balita
Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus,
jamur dan aspirasi. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah Diplococcus Pneumoniea,
Pneumococcus, Strepococus Pyogenes Staphylococcus Aureus, Haemophilus Influenza,
dan lain-lain. Virus penyebab ISPA antara lain adalah Influenza, Adenovirus,
Sitomegagalovirus. Jamur penyebab ISPA antara lain Aspergilus Sp, Gandida Albicans
Histoplasm, dan lain-lain. Penyakit ISPA selain disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur
juga disebabkan oleh aspirasi seperti makanan, asap kendaraan bermotor, bahan bakar
minyak, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian) mainan plastic kecil, dan
lain-lain (Kunoli, 2013).
Terjadinya ISPA tentu dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu kondisi lingkungan
(polutan udara seperti asap rokok dan asap bahan bakar memasak, kepadatan anggoata
keluarga, kondisi ventilasi rumah kelembaban, kebersihan, musim, suhu), ketersediaan
dan efektifitas pelayanan kesehatan serta langkahlangkah pencegahan infeksi untuk
pencegahan penyebaran (vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas
ruang isolasi), factor penjamu (usia, kebiasaan merokok, kemampuan penjamu
menularkan infeksi, status gizi, infeksi sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan
oleh pathogen lain, kondisi kesehatan umum) dan karakteristik pathogen (cara penularan,
daya tular, faktor virulensi misalnya gen, jumlah atau dosis mikroba). Kondisi lingkungan
yang berpotensi menjadi faktor firiko ispa adalah lingkungan yang banyak tercemar oleh
asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak, asap hasil pembakaran serta benda asing
seperti mainan plastik kecil (Rosana, 2016).
25
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1. Batuk.
2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (pada
waktu berbicara atau menangis).
3. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C.
26
5. Mekanisme terjadinya ISPA
ISPA merupakan penyakit yang dapat menyebar melalui udara (air borne disease).
ISPA dapat menular bila agen penyakit ISPA, seperti virus, bakteri, jamur, serta polutan
yang ada di udara masuk dan mengendap di saluran pernapasan sehingga menyebabkan
pembengkakan mukosa dinding saluran pernapasan dan saluran pernapasan tersebut
menjadi sempit. Agen mengiritasi, merusak, menjadikan kaku atau melambatkan gerak
rambut getar (cilia) sehingga cilia tidak dapat menyapu lender dan benda asing yang
masuk di saluran pernapasan. Pengendapan agen di mucociliary transport (saluran
penghasil mukosa) menimbulkan reaksi sekresi lender yang berlebihan (hipersekresi).
Bila hal itu terjadi pada anak-anak, kelebihan produksi lender tersebut akan meleleh
keluar hidung karena daya kerja mucociliary transportsudah melampaui batas. Batuk dan
lender yang keluar dari hidung itu menandakan bahwa seseorang telah terkena ISPA.
Seseorang yang terkena ISPA bisa menularkan agen penyebab ISPA melalui
transmisi kontak dan transmisi droplet. Transmisi kontak melibatkan kontak langsung
antar penderita dengan orang sehat, seperti tangan yang terkontaminasi agen penyebab
ISPA. Transmisi droplet ditimbulkan dari percikan ludah penderita saat batuk dan bersin
di depan atau dekat dengan orang yang tidak menderita ISPA. Droplet tersebut masuk
melalui udara dan mengendap di mukosa mata, mulut, hidung, dan tenggorokan orang
yang tidak menderita ISPA. Agen yang mengendap tersebut menjadikan orang tidak sakit
ISPA menjadi sakit ISPA (Noviantari, 2018).
27
Adapun pengobatan yang dapat dilakukan kepada penderita ISPA yaitu sebagai berikut :
a. Pneumonia berat
Dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dan sebagainya.
b. Pneumonia
Diberi obat antibiotic kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi
kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrimoksasol keadaan penderita
menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin, atau
penisilin prokain.
c. Bukan pneumonia
Tanpa pemberian obat antibiotik hanya diberikan perawatan dirumah, untuk batuk
dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak ada zat yang
merugikan seperti Kodein, Dekstrometorfan dan Antihistamin. Bila demam diberikan
obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada
pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran
kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman
Streptococcus dan harus diberi antibiotik (Penisilin) selama 10 hari.
Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan
perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya, petunjuk dosis dapat dilihat pada
lampiran (Kunoli, 2013).
