12 UNSUR KEBUDAYAAN
1. Bahasa Madura
Dialek-dialek
tersebut masing-masing diketahui dari adanya ciri-ciri pada: a) perbedaan pemakaian kata (leksikal), dan
b) perbedaan pengucapan, utamanya berkaitan dengan prosodi dan intonasi.
Di dalam bahasa Madura terdapat tingkat tutur. Tingkat tutur yang terdapat dalam bahasa Madura ada
tiga. Ketiga tingkat tutur itu ialah: (1) tingkat tutur enjâ’-iyâ, (2) engghi-enten, dan (3) èngghi-bhunten.
1) Bhâsa Enjâ’-Iyâ, yaitu jenis tingkat tuturan sama dengan ngoko dalam bahasa Jawa
2) Bhâsa Engghi-Enten, yaitu jenis tingkat tuturan sama dengan krama madya dalam bahasa Jawa
3) Bhâsa Èngghi-Bhunten, yakni jenis tingkat tuturan sama dengan krama Inggil dalam bahasa Jawa
2. Tradisi Madura
1. Karapan Sapi
Pergelaran tradisi ini terjadi setiap tahun pada bulan Agustus/September. Final akan berlangsung pada
akhir bulan September/Oktober. Pada lomba ini, sepasang sapi akan menarik kereta dari kayu dan sapi
harus adu cepat hingga menang sampai garis finish dengan panjang lintasan kurang lebih 100 m.
2. Upacara Rokat
Upacara petik laut sebagai bukti syukur akan semua nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini juga
bisa memberikan kelancaran rezeki dan keselamatan bagi masyarakat Madura.
3. Toktok
Aduan sapi khas Masalembu adalah kompetisi aduan sapi saling seruduk. Sapi yang mereka adu adalah
sapi jantan. Sapi dinyatakan menang, jika berhasil membuat lawannya kalah, menyerah, dan lari.
4. Ritual Ojung
Tradisi ini sejenis permainan dengan melibatkan dua laki-laki, mereka akan beradu fisik menggunakan
media rotan dengan panjang 1 m untuk alat pemukul. Tradisi ini berlangsung sebagai bentuk
permohonan hujan dan supaya bisa terhindari dari berbagai malapetaka karena kekeringan.
5. Upacara Nadar
Upacara ini dilaksanakan sebanyak 3 kali setiap tahun oleh warga Desa Pinggir Papas, Kalianget, Madura.
Upacara berlangsung pukul 4 sore dan masyarakat berduyun-duyun menuju makam leluhur dengan
membawa perlengkapan upacara.
6.Mondok
Tradisi melepaskan anak-anak untuk mondok sejak usia kecil telah ada sejak dahulu. Anak-anak akan
mereka pondokkan bukan hanya di sekitar pulau Madura, namun ke berbagai wilayah di Jawa
Timur utamanya.
7. Bhubu'an
Tradisi ini adalah memberikan kado ketika hajatan pernikahan. Dahulu bhubu’an dalam bentuk sembako
dan bahan pangan, sekarang banyak yang memberi dalam bentuk uang.
3. Kerajinan Tangan
https://blog.arafuru.com/5-kerajinan-tangan-khas-dari-pulau-madura-yang-paling-menarik/
Di Madura, masyarakatnya pintar sekali memanfaatkan batok kelapa untuk dijadikan sebagai kerajinan
tangan yang bernillai seni tinggi. Berbagai souvenir yang menarik dibuat menggunakan batok kelapa ini.
Tak hanya peralatan dapur saja, batok kelapa juga kerap digunakan untuk membuat aneka cinderamata.
Misalnya yaitu gantungan kunci, miniatur bangunan, patung, sampai aksesori ruangan.
Kerajinan tangan selanjutnya yang dapat Anda temukan di Pulau Madura yaitu tikar tradisional. Tikar ini
terbuat dari daun lontar atau daun pandan yang dianyam sedemikian rupa hingga membentuk sebuah
tikar yang nyaman digunakan. Sampai saat ini, kita masih dapat menemukan produk anyaman tikar daun
di Pulau Madura ini dengan mudah. Umumnya harga tikar dari daun lontar sedikit lebih mahal daripada
tikar daun pandan karena memiliki struktur yang lebih kuat.
3. Batik Tradisional
terdapat 4 jenis batik asal pulau ini yaitu batik sampang, batik sumenep, batik pamekasan, dan batik
tanjung bumi. Batik sampang mempunyai motif burung merak dengan dominasi warna merah.
Sedangkan batik sumenep menggunakan corak yang menyerupai motif batik jagad asmara dan motif
ayam guling. Lain lagi dengan batik pamekasan yang dihiasi dengan motif berupa garis-garis melintang
yang simetris. Motif ini membuat siapa pun yang mengenakannya akan terlihat lebih berkharisma.
Sementara itu, batik tanjung bumi terkenal dengan motif gentongannya. Keunikan dari batik ini yaitu
warna kainnya justru akan semakin bagus dan cerah setelah dicuci beberapa kali.
1. Nasi Serpang
Nasi Serpang adalah makanan khas Madura yang terdiri dari nasi putih yang disajikan dengan berbagai
macam lauk, seperti tumis kerang pedas, pepes ikan tongkol, soun kecap, krecek tahu, telur asin,
dendeng sapi madura, keripik paru, sambal terasi, dan kerupuk bumbu rujak.
Keunikan nasi serpang adalah tidak ada sayur yang digunakan. Selain itu, sambal terasinya memiliki
tekstur kasar yang menyerupai petis. Nasi serpang merupakan makanan khas Kota Bangkalan, Madura.
2. Sate Madura
Sate termasuk makanan khas Indonesia yang memiliki variasi sesuai daerah masing-masing. Di Madura,
jenis sate yang dijual berbahan dasar daging ayam dan daging kambing. Pada pembuatan sat madura,
daging ayam dipotong dadu terlebih dahulu sebelum dipanggang.
Di Madura, sate tidak selalu menggunakan saus kacang tetapi juga saus kemiri. Setelah selesai
dipanggang, sate dicelupkan dalam bumbu halus yang ditumis serta dicampur dengan kacang yang telah
dihaluskan kemudian ditambahkan kecap manis, terkadang juga ditambahkan petis. Sate Madura dapat
dinikmati dengan nasi hangat atau lontong. Biasanya, pedagang sate Madura juga menyediakan soto
Madura dan nasi sebagai pelengkap.
3. Tajin Sobih
Tajin sobih juga dikenal dengan bubur sobih, makanan khas Madura ini berasal dari Desa Sobih,
Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan. Tajin sobih memiliki cita rasa gurih dan manis dengan isian
yang bermacam-macam. Varian isi tajin sobih disajikan pada panci-panci kecil yang dijadikan satu pada
wadah besar yang terbuat dari anyaman bambu. Ada empat jenis dalam isian pada setiap porsi tajin
sobih, yaitu:
-Bubur putih, terbuat dari bahan tepung beras.
-Bulatan putih, bahan tepung beras, kanji, kelapa parut, santan, dan dibuat bulatan kecil-kecil,
-Bubur lonjongan coklat, terbuat dari bahan tepung beras, tepung ketan, tepung kanji, gula merah, air,
dan dibuat dalam bentuk lonjong.
-Bubur mutiara, terbuat dari sagu mutiara merah, gula pasir, pandan, tepung kanji, air, dan garam.
-Saus gula coklat, terbuat dari gula jawa, air, dan daun pandan.
-Kuah santan, terbuat dari santan, daun pandan, garam, sedikit tepung kanji.
-Kuah putih, terbuat dari bahan tepung beras, santan, tepung kanji, air, dan sedikit garam
-Kuah cokelat, terbuat dari bahan tepung beras, santan, tepung kanji, gula merah, dan air.
Makanan khas Madura ini memiliki cita rasa manis. Bahan bakunya terbuat dari tepung beras, santan,
ragi, dan kelapa. Kue apen dulit juga dilengkapi saus yang terbuat dari gula merah, jahe, dan kayu manis
serta daun pandan.
5. Loopis Emas
Masih seputar jajanan dengan rasa manis, loopis emas adalah makanan khas Madura yang terbuat dari
beras ketan. Bentuknya segitiga dan dibungkus daun pisang. Cara menyajikannya diatas pincuk lalu
diberi taburan parutan kelapa dan gula merah.
6. Bubur Manggul
Makanan khas Madura ini terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan santan, daun salam, dan
garam. Ada pula yang menambahkan bumbu rempah, seperti bawang merah, bawang putih, cabai
merah, kunyit, lengkuas, kencur, ketumbar, kemiri, dan daun jeruk. Di Madura, bubur manggul disajikan
bersama lontong serta serundeng kelapa dan sambal goreng udang. Rasanya gurih dan pedas. Bubur
manggul dijual di sekitar pasar atau warung yang buka pada pagi hari.
7. Lorjuk
Lorjuk adalah sejenis kerang yang hanya hidup di pantai di Pulau Madura. Kerang ini berukuran kecil dan
berbentuk panjang seperti Tauge. Teksturnya juga kenyal tapi empuk untuk dikunyah. Sebelum diolah,
lorjuk adalah dibersihkan dan direbus. Saat direbus, lorjuk akan mengeluarkan cairan seperti kaldu yang
memiliki cita rasa khas.
Lorjuk yang sudah diolah lalu dijemur di bawah sinar matahari. Setelah kering, cangkang lorjuk akan
mengelupas dengan sendirinya sehingga mudah untuk dikupas. Lorjuk yang telah dikupas kemudian
dijemur lagi selama dua hari. Pengeringan ini berfungsi untuk mengawetkan secara alami. Lorjuk bisa
dimasak dengan ditumis menggunakan kecap dan cabai atau diolah menjadi rengginang lorjuk dan lorjuk
goreng.
8. Soto Madura
Soto Madura adalah varian soto dari daerah Madura, Jawa Timur. Makanan khas Madura ini berbahan
dasar daging sapi, telur rebus, kentang goreng dan tauge, dengan bumbu ketumbar, bawang merah dan
bawang putih, jahe, kunir, laos, kemiri, jeruk purut, dan garam secukupnya.
9. Topak Ladeh
Makanan khas Madura ini adalah sejenis sup yang menggunakan betis sapi. Dagingnya dimasak dengan
sejumlah bumbu seperti pala, daun jeruk purut, lengkuas, kencur, dan kayu manis. Topak ladeh biasa
disajikan dengan ketupat, kacang panjang, dan tiga jenis tepung yang terbuat dari kerupuk, kedelai, dan
udang kecil kering.
Hidangan sup khas Madura ini menggunakan kokot atau kulit sapi dan dicampur dengan organ dalam
lainnya. Potongannya direbus bersama kacang hijau dan rempah-rempah khusus, seperti jahe, pala,
bawang putih, bawang merah, dan daun bawang. Kaldu kokot disajikan dengan singkong goreng atau
kukus.
Kebiasaan Makan
Orang Madura umumnya tak suka makan sayur. Mereka terbiasa makan daging baik daging kambing
maupun sapi Sementara orang Madura kepulauan lebih suka mengonsumsi ikan. Ketidaksukaan makan
sayur ini bisa Dilihat dari makanan khasnya seperti soto Madura & sop kaki sate Madura atau kikil
bahkan gado-gado ala Madura berisi campuran kentang & lontong & sedikit kecambah dan kubis serta
bakso Mungkin hal ini berhubungan dengan tanah mereka yang kering sehingga cuma bisa ditanami ubi
kayu dan jagung.
https://www.lintashaba.com/food-travel/8-kesenian-di-sumenep-madura-yang-masih-lestari
Alat Musik
1. Saronen
Saronen sendiri merupakan sebuah alat musik tiup yang mirip dengan terompet. Akan tetapi pada
bagian ujungnya terdapat motif seperti kumis, yang jika pemain meniupnya maka bibir tidak akan
terlihat. Alat musik ini terbuat dari kayu jati sehingga lebih awet dan alunan suaranya lebih merdu.
2. Tong-tong
alat musik dari balok kayu, yang bagian tengahnya dilubangi agar bisa mengeluarkan suara saat dipukul.
Alat musik ini pula yang masyarakat memfungsikannya untuk mengabarkan terjadinya kebakaran
maupun pencurian.
Di Sumenep Madura, kesenian musik tongtong mulai bergeser. Sekarang, musik tongtong telah lebur
dengan musik saronen seperti gendang, kolenang dan seruling. Bahkan di parade musik ul daul, musik
tong tong mulai terelaborasi dengan alat musik modern seperti keyboard dan gitar.
