Anda di halaman 1dari 1

1. Jelaskan perkembangan terakhir menurut MA mengenai kedudukan KUH Perdata tersebut ?

Mahkamah Agung melalui Surat Edaran Nomor 3 Tahun 1963 telah mengajukan “gagasan”
agarBurgerlijk Wetboek (BW) tidak dianggap sebagai Undang-Undang melainkan sebagai suatu
dokumen yang menggambarkan suatu kelompok hukum tak tertulis. Sehingga secara implisit
Mahkamah Agung --pada masa itu melalui SEMA a quo-- tidak ingin menjadikan B.W. sebagai suatu
sumber hukum yang mengikat di Indonesia sejajar dengan undang-undang, melainkan sekadar
referensi atas suatu jenis hukum tak tertulis yang bersifat privat.

Namun, faktanya hingga kini Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang merupakan terjemahan dari
Burgerlijk Wetboek --selanjutnya disebut dengan BW-- tetap digunakan oleh banyak pihak dan dikutip
oleh banyak putusan sebagai dasar hukum untuk memutus suatu sengketa. BW juga dianggap sebagai
suatu kaidah hukum yang bersifat mengikat layaknya undang-undang.

2. Jelaskan menurut saudara beberapa peraturan yang sudah diatur secara khusus dalam uu terterntu
yang menggantikan peraturan - peraturan dalam KUH perdata

Terdapat beberapa peraturan-peraturan yang berlaku dan diatur diluar KUHPerdata, contoh nya
dalam bidang pertanahan yaitu UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria yang
dikenal dengan nama Undang-undang Pokok Agraria (UUPA, Hukum Perkawinan yang dikenal dengan
UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan8,Hukum Hak Tanggungan.
Upaya untuk menjawab kebutuhan masyarakat atas keberadaan hukum acara perdata telah dilakukan
melalui pengaturan yang tersebar di beberapa undang-undang antara lain seperti Undang-Undang
No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang No.14 Tahun 1985 tentang
Mahkmah Agung sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No.5 Tahun 2004 dan terakhir diubah
dengan Undang-Undang No.3 Tahun 2009

Anda mungkin juga menyukai