28
dengan menggunakan kain bersih dengan cara kain dicelupkan pada air (tidak
perlu di tambah air es).
b. Mengatasi batuk
Dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang aman misalnya ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan kecap atau
madu setengah sendok teh dan diberikan tiga kali sehari.
c. Pemberian makanan
d. Pemberian minuman
Diusahakan memberikan cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu mengencerkan dahak, selain itu
kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
29
D KONSEP TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian dilakukan dengan
cara berurutan, perawat harus mengetahui data aktual apa yang diperoleh, faktor resiko
yang penting, keadaan yang potensial mengancam pasien dan lain-lain (Nursalam, 2015).
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar
pasien. Pengkajian dilakukan saat pasien masuk instansi pelayanan kesehatan. Data yang
diperoleh sangat berguna untuk menentukan tahap selanjutnya dalam proses keperawatan.
30
Data yang perlu dikaji pada pasien ISPA dapat berupa :
a. Identifikasi klien yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal MRS dan diagnose medis.
b. Riwayat penyakit meliputi : keluhan utama, biasanya klien datang dengan keluhan
batuk pilek serta panas, kesehatan sekarang, kesehatan yagn lalu, riwayat kesehatan
keluarga, riwayat nutrisi, eliminasi, personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik berfokus pada system pencarnaan meliputi : keadaan umum
(penampilan, kesadaran, tinggi badan, BB dan TTV), kulit, kepala dan leher, mulut,
abdomen.
d. Aktivitas dan isrirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, cape atau lelah, insomnia, tidak bisa tidur pada
malam hari, karena badan demam.
e. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak, bau, atau berair Tanda : kadang –
kadang terjadi peningkatan bising usus.
f. Makanan atau cairan
Gejala : klien mengalami anoreksia dan muntah, terjadi penurunan BB. Tanda :
kelemahan, turgor kulit klien bisa buruk, membrane mukosa pucat
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (NANDA, 2014).
31
kesehjateraan dan mewujudkan potensi kesehatan manusia.
32
3. Intervensi
Perencanaan adalah proses kegiatan mental yang memberi pedoman atau
pengarahan secara tertulis kepada perawat atau anggota tim kesehatan lainnya tentang
intervensi/tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien. Rencana
keperawatan merupakan rencana tindakan keperawatan tertulis yang menggambarkan
masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan dan
kemajuan pasien secara spesifik.
Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha
membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien
(Nursalam, 2015).
Rencana keperawatan merupakan serangkai kegiatan atau intervensi untuk
mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah
preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan oleh pasien dan atau tindakan yang
harus dilakukan oleh perawat. (Wong, 2016).
Tujuan yang direncanakan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, tujuan
keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien, dapat diukur, didengar,
diraba, dirasakan, dicium. Tujuan keperawatan harus dapat dicapai serta dipertanggung
jawabkan secara ilmiah dan harus mempunyai waktu yang jelas. Pedoman penulisan
kriteria hasil berdasarkan “SMART”
33
4) Menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan.
b. Tipe rencana tindakan keperawatan, meliputi :
1) Observasi keperawatan, diawali kata kerja: kaji, monitor, pantau, observasi,
periksa, ukur, catat, amati.
34
Adapun intervensi keperawatan pada pasien ispa berupa : Tabel Intervensi
35
6. Kolaborasi 6. Menurunkan
dalam pemberian kekentalan
obat dan sekret dan
humidifikasi, mengeluarkan
seperti nebulizer. sekret.
2. Hipertermi Tujuan : 1. Kaji/pantu 1. Perubahan TTV
berhubungan Setelah dilakukan TTV. dalam rentang
dengan peningkatan tindakan keperawatan 2. Berikan abnormal
suhu tubuh (proses selama 3x24 jam
kompres mengindikasikan
penyakit). suhu tubuh kembali
normal. hangat. adanya respon
3. Anjurkan klien tubuh.
Kriteria hasil : untuk 2. Terjadinya
Tanda-tanda vital memperbanyak vasodilatasisehi
(TTV) dalam batas minum air ngga suhu tubuh
normal;
putih. cepat kembali
TD : 120/80
4. Kolaborasi dalam normal.
mmHg.
N : 80 x/ment. RR : pemberian terapi 3. Mencegah
20 x/menit. S : obat. terjadinya
37,00C kekurangan
cairan karena
dehidrasi.
