Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TOKOH PENDIDIKAN ISLAM DALAM


PENGAJARAN AL QUR’AN UNTUK RA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Pembelajaran Al Qur’an
Untuk Anak Usia Dini
Dosen : H. Opik Taopikurohman, M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 1

Ade Jaenab
Annisa Insiriah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) PUI


MAJALENGKA
TAHUN AKADEMIK 2017 / 2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas rahmat, karunia,

serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang

“TOKOH PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENGAJARAN AL QUR’AN

UNTUK RA” ini dengan baik. Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak H. Opik

Taopikurohman, M.Pd. selaku Dosen mata kuliah Metode Pembelajaran Al

Qur’an Untuk Anak Usia Dini yang telah membimbing penulis sehingga dapat

menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya

kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa

yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang

membangun.

Talaga, Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

A. IBNU SAHNUN 2

B. AL QABISY 7

C. IBNU KHALDUN 10

BAB IV PENUTUP 12

A. Kesimpulan 12

B. Saran 13

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam tak lepas dari para tokoh agamanya yang menyebarkan maupun

mengembangkan pendidikan Islam di dunia ini, dan di Negara kita sendiri

terdapat beberapa tokoh pendidikan Islam yang jasanya sangat besar dalam

perkembangan pendidikan islam.

Sekian banyak tokoh pendidikan Islam yang ada, baik yang dikenal

maupun yang tidak tentunya banyak pelajaran dan hikmah yang dapat kita

ambil. Seiring berjalannya waktu, para tokoh yang telah berjasa banyak yang

terlupakan, bahkan ajaran mereka dan peran sertanya banyak yang diabaikan.

Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa tak sepatutnya melupakan jasa-jasa

mereka. Bahkan kita harus lebih giat lagi dalam meneruskan visi dan misi

mereka. Dalam makalah kali ini akan mencoba untuk sedikit memaparkan

biografi para tokoh pendidikan Islam serta peran mereka dalam merentaskan

kebodohan.

B. Rumusan Masalah

Siapa saja tokoh-tokoh Pendidikan Islam yang berperan dalam

Pengajaran Al Qur’an untuk anak RA?

C. Tujuan

Untuk mengetahui tokoh-tokoh Pendidikan Islam yang berperan

dalam Pengajaran Al Qur’an untuk anak RA

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. IBNU SAHNUN

Ibnu Sahnun adalah salah seorang tokoh pendidik pertama dikalangan

umat Islam, sebelumnya ia dikenal sebagai ahli fiqh yanag bermazhab Mailiki.

Pemikiran Ibnu Sahnun mengenai pendidikan banyak menyoroti tentang

perilaku pendidik, dan yang paling diperhatikan adalah berkenaan dengan

kompetensi pendidik itu sendiri. Selain tanggungjawabnya dalam mengajar,

seorang pendidik dituntut memiliki kemampuan atau kapasitas keilmuan yang

mumpuni. Nama lengkapnya adalah Abdullah Muhammad bin Abd Sa’id

Sahnun bin Sa’id bin Habib bin Hilal bin Bakkar bin Rabi’ah At-Tanukhi.

Sahnun berarti seekor burung yang memiliki pandangan tajam. Dijuluki

“Sahnun” karena ketajaman pemikirannya.

Pemikiran Ibnu Sahnun :

1. Kurikulum

Ibnu Sahnun membagi kurikulum pendidikan kepada dua bagian,

yaitu kurikulum wajib, dan kurikulum pilihan. Kurikulum wajib meliputi

Al Qur’an, Hadits dan Fiqh. Sedangkan kurikulum pilhan berkisar pada

materi-materi: ilmu hitung, syair, bahasa Arab dan ilu nahwu.

2. Metode Pendidikan

Metode pendidikan yang dimaksud Ibnu Sahnun adalah sistem atau

langkah tertentu tentang situasi tertentu. Sebagai gambara tentang metode

2
yang dimaksud oleh Ibnu Sahnun yaitu kaidah yang harus diperhatikan

para pendidik dalam pengajaran Al Qur’an antara lain:

 Tidak menyentuh Al Qur’an kecuali dengan wudhu dan tidak ada

salahnya bagi anak yang belum sampai usia tamyiz membaca ayat-

ayat Al Qur’an di papan tulis tanpa wudhu jika ia sedang belajar,

demikian juga pendidik.

