Anda di halaman 1dari 4

FILOSOFI PENDIDIKAN

Topik 4. Pancasila Sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia (Aksi Nyata)


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PPG Prajabatan UNY Tahun 2022
Oleh: Ruch Hanif Firdaus (22221299060)

1. Mahasiswa mengobservasi secara kritis apa tantangan menghayati Pancasila sebagai


Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada
Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21
Pancasila sebagai entitas bangsa Indonesia memiliki makna bahwa Pancasila adalahsesuatu
gagasan yang berbeda dengan gagasan lain karena merupakan gagasan dan pemikiran yang
dikemukakan oleh bangsa Indonesia yang tentunya sesuai dengan jati diri bangsaIndonesia.
Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia memiliki makna bahwa sila-sila yangterkandung
di Pancasila merupakan ciri khas yang hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia dan dalam
penerapan di kehidupan sehari-hari, sila-sila tersebut saling berhubungan dan tidak dapat
dipisahkan.
Meskipun zaman telah berkembang pesat yaitu memasuki abad ke-21, penerapan Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari harus terus dilakukan. Hal ini dilakukan agar bangsa Indonesia
tetap berada pada kaidahnya dan tidak kehilangan jati dirinya di tengah perkembangan zaman
yang begitu pesat ini. Salah satu contoh penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
yaitu penerapan Pancasila dalam sektor pendidikan yang saat ini diwujudkan dengan Profil
Pelajar Pancasila. Namun, dalam menerapkan Profil Pelajar Pancasila pada pendidikan yang
berpihak pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21 tidak lah mudah, terdapat
berbagai tantangan diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Keterlibatan peran orang tua dalam pendidikan kurang maksimal Dalam mencapai
keberhasilan pendidikan, peran guru sebagai pendidik tidak lah cukup. Namun, harus ada
peran serta orang tua dalam prosesnya. Kebanyakan orang tua saat ini kurang peduli
terhadap pendidikan anaknya khususnya pada aspek afektif. Para orang tua hanya peduli
pada aspek kognitif saya, sehingga terkadang sikap peserta didik saat ini kurang baik
meskipun aspek kognitif baik. Hal ini berlaku untuk aksi nyata dalam penerapan Profil
Pelajar Pancasila bahwa penerapan Profil Pelajar Pancasila tidak cukup hanya diterapkan
di sekolah saja, namun perlunya bantuan orang tua dalam membiasakan perilaku Profil
Pelajar Pancasila di rumah.
2) Kurang tersedia jumlah guru yang memiliki motivasi, semangat dan pengetahuan dalam
menerapkan karakter Profil Pelajar Pancasila. Fakta di lapangan, masih banyak guru-guru
yang belum memiliki motivasi, semangat dan pengetahuan dalam penerapan karakter Profil
Pelajar Pancasila. Guru-guru tersebut cenderung masih nyaman dan betah dengan
perangkat pembelajaran kurikulum sebelumnya dan sebagian kecil menganggap kurikulum
merdeka yang memuat Profil Pelajar Pancasila kurang praktis dan menambah beban
kerja guru khususnya dalam merancang perangkat pembelajaran yang memuat
penerapan karakter Pelajar Profil Pancasila.
3) Adanya akses informasi yang sangat luas dan tidak terbatas Pada abad ke-21 yang telah
berkembang pesat dalam hal teknologi dimana akses informasi sangat luas dan tidak
terbatas dalam artian semua orang dari segala umur bisa mengakses informasi tersebut jika
memiliki perangkat elektronik/gawai yang menyebabkan banyak anak muda saat ini
kurang memiliki tata krama dan sopan santun dalam berperilaku. Oleh karena itu, ketika
membiasakan peserta didik untuk bersikap sesuai dengan karakter Profil Pelajar Pancasila,
hendaknya guru berkerja sama dengan orang tua dalam memberikan arahan dan batasan
dalam mengakses informasi khususnya dari dunia digital.

2. Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana Pancasila sebagai Entitas dan Identitas
Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang
Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas)
Perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik
dalam Pendidikan Abad ke-21 di ekosistem SMP Negeri 8 Yogyakarta dapat dilakukan dengan
kegiatan-kegiatan berikut, yaitu.
1) Pada elemen Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia
dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu:
• Membiasakan peserta didik untuk melaksanakan kegiatan ibadah berdasarkan agama
masing-masing. Misalnya, melakukan kegiatan membaca kitab suci setiap Jumat pagi
sebelum memulai pembelajaran di kelas yang diikuti oleh berbagai peserta didik
dengan agama maupun keyakinan yang berbeda-beda.
• Membiasakan peserta didik untuk melakukan doa sebelum dan sesudah kegiatan
pembelajaran
• Menanamkan nilai-nilai toleransi kepada peserta didik seperti menghormati teman atau
guru yang berbeda agama dan menunjukkan sikap toleransi kepada semua warga
sekolah.
2) Pada elemen Berkebinekaan Global dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu:
• Melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada muatan lokal dan seni budaya
sesuai daerah sekolah masing-masing agar peserta didik memiliki kemampuan untuk
dapat mengenal identitas budaya daerah masing-masing.
• Pelaksanaan pembelajaran perlu mengimplementasikan unsur-unsur kearifan lokal
seperti pada sains menjadi etnosains.
• Melaksanakan peringatan hari-hari besar Nasional seperti memakai baju adat saat
Hari Peringatan Sumpah Pemuda.
3) Pada elemen Bergotong Royong dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu:
• Melakukan kegiatan proyek akhir berbasis STEM yang diikuti oleh seluruh peserta
didik pada pembelajaran Kurikulum Merdeka tiap akhir semester.
• Melakukan pembelajaran dengan metode diskusi.
• Melaksanakan pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok kecil
4) Pada elemen Mandiri dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu:
• Memberikan tugas mandiri kepada peserta didik agar mereka mampu melakukan
eksplorasi konsep dengan maksimal.
• Mendorong peserta didik agar turut aktif dalam upaya untuk dapat mengasah
kemandirian seperti dalam OSIS, MPK dan ekstrakurikuler lainnya.
5) Pada elemen Bernalar Kritis dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu:
• Pembelajaran dilaksanakan dengan tujuan untuk mampu mengasah kemampuan
berpikir kritis pada peserta didik. Misalnya dengan menerapkan model pembelajaran
Project Based Learning, Guided Inquiry Learning, dan lain sebagainya.
• Pemberian tugas diorientasikan untuk dapat mengasah kemampuan penalaran dan
pemikiran kritis peserta didik seperti meminta pendapat siswa terkait kasus/kejadian
nyata yang berhubungan dengan materi yang diajarkan.
6) Pada elemen kreatif dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut, yaitu:
• Pembelajaran dilaksanakan dengan tujuan untuk mampu mengasah kemampuan
berpikir kreatif siswa seperti pembelajaran Project Based Learning, Discovery
Learning, Problem Based Learning, Guided Inquiry Learning, dan lain sebagainya.
• Pemberian tugas diorientasikan untuk dapat mengasah kemampuan berpikir kreatif
peserta didik seperti meminta siswa untuk membuat infografis terkait tugas mereka.

Anda mungkin juga menyukai