4. Pemberian
terapi
mempercepat
proses
penyembuhan.
3. Nyeri akut Tujuan : 1. Tanyakan 1. Membantu
berhubungan pasien tentang dalam evaluasi
dengan inflamasi Setelah dilakukan nyeri, Tentukan gejala nyeri
pada membran tindakan keperawatan
karaktersitik kanker yang
mukosa faring dan selama 3x24 jam
tonsil. nyeri hilang atau nyeri dapat melibatkan
berkurang. 2. Kaji pernyataan visera, saraf
verbal dan non atau jaringan
Kriteria hasil : verbal nyeri tulang.
pasien. 2. Ketidaksesuaian
Tampak rileks dan
tidur/istrahat dengan 3. Evaluasi antara verbal
baik. keefektifan dan non verbal
Melaporkan nyeri pemberian obat. menunjukan.der
hilang/terkontrol. ajat nyeri.
Berpatisipasi dalam 3. Memberikan
36
aktivitas yang obat
diinginkan. berdasarkan
aturan.
37
menurunkan
kerja napas
5. Ketidakseimbang Tujuan : 1. Kaji kebiasaan 1. Pasien distress
an nutrisi kurang Setelah dilakukan diet.Evaluasi pernapasan akut
dari kebutuhan tindakan berat badan dan sering
tubuh berhubungan keperawatan
ukuran tubuh. anoreksia
dengan penurunan selama 3x24 2. Aukultasi
intake inadekuat, karena dispnea,
penurunan nafsu jampasien akan bisingusus. produksi
makan, nyeri menunjukan 3. Berikan makanan sputum, dan
menelan. perbaikan nutrisi. dalam jumlah obat-obatan.
kecil dan dalam 2. Membantu
Kriteria hasil: waktu yang dalam
1. Tidak
sering dan menentukan
tampak mual
teratur. respon untuk
muntah,
4. Anjurkan makan atau
2. Peningkatan
perawatan oral, berkembangnya
pengecapan
dan cara komplikasi.
danmenelan.
mengeluarkan 3. Meningkatkan
3. Nafsu
sekret. proses
makan
pencernaan dan
meningkat.
toleransi pasien
terhadap nutrisi
yang diberikan
dan dapat
meningkatkan
kerjasama
pasien saat
makan.
4. Rasa tak enak,
bau, dan
penampilan
adalah
pencegah utama
terhadap nafsu
makan dan
dapat membuat
mual dan
muntah dengan
peningkatan
kesulitan napas.
38
6. Ansietas Tujuan : 1. Evaluasi tingkat 1. Pemahaman
berhubungan pemahaman persepsi
dengan Setelah dilakukan
tindakan pasien/orang melibatkan
perkembangan
terdekat tentang susunan tekanan
penyakit dan keperawatan selama
3x24 jam ansietas diagnosa. perawatan
perubahan status
hilang atau 2. Akui rasa takut, individu dan
kesehatan. berkurang Kriteria
hasil : masalah pasien, memberikan
dan dorong informasi.
. Tampak rileks mengekspresikan 2. Memberi waktu
. Klien dapat perasaan. untuk
beristrahat. 3. Libatkan mengidentifikasi
. Dapat bekerja pasien/orang perasaan.
sama dalamprogram terdekat dalam 3. Dapat
terapi. perencanaan memperbaiki
keperawatan. perasaan kontrol.
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau
melaksanakan rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Nursalam, 2015).
Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan intervensi
keperawatan dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah dituliskan dalam rencana
keperawatan pasien. Dalam kata lain dapat disebut bahwa pelaksanaan adalah peletakan
suatu rencana menjadi tindakan yang mencakup :
a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
b. Pelaksanaan intervensi keperawatan
c. Pendokumentasian tindakan keperawatan
d. Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan respon pasien
terhadap intervensi keperawatan
Pada kegiatan implementasi diperlukan kemampuan perawat terhadap penguasaan
teknis keperawatan, kemampuan hubungan interpersonal, dan kemampuan intelektual
untuk menerapkan teori-teori keperawatan kedalam praktek.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah
39
rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi
rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Nursalam, 2015).
Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang dapat
digunakan perawat untuk memutuskan/menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan
dalam rencana keperawatan tercapai, yaitu :
• Tujuan tercapai.
• Tujuan sebagian tercapai.
• Tujuan tidak tercapai.
