Kelompok :8
INTERPRETASI – PSAP
Nomor: 02
tentang
Kasus
Disusun Oleh :
2023
BAB I
Gambaran Umum Perusahaan
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang yang unik dan
menjadikannya sebagai daerah yang istimewa. Sejarah panjang DIY tidak lepas dari
eksistensi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang didirikan tahun 1775 dan
Kadipaten Pakualaman didirikan pada tahun 1813. Dinamika perjalanan historis wilayah
nusantara terus berlangsung diselingi pergantian kekuasaan, namun Kedaulatan
Kasultanan dan Kadipaten tetap diakui baik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda
maupun pada masa pendudukan Jepang. Hingga pada akhirnya kemerdekaan Indonesia
diproklamasikan tahun 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII
menyatakan kepada Presiden RI bahwa Daerah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
dan Daerah Kadipaten Pakualaman menjadi bagian wilayah Negara RI, bergabung
menjadi satu kesatuan yang dinyatakan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta.
1. Pengakuan
Akuntansi Pendapatan-LRA
Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada rekening kas umum
negara/daerah
Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mangacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
Akuntansi Belanja
Belanja diaku pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.
Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi
pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit
yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mangacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum
Negara/Daerah
2. Pengukuran
Belanja (pengeluaran)
Pendapatan/Penerimaan (Pemasukan)
Pendapatan diukur dari besaran nilai yang masuk atau diterima pada Rekening
Kas Umum Negara/Daerah. Dimana pendapatan ini dapat dilihat dari transfer yang
masuk (penerimaan uang dari entitas pelaporan lain). Akuntansi pendapatan-LRA
dilkasanakan berdasarkan azas bruto. Serta diukur juga dari akuntansi penerimaan
pembiayaan semua rekening kas umu negara/daerag yang berasal dari penerimaan
pinjama, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah,
penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada pihak ketiga, penjualan
investasi permanen lainnya dan pencairan cadangan lainnya.
Diukur dengan melihat selisih antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu
periode dan pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit-LRA. SILPA/SIKPA dapat
diukur dengan meilihat selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan
Belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan
yang kemudian dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.
3. Penilaian
Pendapatan-LRA
Belanja
Dinilai sebesar nilai tercatat dan disajikan pada laporan realisasi anggaran
berdasarkan belanja langsung dan tidak langsung.
4. Penyajian
Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat diperlukan bagi penyusun
laporan keuangan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu.
Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya
dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan.
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan
dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu
tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan
pertimbangan sehat tidak memperkenankan misalnya, pembentukan cadangan
tersembunyi, sengaja menetapkan aset atau pendapatan yang terlampau rendah, atau
sengaja mencatat kewajiban atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan
keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal.
5. Pengungkapan
1. Pengakuan (Identifikasi).
Anggaran Belanja Pegawai terdiri dari beberapa akun, yaitu Belanja Gaji dan
Tunjangan ASN (Belanja gaji pokok PNS, belanja tunjangan keluarga PNS, belanja
jabatan PNS, fungsional PNS, fungsional umum PNS, tunjangan beras PNS, tunjangan
khusus/PPh PNS, belanja pembulatan gaji PNS, dan Belanja Tambahan ASN (tambahan
penghasilan berdasarkan prestasi kerja), belanja honorarium
Anggaran Belanja Barang dan Jasa terdiri dari beberapa akun, yaitu Belanja
Barang (BHP, bahan bakar, suku cadang, alat kantor, makanan dan minuman rapat),
Belanja Jasa (honorarium, jasa tenaga, belanja langganan jurnal/surat kabar/majalah,
tagihan telepon, air, listrik, pembayaran pajak, konsultasi), Belanja Pemeliharaan
(Pemeliharaan peralatan dan mesin), Belanja Perjalanan Dinas (Perjalanan dinas biasa).
Anggaran Belanja Modal Peralatan dan Mesin terdiri dari beberapa akun, yaitu
Belanja computer, belanja peralatan computer dan belanja peralatan computer lainnya.
Anggaran Belanja Modal Jalan Jaringan dan Irigasi terdiri dari beberapa akun,
yaitu Belanja Modal Instalasi (Gedung dan bangunan)
2. Pengukuran
Akun Belanja dihasilkan dari total Belanja Operasi dan Belanja Modal. Belanja
Operasi terdiri dari Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa. Realisasi Belanja
Operasi sebesar 95.89% dari anggaran Belanja Operasi 2021 dan Belanja Modal
terealisasi sebesar 91,20% dari anggaran Belanja Modal 2021. Jika dilihat dari persentase
antara Realisasi Belanja 2021 dengan Anggaran Belanja 2021, secara keseluruhan
realisasi keuangan Bappeda Kota Yogyakarta tercapai sebesar 93,59%. Meskipun
demikian, realisasi fisik pada tahun ini tetap mencapai target sebesar 100%. Hal ini
karena masing-masing pos belanja yang tercakup dalam Belanja Operasi secara
keseluruhan bisa dilaksanakan semua dengan biaya sehemat mungkin. Namun, terdapat
pos belanja yang realisasinya tidak mencapai 80% dari yang dianggarkan yaitu belanja
tagihan telpon, air, listrik, belanja langganan jurnal, belanja pembayaran pajak, bea dan
perizinan. Pengukuran laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang
menggunakan mata uang asing harus dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam
mata uang rupiah dengan menggunakan nilai tukar bank central yang berlaku pada
tanggal transaksi.
3. Penilaian
Belanja adalah semua semua pengeluaran dari rekening kas daerah yang
mengurangi saldo anggaran lebih, dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan, yang
tidak akan diperoleh pembayarannya Kembali oleh pemerintah. Realisasi belanja Provinsi
Yogyakarta pada tahun 2021 adalah sebesar 37.188.614.109 atau 93,59% dari anggaran
belanja sebesar 39.734.364.969.
4. Penyajian
5. Pengungkapan
1) Belanja Operasi
Belanja operasi merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Berdasarkan Pasal 56
Pemerintah Nomor 12 tahun 2019, Belanja operasi yaitu Belanja Pegawai dan Belanja
Barang dan Jasa
2) Belanja Modal
Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan
aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari 1 (satu) periode akuntansi. Mengacu pada
Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019, ketentuan terkait Belanja Modal
diatur sebagai berikut:
2. Pengukuran
3. Penilaian
4. Penyajian
5. Pengungkapan
Dari hasil analisis implementasi PSAP 02 pada pemerintah kota Yogyakarta dapat ditarik
kesimpulan diantaranya: