Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang sangat mudah memberikan
gejala apabila timbul gangguan pada tubuh. Salah satu gangguan tersebut dapat
disebabkan oleh paparan yang lama dengan sinar matahari. Paparan yang lama
dengan sinar matahari sering terjadi pada epidermis, khususnya stratum korneum.
Salah satu penyakit yang disesabkan oleh paparan yang lama dengan sinar
matahari yaitu Cutaneous horn.(1)
Cutaneous horn adalah proliferasi jinak pada kulit di bagian epidermis
karena paparan yang lama dengan sinar matahari. Cutaneous horn disebabkan
oleh hiperkeratosis yang dapat terjadi pada daerah-daerah tubuh yang sering
terpapar sinar matahari, seperti wajah, telinga, punggung tangan, dan kulit kepala.
Lesi dapat subklinis dalam waktu yang lama atau mungkin tumbuh besar menjadi
massa fulminan yang menetap selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
(1,2)

Cutaneous horn pada kulit dapat memperlihatkan bentuk morfologi


menyerupai tanduk yang terbentuk dari keratin yang tersusun rapat dan kompak
dengan dasar rata, nodular, atau keratiformis. Cutaneous horn merupakan variasi
bentuk dari Actinic Keratosis yang termasuk ke dalam Precancerous
Keratinocytic Lesions.(1,3)
Insiden terjadinya Cutaneous horn pada pria dan wanita sama, tersering
pada usia tua pada usia 60 hingga pertengahan 70, tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Tempat predileksi
terdapat pada bagian yang sering terpapar dengan matahari, seperti wajah, telinga,
punggung tangan, dan kulit kepala.(3)
Tatalaksana Cutaneous horn tergantung pada derajat ketidaknyamanan fisik
dan emosional, dan luas dan durasi lesi. Kebanyakan pengobatan untuk Cutaneous
horn melalui dekstruksi atau penghancuran sel dan pembedahan, seperti dengan
metode pembekuan (Cryoterapi), kuretase, dan eksisi. Terapi topikal juga dapat
digunakan pada pasien dengan Cutaneous horn.(1)

LAPORAN KASUS

1
Identitas Pasien
Nama : Fitria Dewi
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kampung Baru
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
HP/ Telp : 082370522932
Nomor CM : 0-92-75-68
Tanggal Periksa : 26 Juli 2016

Anamnesis
Keluhan Utama : Benjolan di pelipis kiri
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUDZA dengan benjolan, benjolan berwarna abu-
abu kecoklatan dengan permukaan kasar dan lunak
timbul sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu.
Awalnya benjolan hanya bersifat kecil kemudian
semakin membesar dan menyerupai tanduk.
Benjolan tidak terasa gatal, namun biasanya secara
tidak sadar pasien menggaruk benjolan tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu : Empat tahun yang lalu pasien juga megeluhkan hal
yang sama yaitu terdapat benjolan di pelipis kanan,
namun sudah hilang dengan sendirinya.
Riwayat Penggunaan Obat : Pasien mengkonsumsi obat kortikosteroid
(Prednison sejak) SMP kelas tiga (± usia 15 tahun),
karena asma yang diderita pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang sedang atau pernah
menderita penyakit yang sama dengan pasien.
Riwayat Kebiasaan Sosial : Pasien merupakan ibu rumah tangga yang memiliki
pekerjaan sampingan sebagai pedagang makanan
(katering), yang mana setiap harinya pasien keluar

2
rumah dan terpapar matahari, terutama matahari di
siang hari.
Pemeriksaan Tanda Vital

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Frekuensi nadi : 90 kali/menit

Pemeriksaan Fisik Kulit

Status Dermatologis

Regio : Facialis frontalis sinistra.


Diskripsi Lesi : Tampak nodul berbentuk seperti tanduk (horn),
ukuran gutata, jumlah soliter, dan distribusi
regional.

Gambar 1. Lesi Cutaneous horn pada Regio Facialis Frontalis Sinistra

Diagnosis Banding
1. Cutaneus horn
2. Actinic keratosis hipertrofi
3. Granuloma piogenik
4. Veruka vulgaris
5. Moluskum kontangiosum

3
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis


adalah pemeriksaan histopatologis. Namun, pemeriksaan ini tidak dilakukan.
Gambaran histopatologis pada Cutaneus horn terjadi keratin yang tersusun rapat
dan kompak dengan dasar rata, nodular, atau keratiformis.