Evaluasi pencapaian tujuan memberikan umpan balik yang penting bagi perawat
untuk mendokumentasikan kemajuan pencapaian tujuan atau evaluasi dapat menggunakan
kartu/format bagan SOAP (Subyektif, Objektif, Analisis dan Perencanaan).
Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien ispa harus sesuai dengan
rencana tujuan yang telah ditetapkan yaitu :
a. Jalan napas menjadi efektif.
b. Suhu tubuh dalam batas normal.
c. Nyeri berkurang/hilang.
d. Pola napas kembali efektif.
e. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
f. Ansietas hilang/ berkurang.
40
E. KASUSASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Identitas Anak
Nama : An. D
Umur : 9 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Tanggal pengkajian :3 Maret 2020
3. Anamnese
a. Keluhan utama
Data subjektif : Orang tua klien mengatakan anaknya batuk, batuk berdahak
susah dikeluarkan, pilek sejak 2 hari yang lalu, orang tua klien mengatakan
anaknya malas makan, porsi makan tidak dihabiskan.
Data Objektif : Klien tampak kurus, klien tampak pucat, klien tampak lemas, BB
24 ( menurun ), IMT: 18,7 (24 kg/128 cm x 100=18,7),TTV: P: 24x/ menit, N:
106x/ menit, S: 37,3oC, mukosa bibir kering, dan porsi makan tampak tidak
dihabiskan, ketidakseimbangan nutrisi.
41
b. Riwayat Kesehatan
1). Riwayat penyakit yang lalu.
Orang tua klien mengatakan sebelumnya anaknya pernah sakit panas 2 hari
sebelum dipelayanan kesehatan.
42
b). Pola makan
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan sebelum sakit nafsu makan
anaknya sangat baik, frekuensi makan tiga kali sehari dan makanan yang
dikonsumsi yaitu nasi, ikan, telur dan sayur- sayuran.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan selama sakit nafsu
makan anaknya berkurang, frekuensi makan dua kali sehari
dan hanya memakan bubur selama dirumah sakit.
c). Istrahat / tidur
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya tidur siang kurang
lebih 3 jam dan tidur malam kurang lebih 8 jam.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya tidur siang kurang
lebih 1 jam dan tidur malam kurang lebih 5 jam dan kadang sering
terbangun.
d). Personal hygiene
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya mandi 2 kali sehari,
rajin menggosok gigi, dan ganti baju sewaktu- waktu ketika baju kotor.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya mandi tetap 2x sehari
walaupun sakit
e). Aktivitas
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya sangat aktif bermain
dengan teman-teman sebayanya.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya kurang aktif, lemah,
dan sering mengeluhkan batuknya.
f.). Eliminasi
Sebelum sakit : orang tua klien mengatakan anaknya BAB 2-3 x/hari
dengan konsistensi padat dan berwarna kecoklatan, dan BAK 5-6 x/hari,
dan berwarna kuning jernih.
Selama sakit : orang tua klien mengatakan anaknya 1-2 x/hari, konsistensi
lunak, warna kuning kecoklatan dan BAK 5-6 x/hari, warna kuning pekat
dan bau khas.
g). Pemeriksaan fisik (data objektif).
Keadaan umum : sedang
43
Kesadaran : composmentis
S : 37,3oC,
N : 106 x/menit
BB:24 kg
Porsi makan tampak tidak dihabiskan
44
4. Analisa data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Infeksi saluran nafas Ketidakseimbangan
- Orangtua klien nutrisi kurang dari
mengatakan anaknya kebutuhan tubuh
batuk, pilek diserta
Merangsang refluks
demam sejak 2 hari
peristaltik
yang lalu, anaknya
malas makan selama
dirawat dan porsi
makannya tidak Menekan lambung
dihabiskan
DO :
- Klien tampak
lemah, pucat, kurus, Nafsu makan menurun
BB 24kg
- IMT : 24/128cm x 100
= 18,7
- TTV : R: 42x/menit, N
Ketidakseimbangan
: 106x/menit, S nutrisi kurang dari
:37,30C kebutuhan tubuh
45
3 DS : Infeksi saluran nafas Gangguan pola tidur
- orang tua klien atas
mengatakan
biasanya anaknya Kuman berlebih
tidur siang 3 jam, dibronkus
tetapi selama sakit
menjadi hanya 1 jam
- tidur malam biasanya Proses peradangan
8 jam tetapi selama
sakit menjadi 5 jam
dan sering terbangun Akumulasi sekret
dibronkus
DO :
- klien tampak lemah, Batuk berdahak,
mata cekung sesak Gangguan
- klien tampak batuk pola tidur
berdahak, suara nafas
vesikuler basah
disertai ronchi dan
perkusi sonor
memendek, RR :
42x/menit, S : 37,30C, N :
106x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukansekret
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungandengan anoreksia
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sekret berlebih
3INTERVENSI KEPERAWATAN
46
dengan dilakukan tindakan 2. Auskultasi n ventilasi
akumulasisecret keperawatan selama suara napas, sehingga
di bronkus 3x24jam maka catat adanya kebutuhan
kriteriahasil yang suara oksigen
diharapkan yaitu : tambahan. terpenuhi.