 Jika seorang pendidik membaca ayat sajadah sedangkan ia

membacanya untuk anak didik maka tidak menjadi keharusan bagi

anak untuk sujud tilawah karena seorang anak tidak sebagai imam,

kecuali jika anak itu telah dewasa idak ada salahnya untuk sujud.

Sedangkan metode pemgajaran Al Qur’an yang harus diikuti oleh

pendidik adalah sebagai berikut:

 Seorang pendidik sepantasnya menyediakan waktu bagi anak untuk

mengajarkan mereka berbagai kitab

 Pendidik tidak bpleh memindahkan mereka dari satu surat ke surat

lain hingga mereka hafal, menguasai tata bacaan dan tulisannya

 Pendidik hendaklah menyediakan waktu khusus untuk diskusi agar

mereka belajar dasr-dasar diskusi dan tata krama mendengar. Pendidik

hendaknya memberikan mereka kebebasan berpendapat

 pendidik hendaklah bersifat adli di kalangan anak didik dan

memperlakukan mereka dengan sama

3. Peranan Pendidik

Ibnu Sahnun menekankan pentingnya pendidik dalam proses

pendidikan. Menurutnya pendidik tidak hanya terbatas pada pendidikan

3
dan pengajaran, namun lebih dari itu seorang pendidik hendaklah berperan

sebagai orang tua bagi anak didik. Oleh karena itu, Ibnu Sahnun

memberikan penjelasan tentang beberapa hal yang seharusnya dimiliki

oleh seorang pendidik yaitu:

 Mencurahkan perhatiannya secara langsung terhadap anak didik

 Pada waktu seorfang anak didik tidak hadir, pendidik harus

menghubungi keluarga anak didik

 Pendidik senantiasa bersungguh-sungguh menyediakan waktu untuk

anak didik

 Pendidik menguasai hafalan Al Qur’an, mengetahui ilmu fiqh, ilmu

nahwu, kaligrafi, dan lain-lain.

Kesimpulan mengenai pembahasan pemikiran Ibnu Sahnun tentang

pendidikan adalah Ibnu Sahnun tergolong sebagai tokoh pendidikan Islam

peringkat pertama, beliau banyak menulis kitab-kitab yang berisi berbagai

bidang ilmu termasuk juga bidang pendidikan. Pandangan Ibnu Sahnun dalam

bidang pendidikan adalah penekanan kepada kompetensi yang harus dimiliki

oleh pendidik. Pendidikan yang diharapkan oleh Ibnu Sahnun adalah

pendidikan yang memadukan antara tujuan duniawi dan ukhrawi.

Kaidah dan Teknik Belajar Al Qur’an Oleh Ibnu Sahnun :

a. Mengeja dan Mengenal Baris

Kurikulum pengajian Al Kuttab atau peringkat rendah lebih

berfokus pada pengajaran Al Qur’an merupakan subjek utama Al Kuttab.

Oleh karena itu tidak heran mengapa orang dulu bisa menghafal Al Qur’an

di awal usia muda.Disamping mengenal baris, mereka juga diajarkan

4
mengeja atau dikenal sebagai Qira’at dan Baghdadi pada masa kini.

Kaidah pengajaran awal ini adalah untuk memandu anak didik ke

peringkat yang seterusnya, ini karena asas mengeja dan mengenal baris

adalah titik permulaan bagi anak didik untuk memahami dan menguasai Al

Qur’an.

b. Membaca

Selanjutnya anak didik akan diajarkan membaca. Kaidah

membaca ini dilakukan setelah anak didik menguasai ilmu mengeja dan

mengenal baris. Walaupun demikian sebenarnya dalam proses mengeja

dan mengenal baris mereka sudah belajar untuk menyebutkan, kaidah

membaca Al Qur’an disini dimulai dengan mendengar bacaan guru

kemudian anak mengikuti bacaan tersebut. Ibnu Sahnun di dalam kitabnya

menyatakan agar seorang pendidik apanila ingin mengajarkan Al Qur’an

hendaknnya dimulai dengan surat-surat yang pendek atau surat-surat

dalam Juz Amma, ini untuk menarik minat anak agar dapat menguasai dan

menghafal Al Qur’an.