Kesenian
Di Kabupaten Sumenep Madura ada satu jenis tarian yang disebut Tari Muang Sangkal. Ini merupakan
kesenian yang telah menjadi ikon Sumenep, sehingga menjadi menu wajib ketika ada perhelatan yang
berkaitan dengan Sumenep. Tari ini pula yang telah menjadi tradisi bahkan dipentaskan ketika ada pesta
perkawinan.
Filosofi dari Tari Muang Sangkal adalah tari membuang sial. Makna Sangkal sendiri sama dengan apes
dan naas atau segala hal, yang membuat manusia mengalami bahaya dan bencana. Pada tarian ini ada
satu sesi dimana si penari akan menabur beras kuning, yang menandakan proses pembuangan sial
sedang terjadi.
2. Ludruk
Kesenian yang cukup populer di Sumenep Madura adalah Ludruk. Kesenian ini berbentuk drama
tradisional yang dimainkan di atas pentas. Sedangkan cerita yang menjadi alur pementasan, biasanya
seputar sejarah yang masih terkait dengan kerajaan-kerajaan di nusantara.
Kesenian ludruk terbagi menjadi tiga sesi yaitu sesi pertama acara pembukaan atau istra yang berisi tari-
tarian tradisional. Sedangkan sesi kedua adalah acara lawak dan yang terakhir baru penceritaan yang
masuk ke dalam acara inti. Karena acaranya cukup banyak, biasanya ludruk baru selesai hampir dini hari
dan dimulai dari jam 22.00.
3. Topeng
Kesenian di Sumenep Madura yang cukup terkenal hingga ke Jepang adalah kesenian Topeng. Tradisi
seni ini memiliki kesamaan dengan ludruk, cuma perbedaannya terletak pada aktor yang menggunakan
topeng saat pentas. Sedangkan cerita yang diangkat seputar kerajaan yang di dalamnya juga terdapat
mitos-mitos.
Topeng terkenal sampai ke Jepang, karena pada tahun 80an, seniman topeng Sumenep pernah
mempromosikan kesenian ini ke negara Sakura tersebut. Akhirnya, kesenian ini pun populer sehingga
layak menjadi ikon kebudayaan dari Indonesia.
4. Macopat
Macopat atau mamaca adalah sastra Lisan Sumenap, kesenian yang berupa nyanyian dengan irama
tertentu. Sedangkan lirik yang dilantunkan berupa kisah-kisah sejarah hingga pesan-pesan sufistik yang
indah. Semua pemain menyanyikan lirik dengan pola duduk tertentu dan tidak boleh berubah posisi
hingga macopat selesai.
5. Tari Pecut
Di Madura ada sebuah kesenian tari yang sudah mulai punah yaitu Tari Pecut. Biasanya pementasan Tari
Pecut bersamaan dengan karapan sapi yang pelaksanaannya setiap satu tahun sekali. Namun, kini
kesenian ini hampir tidak terdengar seiring dengan kurangnya minat masyarakat untuk menonton
karapan sapi.
Sesuai dengan namanya, permainan tari pecut pasti menggunakan pecut atau cemeti sebagai
propertinya. Si penari akan memukulkan pecut ke belakang hingga mengeluarkan suara “tar”, dan
disertai dengan gerakan-gerakan tarian yang khusus. Tari Pecut ini cukup populer hingga sempat
menjadi ikon Sumekar.
6. Lir Sa’alir
Lir Sa’alir merupakan nama nyanyian yang sangat populer di bumi garam. Bahkan, hingga saat ini,
nyanyian ini masih membekas di dalam ingatan para anak muda dan orang tua, karena memang
pembelajarannya di sekolah cukup konsisten. Dengan menyanyikan lagu ini, sejatinya siswa juga belajar
pantun berbahasa Madura.
Sebagian besar pantun berbahasa Madura yang awalannya dari nyanyian lir sa’alir adalah pantun
bertema Islam, moral dan etika. Namun belakangan, makna ini mulai bergeser menjadi makna asmara.
Sehinga dari segi kesusilaan, nyanyian lir sa’alir saat ini mulai rusak karena sudah tidak sesuai dengan
filosofi awal berdirinya.