3. Ajarkan 2. Memastikan
kemudahan bernafas,
batukefektif. suara napas
frekuensi dan irama
4. Monitor vesikuler.
bernafas, pergerakan
repirasidan 3. Batuk efektik
sputum keluar dari jalan
status O2 membantu
nafas,pergerakan
5. Kolaborasi klien untuk
sumbatan keluar
darijalan nafas dengan tim mengeluarka
medis lain nsekret
dalam sehingga
pemberian pernafasan
terapi sesuai tidak
program terganggu.
6. Memberikan 4. Penurunan
edukasi saturasi
mengenai oksigen dapat
ISPAkepada menunjukan
keluarga perubahan
klien. status
kesehatan
klien yang
dapat
mengakibatka
nterjadinya
hipoksia.
5. Pemberian
terapi sesuai
47
program
membantu
memngeluarka
n atau
mengencerkan
secret pada
saluran napas.
6. Memastikan
klien mengerti
mengenai ISPA
dan mudah
untuk
berkerjasama
Tujuan : 1. Kaji adanya 1. Untuk
2 Ketidakseimban
Kebutuhan nutrisi alergi makanan mengetahui
gan nutrisi
terpenuhiKriteria hasil adanya riwayat
kurang dari 2. Anjurkan orang
: Setelah dilakukan alergimakanan
kebutuhan tua klien untuk
tindakan keperawatan 2. Untuk
tubuh memberikan
selama 3x24 jam maka memenuhi
Berhubungan porsi makan
kriteria hasil yang kebutuhan
dengan keciltapi sering
diharapkan yaitu: nutrisi klien
anoreksia 3. Yakinkan diet
3. Untuk
adanya peningkatan yang dimakan
mencegah
berat badan sesuai mengandung
konstipasi pada
dengan tujuan, berat tinggi serat untuk
anak
badan ideal sesuai mencegah
4. Untuk
tinggi badan, mampu konstipasi
meningkatkan
mengidentifikasi 4. Kolaborasi
jumlah kalori
kebutuhan nutrisi, dengan ahli gizi
dan nutrisi yang
tidak ada tanda untuk
dibutuhkan
malnutrisi, dan menentukan
oleh pasien
48
menunjukkan jumlah kalori 5. Untuk
peningkatan fungsi dannutrisi yang memberikan
pengecapan dari dibutuhkan oleh hiburan kepada
menelan pasien anakagar mau
5. Berikan makan
permainan atau
desain ruangan
1. Jelaskan 1. Tidur yang
3 Gangguan pola Tujuan : Kebutuhan
pentingnya cukup dapat
tidur tidur terpenuhi Kriteria
tiduryang adekuat membantu
berhubungan hasil : Setelah dilakukan
proses
dengan sekret tindakan keperawatan
2. Fasilitasi untuk
penyembuhan
berlebih selama 3x24 jam maka
mempertahankan
2. Kelelahan
kriteria hasil yang
aktivitas sebelum
dapat
diharapkan yaitu :
tidur
menurunka
jumlah jam tidur dalam
3. Ciptakan
nkualitas
batas normal, pola tidur,
lingkungan yang
tidur
kualitas dalam batas
nyaman
3. Lingkungan
normal, perasaan fresh
4. Anjurkan klien yang nyaman
setelah tidur, mampu
minum air hangat dapat
mengidentifikas i hal-hal
sebelum tidur meningkatka
yang meningkatkan tidur
nkualitas
5. Kolaborasi tidur
pemberian obat 4. Air hangat
jika diperlukan dapat
mengurangi
penumpuka
nsekret
5. Pemberin
bronkodilato
rdapat
49
melegakan
pernafasan
dan
mengurangi
sekret
terapeutik O:
50
semifowler Suara napas : ronki
vitamin A 200.000 / IV P:
Intervensi di lanjutkan
( 2,3,4,5,6,7)
Terapi
NaCl 2cc
51
Ambroxsol syrup3x
cth/oral
demam)
Vitamin A 200.000/IV
52
permainan atau menit,
38,3 oC.
kamarnya
A:
P:
intervensi dilanjutkan
dihari
kedua.