Dalam membaca Al Qur’an anak juga akan dikenalkan dengan

hukum-hukum tajwid agar mereka dapat membaca Al Qur’an dengan baik

dan tartil. Apabila sudah memahami dan mempraktikan bacaan Al Qur’an,

mereka juga akan diajarkan bagaimana untuk mberhenti dan menyambung

ayat dibaca. Ini adalah untuk emamstikan maksud dan makna ayat Al

Qur’an itun tidak lari dari segi makna yang asal.

c. Manghafal dan Pengulangan

5
Secara tidak langsung, apabila mereka diajarkan kaidah menulis,

mereka dengan sendirinya akan belajar kaidah pengulangan yang menjadi

kaidah menghafal. Menghafal disini adalah menghafal Al Qur’an. Kaidah

ini merupakan pendekatan paling utama dalam ilmu Al Qur’an karena Al

Qur’an pada awalnya adalah dihafal oleh Rasulullah SAW yang

diturunkan oleh maikat Jibril AS dengan perintah Allah SWT. Kaidah ini

tidak memaksa anak untuk menghafalnya, karena menghafal memerlukan

kekuatan dari dalam diri, motivasi, kestabilan emosi, ketenangan jiwa,

kekuatan fisik, dan kekuatan mental untuk seseorang menghafalnya. Jadi

ini bergantung kepada individu tersebut.

Walaupun demikian, dengan pengulangan yang ditulis pada buku-

buku mereka mungkin akan diingat dengan sendirinya dan mereka juga

tidak akan berpindak pada surat yang lain sebelum mereka menguasai

surat yang sedang dipelajarinya.

d. Penguasaan

Selanjutnya anak didik akan dajarkan dengan kaidah penguasaan,

kaidah ini yang membantu anak menguasai sesuatu surat yang diajarkan,

mereka bisa dipindahkan pada surat yang lain apabila mereka benar-benar

menguasai tajwid dan tulisan pada surat tersebut. Pendidik harus

menyeimbangkan atau berlaku adil terhadap anak yang cepat dan lambat

dalam menguasai surat dengan tidak memindahkan ke surat yang lain pada

anak yang cepat menguasainya. Oleh karena itu anak yang cepat

menguasai suatu surat maka perlu menunggu dan membantu rekan-rekan

yang lain untuk menguasai Al Qur’an.

6
e. Kaidah Talaqi

Anak-anak akan belajar dengan cara bertalaqi secara

berkelompok, kaidah ini adalah untuk memastikan semua anakm

menguasai Al Qur’an dan guru-guru akan membagi beberapa kelompok

atau dikenali sebagai konsep pengajaran berprogram. Dalam kaidah ini ada

kelompok anak-anak yang lambat dari segi kemampuan terhadap A l

Qur’an akan dibantu oleh anak-anak yang cepat menguasai Al Qur’an.

f. Kaidah Penilaian

Penialaian disini ialah menguji tahap penguasaan anak didik

terhadap apa yang mereka pelajari. Penilaian ini juga perlu dilakukan

secara bertahap agar anak-anak tidak cepat bosan. Beberapa aspek yang

perlu dinilai antara lain yhaitu dari segi ingatan mereka, penguasaan

mereka, pengetahuan dan kemahiran mereka.

B. AL QABISIY

Nama lengkap Al-Qabisiy adalah Abu Al-Hasan Muhammad bin

Khalaf Al-Ma‘arifi Al-Qairawaniy. Ia lahir di mota Qairawan Tunisia pada

tahun 324 H (935 M). Semasa kecil dan remajanya ia belajar di kota Qairawan.

Ia mulai mempelajari hadits, fiqh, ilmu-ilmu bahasa Arab dan Qira’at dari

beberapa ulama yang terkenal dikotanya. AL Qabisiy mengajar pada sebuah

madrasah yang diminati oleh penuntut-penuntut ilmu. Madrash ini lebih

memfokuskan pada ilmu Hadits dan Fiqh.

Secara umum, konsep pemikiran tujuan pendidikan Al Qabisy

sebagaimana dirumuskan oleh Al Jumbulati yaitu:

7
 Mengembangkan kekuatan akhlak anak

 Menumbuhkan rasa cinta agama

 Berpegang teguh terhadap ajarannya

 Mengembangkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang murni

Anak-anak akan memilii keterampilan dan keahlian yang dapat

mendukung kemampuan mencari nafkah. Sedangjan Abudin Nata memahami

tujuan pendidikan Islam Al Qabisy bercorak normatif, yaitu mendidik anak

menjadi seorang muslim yang mengetahui ilmu agama, sekaligus

mengamalkan agamanya dengan menerapkan akhlak mulia. Dengan demikian,

dipahami bahwa pandangan intisari, pendidikan Al Qabisy menurut Abudin

Nata bukan hanya pada ranah pengetahuan kognitif, namun sekaligus pada

ranah afektif dan psikomotorik.