1. Panggilisan
Panggilisan adalah media tradisional yang digunakan untuk menghaluskan biji jagung atau kacang-
kacangan. umumnya terbuat dari batu gunung atau batu hitam. Biasanya terdapat girigi atau garis-garis
panjang di permukannya guna menghaluskan jagung. Semakin tajam gerigi atau garis-garis tersebut,
maka biji jagung yang dihasilkan akan semakin halus.
2. Lessong Raja
Lessong besar/raja adalah alat untuk menumbuk biji jagung, kacang-kacangan, singkong kering
(Madura:Jaringkeng) dan juga padi. Biasanya terbuat dari batu gunung dan menggunakan alat tumbuk
berupa kayu (Madura:Gentong) yang terbuat dari kayu asam atau kesambi.
3. Lessong Kene'
Lessong kene’/kecil adalah alat untuk menumbuk kopi dan jagung sangrai (Madura:serbuk). Baik
Lessong kene’ maupun alat penumbuknya sama-sama terbuat dari batu batu gunung.
4. Legan
Legan adalah alat untuk menumbuk jamu, daun pacar, sennam, dan juga jamu bayi (Madura: cekkok).
Biasanya terbuat dari batu gunung ada yang modelnya bulat ada juga yang persegi panjang.
7. Sistem Kepercayaan
Mayoritas masyarakat suku Madura hampir 100 % beragama Islam, bahkan suku Madura yang tinggal di
Madura bisa dikatakan 100 % muslim. suku Madura terkenal sangat taat dalam beragama Islam, seperti
halnya suku Melayu atau suku Bugis yang juga sangat menjunjung agama Islam dalam kehidupan sehari-
hari. Salah satu sebabnya dengan adanya Pondok Pesantren yang tersebar di seluruh pulau madura.
Pesantren-pesantren begitu mengakar dalam kehidupan masyarakat Madura karena pesantren tidak
sekadar mengajar ilmu agama tetapi juga mempunyai kiprah dalam kehidupan sosial kemasyarakatan
dan peduli pada nasib rakyat kecil.
8. Arsitektur
https://www.rumah.com/panduan-properti/rumah-adat-madura-46946
Taneyan Lanjhang
merupakan sebuah pemukiman atau kumpulan rumah adat Madura yang tersusun dari beberapa rumah
dan penghuni yang ada di dalamnya masih memiliki ikatan keluarga. Sikap kekeluargaan masyarakat
Madura sangat terasa di Taneyan Lanjhang, bahkan dalam satu kelompok rumah bisa terdiri dari 2
hingga 10 rumah dan dihuni oleh sepuluh keluarga. Secara etimologis, Taneyan Lanjhang dapat diartikan
sebagai halaman yang panjang. Secara istilah, Taneyan Lanjhang adalah halaman depan rumah orang
Madura yang cukup panjang. Mereka tinggal bersama di sebidang tanah dengan deretan rumah yang
masih memiliki relasi keluarga, sanak saudara, atau kerabat.
Halaman depan yang panjang atau yang dikenal dengan Taneyan Lanjhang merupakan ciri khas rumah
adat Madura. Taneyan Lanjhang memiliki komponen di antaranya rumah induk atau rumah utama,
langgar, kandang, dapur, serta pekarangan (taneyan).
Taneyan Lanjhang termasuk ke dalam salah satu pemukiman etnis Madura yang sangat dijaga sekali oleh
setiap penghuni yang ada di dalamnya. Rumah yang satu dengan rumah lainnya berjarak lumayan dekat,
biasanya hanya dibatasi oleh pekarangan. Lokasinya sangat dekat dengan tanah pertanian, mata air,
atau sungai.
Rumah adat Madura ini hanya memiliki satu pintu masuk yang terletak di depan rumah. Hal ini
bertujuan agar pemilik rumah dapat mengontrol aktivitas keluar masuk anggota keluarga. Pintu ini
dihiasi dengan ukiran khas Madura, dengan warna hijau dan merah yang merupakan simbol kesetiaan
dan perjuangan.
https://www.orami.co.id/magazine/pakaian-adat-madura
1. Pakaian Pria
Pakaian adat Madura untuk pria disebut baju pesa'an. Baju pesa'an sering juga disebut baju tukang sate
karena umumnya dikenakan oleh para tukang sate Madura. Selain modelnya simpel, juga nyaman
dikenakan sebagai pakaian sehari-hari. Baju pesa'an merupakan pakaian laki-laki yang berukuran serba
longgar dan berwarna hitam. Ketika memakainya, dipadukan dengan kaos garis merah putih ataupun
merah hitam.