53
mata
cekung
38,3 oC.
kamarnya
Klien tidak
menghabiskan
A:
P:
intervensi dilanjutkan
dihari
kedua
3. Mengajarkan teknik
54
cupping pada dada dan terdengar grok-grok lagi
punggung
O:
4. Memposisikan pasien
Kesadaran :
semifowler
composmentis GCS 4-
5. Mengauskultasi suara
nafas klien 34
7. Mengkolaborasikan
batuk
pemberian terap
Suara napas :ronki
Tanda vital :
RR : 38x/menit, Suhu :
hangat.
istirahat
Tidak terpasang
oksigen.
55
A:
masalah teratasi
sebagian
P:
intervensi di lanjutkan
2,3,4,5,6,7)
Terapi
NaCl 2cc
Ambroxsol syrup3x
cth/oral
demam)
Vitamin A 200.000/IV
56
anaknya untuk porsi
4. Mengajarkan BB: 24 kg
38,0 oC.
A:
masalah teratasi
sebagian
P:
intervensi dilanjutkan
dihari
57
ketiga
5. Kolaborasi pemberian O:
cekung
kamarnya
58
Klien mulai
menghabiskan
A:
masalah teratasi
sebagian
P:
intervensi dilanjutkan
dihari
ketiga
secret di bronkus O:
cupping pada dada
59
6. Mengkolaborasikan :vesikuler
RR : 28x/menit,
Suhu : 36 oC,
Nadi : 90x/menit
hangat.
Tidak terpasang
oksigen.
A:
Masalah teratasi
P:
dalam mendukung
membaik dan porsi
60
makanannya O:
dalampemberian
makan anaknya
61
berlebih 2.Fasilitasi untuk mengatakan
37.3 oC.
kamarnya
Klien menghabiskan
A:
masalah teratasi
P:
intervensi dihentikan
62
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tuberkulosis (TBC) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycrobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan bronkus. TBC paru
tergolong penyakit air borne infection, yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui
udara pernapasan ke dalam paru-paru. Kemudian kuman menyebar dari paru-paru ke
bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui
bronkus atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya (Widyanto & Triwibowo,
2013).
AIDS adalah kependekan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired
berarti didapat, bukan keturunan. Immuno terkait dengan sistem kekebalan tubuh kita.
Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan
kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat
kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir.
Penyakit ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit
menular di dunia. Penyakit ISPA juga penyebab utama kematian terbesar ketiga di dunia
dan pembunuh utama di Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kematian akibat
penyakit ISPA sepuluh sampai lima puluh kali di Negara berkembang dari pada Negara
maju. ISPA termasuk golongan Air Borne Disease yang penularan penyakitnya melalui
udara. Patogen yang masuk dan menginfeksi saluran pernafasan dan menyebabkan
inflamasi (Lubis Ira, dkk.2019).
B. Saran
Kelompok 1 menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut kelompok 1
meminta kritik dan saran yang membangun dari para pembaca,hal ini agar makalah ini
menjadi lebih sempurna dan baik digunakan untuk para pelajar, dan saya berharap
kritikan dan saran ysang diberikan dalam makalah ini bersifat membanggun.
63
DAFTAR PUSTAKA
Wilson, et al. (2013). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. United States of America : Mosby
Elsevier
Wijaya. (2015). Keperawatan Medikal Bedah (keperawatan dewasa). Yogyakarta : Nuha medika
Zuriyah. (2015). Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Pada Kejadian ISPA Balita
di Pukesmas Bungal Kabupaten Gresik. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Ziady, L E., dan Nico Small. (2016). Prevent and Control Infection : Application Made Easy.
South Africa : Juta and Company Ltd.
Almatsier. (2014). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Andarmoyo. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi), Konsep, Proses, dan Praktik
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
64