Resume

Pasien, perempuan, 42 tahun, datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin


RSUDZA. Dari anamnesis ditemukan benjolan berwarna abu-abu kecoklatan di
pelipis sebelah kiri. Benjolan dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu.
Awalnya benjolan berukuran kecil pada pelipis kiri lama kelamaan bertambah
besar dan menyerupai tanduk. Benjolan tersebut teraba padat dan tidak terasa sakit
bila ditekan. Pasien juga mengatakan bahwa 4 tahun yang lalu muncul benjolan
berwarna abu-abu di pelipis sebelah kanan, namun sudah hilang dengan
sendirinya. Benjolan kemudian muncul lagi di sebelah kiri 1 tahun yang lalu.
Benjolan di pelipis sebelah kiri juga sudah diangkat oleh bidan, namun tumbuh
kembali. Pada pemeriksaan fisik di regio facialis frontalis sinistra tampak nodul
berbentuk seperti tanduk (horn), ukuran gutata, jumlah soliter, distribusi regional.

Diagnosa Klinis
Cutaneous horn

Tatalaksana
1. Cryoterapi
Dengan cara melakukan pembekuan pada lesi menggunakan nitrogen cair yang
dioleskan atau disemprotkan pada lesi, kemudian menunggu hingga suhu
dibawah -160°C hingga terbentuk frozen halo di sekitar lesi (2-10 detik).
2. Elektrokauterisasi
Prosedur bedah yang menggunakan tenaga listrik untuk memanaskan jaringan
tertentu pada tubuh guna mengendalikan pendarahan, dan memotong jaringan
abnormal.

4
3. Shave Excision
Pemotongan secara tangensial pada lesi dengan menggunakan surgical blade
yang terlebih dahulu dilakukan lokal anastesi pada daerah sekitar lesi.
4. Farmakologis
 Topikal: 5-Fluorouracil 1% cream 2x / hari selama 4 minggu
Imiquimod 5% cream 2x / minggu selama 14 minggu
Diclofenac 3% gel 2x / hari selama 90 hari
Edukasi
1. Memberitahukan kepada pasien bahwa penyakit ini disebabkan oleh sering
terpaparnya dengan sinar matahari.
2. Memberitahukan kepada pasien untuk menghindari menggaruk lesi saat
gatal.
3. Memberitahukan pasien untuk menghindari kontak langsung dengan sinar
matahari saat bepergian keluar rumah (memakai tabir surya, payung, atau
topi).

Prognosis
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

5
ANALISA KASUS

Pasien berjenis kelamin perempuan yang berusia 42 tahun. Berdasarkan


teori, laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama dalam terkena
Cutaneous horn. Usia yang biasa terkena Cutaneous horn adalah 60 sampai
pertengahan 70 tahun.(4,5)
Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUDZA dengan benjolan
berwarna abu-abu kecoklatan yang timbul sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu.
Awalnya benjolan hanya bersifat kecil kemudian semakin membesar dan
menyerupai tanduk. Berdasarkan teori, bentuk morfologi dari Cutaneous horn
menyerupai tanduk yang terbentuk dari keratin yang tersusun rapat dan kompak
dengan dasar rata, nodular, atau keratiformis.(6,7)
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik ditegakkan dengan diagnosis
Cutaneous horn. Cutaneous horn disebabkan oleh hiperkeratosis yang dapat
terjadi pada daerah-daerah tubuh yang sering terpapar sinar matahari, seperti
wajah, telinga, punggung tangan, dan kulit kepala. Lesi dapat subklinis dalam
waktu yang lama atau mungkin tumbuh besar menjadi massa fulminan yang
menetap selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.(1,2)
Pasien merupakan ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan sampingan
sebagai pedagang makanan (katering), yang mana setiap harinya pasien keluar
rumah dan terpapar matahari, terutama matahari di siang hari. Berdasarkan teori,
Cutaneous horn terjadi pada orang-orang yang sering terpapar dengan sinar
matahari dalam waktu yang cukup lama. Sinar matahari mengandung Ultra Violet
yang dapat menyebabkan proliferasi dari sel epitel, khususnya keratinosit, yang
menyebabkan hiperkeratinosis dan pada Cutaneous horn berbentuk tanduk akibat
penumpukan dari keratin yang tersusun padat dan kompak.(8,9)

Tabel 1. Diagnosis Banding

6
Penyakit Definisi Regio Deskripsi Lesi Gambar
Cutaneous horn Hiperkeratosis yang Wajah, Bentuk morfologi
dapat terjadi pada telinga, dari Cutaneous
daerah-daerah tubuh punggung horn menyerupai
yang sering terpapar tangan, dan tanduk yang
sinar matahari.(1) kulit kepala. terbentuk dari
(1)
keratin yang
tersusun rapat dan
kompak dengan
dasar rata, nodular,
atau keratiformis.
(1,2)

Actinic keratosis Actinic keratosis Wajah, Morfologi dari


hipertrofi hipertrofi adalah tangan, dan Actinic keratosis
kelainan kulit yang kepala.(2) hipertrofi adalah
ditandai lesi makula atau plak
hiperkeratogenik hitam kecoklatan
akibat perubahan sel kurang dari 1 cm,
epidermis.(2) bulat atau irreguler
dengan permukaan
kasar.(1,2)