Untuk bawahannya berupa celana gombrang yang disebut gomboran. Panjang celana di antara lutut dan
mata kaki ataupun hingga mata kaki. Ketika dikenakan pada upacara adat dan acara budaya, pria
Madura memakai baju pesa'an dipadukan dengan penutup kepala berbahan dasar kain yang disebut
odheng. Selain itu, sabuk katemang, sarung kotak-kotak, trompa atau alas kaki, dan senjata tradisional
Madura yaitu celurit atau sabit.
Pakaian adat Madura untuk pria tidak terlepas dari odheng, yaitu penutup kepala pria berbahan dasar
kain batik. Odheng terdiri dari berbagai ukuran dan motif. Berdasarkan bentuknya odheng dibedakan
odheng peredhan (besar) dan odheng tongkosan (kecil). Selain itu, odheng ini juga dibedakan lagi
menjadi jenis lain yaitu berdasarkan motifnya, yaitu:
-Modang
-Dul-cendul
-Storjan
-Bere` songay atau toh biru
Ikatan odheng juga memiliki makna tertentu. Pada odheng peredhan, pelintiran ujung simpul bagian
belakang yang tegak lurus melambangkan huruf alif, yaitu huruf awal dalam bahasa Arab. Sementara
pada odheng tongkosan kota, simpul mati di bagian belakang dibentuk menyerupai huruf alif lam, yang
merupakan simbol dari kalimat pengakuan akan keesaan Allah.
2. Pakaian Wanita
Pakaian adat Madura wanita disebut kebaya rancongan dan baju aghungan. Kebaya khas Madura
hampir serupa dengan kebaya pada umumnya dan pas bentuk tubuh. Modelnya lengan panjang dan
dilengkapi stagen atau odhet yang diikatkan pada perut. Kebaya rancongan umumnya berwarna terang
dan mencolok sebagai ciri khasnya, seperti hijau, biru atau pun merah yang pas bentuk tubuh.
Untuk bawahan, berupa sarung batik bermotif lasem, storjan atau pun tabiruan. Ketika memakai busana
adat, para perempuan juga mengenakan aksesoris untuk mempertegas penampilan. Busana kebaya
rancongan dikenakan dengan memadukan berbagai aksesoris, seperti hiasan rambut yang terbuat dari
emas yang disebut cucuk sisir dan cucuk dinar. Ada juga kalung brodong berupa kalung emas yang
berbentuk rentengan biji jagung, dan shelter penthol yaitu giwang emas yang dipakai di kuping. Di
depan dada terdapat hiasan dari emas berupa perahu berundak tiga.
Madura dikenal sebagai salah satu daerah dimana etika dikedepankan dari pada rasionalitas bagaimana
cara masyarakat berinteraksi dengan satu sama lainnya. "tidak akan menyalah, tapi tidak mau
dipersalahkan" itulah yang menjadi landasan dasar dan itu merupakan peninggalan dari nenek
moyangnya. Tapi sayang, masyarakat Madura sangat sempit pandangannya terhadap orientasi
pendidikan.
Pendidikan dipandang oleh masyarakat Madura hanya sebatas ilmu yang basicnya tentang keagamaan.
Jika ada seseorang yang belajarnya sampai jenjang perguruan tinggi, mereka mengatakan hal yang
demikian hanya mengejar sesuatu yang bersifat duniawi. Dan ada pula pandangan yang lebih extrem
dari pada di atas, berpendidikan sampai perguruan tinggi hanya menghabiskan banyak pengeluaran
uang saja, karena melihat para sarjana-sarjana pengangguran disana, sehingga menyimpulkan
sedemikian itu. Tak heran jika banyak anak muda yang seharusnya masih meneruskan pendidikan,
namun orang tuanya memutuskan untuk menerjunkan ke dunia kerja.
Di antara stereotipe itu adalah bahwa masyarakat Madura cepat tersinggung, pemarah, suka berkelahi,
dan beringas. Bermatapencaharian sebagai tukang sate, Pengumpul barang rongsokan, Agamis.