Kaidah dan Teknik Belajar Al Qur’an Oleh Al Qabisy:

a. Kaidah Menghafal

Dalam praktek pendidikannya, Al Qabisy menjelaskan bahwa

pertama-tama anak harus diajari membaca dan menghafal Al Qur’an, kemudian

diajarai menulis ditambah lagi dengan pelajaran-pelajaran lainnya. Dalam

mengajarkan Al Qur’an ini anak juga tidak boleh dibiarkan berpindah dari

surat ang satu ke surat yang lainnya sebelum ia hafal dengan tulisannya.

Metode yang digunakan yaitu metode hafalan yang diajukan Al Qabisy. Hal

tersebut sesungguhnya didasarkan pada pemahaman sebuah hadits Nabi SAW

tentang menghafal l Qur’an yang diumpamakan seperti unta yang diikat dengan

tali, jika pemiliknya mengkokohkan ikatannya, unta itu akan terikat erat pula

dan jika ia melepaskan ikatannya maka ia akan pergi. Berdasarkan hadits

8
tersebut tentang cara-cara mengingat yang dapat memantapkan hafalan-hafalan

Al Qur’an sehingga ia tidak perlu belajar lagi secara berulang-ulang.”

Lebih lanjut Al Qabisy menjelaskan bahwa dalam menerapkan metode

hafalan tersebut tidak mudah. Oleh karena itu harus disesuaikan dengan teknik

dan waktu yang tepat. Menurutnya, waktu yang disediakan dalam mengikuti

proses pembelajaran di Kuttab adalah selama seminggu kecuali hari Jum’at dan

Kamis ba’da Dzuhur, khusus pada hari Sabtu petang dan Kamis Pagi sampai

waktu Duha untuk mendalami Al Qur’an dan waktu selebihnya ba’da Dzuhur

digunakan untuk mempelajari mata pelajaran pilihan, seperti ilmu hitung, syair

dan ilmu nahwu.

b. Kaidah Latihan dan demontrasi

Al Qabisy mengungkapkan metode belajar yang efektif yaitu dengan

menghafal, melakukan latihan dan demontrasi. Belajar dengan cara menghafal

yang dimulai dengan memahami pelajaran yang baik akan membantu hafalan

yang baik. Pendidikan modern sekarang ini menganjurkan agar mengajar anak-

anak dengan cara menghafalkan pelajaran agama serta memahami maksudnya

secara jelas. Pemahaman dalam konsep Al Qabisy adalah tartil (mengerti

bacaan) dalam mebaca dan pemahamannya secara serius. Adapun pembacaan

dengan cara tartil itu membantu kemampuan untuk menerangkan isi Al Qur’an

yang telah diturunkan Allah SWT. Hubungan antara metode menghafal dengan

pendidikan akal, Al Qabisy menyatakan bahwa pendidikan akal tidak lain

merupakan bagian dari usaha menuntut ilmu dan pada tahap pertamanya adalah

mengingat-ingat secara verbal.

9
C. IBNU KHALDUN

Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Abdul Rahman Abu Zain

Waliuddin ibn Muhammad Ibnu Khaldun Al Maliki Al Hadrami. Ibnu Khaldun

dilahirkan di Tunis, Tunisia pada awal Ramadhan tahun 732 H atau 27 Mei

1332. Pada mulanya Ibnu Khaldun mempelajari Al Qur’an sebagai asas awal

pendidikannya dengan seorang guru yang bernam Muhammad Ibnu Saad Ibnu

Burral. Karena kemampuannya yang luar biasa maka Ibnu Khaldun dapat

menguasai ilmu Qira’ah Al Saba’ah ( ilmu seni lagu Al Qur’an). Ibnu Khaldu n

juga dalam umur yang masih muda sudah mampu menguasai berbagai jeis ilmu

seperti ilmu tafsir, hadits, fiqh, tauhid dan ushul fiqh.

Kaidah Teknik Belajar Al Qur’an Oleh Ibnu Khaldun

a. Kaidah Talqin (Pandang Dengar)

Kaidah ini juga dikenal sebagi kaidah hafalan. Kaidah ini dianggap

termasuk dalam pendekatan yang paling umum dalam pendidikan

khususnya pendidikan tingkat pertama yaitu Taman Kanak-Kanak

diarahkan agar menghapal Al Qur’an yang merupakan mata pelajaran

terpenting dalam pendidikan tingkat pertama. Anak-anak akan berpegang

kepada pendekatan ini untuk menghafal apa yang telah disampaikan

kepadanya

Kaidah ini merupakan kaidah yang terbukti berkesan dalam

pendidikan Islam sehingga Rasulullah SAW sendiri apabila menerima

wahyu terus dihafal agar wahyu tersebut tidak hilang dari ingatan.