Veruka Vulgaris Poliferasi jinak pada Dapat Tampak papul atau


kulit dan mukosa terjadi nodul berwarna abu
dibagian epidermis dibagian dengan permukaan,
karena infeksi dari kulit tubuh tajam, bersisik dan
Human Papiloma manapun. kasar atau
Virus (HPV) tipe 1, Terutama verukosa, ukuran 5
2, 4, 27, 29, 57, dan pada wajah, mm hingga 1 cm,
63.(1,2) tangan dan tunggal atau
kaki bawah. bekelompok. Tiny
(1)
black dots mugkin

7
terlihat
menunjukkan
adanya trombosis
dan pelebaran
kapiler.(1,2)

Granuloma Granuloma Daerah Tampak papul atau


Piogenikum piogenikum adalah wajah dan nodul eritematosus,
lesi pembuluh darah tangan.(1,2) hiperpegmentasi,
di kulit yang tampak dengan ukuran
sebagai penonjolan lentikuler- gutata,
berwarna merah, biasanya sering
coklat atau biru- timbul setelah
hitam, disertai terjadi cedera pada
pembangkakan kulit, dan ketika
jaringan di terjadi luka pada
sekitarnya.(1,2) lesi sering
mengeluarkan
darah.(1,2)
Moluskum Moluskum Daerah
Tampak benjolan
Kontangiosum Kontangiosum yang sering
pada kulit atau
adalah suatu terkena
papul multiple,
penyakit infeksi yaitu bisa di
mengandung badan
virus yang daerah
moluskum, dan
disebabkan oleh mana saja
biasanya terdapat
virus poxvirus genus yang bisa
lekukan atau
Molluscipox.(2) terinfeksi
(delle).(1,2)
oleh virus.(2)

8
Tatalaksana untuk Cutaneous horn adalah dengan Cryoterapi, yaitu
dengan cara melakukan pembekuan pada lesi menggunakan nitrogen cair yang
dioleskan atau disemprotkan pada lesi, kemudian menunggu hingga suhu dibawah
-160°C hingga terbentuk frozen halo di sekitar lesi (2-10 detik). Kemudian dengan
Elektrokauterisasi, yaitu dengan prosedur bedah yang menggunakan tenaga listrik
untuk memanaskan jaringan tertentu pada tubuh guna mengendalikan pendarahan,
dan memotong jaringan abnormal dan dapat juga menggunakan metode Shave
Excision yaitu dengan cara pemotongan secara tangensial pada lesi dengan
menggunakan surgical blade yang terlebih dahulu dilakukan lokal anastesi pada
daerah sekitar lesi. Untuk Farmakologis dapat diberikan obat Topikal: 5-
Fluorouracil 1% cream 2x / hari selama 4 minggu, Imiquimod 5% cream 2x /
minggu selama 14 minggu, Diclofenac 3% gel 2x / hari selama 90 hari.(10)

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Duncan KO, Geisse JK, Leffel DJ. Epithelial Precancerous Lesions. in


Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine, 8 th Ed. McGraw-Hill: New
York; 2012. p: 1261-1267.

2. Dubhashi SP, Kulkarni VD, Suleman A. Rege, I. and Kumar, H. Cutaneous


Horn. 2014. p: 1-3.

3. Tamer F, Yuksel ME. A cutaneous horn mimicking polydactyly: a case report.


Europhean Medical, Health and Pharmaceutical Journal. 2015. P: 29-30.

4. Bosworth J, Modica A, Nweze I, Angus G. Large cutaneous horn in a young


African-American female. Int J Case Rep Imag 2016;7(5). p: 341–345.

5. Vishwanth S, Chandrakumar PC, Varun KM, Bellara R. A rare case of


cutaneous horn of scalp with squamous cell carcinoma in an elderly male: a
case report. International Journal Of Advances In Case Reports. 2014. p: 107-
109.

6. Nair PA, Chaudhary AH, Mehta MJ. Actinic keratosis underlying cutaneous
horn at an unusual site: a case report. 2013. p: 1-5.

7. Gupta R, Lavania P, Bansal VK, Agarwal N, Singh A. Cutaneous horn


developing over a verrucous carcinoma: a rare entity with an unusual
presentation. Int Surg Journal. 2016. p: 988-990.

8. Pyne J, Sapkota D, Wong JC. Cutaneous horns: clues to invasive squamous


cell carcinoma being present in the horn base. Dermatol Pract Conc. 2013. p: 3-
7.
9. Schick BA, Tobe JS, Joseph MG, Rouse TB, Gabril MY. Incidental Merkel
cell carcinoma in a cutaneous horn: a case report. Dermatol Pract Concept
2015. p: 47-50.
10. Gooptu S, Singh M, Singh G. Cutaneous horn. International Journal Case
Report and Images. 2014. p:737-738.

10

Anda mungkin juga menyukai