10
b. Kaidah Muhakah (Taklid)

Muhakah atau taklid merupakan kaidah dimana anak-anak

mempunyai minat untuk memindahkan apa yang dilihatnya dan apa yang

dilihatnya itu akan bertimbal balik dengan dirinya sendiri apabila gambaran

itu terpahat kokoh dalam jiwanya. Ibnu Khaldun menganggap muhakah

termasuk dalam pendekatan pegajaran yang paling penting.

Kadangkala Allah SWT mempermudah manusia untuk

memperoleh ilmu-ilmu dengan pantas apabila manusia bertaklidkan ibu

bapa atau guru-guru, maka manusia tidak perlu bersusah payah mencari

ilmu tersebut.

c. Kaidah Percobaan

Percobaan memerlukan pengalaman. Ibnu Khaldun percaya bahwa

kaidah ini penting dalam memindahkan makrifah dan pengalaman.

Kebenaran dan kepalsuan semakin nyata pada realita. Maka penuntut akan

memperoleh imu dengan percobaan melalui panca indra. Setiap penuntut

akan mencoba untuk menggunakan pendekatan ini untuk mencapai

sebanyak mungkin apa yang diinginkan.

d. Kaidah Pengulangan

Kaidah lain yang juga digunakan Ibnu Khaldun adalah kaidah

pengulangan, dimana kadangkala seorang pelajar tidak dapat memahami

pada saat pertama atau kedua kali. Dalam hal ini guru diminta untuk

mengulang kembali pelajaran tersebut sehingga pelajar dapat

memahaminya.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada kaidah pengajaran dan pembelajaran Ibnu Sahnun

banyak membicarakan tentang kaidah-kaidah dalam pengajaran seperti kaidah

mengajar Al Qur’an. Kaidah pengajaran yang digunakan olrh Ibnu Sahnun

dalam proses pendidikan ialah kaidah mengenal huruf, kaidah mengeja, kaidah

mengenal baris, keaidah membaca, kaidah menulis, kaidah menghafal atau

pengulangan, kaidah talaqi, dan kaidah penilaian.

Metodologi pengajaran Al Qur’an oleh Al Qabisy memberikan

penekanan kepada pelajar dengan kaidah hafalan untuk mengingat bahan yang

dipelajari sebelum berpindah ke bahan yang lain dengan latihan dan demontrasi

untyuk menilai penguasaan sebelum berpindah kepada bahan lain.

Pengajaran menurut Ibnu Khaldun harus bertahap. Pada tahap pertama

permasalahan yang bersifat fundamental dan pokok harus diperkenalkan, dan

dalam melakukan maslaah ini seorang guru harus meneliti potensi intelektual

anak didik dan harus mempersiapkan diri untuk menjelaskan bahan atau materi

yang akan diajarkan. Pada tahap kedua seorang guru harus memberikan

perbaikan kepada seluruh materi pelajaran yang diberikan dengan metode

Talqin (pandang dengar), muhakah (Taklid) dan Percobaan.

12
B. Saran

Mengingat sedemikian pentingnya pemberian pelajaran membaca al-

qur’an kepada anak-anaksemenjak usia dini, maka tanggung jawab

pelaksanaan dalam pengajarannya tidaklah cukup hanya ditanggung oleh orang

tua saja, walaupun sejatinya orang tua adalah sebagai pengemban amanah yang

bertanggung jawab kepada pendidikan anak-anaknya, namun karena

pemberantasan terhadap buta huruf al-quran adalah yang sangat mulia, maka

pelaksanaannya di masyarakat menjadi tanggung jawab bersama ummat Islam.

13
DAFTAR PUSTAKA

Gazhali, .2008. Metode Tartil I Cara Cepat Membaca dan Menulis Al-Quran .

Padang :CV. Najwa

http://www.makalah.info/2016/07/pentingnya-mengajarkan-ayat-al-quran.html

(Diakses pada tanggal 01 Maret 2018)

https://www.scribd.com/document/353943417/Tugasan-Kaedah-Pengajaran-al-

Quran-pdf (Diakses pada tanggal 01 Maret 2018)

14

Anda mungkin juga menyukai